disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi
spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada
adanyahipertensi dan proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension
with proteinuria). Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia,
beberapa wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multisistem lain
yang menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien tersebut tidak
mengalami proteinuri. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria
diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal.
(Sarwono, 2009).
B. ETIOLOGI
Etiologi preeklampsia belum diketahui secara pasti. Preeklampsia diperkirakan terjadi akibat
interaksi berbagai faktor risiko dengan polimorfisme genetik, yang menyebabkan sintesis
Hal tersebut mengawali gangguan perfusi plasenta serta produksi mediator inflamasi yang
- Munculnya tanda-tanda masalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala parah, penglihatan
kabur, dan perubahan status mental
- Munculnya tanda-tanda masalah hati, seperti sakit perut, mual, dan muntah
- Munculnya tanda-tanda masalah pernapasan, seperti edema paru dan warna kebiruan pada
kulit
- Setidaknya dalam dua kali tes fungsi hati didapat peningkatan kadar enzim
- Tekanan darah sangat tinggi, yaitu lebih dari 160/110 mmHg
- Jumlah trombosit rendah (trombositopenia)
- Terdapat lebih dari 5 gram protein dalam sampel urine 24 jam
- Urine yang keluar sangatlah rendah kira-kira kurang dari 500 ml dalam 24 jam
- Pembatasan pertumbuhan janin
- Stroke (jarang terjadi)
D.PATOFISIOLOGI PREKLAMPSIA
mulai tampak sejak awal kehamilan, berupa perubahan patofisiologi tersamar yang
terakumulasi sepanjang kehamilan dan akhir nya menjadi nyata secara klinis. Preeklampsia
adalah gangguan multisistem dengan etiologi komplek yang khusus terjadi selama
E.PELAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan preeklampsia adalah kontrol tekanan darah yang adekuat serta
pencegahan kejang atau eklampsia. Persalinan atau terminasi kehamilan adalah satu-satunya
penatalaksanaan definitif preeklampsia. Namun, tata laksana juga sangat ditentukan oleh
kondisi klinis ibu dan janin, khususnya usia kehamilan, progresivitas penyakit, serta
perinatal dengan mengurangi morbiditas neonatus serta memperpanjang usia gestasi tanpa
preeklampsia tanpa gejala berat dengan usia kehamilan <37 minggu atau pasien
preeklampsia dengan gejala berat dan usia kehamilan <34 minggu. . (Sarwono, 2009).
B.KLASIFIKASI
Klasifikasi Post Partum
a. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah
bersih dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
c. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bias
berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat
dengan berat uterus 750 gr.
4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis
dengan berat uterus 350 gr.
Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan
jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah.
3) Penentuan konsistensi uterus
Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus kerasa teraba sekeras batu dan
uterus lunak.
b. Serviks
Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya
menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Serviks
menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya
janin dan uterus menuju saluran vagina pada saat persalinan. Segera setelah
persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong. Hal ini disebabkan
oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi.
Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman karena mengandung banyak
pembuluh darah dengan konsistensi lunak.
Segera setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan
pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat dilewati oleh 2-3 jari
dan setelah 1 minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari, setelah 6
minggu persalinan serviks menutup.
c. Vagina
Timbul pada hari 1- 2 postpartum, terdiri dari darah segar barcampur sisa-
sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, sisa- sisa verniks kaseosa, lanugo
dan mekoneum.
2) Lochea sanguinolenta
Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 postpartum, karakteristik
lochea sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.
3) Lochea serosa
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke 2
atau hari ke 3 setelah persalinan
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
(Walyani, 2017)
Perubahan tanda- tanda vital menurut Maritalia (2012) dan Walyani (2017)
antara lain:
1) Suhu tubuh
Setelah proses persalinan suhu tubuh dapat meningkat 0,5⁰ celcius dari
keadaan normal namun tidak lebih dari 38⁰ celcius. Setelah 12 jam
persalinan suhu tubuh akan kembali seperti keadaan semula.
2) Nadi
Setelah proses persalinan selesai frekuensi denyut nadi dapat sedikit lebih
lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.
3) Tekanan darah
Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan pada
saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses persalinan.
4) Pernafasan
1. Perubahan Peran
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak. Sebenarnya
suami dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka sejak masa kehamilan. Perubahan
peran ini semakin meningkat setelah kelahiran anak.
Contoh, bentuk perawatan dan asuhan sudah mulai diberikan oleh si ibu kepada bayinya saat
masih berada dalam kandungan adalah dengan cara memelihara kesehatannya selama masih
hamil, memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan
sebagainya.
Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan tanggung jawab
baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku ini akan terus
berkembang dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan waktu
cenderung mengikuti suatu arah yang bisa diramalkan.
Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi belajar mengenal
orang tuanya lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal
kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih sayang, perhatian, makanan, sosialisasi dan
perlindungan.
Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga sebagai satu
kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini menyangkut peran negosiasi (suami-istri, ayah-
ibu, orang tua-anak, anak dan anak).
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu
diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan
mereka dengan bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini
ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode
ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan
keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi (suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara)
orang tua mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas
merawat bayi dan menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung
kira-kira selama 2 bulan.
Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak yang dilahirkan tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari kekecewaan ini dapat mempengaruhi
proses pengasuhan anak.
Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan menyebabkan orang
tua kurang melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak segera
diatasi, akan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang
tidak sesuai dengan harapan tersebut.
Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang meliputi kegiatan-
kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk
memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.
Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya, antara lain:
Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus terbawa
dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak idealnya. Hal ini
berarti orang tua harus menerima penampilan fisik, jenis kelamin, temperamen dan
status fisik anaknya.
Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pdibadi yang
terpisah dari diri mereka, artinya seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan
memerlukan perawatan.
Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk aktivitas
merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan bayi dalam
mengatakan apa yang diperlukan dan member respon yang cepat
Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk
menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.
Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam keluarga.
Baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua anggota keluarga
harus menyesuaikan peran mereka dalam menerima kedatangan bayi.
Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri orang tua akan tumbuh bersama
dengan meningkatnya kemampuan merawat/mengasuh bayi. Oleh sebab itu bidan perlu
memberikan bimbingan kepada si ibu, bagaimana cara merawat bayinya, untuk membantu
mengangkat harga dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada
masa post partum adalah :
E. PATHWAYS
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut b.d. agen Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi lokasi,
pencedera fisik keperawatan selama 3 x 24 karakteritik, durasi,
(post operasi sectio jam, maka diharapan tingat frekuensi, kualitas
caeserea/SC). nyeri menurun dengan dan intensitas nyeri.
kriteria hasil : b. Identifikasi faktor
a. Kemampuan yang memperkuat dan
menuntaskan aktivitas memperingan nyeri.
meningkat. c. Identifikasi pengaruh
b. Keluhan nyeri nyeri pada kualitas
menurun. hidup.
c. Meringis menurun. d. Berikan teknik
d. Sikap protektif nonfarmakologis
menurun. untuk mengurangi
e. Kesulitas tidur rasa nyeri.
menurun. e. Fasilitasi istirahat dan
f. Gelisah menurun. tidur.
f. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri.
g. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
2 Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan a. Monitor kemampuan
efektif b.d. keperawatan selama 3 x 24 ibu untuk menyusui.
ketidakadekuatan jam, maka diharapkan b. Monitor kemampuan
suplai ASI. status menyusui membaik bayi menyusu.
dengan kriteria hasil : c. Dukung ibu
a. Perlekatan bayi pada meningkatkan
payudata ibu kepercayaan diri
meningkat. untuk menyusui.
b. Kemampuan ibu d. Berikan ibu
memposisikan bayi kesemoatan untuk
dengan benar rawat gabung
meningkat. (rooming in).
c. Berat badan bayi e. Fasilitasi ibu
meningkat. menemukan posisi
d. Suplai ASI adekuat. yang nyaman.
e. Tetesan/pancaran ASI f. Anjurkan memberi
meningkat. kesempatan bayi
sampai lebih dari 1
jam atau sampai bayi
menunjukkan tanda-
tanda siap menyusu.
g. Diskusikan masalah
selama menyusui.
3 Resiko konstipasi Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi faktor
d.d. penurunan keperawatan selama 3 x 24 risiko konstipasi.
motilitas jam, maka diharapkan b. Monitor tanda dan
gastrointestinal. eliminasi fekal membaik gejalan konstipasi.
dengan kriteria hasil : c. Identifikasi
a. Kontrol pengeluaran penggunaan obat-
feses meningkat. obatan yang
b. Keluhan defekasi lama menyebabkan
dan sulit menurun. konstipasi.
c. Distensi abdomen d. Lakukan masase
menurun. abdomen.
d. Frekuensi defekasi e. Anjurkan minum air
membaik. putih sesuai dengan
e. Peristaltik usus kebutuhan (1500-
membaik. 2000 ml/hari).
f. Anjurkan
meningkatkan
aktivitas fisik sesuai
kebutuhan.
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. (PPNI,2018)
Ada 3 tahap implementasi :
a. Fase orentasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. (PPNI,2018)
Ada 3 tahap implementasi :
d. Fase orentasi