Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MANDIRI

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN


DOSEN PEMBIMBING : SURTIKANTI, M.Kep, DR. Wida Kuswida Bhakti. M.Kep

NAMA : SHANIA SALSABILA WIRYA


NIM : SR20214040

Program Studi S1 Reguler A Semester Ganjil

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2021/2022


1. Dimensi Sosiokultural
Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang
menentukan apakah perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman
kultural secara global menciptakan variabilitas yang sangat luas dalam
norma seksual dan menghadapi spectrum tentang keyakinan dan nilai yang
luas. Misalnya termasuk cara dan perilaku yang diperbolehkan selama
berpacaran, apa yang dianggap merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi
dan larangan dalam perilaku seksual, dengan siapa seseorang menikah dan
siapa yang diizinkan untuk menikah.
Setiap masyarakat memainkan peran yang sangat kuat dalam membentuk
nilai dan sikap seksual, juga dalam membentuk atau menghambat
perkembangan dan ekspresi seksual anggotanya. Setiap kelompok sosial
mempunyai aturan dan norma sendiri yang memandu perilaku anggotanya.
Peraturan ini menjadi bagian integral dari cara berpikir individu dan
menggarisbawahi perilaku seksual, termasuk, misalnya saja, bagaimana
seseorang menemukan pasangan hidupnya, seberapa sering mereka
melakukan hubungan seks, dan apa yang mereka lakukan ketika mereka
melakukan hubungan seks.

2. Dimensi Agama dan Etik


Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik.
Ide tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan
seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum
sikap yang ditunjukan pada seksualitas direntang dari pandangan tradisional
tentang hubungan seks yang hanya dalam perkawinan sampai sikap yang
memperbolehkan individu menentukan apa yang benar bagi dirinya.
Keputusan seksual yang melewati batas kode etik individu dapat
mengakibatkan konflik internal.

3. Dimensi Psikologis
Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang dipelajari. Apa
yang sesuai dan dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan
mengamati perilaku orangtua. Orangtua biasanya mempunyai pengaruh
signifikan pertama pada anak-anaknya.
Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui komunikasi yang
halus dan nonverbal. Seseorang memandang diri mereka sebagai makhluk
seksual berhubungan dengan apa yang telah orangtua mereka tunjukan
kepada mereka tentang tubuh dan tindakan mereka. Orangtua
memperlakukan anak laki-laki dan perempuan secara berbeda berdasarkan
jender.
4. Dimensi Biologis
Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki dan
perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi. Material genetic dalam
telur yang telah dibuahi terorganisir dalam kromosom yang menjadikan
perbedaan seksual. Ketika hormone seks mulai mempengaruhi jaringan
janin, genitalia membentuk karakteristik laki-laki dan perempuan. Hormon
mempengaruhi individu kembali saat pubertas, dimana anak perempuan
mengalami menstruasi dan perkembangan karakteristik seks sekunder, dan
anak laki-laki mengalami pembentukan spermatozoa (sperma) yang relatif
konstan dan perkembangan karakteristik seks sekunder.

5. Manifestasi Stress
a. Manifestasi emosional, berupa rasa tidak aman, mudah tersinggung, sulit
mengambil keputusan, merasa depresi dan cemas.
b. Manifestasi dalam bentuk kelakuan, berupa terlalu banyak tidur, tidak
bergairah atau malas, mudah merasa lelah, tubuh merasa lunglai.
c. Manifestasi kardiovaskuler, berupa merasa tekanan darah meningkat,
susah bernafas atau tersengal-sengal dan jantung berdebar-debar.
d. Manifestasi pencemaan, berupa sering merasa sakit perut, perut sering
kejang atau kram dan sakit maag.
e. Manifestasi dalam bentuk perilaku yang nampak, berupa sering minum
alkohol, » sering minum obat, sering minta resep dokter dan merasa mudah
terserang penyakit.

6. Faktor Lingkungan
Kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan sebagainya.

7. Faktor Organisasi
Kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup yang keras,
perubahan tidak pasti dalam berbagai aspek kehidupan. Hal-hal tersebut
mempersempit kesempatan individu untuk meraih kehidupan yang layak
sehingga menyebabkan timbulnya frustasi pada diri seseorang.

