Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA SECTIO

CAESAREA DAN PREEKLAMSIA BERAT DI RUANG ARAFAH 2

RSUD ZAINAL ABIDIN BANDA ACEH

DISUSUN OLEH:
Akmarina

P1337420921228

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN


KEMENKES SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG PROGRAM STUDI
PROFESI NERS SEMARANG

2022
1. Pengertian Sectio

caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram (Sarwono, 2009)

Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menujukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012) Preeklamsia berat adalah suatu komlikasi kehamilan
yang di tandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai proteinuria dan oedema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Bodak, 2004).

Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma
kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011).

Anatomi dan Fisiologi Abdomen

a. Kulit

1) Lapisan Epidermis

Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel yang tersusun secara
berkesinambungan di bentuk oleh lapisan germinal dalam epitel silindris dan mendatar ketika di
dorong oleh sel-sel baru ke arah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri
dari keratin protein bertanduk, jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel- selnya sangat
rapat.

2) Lapisan dermis

Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan elastin. Lapisan superfasian
menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papila kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada
jaringan subkutan dan fasia, lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.

3) Lapisan subkutan

Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan ujung syaraf. Lapisan
ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat di bawahnya. Dalam hubungan
dengan tindakan SC, Lapisan ini adalah pengikat organ-organ yang ada di abdomen, khususnya uterus.
Organ-organ di lindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium dalam tindakan SC, sayatan
dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai dinding uterus.

b. Fasia

Di bawah kulit fasia superfisialis menjadi lapisan lemak yang dangkal, camper`s fasia, dan yang lebih
dalam lapisan fibrosa, fasia profunda terletak pada otot-otot perut menyatu dengan fasia profunda
paha. Susunan ini membentuk pesawat antara scarpa`s fasia dan perut dalam fasia membentang dari
bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah lapisan terdapat otot, maka otot abdominis transveses,
terletak fasia transversalis. Pada fasia transversalis di pisahkan dari perinium parietalis oleh variabel
lapisan lemak. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur
tubuh.

c. Otot perut

1) Otot dinding perut anterior dan lateral

Rektus abdominis meluas dari bagian depan margo costalis di atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu
di silang oleh beberapa pita jaringan yang membentang pada garis tengah dari procecuss xiphodius
sternum ke simpisis pupis, memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliquus sxternus,
obliquus internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding abdomen pada bagian
samping dan depan. Serat externus berjalan ke arah bawah dan atas ; serat obliqus internus berjalan ke
atas dan ke depan ; serat transverses (otot terdalam dari otot ketiga dinding perut ) berjalan transversal
di bagian depan ketiga otot terakhir otot berakhir dalam satu selubung bersama yang menutupi rectus
abdominis.

2) Otot dinding perut posterior

Quadrates lumbolus adalah otot pendek persegi pada bagian belakang abdomen, dari costa keduabelas
di atas ke crista iliaca (gibson, J. 2002)

2. Etiologi

Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan
yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga
panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan,
sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena
itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.

c. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam
belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu,
sedangkan di bawah 36 minggu.

d. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki
resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun
dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

e. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan,
adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

f. Kelainan Letak Janin

1) Kelainan pada letak kepala


a) Letak kepala tengadah Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau
mati, kerusakan dasar panggul.

b) Presentasi muka Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.

c) Presentasi dahi Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap
paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka
atau letak belakang kepala.

2) Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri
dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni
presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

3. Manifestasi Klinis

Ada beberapa hal tanda dan gejala post Sectio Caesarea (SC) :

1. Pusing

2. Mual muntah

3. Nyeri sekitar luka operasi

4. Peristaltic usus menurun

Manifestasi Klinis PEB menurut (Nanda, 2013) :

a. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang di ikuti dengan peningkatan
tekanan darah yang abnormal.

b. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau gangguan lainnya.

c. Nyeri perut pada bagian ulu hati yang terkadang disertai dengan muntah.

d. Gangguan pernafasan sampai sianosis.

e. Terjadi gangguan kesadaran.


