Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Patofisiologi dan Tinjauan Sosial Budaya pada Pasien menjelang ajal dengan
Diabetes Melitus ”
Dosen Pembimbing: Ns. Usman ,M.Kep

Disusun oleh:
HABIB FADLY (19213097)
NURUL AYU TIFFANI (SR20214038)
PUTRI JUNISTIANI (SR20214037)
SHANIA SALSABILA WIRYA (SR20214040)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nya sehingga Kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Patofisiologi dan Tinjauan Sosial Budaya pada Pasien menjelang ajal dengan
Diabetes Melitus”.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput
dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata
Bahasa. Tetapi walaupun demikian penulis berusaha sebisa mungkin
menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari tanpa kerja sama antara dosen pembimbing dan penulis
serta beberapa kerabat yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi
penulis demi tersusunnya makalah ini. Untuk itu kami mengucapakan terima kasih
kepada pihak yang tersebut diatas yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan dan saran demi kelancaran penyusunan makalah ini.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para
pembaca pada umumnya.Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai
pihak yang bersifat membangun.

Penulis

1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................... 3
A. Konsep Citra Tubuh........................................................... 3
a. Definisi................................................................................ 3
b. Faktor yang Mempengaruhi................................................ 4
c. Klasifikasi............................................................................ 4
d. Tanda dan Gejala................................................................ 5
e. Stressor yang Mempengaruhi.............................................. 5
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................ 5
a. Pengkajian........................................................................... 5
b. Diagnosa Keperawatan....................................................... 9
c. Intervensi Keperawatan....................................................... 9
d. Implementasi Keperawatan................................................. 12
e. Evaluasi............................................................................... 12
BAB III PENUTUP............................................................................... 15
A. Kesimpulan........................................................................ 15
B. Saran................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A .Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) atau disebut diabetes merupakan penyakit gangguan
metabolik menahun akibat tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur
keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan glukosa didalam darah atau
yang disebut dengan hiperglikemia (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Menurut American
Diabetes Association (2010) diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia (kadar gula tinggi) yang berdampak pada kemampuan tubuh dalam
menghasilkan atau menggunakan insulin yang diakibatkan kecacatan pada sekresi insulin,
kerja insulin, atau keduanya.
Terdapat dua kategori diabetes mellitus yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1, disebut
dengan insulin-dependent ditandai dengan kurangnya produksi insulin. Diabetes tipe 1
biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena kerusakan sel β (beta) World
Health Organization (WHO, 2014). Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis, memiliki
insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di
negara maju maupun di negara berkembang International Diabetes Federation (IDF, 2014).
Sedangkan Diabetes tipe 2, disebut dengan non-insulin-dependent disebabkan penggunaan
insulin yang kurang efektif oleh tubuh (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Diabetes tipe 2
biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO). Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa
tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar
90% dari penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari
memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik
(WHO, 2014)
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Etiologi Diabetes Melitus
3. Patofisiologi Diabetes Melitus
4. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
5. Pathway Diabetes Melitus
6. Klasifikasi Diabetes Melitus
7. Komplikasi Diabetes Melitus
8. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
9. Pandangan Sosial, Budaya pada Pasien Diabetes Melitus
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pengertian Diabetes Melitus
2. Untuk mengetahui Etiologi Diabetes Melitus
3. Untuk mengetahui Patofisiologi Diabetes Melitus
4. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
5. Untuk mengetahui Pathway Diabetes Melitus