8. Proses Keperawatan Stress, management Stress Untuk Perawat


Manajemen stres adalah kemungkinan melihat promosi sebagai aktivitas
atau intervasi mengubah atau pertukaran respons terhadap penyakit.
Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi yang dilakukan berdasarkan
keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implementasi pemikiran
yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan. Untuk mencegah dan
mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat
dilakukan dengan cara :
A. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan merupakan cara yang efektif dalam mengurangi
dan nutrisi untuk mengatasi stres melalui makan dan minum yang
halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara
teratur, menu bervariasi, menghindari makan dingin dan monoton
dapat menurunkan kekebalan tubuh,
B. Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres
dengan istirahat dan tidur yang cukup karena keadaan tubuh. Tidur
yang cukup akan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel yang
rusak
C. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan secara teratur adalah satu cara untuk
meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah
raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua
kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan
keringat setelah mandi dengan udara untuk meningkatkan kebugaran.
D. Berhenti merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena
dapat meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan ketahanan
dan kekebalan tubuh.
E. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan
terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras,
kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit
dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol.
F. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap
stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan
dan kekebalan tubuh terhadap stres.

9. KONSEP KEHILANGAN, KEMATIAN DAN BERDUKA


Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan
suatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau
seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi
dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipe ini kadangkadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
keslahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku
berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan meberikan
dukungan dalam bentuk empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe : aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat
5 kategori kehilangan, yaitu : kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan
lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan
yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.
Elizabeth Kubler-rose, 1969.h.51, membagi respon duka dalam lima fase,
yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawarn, depresi dan penerimaan

10.KEBUDAYAAN, MASYARAKAT RUMAH SAKIT DAN


KEBUDAYAAN
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena ia
merupakan institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri
serta fungsifungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medik dan
mempunyai berbagai kelompok profesi dalam pelayanan penderita. Di
samping melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat, rumah sakit
juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian (Boekitwetan 1997). Para
ahli perilaku umumnya memandang rumah sakit sebagai suatu masyarakat
kecil dengan kebudayaannya sendiri yang sangat mirip dengan suatu desa
petani atau suatu masyarakat rumpun kecil dengan suatu kebudayaan.
Rumah sakit di Indonesia pada awalnya dibangun oleh dua institusi. Pertama
adalah pemerintah dengan maksud untuk menyediakan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat umum terutama yang tidak mampu. Kedua adalah institusi
keagamaan yang membangun rumah sakit nirlaba untuk melayani
masyarakat miskin dalam rangka penyebaran agamanya. Hal yang menarik
akhir-akhir ini adalah adanya perubahan orientasi pemerintah tentang
manajemen rumah sakit dimana kini rumah sakit pemerintah digalakkan
untuk mulai berorientasi ekonomis. Untuk itu, lahirlah konsep Rumah Sakit
Swadana dimana investasi dan gaji pegawai ditanggung pemerintah namun
biaya operasional rumah sakit harus ditutupi dari kegiatan pelayanan
kesehatannya (Rijadi 1994). Dengan demikian, kini rumah sakit mulai
memainkan peran ganda, yaitu tetap melakukan pelayanan publik sekaligus
memperoleh penghasilan (laba ?) atas operasionalisasi pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada masyarakat. Mengingat adanya dinamika internal
(perkembangan peran) dan tuntutan eksternal yang semakin berkembang,
rumah sakit dihadapkan pada upaya penyesuaian diri untuk merespons
dinamika eksternal dan integrasi potensi-potensi internal dalam
melaksanakan tugas yang semakin kompleks. Upaya ini harus dilakukan jika
organisasi ini hendak mempertahankan kinerjanya (pelayanan kesehatan
kepada masyarakat sekaligus memperoleh dana yang memadai bagi
kelangsungan hidup organisasi). Untuk itu, ia tidak dapat mengabaikan
sumber daya manusia yang dimiliki termasuk perhatian atas kepuasan
kerjanya. Pengabaian atasnya dapat berdampak pada kinerja organisasi juga
dapat berdampak serius pada kualitas pelayanan kesehatan. Dalam konteks
tersebut, pemahaman atas budaya pada tingkat organisasi ini merupakan
sarana terbaik bagi penyesuaian diri anggota-anggotanya, bagi orang luar
yang terlibat (misalnya pasien dan keluarganya) dan yang berkepentingan
(seperti investor atau instansi pemerintah terkait) maupun bagi pembentukan
dan pengembangan budaya organisasi itu sendiri dalam mengatasi berbagai
masalah yang sedang dan akan dihadapi. Namun sayangnya penelitian atau
kajian khusus tentang persoalan ini belum banyak diketahui, atau mungkin
perhatian terhadap hal ini belum memadai. Mengingat kondisi demikian,
maka tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan berbagai aspek dan
karakteristik budaya organisasi rumah sakit sebagai lembaga pelayanan
publik. Seiring dengan membaiknya tingkat pendidikan, meningkatnya
keadaan sosial ekonomi masyarakat, serta adanya kemudahan dibidang
transportasi dan komunikasi, majunya IPTEK serta derasnya arus sistem
informasi mengakibatkan sistem nilai dalam masyarakat berubah.
Masyarakat cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih bermutu
termasuk pelayanan kesehatan. Pelayanan rumah sakit yang baik bergantung
dari kompetensi dan kemampuan para pengelola rumah sakit. Untuk
meningkatkan kemampuan para pengelola rumah sakit tersebut selain
melalui program pendidikan dan pelatihan, juga diperlukan pengaturan dan
penegakan disiplin sendiri dari para pengelola rumah sakit serta adanya
yanggung jawab secara moral dan hukum dari pimpinan rumah sakit untuk
menjamin terselenggaranya pelayanan yang baik. Kepercayaan dan
pengobatan berhubungan sangat erat. Institusi yang spesifik untuk
pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti
pertama kali didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja
Ashoka juga mendirikan 18 rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan
dilengkapi tenaga medis dan perawat yang dibiayai anggaran kerajaan.
Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada abad 16
hingga 17. Tetapi baru pada abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun
dengan hanya menyediakan pelayanan dan pembedahan medis. Inggris
pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's Hospital didirikan di
London pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy.
Rumah sakit yang dibiayai swasta seperti ini kemudian menjamur di seluruh
Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri Pennsylvania
General Hospital di Philadelphia pada 1751. setelah terkumpul sumbangan
£2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik. Namun
secara umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara di Eropa dan
Amerika Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit. Selain itu, dalam
perkembangan teknologi dan berbagai bidang yang lainnya tercipta sebuah
istilah yang menandakan sebagai suatu Budaya dalam lingkup kesehatan
istilah tersebut ialah Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan
sebagai suatu badan yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari
berbagai disiplin perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas
untuk menangani berbagai masalah etik yang timbul dalam rumah sakit.
KERS dapat menjadi sarana efektif dalam mengusahakan saling pengertian
antara berbagai pihak yang terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien
dan masyarakat tentang berbagai masalah etika hukum kedokteran yang
muncul dalam perawatan kesehatan di rumah sakit.