4. Patofisiologi

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan
pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah
gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post
partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya
sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawa tan luka dengan prinsip steril.

Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Sebelum
dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi
umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang
bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak
efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.

Anestesi juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus. Seperti
yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan
bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi.
Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung
akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap
aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat
pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Elektroensefalogram ( EEG )

Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

b. Pemindaian CT

Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

c. Magneti resonance imaging (MRI)


Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna
untuk memperlihatkan daerah -daerah otak yang itdak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.

d. Pemindaian positron emission tomography ( PET )Untuk mengevaluasi kejang yang membandel
dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak.

e. Uji laboratorium

1. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler.

2. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit.

3. Panel elektrolit.

4. Skrining toksik dari serum dan urin.

5. AGD

6. Kadar kalsium darah

7. Kadar natrium darah

8. Kadar magnesium darah

6. Penatalaksanaan

a. Keperawatan

1. Letakan pasien dalam posisi pemulihan.

2. Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama jam pertama, kemudian tiap 30 menit
jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.

3. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.

4. Transfusi jika diperlukan.

5. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke kamar bedah
kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.
b. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu di mulailah pemberian
minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

c. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

1. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi

2. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar

3. Hari kedua post operasi, penderita dapat di dudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas
dalam lalu menghembuskannya.

4. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler).

5. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari,
belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.

d. Fungsi gastrointestinal

1. Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair

2. Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul

3. Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat

4. Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik

5. Perawatan fungsi kandung kemih

6. Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah semalam

7. Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih

8. Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai minimum 7 hari atau
urin jernih.

9. Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100 mg per oral per hari sampai kateter
dilepas.
10. Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi
involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 -48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

e. Pembalutan dan perawatan luka

1. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu banyak jangan mengganti
pembalut

2. Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk mengencangkan

3. Ganti pembalut dengan cara steril

4. Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih

5. Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit dilakukan pada hari kelima
pasca SC.

f. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan

1. Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi berupa perdarahan dan
hematoma pada daerah operasi

2. Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya hematoma.

3. Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk) agar diding
abdomen tidak tegang.

4. Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.

5. Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi

6. Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat. Selama waktu 3 bulan tidak boleh
melakukan kegiatan yang dapat menaikkan tekanan intra abdomen pengkajian difokuskan pada
kelancaran saluran nafas, karena bila terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang
mungkin disebab-kan karena pengaruh obatobatan, anestetik, narkotik dan karena tekanan
diafragma.Selain itu juga penting untuk mempertahankan sirkulasi dengan mewaspadai terjadinya
hipotensi dan aritmia kardiak. Oleh karena itu perlu memantau TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran
selama 2 jam dan 4 jam sekali. Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri
dan kenyamanan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi dan bimbingan kegi-atan
post op seperti ambulasi dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
7. Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas.
Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai
adanya penyimpangan.

g. Medis

Pada penderita yang sudah masuk ke rumah sakit dengan tanda-tanda dan gejala-gejala
preeklamsi berat segera harus di beri sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya
kejangkejang.Sebagai tindakan pengobatan untuk mencegah kejang-kejang dapat di berikan:

1) Larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10 ml (4 gr) disuntikan intramuskulus bokong kiri dan
kanan sebagai dosis permulaan dan dapat di ulang 4 gr tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan sulfas
magnesikus hanya diberikan bila diuresis baik, reflek patella positif, dan kecepatan pernafasan lebih
dari 16 per menit. Obat tersebut selain menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan diuresis.

2) Klopromazin 50 mg intramuskulus.

3) Diazepam 20 mg intramuskulusDigunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat pemberian


MgSO4 tidak dipenuhi. Cara pemberian: Drip 10 mg dalam 500 ml, max. 120 mg/24 jam. Jika dalam
dosis 100 mg/24 jam tidak ada perbaikan, rawat di ruang ICU.Sebagai tindakan pengobatan untuk
menurunkan tekanan darah:

1) Anti hipertensi

a) Tekanan darah sistolis > 180 mmHg, diastolis > 110 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan
diastolis < 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.

b) Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.

c) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat antihipertensi
parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan
infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.

d) Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet anti hipertensi secara sublingual
atau oral. Obat pilihan adalah nifedipin yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang sampai 8
kali/24 jam.

2) Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid
D.Penggunaan obat hipotensif pada pre-eklamsia berat diperlukan karena dengan menurunnya tekanan
darah kemungkinan kejang dan apolpeksia serebri menjadi lebih kecil. Apabila terdapat oliguria,
sebaiknya penderita diberi glukosa 20% secara intravena. Obat diuretika tidak si berikan secar rutin.

7. Komplikasi

a. Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :

1. Infeksi puerperal ( Nifas )

 Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

 Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung.

 Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

2. Perdarahan

 Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

 Perdarahan pada plasenta bed

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi

4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.

b. Komplilasi Preeklamsi Berat

Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia uteri (uterus
couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi
retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal
jantung, syok dan kematian. Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas
DAFTAR PUSTAKA

Bodak. Irene. M. Lowdermilk and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta :
EGC

Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi 2012.2014. Buku Kedokteran : EGC

Saifuddin. Abdul B. 2002. Buku Pandua Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
LAMPIRAN 9

FORMAT PENGKAJIAN POSTNATAL


KEPERAWATAN MATERNITAS
Nama Mahasiswa : Akmarina NIM : P1337420921228
Tempat Praktek : Ruang Arafah 2 Tgl : 28 11 2022

1. DATA UMUM

Inisial klien : Reniati Binti Rusliadi

Usia : 04-02-1998

Status perkawinan : Kawin

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SLTA/SEDERAJAT

Agama : Agam Islam

Suku bangsa : Aceh

Alamat : Nagan Raya

A. Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Yang lalu

No Tahun Tipe Penolong Jenis BB Keadaan Komplikasi


persalinan kelamin Lahir bayi saat nifas
lahir

1 2020 Normal Bidan Pr 2,8kg meninggal Tidak ada

2 2022 Sectio dokter Lk 2,7kg sehat Tidak ada


caesaria
3

Dst

Pengalaman menyusui : Ya/ tidak Berapa lama: ...............................


B. Riwayat Kehamilan Saat Ini
1. Berapa kali periksa hamil : 2xhamil

2. Masalah kehamilan : Tidakada

C. Riwayat Persalinan Riwayat Ginekologi

1. Jenis persalinan : Spontan (Let.kep/ Let.Su)

Tindakan (forceps/ ekstraksi

vakum)

SC a.i (atas indikasi) : .........................................

Tanggal/jam .......................................................

2. Jenis kelamin bayi : L/P, BB ...........gr PB ............. cm, A/S:........

3. Perdarahan :Tidak ada cc

4. Masalah dalam persalinan : Preeklamsia Berat(PEB)

D. Riwayat Ginekologi

1. Masalah ginekologi : Tidak ada

2. Riwayat KB : IUD

II. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI

A. Status Obstetri : P 3 A 0 H........................................Bayi rawat gabung : Ya/tidak

Jika tidak, alasannya : ..............................................................................................

