Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA “NY.M” P2002 DENGAN DIAGNOSA MEDIS NIFAS SECTIO


CAESARIA DENGAN INDIKASI LETAK SUNGSANG DAN
PREEKLAMPSIA DI RUANG SAYU WIWIT RSUD BLAMBANGAN

Oleh :
Faldy Choirur Roziqin

202101024

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES BANYUWANGI

T.A 2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Pada “Ny.M” dengan Diagnosa Medis Nifas Sectio

Caesaria dan Preeklampsia di ruang Sayu Wiwit RSUD Blambangan

Disusun sebagai laporan individu diruang Sayu Wiwit (RG)

Faldy Choirur Roziqin

Telah disahkan pada :

Perceptor Klinik Perceptor Institusi

Kepala Ruangan
1. Definisi
A. Definisi Sectio Caesaria
Secsio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. Seksio sesarea adalah melahirkan
janin melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus. Secsio sesarea
adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan
pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika
kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasikomplikasi, kendati
cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal (Brier & lia dwi
jayanti, 2020).
B. Definisi Letak Sungsang
Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi
letaknya sesuai dengan badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedangkan
bokong merupakan bagian terbawah ( di daerah pintu atas panggul/simfisis).
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
yang terendah (presentasi bokong) (Lestari, 2019).
C. Definisi Preeklampsia
Preeklampsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi pada ibu
hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah ≥ 140/90 MmHg disertai dengan edema dan
proteinuria. Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urine
serta edema. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya
hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan
sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Preeklampsia,
sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuri yang
baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria)
(Indrieni, 2020).
2. Klasifikasi
A. Klasifikasi SC
Klasifikasi Sectio caesaria (SC) dibedakan menjadi 4, yaitu :
a. Seksio Sesarea Primer : Dari semula telah direncanakan bahwa janin
akan dilahirkan secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran
biasa, misalnya pada panggul sempit.
b. Seksio Sesarea Sekunder : Dalam hal ini kita bersikap mencoba
menunggu kelahiran biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan, baru
dilakukan seksio sesarea.
c. Seksio Sesarea Ulang : Ibu pada kehamilan lalu mengalami seksio
sesarea dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea
ulang.
d. Seksio Sesarea Postmortem : Seksio sesarea yang dilakukan segera
pada ibu hamil cukup bulan yang meninggal tiba-tiba sedangkan janin
masih hidup.
B. Klasifikasi Letak Sungsang
Ada 3 klasifikasi letak sungsang sebagai berikut :
a. Presentasi bokong murni (frank breech) Yaitu letak sungsang dimana
kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki setinggi bahu atau
kepala janin.
b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) Yaitu letak
sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan di
samping bokong dapat diraba kedua kaki.
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech) Yaitu
letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan
kaki yang lain terangkat ke atas.
C. Klasifikasi Preeklampsia
Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1) Preeklampsia Ringan
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 MmHg atau
lebih dengan posisi pengukuran tekanan darah pada ibu baik duduk
maupun telentang. Protein Uria 0,3 gr/lt atau +1/+2. Edema pada
ekstermitas dan muka serta diikuti kenaikan berat badan > 1 Kg/per
minggu.
2) Preeklampsia Berat
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110 MmHg
atau lebih. Protein Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria ( Jumlah
urine kuran dari 500 cc per 2 jam) serta adanya edema pada paru serta
cyanosis. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri
pada epigastrium.
3. Etiologi
A. Etiologi SC
Etiologi sectio caesaria dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Etiologi yang berasal dari Ibu
Etiologi yang berasal dari Ibu yaitu pada primigravida dengan
kelainan letak, primipara tua disertai kelainan letak, ada disporporsi
sefalo pelvik (disproporsi janin/panggul), terdapat sejarah kehamilan
dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, placenta
previa terutama pada primigravida, solutsio placenta tingkat I-II,
komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi-eklampsia, kehamilan yang
disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista
ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
b. Etiologi yang berasal dari janin
Etiologi yang berasal dari janin yaitu fetal distress/gawat janin, mal
presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan
pembukaan kecil, dan kegagalan persalinan vakum atau forseps
ekstraksi.
B. Etiologi Letak Sungsang
a. Dari Sudut Ibu
1) Keadaan rahim (rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus
dupleks, mioma bersama kehamilan).
2) Keadaan jalan lahir (kesempitan panggul, deformitas tulang
panggul, terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke
posisi kepala).
3) Keadaan plasenta (plasenta letak rendah, plasenta previa).
b. Dari Sudut Janin
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat.
2) Hidrosefalus atau anensefalus
3) Kehamilan kembar.
4) Hidramnion atau oligohidramnion.
5) Prematuritas
C. Etiologi Preeklampsia