1
6. Untuk mengetahui Klasifikasi Diabetes Melitus
7. Untuk mengetahui Komplikasi Diabetes Melitus
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Diabetes Melitus
9. Untuk mengetahui Pandangan Sosial, Budaya pada Pasien Diabetes Melitus
10.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diabetes Melitus
DM adalah kondisi kronis yang terjadi bila ada peningkatan kadar glukosa
dalam darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin atau menggunakan insulin
secara efektif. Insulin adalah hormon penting yang diproduksi di pankreas kelenjar
tubuh, yang merupakan transports glukosa dari aliran darah ke dalam sel-sel tubuh di
mana glukosa diubah menjadi energi. Kurangnya insulin atau ketidakmampuan sel
untuk merespons insulin menyebabkan kadar glukosa darah tinggi, atau
hiperglikemia, yang merupakan ciri khas DM. Hiperglikemi, jika dibiarkan dalam
jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh,
yang menyebabkan perkembangan komplikasi kesehatan yang melumpuhkan dan
mengancam jiwa seperti penyakit kardiovaskular, neuropati, nefropati dan penyakit
mata, yang menyebabkan retinopati dan kebutaan (IDF, 2017).
B. Etiologi Diabetes Melitus
1) DM Tipe 1
DM tipe 1 disebabkan oleh penghancuran autoimun sel β pankreas. Proses ini
terjadi pada orang yang rentan secara genetik dan (mungkin) dipicu oleh faktor
atau faktor lingkungan (Skyler & Ricordi, 2011). DM tipe 1 disebabkan oleh
interaksi genetika dan lingkungan, dan ada beberapa faktor genetik dan
lingkungan yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan penyakit.
2) DM Tipe 2
Terdapat hubungan yang kuat antara DM tipe 2 dengan kelebihan berat badan dan
obesitas dan dengan bertambahnya usia serta dengan etnis dan riwayat keluarga
(IDF, 2017). DM tipe 2 ditandai oleh resistensi insulin dan penurunan progresif
dalam produksi insulin sel β pankreas. Resistensi insulin adalah kondisi di mana
insulin diproduksi, tetapi tidak digunakan dengan benar: jumlah insulin yang
diberikan tidak menghasilkan hasil yang diharapkan (Allende-Vigo, 2010;
Olatunbosun, 2011). Penurunan progresif dalam fungsi sel β pankreas adalah
karena penurunan massa sel β yang disebabkan oleh apoptosis (Butler, et al 2003);
ini mungkin merupakan konsekuensi dari penuaan, kerentanan genetik, dan
resistensi insulin itu sendiri (Unger & Parkin, 2010). Etiologi DM tipe 2 adalah
kompleks dan melibatkan faktor genetik dan gaya hidup.

5
C. Patofisiologi Diabetes Melitus
1. DM Tipe 1
Perjalanan DM tipe 1 dimulai pada gangguan katabolik dimana insulin
yang bersirkulasi sangat rendah atau tidak ada, glukagon plasma meningkat,
dan sel beta pankreas gagal untuk merespon semua rangsangan sekresi insulin.
Pankreas menunjukkan infiltrasi limfositik dan penghancuran sel-sel yang
mensekresi insulin dari pulau Langerhans, menyebabkan kekurangan insulin
(Coppieters et al, 2011). Defisiensi insulin absolut memiliki banyak
konsekuensi fisiologis, termasuk gangguan ambilan glukosa ke dalam sel otot
dan adiposa dan tidak adanya efek penghambatan pada produksi glukosa
hepar, lipolisis, dan ketogenesis. Defisiensi insulin yang ekstrim menyebabkan
diuresis osmotik dan dehidrasi serta peningkatan kadar asam lemak bebas dan
diabetes ketoasidosis (DKA), yang dapat mengancam jiwa (Jaberi et al, 2014).
Ketika massa sel beta menurun, sekresi insulin menurun sampai insulin
yang tersedia tidak lagi cukup untuk mempertahankan kadar glukosa darah
normal. Setelah 80-90% sel-sel beta dihancurkan, hiperglikemia berkembang
dan DM dapat didiagnosis. Saat ini, autoimunitas dianggap sebagai faktor
utama dalam patofisiologi DM tipe 1. Pada individu yang rentan secara
genetik, infeksi virus dapat menstimulasi produksi antibodi terhadap protein
virus yang memicu respons autoimun terhadap molekul sel beta antigen yang
serupa (Khardori, 2018).
2. DM Tipe 2
Menurut Gale (2014) DM Tipe 2 adalah kondisi heterogen yang
dihasilkan dari kombinasi sekresi insulin yang berkurang dan peningkatan
kebutuhan insulin. Glukagon adalah hormon pasangan insulin yang mengatur
pelepasan glukosa hati, dan peningkatan pelepasan glukagon memainkan
peran penting dalam patofisiologi DM Tipe 2. Kapasitas untuk regenerasi sel
beta berkurang atau hilang pada orang dewasa, dan penurunan massa sel beta
terlihat dengan bertambahnya usia secara parallel dengan meningkatnya risiko
DM. Penurunan ini mungkin dipengaruhi oleh gen terkait DM yang
memainkan peran dalam pemeliharaan dan fungsi sel beta.
Penyebab langsung hiperglikemia adalah kelebihan produksi glukosa
oleh hati dan mengurangi ambilan glukosa dalam jaringan perifer karena
resistensi insulin. Dalam pelepasan sitokin terjadi inflamasi dimana inflamasi