11.Globalisasi Dan Perspektif Transkultural, Diversity Dalam Masyarakat


Office of Minority Health (OMH) (nd) menggambarkan budaya sebagai
ide-ide, komunikasi, tindakan, kebiasaan, kepercayaan, nilai-nilai, adat
istiadat dari kelompok ras, etnik, agama, atau sosial. Budaya mencakup
segala aspek kehidupan di dalam manusia. Budaya menunjukkan cara
pandang seseorang dalam mengambil keputusan.
Keperawatan transkultural didefinisikan oleh Leininger (2002) sebagai
penelitian perbandingan budaya untuk memahami persamaan (budaya
universal) dan perbedaan (budaya tertentu) di antara kelompok manusia.
Tujuan Meningkatkan transkultural adalah bentuk pelayanan yang sama
secara budaya atau pelayanan yang sesuai dengan nilai kehidupan individu
dan arti yang sebenarnya. Mengetahui nilai-nilai pelayanan budaya klien,
arti, kepercayaan, dan praktiknya sebagai hubungan antara perawat dan
pelayanan kesehatan mewajibkan perawat untuk menerima aturan pelajar
atau teman sekerja dengan klien dan keluarganya dalam bentuk karakteristik
dan keuntungan dalam pelayanan (Leininger, 2002).
Pelayanan kompeten secara budaya adalah kemampuan perawat
menghilangkan perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya
yang berbeda, serta membuat klien dan keluarganya mencapai pelayan yang
penuh arti dan dukungan. Contohnya, perawat yang mengetahui tentang
kebudayaan kliennya, maka perawat memerlukan dukungan dalam
menyesuaikan keadaan klien. Klien juga membutuhkan informasi,
perundingan, dan permintaan.
Kompetensi budaya adalah proses perkembangan kesadaran budaya,
pengetahuan, keterampilan, pertemuan, dan keinginan. Perawat harus bisa
mengintrospeksi tentang latar belakang dirinya. Perawat juga harus
memiliki pengetahuan yang merupakan perbandingan antar kelompok.
Keterampilan budaya termasuk pengkajian sosial maupun budaya yang
mempengaruhi pengobatan dan perawatan klien. Pertemuan sebagai
mediapembelajaran. menyatakan sebagai motivasi dan komitmen pelayanan.
Konflik budaya juga dapat muncul dalam Proses 2000-an. Konflik budaya
yang muncul dapat berupa etnosentrisme, pemikiran bahwa cara hidup yang
dianut lebih baik dibandingkan dengan budaya lain. Hal ini menyebabkan
adanya pilihan untuk mengunjungi budaya dan menggunakkan nili-nili dan
gaya hidup sebagai petunjuk dalam menghadapi klien dan tingkah laku
mereka.
Globalisasi menyebabkan perlunya pemeliharaan semakin besar.
Perpindahan populasi dan perubahan-perubahan yang diharapkan dapat
terjadi. Perawat yang tidak mampu menyesuaikan perawatan rawat inap
terhadap kondisi yang ada akan menyebabkan penurunan kualitas pelayanan.
Oleh karena itu, hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhannnya untuk
meningkatkan profesi. Peningkatan pengetahuan, koordinasi antar profesi
atau tenaga kerja kesehatan lain yang sangat dibutuhkan. Perawat harus
lebih aktif dalam menghadapi globalisasi terutama dalam pelayanan
kesehatan.
Diversity dalam Masyarakat: Makna Diversity (keragaman) Keragaman
berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa indonesia artinya
tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna corak ragi, laras.
Sehingga Keragaman yang dimaksud adalah beragam-ragam berjenis-jenis
dan ragam hal jenis Keragaman yang dimaksud disini suatu kondisi dalam
masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang,
terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat
kesopanan serta situasi ekonomi.