B. Keadaan umum : Normal Kkesadaran : Normal

BB 80 kg TB163 Cm

Tanda vital : TD: 177/88 mmHg Nadi 98 x/menit

S: 36,5oC RR 18 x/menit

C. Kepala Leher

1. Kepala : Dalam Batas Normal (Dbn)

2. Mata : Anemis
3. Hidung : Dalam Batas Normal (Dbn)
4. Mulut : Dalam Batas Normal (Dbn)

5. Telinga : Dalam Batas Normal (Dbn)

6. Leher : Dalam Batas Normal (Dbn)

7. Masalah khusus : Dalam Batas Normal (Dbn)

D. Dada

1. Jantung : Bj1 ≥ Bj2

2. Paru : Dalam Batas Normal (Dbn)

3. Payudara : Dalam Batas Normal (Dbn)

4. Putting susu : Dalam Batas Normal (Dbn)

5. Pengeluaran ASI : Dalam Batas Normal (Dbn)

6. Masalah khusus : Dalam Batas Normal (Dbn)

E. Abdomen

1. Involusi uterus : Dalam Batas Normal (Dbn)

2. Kandung kemih : penuh/ kosong

3. Diastasis rektus abdominis : Dalam Batas Normal (Dbn)

4. Fungsi pencernaan : Dalam Batas Normal (Dbn)

5. Masalah khusus : Dalam Batas Normal (Dbn)

F. Perineum dan genital

1. Vagina : integritas kulit : Dalam Batas Normal (Dbn) Edema: Tidak Ada

Memar : Tidak Ada Hematom : Tidak ada

2. Perineum : utuh/ episiotomi/ ruptur

Tanda REEDA : R : kemerahan : Ya/ tidak

E : bengkak : Ya/ tidak


E : echimosis : Ya/ tidak
D : discharge : Ya/ tidak

A : approximate : Ya/ tidak


Kebersihan: Bersih
3. Lokia

Jumlah : 250 ml

Jenis/ warna : lokia lubra(Merah)

Konsistensi : Dalam Batas Normal (Dbn)

4. Hemoroid

Derajat : Tidak Ada Lokasi : -

Berapa lama : Tidak Ada Nyeri/tidak : -

5. Masalah khusus : Tidak Ada

G. Eksremitas

1. Eksremitas atas : Edema: Ya/ tidak

2. Eksremitas : Nyeri : Ya/ tidak

Varises : Ya/tidak, lokasi: ..........................................................