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum
diketahui secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali
dengan adanya kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi
menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di dalam
kandungan. Teori lain menjelaskan preeklampsia sering terjadi pada
Primigravida, Kehamilan Post Matur /Post Term serta Kehamian Ganda.
Beberapa factor lainnya yang bias meningkatkan resiko preeklampsia
antara lain adalah :
1) Malnutrisi Berat.
2) Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus, Lupus, Hypertensi dan
Penyakit Ginjal.
3) Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.
4) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
5) Obesitas.
6) Riwayat keluarga dengan preeklampsia.
4. Manifestasi Klinis
A. Manifestasi Klinis SC
Beberapa manifestasi klinis pada sectio caesaria adalah sebagai berikut :
1) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
2) Terpasang kateter: urine jernih dan pucat.
3) Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
4) Bising usus tidak ada.
5) Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
6) Balutan abdomen tampak sedikit noda.
7) Aliran lochia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.
B. Manifestasi Klinis Letak Sungsang
1) Keluhan umum yang sering dinyatakan oleh ibu dengan kehamilan
letak sungsang adalah terasa penuh dibagian atas dan gerakan janin
terasa lebih banyak dibagian bawah.
2) Pada pemeriksaan abdomen, tidak dapat diraba bagian yang keras dan
bulat, yakni kepala dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang
bokong janin teraba bulat dan memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Auskultasi
menunjukkan DJJ lokasinya setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilikus.
3) Pada pemeriksaan dalam, dapat diraba adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat
diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat
tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang sama dengan
panjang telapak tangan.
C. Manifestasi Klinis Preeklampsia
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang
terus meningkat, peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg
atau lebih atau sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2
kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan
gejala lainnya dari preeklamsia adalah :
1) Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110
mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama.
2) Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
3) Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
4) Edema Paru.
5) Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
6) Oligohidramnion
5. Patofisiologi
A. Patofisiologi SC
SC (Sectio Caesaria) merupakan tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang
masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala
panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan linak, placenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan
letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post
partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat
kurang informasi dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang
tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka
dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu
perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah satu utama insisi yang mengakibatkan gangguan
rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dari umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga
kadang- kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa
atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang
berlebihan karena kerja otot nafas sillia yang menutup. Anestesi ini
juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas
usus.
B. Patofisiologi Letak Sungsang
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih
32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak lintang atau
letak sungsang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua
tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada di ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala.
C. Patofisiologi Preeklampsia
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai
dengan retensi air dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme
hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen aretriola
sedemikan sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah.
Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka
tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasai kenaikan
tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan
kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya,
mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus.
Pada preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan
plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan
pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion
tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup
kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan
lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel
yang dilewati termasuk sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel
endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain ; adhesi dan agregasi
trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma,
terlepasnya enzim lisosom, thromboksan dan serotonin sebagai akibat
rusaknya trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti, terganggunya
keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta
akibat konsumsi oksigen dan perioksidase lemak.
6. Pathway