12.PENGKAJIAN BUDAYA
Prinsip-prinsip pengkajian budaya
- Jangan menggunakan asumsi
- Jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misal : orang padang pelit,
orang jawa halus
–Menerima dan memahami metode komunikasi
-Menghargai perbedaan individu
-Menghargai kebutuhan pribadi dari setiap individu
-Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien
- Menyediakan ptivacy terkait kebutuhan pribadi

13.APLIKASI TRANSKULTURAL NURSING DALAM BERBAGAI


MASALAH KESEHATAN PASIEN
A. Aplikasi Transkultural Nursing sepanjang daur kehidupan manusia
1. Perawatan Kehamilan dan Perawatan Kelahiran
2. Perawatan dan Perawatan Anak
3. Perawatan pada Lansia
4. Perawatan sebelum dan saat kematian
B. Aplikasi transkultural pada beberapa masalah kesehatan
A. Aplikasi transkultural masalah penyakit kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba,
melainkan akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan
penyakit itu sendiri. (Portal medis Kalbe) Penyakit kronik ditandai banyak
penyebab. Contoh penyakit kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma,
hipertensi dan masih banyak lainnya. Ada hubungan antara penyakit kronis
dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis yang mempengaruhi pikiran
seseorang, perasaan dan perilaku sulit untuk mengatasi peristiwa kehidupan
sehari-hari.
Pengobatan terhadap penyakit kronis yang telah dilakukan di masyarakat
saat ini sangat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan
tradisional juga merupakan sub budaya masyarakat sederhana yang telah
dijadikan sebagai salah satu cara pengobatan. inilah yang juga menjadi
aplikasi dari transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik.
pengobatan ini dilakukan berdasarkan budaya yang telah tradisional turun-
temurun.
B. Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan kesehatan.
Selanjutnya, nyeri menurut adalah apapun yang penderitaan tubuh yang
dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu
mengatakannya. Peraturan utama dalam merawat nyeri adalah bahwa semua
nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya belum diketahui. keberadaan
nyeri berdasarkan hanya pada laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri yang dilakukan pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat
setelah melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah
sebagai berikut:
A. Dengan membatasi gerak dan istirahat.
B. Mengkonsumsi obat-obatan tradisional.
C. Dengan dipijat atau semacamnya.
C. Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental
Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat.
Adanya variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk
menyebutkannya dalam berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-
Barat, telah mendorong para ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk
menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu 'mitos', suatu fenomena
sosiologis, suatu hasil dari angota- anggota masyarakat yang beres' yang
merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan, memberi
sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang
atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda
dengan tingkahlaku mereka sendiri. penyakit jiwa tidak hanya merupakan
mitos', juga bukan semata-mata suatu masalah sosial belaka. Memang
benar-benar ada gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang
membutuhkan pengaturan pengobatan

Anda mungkin juga menyukai