Tanda Homan (Homan’s Sign) : +/-

3. Masalah khusus : Pre Eklamsia Berat (PEB)

H. Eliminasi

1. Urine : Kebiasaan BAK: 3xsehari

BAK saat ini : Terpasang kateter

2. BAB : Kebiasaan BAB: ........................................................................

BAB saat ini :2x sehari Konstipasi : Ya/ tidak

I. Istirahat dan Kenyamanan

1. Pola tidur : Kebiasaan Sebelum Tidur Membaca doa lama: 6 jam, frekuensi: 6
Jam

Pola tidur saat ini : Pasien Tidur Pada jam 11:20

2. Keluhan ketidaknyamanan : Ya/tidak, lokasi : Abdomend

Sifat : Akut Intensitas: -


J. Mobilisasi dan latihan
1. Tingkat mobilisasi : Dalam Batas Normal(Dbn)

2. Latihan senam : Tidak Ada

3. Masalah khusus : Tidak Ada

K. Nutrisi dan Cairan

1. Asupan nutrisi : Dalam Batas Normal(Dbn) nafsu makan: baik/ tidak

2. Asupan cairan................................................................cukup/ kurang

3. Masalah khusus : Tidak Ada

L. Keadaan Mental

1. Adaptasi psikologis : Dalam Batas Normal(Dbn)

2. Penerimaan terhadap bayi : Dalam Batas Normal(Dbn)

3. Masalah khusus : Tidak Ada

M. Kemampuan Menyusui : Dalam Batas Normal(Dbn)

N. Obat- obatan : -Ceftriaxone 2gr


-Paracetamol 10g
-Transamin 1 Amp
-Omeprazole 40 mg

O. Keadaan umum ibu

Tanda vital : TD: 177/88 mmHg mmHg Nadi 98 x/ menit

S : 36,5oC oC RR 18x/ menit

P. Jenis Persalinan : Sectio Caesaarea

Q. Proses Persalinan : Kala I....................................jam

Kala II..................................menit

Kala III.................................menit

R. Komplikasi persalinan : Ibu: Tidak Ada Janin: Tidak Ada

S. Lamanya ketuban pecah : Kondisi ketuban : Tidak Ada


III. KEADAAN BAYI SAAT LAHIR

A. Lahir tanggal : 17-08-2022

B. Kelahiran : Tunggal/ Gemeli


C. Tindakan resusitasi : Tidak ada

D. Plasenta : Berat : 49,01 gr Tali pusat: panjang 60 cm

Ukuran : 500 gr Jumlah pembuluh darah: 2 arteri


dan1vena

Kelainan : Tidak ada

NILAI APGAR

TANDA NILAI JUMLAH

0 1 2

Denyut jantung ( ) Tidak ada ( ) < 100 ( ) < 100

Usaha napas ( ) Tidak ada ( ) Lambat ( ) menangis


kuat

Tonus otot ( ) Lumpuh ( ) ekstremitas ( ) gerakan aktif


fleksi sedikit

Reflex ( ) Tidak ( ) gerakan ( ) reaksi


bereaksi sedikit melawan

Warna ( ) Biru/ pucat ( ) tubuh ( ) kemerahan


kemerahan

IV. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG :


Laboratorium
1. Drip paracetamol
2. Injeksi transamin 1ampul/8j
3. Injeksi omeprazole

Radiologi
- Usg

V. PERENCANAAN PULANG :
LAMPIRAN 10

FORMAT PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR


KEPERAWATAN MATERNITAS
Nama Mahasiswa : Akmarina NIM : P1337420921228
Tempat Praktek : Arafah 2 Tanggal :

Nama Ayah/ Ibu : Ny,R dan Tn.B

Alamat : Nagan Raya

No Tahun Lahir L/P BB Keadaan Komp. Jenis Tempat Ket.


Lahir Bayi Persalinan Lahir

1 2022 L Sehat Tidak ada Sectio Rumah


caesarea sakit
2

RIWAYAT KELAHIRAN

Status Gravida Ibu : G: 4 P: 4 A: 0

Riwayat Persalinan : Sectio caesarea

BB/TB Ibu : Kg79/163Cm

Tempat Persalinan : Rumah sakit

Jenis Persalinan : Sectio caesarea

Komplikasi Persalinan : Tidak ada


Lama Pecahnya Ketuban : Tidak ada

Proses Persalinan : Kala I Tidak ada jam

Kala II Tidak adajam

Keadaan bayi saat lahir : Dalam Batas Normal(Dbn)

Lahir Tanggal : ........................................ jam : .............................................

Jenis Kelamin.........................................................................Bayi tunggal/ Gemeli

BB/PB Lahir : gram...................................................................................Cm

Nilai APGAR : ......................... / ......................... / ...........................

Plasenta

1. Berat 49,01 gr gram

2. Kotiledon :

3. Ukuran : 250 ml

4. Kelainan : Tidak ada

5. Insersi tali pusat : 1 koil/5 m

Tali pusat

1. Panjang 50 cm

2. Pembuluh darah : 2 pembuluh darah uteri 1 pembuluh darah vena

3. Kelainan : Tidak ada

Pemeriksaan Fisik Bayi

Umur : ....................................................................................................

Hari : ....................................................................................................

Jam : ....................................................................................................

Suhu Badan : ........................oC Genitalia : ............................

Berat Badan : ....................... gram Laki- laki; Testis : ............................

Panjang Badan : .......................Cm Perempuan,Labio : ............................

Lingkar Kepala : Normal Anus : Normal


Lingkar Dada : Normal Mekonium : Normal

Lingkar Perut : Normal Kepala dan Leher : Normal

Ekstremitas : Normal Bentuk : Normal

Jari Tangan : Normal Komplikasi : Normal

Jari Kaki : Normal Molding : Normal


Pergerakan : Normal Caput : Normal

Garis telapak tangan/ kaki : Normal

Chepal hematom : Normal

Status Neurologi : Normal

Ubun- ubun/ Sutura : Normal

Reflek : Normal

Mata : Normal Tendon : ............................

Telinga : Normal Morro : ............................

Mulut : Normal Rooting : ............................

Hidung : Normal Sucking : ............................

Leher : Normal Babinski : ............................