Gawat janin,
letak sungsang

Nyeri Akut

Intoleransi Aktivitas
7. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Penunjang SC
Adapun beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien SC
adalah sebagai berikut :
a. Tes darah lengkap / Complete Blood Count )
b. Pemeriksaan yang dilakukan dengan mengukur kadar sel darah di
dalam sampel darah. Yang dilihat dari jumlah hematokrit (sel darah
merah dalam tubuh ).
c. Pemeriksaan sel darah merah
d. Pemeriksaan kadar zat besi,ferritin, vitamin B12, tes diagnostic
tambahan
B. Pemeriksaan Penunjang Letak Sungsang
Dilakukan jika masih ada keraguan dari pemeriksaan luar dan dalam,
sehingga harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik atau MRI (Magnetic Resnance Imaging). Pemeriksaan
ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan
fisik belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan
cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi
tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan
adanya kelainan bawaan anak.
C. Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada preeklampsia adalah
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dan hapusan darah
Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %), Hematokrit
meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %), Trombosit menurun
( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
2) Urinalis
Ditemukan protein dalam urin.
3) Pemeriksaan fungsi hati
Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ), LDH ( laktat dehidrogenase
) meningkat, Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul, Serum
Glutamat pirufat transaminase (SGPT ) meningkat (N= 15-45
u/ml), Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT)
meningkat (N= <31 u/l), Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7
g/dl)
4) Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
8. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan SC
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintravena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadihipotermi, dehidrasi atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa digunakan biasanya DS 10%
gr fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan tranfusi darah sesuai
kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flaktus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah dilakukan
pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
terlentang sendini mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat di dudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya
4) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan
kemudian belajar sendiri pada hari k-3 sampai hari k-5 pasca
operasi
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24-48 jam/ lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian Obat-obatan
Pemberian obat-obatan sangat berbeda di setiap rumah sakit, akan
tetapi umumnya pasien akan diberikan analgetik dan juga vitamin
seperti nerobian vit C.
f. Perawatan Luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
B. Penatalaksanaan Letak Sungsang
Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena
dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai
kematian bayi. Menghadapi kehamilan letak sungsang dapat diambil
tindakan :
a. Pertolongan persalinan pervaginam
1) Pertolongan fisiologis secara Brach : Persalinan Brach berhasil
bila berlangsung dalam satu kali his dan mengejan, Sedangkan
penolong membantu melakukan hiperlordose. Bila persalinan
dengan satu kali his dan mengejan tidak berhasil, maka
pertolongan Brach dianggap gagal, dan dilanjutkan dengan
ekstraksi (manual aid).
2) Ekstraksi bokong partial : Persalinan dengan ekstraksi bokong
partial dimaksudkan bahwa :  Persalinan bokong sampai
umbilikus berlangsung dengan kekuatan sendiri  Terjadi
kemacetan persalinan badan dan kepala  Dilakukan persalinan
bantuan dengan jalan : secara klasik, secara Muller dan Loevset.
3) Pertolongan persalinan kepala :  Pertolongan persalinan kepala
menurut Mauriceau- veit Smellie, dilakukan bila terjadi kegagalan
persalinan kepala.  Persalinan kepala dengan ekstraksi forsep,
dilakukan bila terjadi kegagalan persalinan kepala dengan teknik
Mauriceau viet Smellie.
4) Ekstraksi bokong totalis : Ekstraksi bokong total bila proses
persalinan sungsang seluruhnya dilakukan dengan kekuatan
penolong sendiri.
b. Pertolongan persalinan dengan Sectio Caesaria
Memperhatikan pertolongan persalinan letak sungsang melalui jalan
vaginal, maka sebagian besar pertolongan persalinan sungsang
dilakukan dengan seksio sesarea (Sutrisminah, 2018).
C. Penatalaksanaan Preeklampsia
Penatalaksanaan preeklampsia adalah sebagai berikut, antara lain:
1) Tirah Baring miring ke satu posisi.
2) Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
3) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
4) Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam
pemberian cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
5) Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
6) Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).
9. Komplikasi
A. Komplikasi SC
Komplikasi yang kemungkinan muncul pada pasien SC sebagai berikut :
1) Perdarahan yang terjadi karena adanya atonia uteri, pelebaran insisi
uterus, kesulitan mengeluarkan plasenta dan hematoma ligamentum
latum.
2) Infeksi Sectio Caesaria bukan hanya terjadi di daerah insisi saja, tetapi
dapat terjadi di daerah lain seperti traktus genitalia, traktus urinaria,
paru-paru dan traktus respiratori atas.
3) Berkurangnya vaskuler bagian atas uterus sehingga dapat
menyebabkan rupture uterus.
4) Ileus dan peritonitis.Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi.
B. Komplikasi Letak Sungsang
a. Komplikasi pada ibu
1) Perdarahan
2) Robekan jalan lahir
3) Infeksi
b. Komplikasi pada janin
1) Asfiksia disebabkan oleh : Kemacetan persalinan kepala, aspirasi
air ketuban/lendir, Perdarahan atau edema jaringan otak,
Kerusakan medula oblongata, Kerusakan persendian tulang leher,
Kematian bayi karena asfiksia berat.
2) Trauma persalinan disebabkan oleh : Dislokasi fraktur persendian,
tulang ekstermitas, Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru
atau jantung, Dislokasi fraktur persendian tulang leher, fraktur
tulang dasar kepala,fraktur tulang kepala kerusakan pada mata,