6
ini terjadi sebagai konsekuensi dari obesitas, yang dapat juga menyebabkan
peradangan jaringan. Juga terdapat distribusi lemak tubuh dan penumpukan
lemak intramuskular yang juga berkaitan dengan tingkat resistensi insulin
dimana individu akan rentan mengakumulasi trigliserida (Gale, 2014).
3. DM Gestasional
Mayoritas wanita dengan DM gestasional kelebihan berat badan atau
obesitas, dan banyak yang memiliki sindrom metabolik laten, predisposisi
genetik untuk DM tipe 2, gaya hidup yang tidak aktif secara fisik dan
kebiasaan makan yang tidak sehat sebelum kehamilan. Perubahan metabolic
lainnya seperti peningkatan pelepasan fraksional amylin dan proinsulin relatif
terhadap sekresi insulin dapat menjadi penyebab atau konsekuensi dari sekresi
dan aksi insulin yang disfungsional (Kautzky Willer, 2015).
D. Tanda dan gejala Diabetes Melitus
1. DM Tipe 1
Tanda dan gejala dari DM tipe 1 menurut IDF (2017) adalah :
i. Haus yang tidak normal dan mulut kering
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar
glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).
ii. Sering buang air kecil
Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh
relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan
berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. (PERKENI, 2015).
iii. Kekurangan tenaga / kelelahan
Kelelahan terjadi karena penurunan proses glikogenesis sehingga
glukosa tidak dapat disimpan sebagai glikogen dalam hati serta adanya
proses pemecahan lemak (lipolisis) yang menyebabkan terjadinya
pemecahan trigliserida (TG) menjadi gliserol dan asam lemak bebas
sehingga cadangan lemak menurun.
iv. Kelaparan yang konstan
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa
dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2015).
v. Penurunan berat badan tiba-tiba

7
Penyusutan BB pada kondisi DM tipe I menunjukkan rendahnya
trigliserida yang tersimpan dalam tubuh sebagai akibat adanya
gangguan metabolisme lipid (Wang et al., 2014). Trigliserida
seharusnya digunakan sebagai sumber energi untuk beraktivitas
(Muruganandan et al., 2005; Rini, 2012).
vi. Penglihatan kabur
Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) dapat menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik pada mata dan perubahan pada lensa
sehingga akan terjadi penglihatan yang tidak jelas atau kabur.
2. DM Tipe 2
Tanda dan gejala dari DM tipe 2 menurut IDF (2017) adalah :
i. Haus yang berlebihan dan mulut kering
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar
glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).
ii. Sering buang air kecil dan berlimpah
Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh
relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan
berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. (PERKENI, 2015).
iii. Kurang energi, kelelahan ekstrim
Kelelahan terjadi karena penurunan proses glikogenesis sehingga
glukosa tidak dapat disimpan sebagai glikogen dalam hati serta adanya
proses pemecahan lemak (lipolisis) yang menyebabkan terjadinya
pemecahan trigliserida (TG) menjadi gliserol dan asam lemak bebas
sehingga cadangan lemak menurun.
iv. Kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki
Mati rasa merupakan hasil dari hiperglikemia yang menginduksi
perubahan resistensi pembuluh darah endotel dan mengurangi aliran
darah saraf. Orang dengan neuropati memiliki keterbatasan dalam
kegiatan fisik sehingga terjadi peningkatan gula darah (Kles, 2006)
v. Infeksi jamur berulang di kulit
Kadar gula kulit merupakan 55% kadar gula darah pada orang biasa.
Pada pasien DM, rasio meningkat sampai 69-71% dari glukosa darah
yang sudah meninggi. Hal tersebut mempermudah timbulnya