Menggenggam : Normal

Dada

Menangis : Normal Jantung & Paru : Normal

Berjalan : Normal Bunyi Nafas : Normal

Tonus Leher : Normal RR 40 x/menit

Denyut Jantung 140 x/ menit

Kulit
Kelainan : Tidak ada Vernik caseosa : tidak ada

Lanugo : Ada

Punggung

Keadaan punggung : Normal

Fleksibilitas tulang punggung : Normal

Kelainan : Tidak ada

Abdomen

Bising usus : Normal

Kontur : Normal

Kelainan : Tidak ada

1. ASI/PASI : Normal

2. Kemampuan minum 17 ml/jam

Eliminasi

1. BAB pertama : Normal tanggal : 14 jam: 13:00


2. BAK pertama : Normal tanggal : 14 jam:13:01

Data lain : ................................................................................................................

..................................................................................................................

..................................................................................................................

Laboratorium :
1. Cek darah
Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
2. Pemeriksaan afghar score

Kesimpulan :

Semua pemeriksaan di lakukam untuk mengetahui kedadan bayi agar bayi sehat
1. PENGKAJIAN

a. Berisi data fokus : Data subyektif (DS) dan data obyektif (DO)

b. Analisa data

No Hari/ tgl/ jam Data Problem Kemungkinan


penyebab

1 29-11-2022 Subyektif : Nyeri Akut 1) Agen pencedera


Mengeluh nyeri fisiologis ( mis.
Inflamasi, iskemia,
Obyektif : neoplasma)
1) Tampak meringis 2) Agen pencedera
2) Bersikap protektif kimiawi (mis.
(mis. Posisi Terbakar, bahan kimia
menghindari nyeri) iritan)
3) Gelisah 3) Agen pencedera
4) Frekuensi nadi fisik (mis. Abses,
meningkat amputasi, terbakar,
5) Sulit tidur terpotong,
mengangkat berat,
prosedur operasi,
trauma, latihan fisik
berlebihan)
2 Subyektif : Gangguan pola 1) Depresi pusat
Dispnea nafas pernapasan
Obyektif : 2) Hambatan upaya
1) Penggunaan otot nafas (misalnya nyeri
bantu pernapasan 32 saat bernnafas,
2) Fase ekspirasi kelemahan otot
memanjang pernapasan
3) Pola nafas abnormal 3) Deformitas dinding
(misalnya takipnea, dada
bradipnea,hiperventilas 4) Deformitas tulang
i, kusmaul, cheyne dada
stokes) 5) Gangguan
neuromuscular
3 Subyektif : Gangguan 1) Kerusakan integritas
Mengeluh sulit mobilitas fisik struktur tulang
menggerakkan 2) Perubahan
eksremitas metabolisme
Obyektif : 3) Ketidakbugaran fisik
1) Kekuatan otot 4) Penurunan kendali
menurun otot
2) Rentang gerak 5) Penurunan massa
(ROM) menurun otot
6) Kekakuan sendi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN: disusun sesuai prioritas dan urgensinya