hidung atau telinga, kerusakan pada jaringan otak.
3) Infeksi terjadi karena : Persalinan berlangsung lama, Ketuban
pecah pada pembukaan kecil, Manipulasi dengan pemeriksaan
dalam.
C. Komplikasi Preeklampsia
a. Bagi Ibu
1) Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah,
meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
2) Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang
ditandai dengan kejang-kejang.
3) Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang
berhubungan dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan
meningkat jika mempunyai riwayat preeklamsia.
4) Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi
beberapa organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
5) Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat
berupa perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan
untuk pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan
darah yang menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
6) Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum
kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan
plasenta, yang akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan
janin.
7) Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh
darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut.
Ketika seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan
mengalami kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan
darah, dan juga karena tidak mendapatkan pasokan oksigen akibat
terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang menyebabkan
kerusakan otak atau bahkan kematian.
b. Bagi Janin
1) Prematuritas
2) Kematian janin
3) Terhambatnya pertumbuhan janin
4) Asfiksia neonatorum
10. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas pasien, asal keturunan/kewarganegaraan:
Di dalam identitas yang berisiko tinggi meliputi umur yaitu ibu yang
mengalami kehamilan pertama dengan indikasi letak (primigravida),
kehamilan dengan indikasi letak umur diatas 30 tahun (primiparatua),
nama, no RM, status perkawinan, agama, alamat, pendidikan,
pekerjaan, jenis kelamin, suku bangsa dan diagnosa keperawatan.
Identitas dari pasien dan juga penanggung jawab pasien.
2) Keluhan Utama
Pasien post operasi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi SC
(Sectio Caesaria)
3) Riwayat penyakit sekarang (PQRST)
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit dirasakan setelah pasien operasi.
4) Riwayat Penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami operasi sesar sebelumnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat penyakit keluarga seperti riwayat penyakit DM,
jantung, asma dari komplikasi tersebut akan dilakukan opersi sesar.
6) Riwayat perkawinan
Meliputi menikah sejak umur berapa dan berlangsung sudah berapa
tahun pernikahannya
7) Riwayat kehamilan saat ini
Yaitu menghitung usia kehamilan dan tanggal tafsiran persalinan
(HPHT), mengetahui perkiraan lahir bayi, apakah bayi lahir premature
karena bayi premature merupakan factor predisposisi dari letak
sungsang.
8) Riwayat Persalinan
Meliputi jenis persalinan yang pernah dialami ( SC/ normal ) adanya
perdarahan atau tidak.
9) Riwayat ginekologi
10) Riwayat Menstruasi
Meliputi menarche berapa siklus, berapa lama, haid pertama dan haid
terakhir ( HPHT ).
11) Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas
Meliputi kehamilan anak ke berapa, umur kehamilan, ada penyulit
atau tidak, penolong dalam persalinan, jenis persalinan SC atau
normal, terdapat komplikasi nifas atau tidak.
12) Riwayat keluarga berencana
Apakah pernah melaksanakan KB sebelumnya, jenis kontrasepsinya
apa, sejak kapan menggunakan kontrasepsi, apakah ada masalah saat
menggunakan kontrasepsi.
13) Pola eliminasi
Pasien post SC biasanya masih menggunakan kateter untuk memantau
cairan keluar dan terdapat lochea rubra +/- 90cc.
14) Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pasien post SC lebih banyak tidur dan tirah baring karena
efek anastesi.
15) Pemeriksaan Fisik fokus :
a) Keadaan umum : mengecek tanda-tanda vital dan tingkat
kesadaran pasien.
b) Kepala :
- Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
- Wajah : tidak ada oedema, ekspresi wajah menahan nyeri
(meringis) luka post operasi.
- Mata : konjungtiva tidak anemis
- Hidung : simetris, tidak ada lesi atau kotoran
- Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
- Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir
lembab, tidak terdapat lesi.
c) Leher
tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
kelenjer getah bening
d) Dada
- Inspeksi : simetris
- Perkusi : sonor seluruh lapang paru
- Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
- Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan
e) Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba, perubahan denyut nadi
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : tidak ada bising
f) Abdomen
- Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa
nyeri di daerah abdomen.
- Palpasi : ada nyeri tekan
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus normal
g) Genetalia
- Inspeksi : tidak ada lesi, biasanya terpasang kateter urine.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
h) Ekstremitas dan Kulit
b. Diagnosis
1) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah
2) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d tampak meringis
3) Gangguan eliminasi urin b.d efek tindakan medis dan diagnostik d.d
distensi kandung kemih
4) Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal d.d penurunan
peristaltik usus
5) Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif
c. Intervensi
No. Diagnosa Luaran Intervensi
1. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen energi
b.d kelemahan d.d L.05047 1.05178
mengeluh lelah Setelah dilakukan Observasi :
D.0056 tindakan asuhan  Monitor kelelahan
keperawatan selama 2 fisik
x 24 jam diharapkan  Monitor pola dan
toleransi aktivitas
meningkat dengan jam tidur
kriteria hasil :  Monitor TTV
 Keluhan lelah Terapeutik :
menurun  Sediakan
 Perasaan lingkungan yang
lemah nyaman
menurun  Fasilitasi duduk di
 Saturasi sisi tempat tidur
oksigen Edukasi :
meningkat  Anjurkan tirah
 TTV baring
membaik Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan

2. Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri Manajemen eliminasi urine


pencedera fisiologis L.08066 1.04152
d.d tampak Setelah dilakukan Observasi
meringis tindakan asuhan - Identifikasi
D.0077 keperawatan selama 1 lokasi,karakteristik,
x 24 jam diharapkan durasi,frekuensi,kualitas,
tingkat nyeri menurun dan intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
 Keluhan - Identifikasi faktor yang
nyeri memperberat dan
menurun (5) memperingan nyeri
 Meringis Terapeutik
menurun (5)  Berikan teknik non
 Sikap farma kologis untuk
protektif mengurangi rasa
Menurun (5) nyeri
 Frekuensi  Kontrol lingkungan
nadi yang memperberat
membaik (5) rasa nyeri
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan,Periode
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Ajarkan teknik non
farma kologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu

3. Resiko infeksi d.d Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi


prosedur invasif L.14137 I.14539
D.0142 Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan - Monitor tanda dan
2x24 jam diharapkan gejala infeksi lokal
tingkat infeksi dan sistematik
menurun, dengan Terapeutik
kriteria hasil : - Batasi jumlah
- Kemerahan pengunjung
menurun (5) - Berikan perawatan
- Nyeri menurun kulit pada area edema
(5) - Cuci tangan sebelum
- Bengkak dan sesudah kontak
menurun (5) dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka dan luka operasi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
d. Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di
rencanakan dan di lakukan sesuai dengan kebutuhan klien / pasien
tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi peredaan
nyeri, mengontrol ansietas, pemahaman dan penerimaan penanganan,
pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat,
pencegahan isolasi sosial, dan upaya komplikasi.
e. Evaluasi
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua
tindakan yang telah dilakukan dapat memberikan perbaikan status
kesehatan terhadap klien sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Brier, J., & lia dwi jayanti. (2020). KONSEP DASAR KEPERAWATAN
MATERNITAS. 21(1), 1–9.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203

Indrieni, S. (2020). Asuhan Keperawatan Klien dengan Preeklampsi yang dirawat


di Rumah Sakit. In Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur (Vol. 53, Issue
9).

Lestari, N. D. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN


DIAGNOSA MEDIS POST SECTIO CAESARIA DENGAN INDIKASI
LETAK SUNGSANG DI RSUD BANGIL PASURUAN.

Sutrisminah, E. (2018). PENATALAKSANAAN LETAK SUNGSANG. Jurnal


Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(August), 128.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosis keperawatan


Indonesia(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan


Indonesia(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
LEMBAR KONSULTASI

TANGGAL URAIAN/CATATAN PARAF DAN NAMA


PEMBIMBING

Anda mungkin juga menyukai