8
dermatitis, infeksi bacterial (terutama furunkel), dan infeksi jamur
terutama kandidosis (Djuanda, 2008).
vi. Lambatnya penyembuhan luka
Kadar glukosa darah yang tinggi di dalam darah menyebabkan pasien
DM mengalami penyembuhan luka yang lebih lama dibanding dengan
manusia normal (Nagori & Solanki, 2011).
vii. Penglihatan kabur
Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) dapat menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik pada mata dan perubahan pada lensa
sehingga akan terjadi penglihatan yang tidak jelas atau kabur.
3. DM Gestasional
Tanda dan gejala dari DM gestasional sangatlah mirip dengan pasien DM pada
umumnya, yaitu :
i. Poliuria (banyak kencing)
ii. Polidipsia (haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)
iii. Pusing, mual dan muntah
iv. Obesitas, TFU > normal
v. Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulva
vi. Ketonemia (kadar keton berlebihan dalam darah)
vii. Glikosuria (ekskresi glikosa ke dalam urin).

E. Pathway Diabetes Melitus

9
F. Klasifikasi Diabetes Melitus
Organisasi profesi yang berhubungan dengan Diabetes Melitus seperti
American Diabetes Association (ADA) telah membagi jenis Diabetes Melitus
berdasarkan penyebabnya. PERKENI dan IDAI sebagai organisasi yang sama di
Indonesia menggunakan klasifikasi dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang
dibuat oleh organisasi yang lainnya (Perkeni, 2015). Klasifikasi Diabetes Melitus
berdasarkan etiologi menurut Perkeni (2015) adalah sebagai berikut :
a. Diabetes melitus (DM) tipe 1, Diabetes Melitus yang terjadi karena kerusakan
atau destruksi sel beta di pancreas kerusakan ini berakibat pada keadaan

10
defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta
antara lain autoimun dan idiopatik.
b. Diabetes melitus (DM) tipe 2, Penyebab Diabetes Melitus tipe 2 seperti yang
diketahui adalah resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup 7 tetapi
tidak dapat bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah
tinggi di dalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada
penderita Diabetes Melitus tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi
defisiensi insulin absolut.
c. Diabetes melitus (DM) tipe lain, Penyebab Diabetes Melitus tipe lain sangat
bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan oleh efek genetik fungsi sel beta,
efek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati
pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain
yang berkaitan dengan Diabetes Melitus.
d. Diabetes melitus Gestasional, adalah diabetes yang muncul pada saat hamil.
Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormone pada ibu hamil
yang menyebabkan resistensi insulin (Tandra, 2018).

G. Komplikasi Diabetes Melitus


Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), beberapa komplikasi diabetes mellitus
adalah:
1. Komplikasi akut
a) Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemis terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetic
yang melebihi dosis yang dianjurkan singga terjadi penurunan glukosa
dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk
ke dalam sel.
b) Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari
sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada
glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan
mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton
yang berlebih dapat mengakibatkan asidosis.
c) Koma hipersmolar non ketotik

11
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan
ekstrasel karena banyak diekresi lewat urine.
2. Komplikasi kronik
a. Makroangiopati
Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung, pembuluh darah otak. Pembuluh darah pada pembuluh
darah besar dapat mengalami atherosklerosis sering terjadi pada
DMTTI/ NIDDM. Komplikasi magroangiopati adalah penyakit
vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler parifer.
b. Mikroangiopati
Mikroangipati yang mengalami pembuluh darah kecil, retinopati
diabetika, nefropati diabetik. Perubahan- perubahan mikrovaskuler
yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara
jaringan dan pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita DMTTI/
IDDM yang terjadi neuropati, nefropati, dan retinopati.
c. Neuropati diabetika
Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolic
mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan
sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
d. Infeksi
Retansi infeksi seperti tuberculusis paru, gingivitis, dan infeksi saluran
kemih.
e. Kaki diabetic
Pembuluh mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati
menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya
dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, ganggren, penurunan
sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi
trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan ganggren.

H. Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Penatalaksaan diabetes melitus (DM) secara umum dan khusus mempunyai
perbedaan dalam pengelolaannya. Penatalaksaan secara umum perlu diperhatikan dari
segi gejala pasien DM yang timbul, pengobatan lain yang mungkin mempengaruhi
terhadap kadar glukosa dalam darah, faktor resiko, riwayat penyakit sebelumnya serta

12
pengobatannya, pola hidup baik dari segi psikososial, budaya pendidikan dan status
ekonomi, pemeriksaan fisik yang meliputi tekanan darah dan berat badan, evaluasi
laboratorium (profil HbA1c, kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan) serta
penapisan terhadap komplikasi). Sedangkan penatalaksaan diabetes melitus (DM)
secara khusus dapat dilakukan dengan cara edukasi terhadap pentingnya hidup sehat
dalam pencegahan timbulnya DM, terapi nutrisi medis (TNM) tentang pengelolaan
terhadap jadwal, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi, kegiatan jasmani serta
terapi farmakologis yang diimbangi dengam TNM bersamaan dengan kegiatan
jasmani baik terapi farmakologis dalam bentuk obat antidiabetes oral dan suntikan
(injeksi) (PERKENI, 2015).

I. Pandangan Sosial, Budaya pada Pasien Diabetes Melitus


Trianawati & Setyoronggo (2013) menyebutkan ada beberapa jenis DM yaitu
DMT 1, DMT 2, DMT Gestasional dan DM tipe lainya. Sedangkan jenis DM yang
paling banyak diderita adalah DMT 2 yaitu bahwa sekitar 90% penderita DM
tergolong kedalam DMT 2 dan 10% diantaranya adalah golongan DMT 1 (Dewi,
2013).
Anggraeni & Cahyanti (2012) menyatakan bahwa penderita DM mengalami
tantangan-tantangan hidup untuk menghadapi masalah yang terkait dengan sakitnya,
karena seseorang yang menderita DM memerlukan banyak sekali penyesuaian di
dalam hidupnya, sehingga penyakit DM ini tidak hanya berpengaruh secara fisik,
namun juga berpengaruh secara psikologis pada penderita (Sholichah, 2009).
Kesejahteraan psikologis perlu dimiliki oleh penderita DMT 2 karena dapat
mengurangi terjadinya resiko komplikasi, seperti yang telah dikemukakan oleh
Sundberg (2007) bahwa sistem pikiran (psikologis) berkaitan dengan keadaan tubuh
(sistem biologis) yang artinya kesehatan dalam tubuh seseorang dipengaruhi oleh
pikiran maupun lingkungan, pikiran yang positif dan lingkungan yang mendukung
akan membuat kesehatan seseorang menjadi lebih baik.
Vazquez dkk, (2009) mengemukakan bahwa kesejahteraan psikologis memiliki
peranan yang penting dalam pencegahan dan penyembuhan suatu penyakit sehingga
dapat meningkatkan harapan hidup bagi penderita, selain itu Huppert (2009) juga
berpendapat bahwa kesejahteraan psikologis dapat berpengaruh terhadap kesehatan,
ada hubungan yang kuat antara perasaan dengan kesehatan, kondisi-kondisi yang

13
lebih positif seperti ketenangan pikiran serta optimisme akan berdampak baik
terhadap kesehatan (Goleman, 2002).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada penderita
DM adalah faktor usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, pendidikan, budaya,
pengendalian diri, religiusitas, dukungan sosial serta mawas diri.
Dukungan sosial memiliki peranan yang sangat besar bagi kesejahteraan
psikologis pada penderita DM karena seseorang terdiri dari sistem biologis dan
psikososial yang saling berelasi dan masing-masing sistem mengandung sistem
komponen, artinya keadaan kesehatan biologis seseorang saling mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh sistem sosialnya karena secara umum, orang-orang yang merasa
menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari
seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis,
daripada pasien yang kurang merasa mendapat dukungan sosial.
Hasanat (2010) mengatakan bahwa aspek sosial pada penderita DMT 2 sangat
penting diperhatikan karena pada kenyataannya DMT 2 merupakan penyakit kronis
yang mempunyai muatan psikologis, sosial dan perilaku yang besar. Salah satu aspek
sosial tersebut adalah dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan bentuk interaksi
antar individu yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis melalui
terpenuhinya kebutuhan akan afeksi serta keamanan. Penderita DM membutuhkan
dukungan sosial untuk menjalani kehidupan sehari-hari dalam mengatur pola hidup
yang dapat menyebabkan stress karena dukungan sosial bekerja dengan tujuan untuk
memperkecil tekanan-tekanan atau stress yang dialami individu. Dengan kata lain jika
tidak ada tekanan atau stress maka dukungan sosial tidak berpengaruh Oford (dalam
Putra, 2011).
Sasco & Yanover (2006) mengemukakan bahwa dukungan sosial yang memadai
akan meningkatkan kesehatan fisik penderita DMT 2 dengan menurunkan gejala
depresi, dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik terutama terkait dengan
kontrol gula darah yang lebih baik dan meningkatkan kepatuhan dalam perawatan diri
penderita DMT 2.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diabetes Mellitus (DM) atau disebut diabetes merupakan penyakit gangguan
metabolik menahun akibat tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak
dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon
yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan
glukosa didalam darah atau yang disebut dengan hiperglikemia (Kementrian
Kesehatan RI, 2014). Menurut American Diabetes Association (2010) diabetes
mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia (kadar
gula tinggi) yang berdampak pada kemampuan tubuh dalam menghasilkan atau
menggunakan insulin yang diakibatkan kecacatan pada sekresi insulin, kerja insulin,
atau keduanya.
Terdapat dua kategori diabetes mellitus yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1, disebut
dengan insulin-dependent ditandai dengan kurangnya produksi insulin. Diabetes tipe 1
biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena kerusakan sel β (beta)
World Health Organization (WHO, 2014). Diabetes tipe 1 rentan terhadap
ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan
meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di negara berkembang
International Diabetes Federation (IDF, 2014). Sedangkan Diabetes tipe 2, disebut
dengan non-insulin-dependent disebabkan penggunaan insulin yang kurang efektif
oleh tubuh (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada
usia dewasa (WHO). Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah
onset, yaitu setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari
penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari
memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas
fisik (WHO, 2014)

B. SARAN
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca agar dapat memahami
bagaimana Pandangan Sosial, Budaya pada Pasien Diabetes Melitus. Selain itu
diharapkan pembaca dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam makalah ini dalam
penulisan karya ilmiah ataupun sejenisnya

15
DAFTAR PUSTAKA
Soegondo, Sidartawan dkk. 2013. Penataan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Susilo, Yekni dan Wulandari, Ari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Kencing Manis. Yogyakarta:
Andi
Rosyada, A., & Trihandini, I. (2013). Determinan Komplikasi Kronik Diabetes Melitus Pada
Lanjut Usia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(9), 395–401.
https://media.neliti.com/media/publications/39705-ID-determinankomplikasi-kronik-
diabetes-melitus-pada-lanjut-usia.pdf
(Webber, 2013)Webber, S. (2013). International Diabetes Federation. Diabetes Research and
Clinical Practice, 102(2), 147–148. https://doi.org/10.1016/j.diabres.2013.10.013
Yarmaliza. (2017). Kajian Pengaruh Kultur Budaya Terhadap Kejadian Diabetes Melitus.
Semdi Unaya, November, 136–145. https://docplayer.info/76457732-Kajian-pengaruh-
kultur-budaya-terhadap-kejadian-diabetes-melitus.html#

16

Anda mungkin juga menyukai