No Tgl/ jam Diagnosis keperawatan Paraf

1 29/11/2022 Nyeri akut

2 Pola nafas tidak efektif

3 Gangguan mobilitas fisik


3. PERENCANAAN

TGL/ No. TUJUAN& RENCANA RASIONAL PARAF


JAM DX KRITERIA HASIL TINDAKAN

1.29-11- 1 Tujuan Manajemen a. Untuk


2022 Setelah pemberian Nyeri mengetahui
09:40 Tindakan keperawatan Observas karakteristik
diharapkan klien dapat a.Mengidentifikas nyeri klien
menunjukkan penurunan i lokasi nyeri, b. Untuk
nyeri dengan kriteria waktu timbulnya mengetahui
hasil nyeri, kwualitas, faktor yang
frekuensi dapat
Kriteria Hasil: b.Mengidentifika mengurangi
si faktor yang nyeri klien.
a. Keluhan nyeri dapat c. Untuk
menurun memperingan mengetahui
nyeri dan efek dari
b. Tekanan darah memperberat pemberian obat
membaik nyeri klien
c. Frekuensi nadi c. Memantau atau
membaik memonitor efek a. Teknik
samping dari relaksasi dapat
penggunaan menurunkan
analgetik rasa
Terapeutik nyeri
a. Teknik b. Untuk
relaksasi non- membantu
farmakologis meminimalisir
yaitu terapi faktor
murottal. memperberat
b. Tetap control nyeri
lingkungan yang
bisa memperberat a. Agar ibu
nyeri pada ibu mengetahui
(mis. penyebab,
Pencahayaan, periode
kebisingan dan dan pemicu
Suhu ruangan) nyeri yang
Edukasi dirasakan
a. Jelaskan pada b. Untuk
ibu penyebab membantu
timbulnya nyeri, meringankan
periode dan rasa nyeri
pemicu nyeri pemberian
b. Jelaskan pada analgesic dapat
ibu bagaimana menurunkan
strategi dalam rasa
meredakan rasa nyeri
nyeri
Kolaborasi
Kolabolasi
pemberian
analgetik pada
ibu, jika perlu
17-08- 2 Tujuan : Manajemen -Mencegah
2022 Setelah pemberian Jalan Napas adanya gagal
09:40 Tindakan keperawatan Observasi nafas
a. Tetap monitor -Untuk
diharapkan Klien
pola nafas klien mengetahui
menunjukkan (mulai dari apakah terdapat
pola nafas kembali kedalaman, obstruksi atau
efektif dengan Kriteria usaha napas serta Tidak
Hasil: frekuensi)
a. Kedalaman napas b. Tetap monitor -Untuk
adanya bunyi membantu
membaik
napas tambahan klien agar
b. Dyspnea menurun (mis. Mengi, sesaknya
Gurgling, ronkhi berkurang
kering, dan -Untuk
wheezing) membantu
mengeluarkan
Terapeutik secret klien
a. Posisikan klien -Membantu
dengan posisi mengencerkan
semi-fowler atau secret
fowler Agar lender
b. Lakukan tidak menutupi
fisioterapi dada, jalan nafas
jika perlu -Untuk
c. Berikan membantu
minuman yang mencukupi
hangat kebutuhan
d. Jika terdapat oksigen
lendir, Lakukan Klien
penghisapan
lendir <15 -Membantu
detik mengeluarkan
e. Berikan secret
oksigen (O2), jika -Untuk
perlu membantu
Edukasi mengatasi
a. Ajarkan klien sesak klien
melakukan
Teknik batuk
yang efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasikan
pemberian
ekspektoran,
mukolitik dan
bronkodilator,
jika perlu
3 Tujuan : Dukungan a. Mengetahui
Setelah pemberian Mobilisasi penyebab nyeri
Tindakan keperawatan Observasi klien
a.Mengidentifikas b. Mengetahui
diharapkan klien
i jika timbul nyeri TTV klien
menunjukkan atau keluhan fisik c. Mengetahui
peningkatan mobilitas lainnya apakah ada
fisik,dengan Kriteria b. Memantau perubahan TTV
Hasil: tekanan darah saat
a. Peningkatan dan frekuensi setelah
jantung ibu mobilisasi klien
pergerakan
hamil sebelum
ekstremitas meningkat melakukan -Membantu ibu
b. Peningkatan mobilisasi untuk
kekuatan otot c. Memonitor mobilisasi
meningkat kondisi umum secara bertahap
c. Rentang gerak selama Agar klien
(ROM) melakukan mengetahui
mobilisas tujuan dari
normal meningkat
mobilisasi
Terapeutik
Keluarga -Untuk
dilibatkan dalam mencegah
menolong ibu adanya
hamil decubitus
meningkatkan Agar klien
pergerakan dapat
mobilisasi
Edukasi secara bertahap
a. Jelaskan tujuan sendiri
mobilisasi serta
prosedurnya
b. Anjurkan
untuk tetap
lakukan
mobilisasi dini
c. Ajarkan
mobilisasi yang
sederhana
dilakukan (mis.
Duduk di sisi
tempat tidur,
duduk di tempat
tidur dan
berpindah dari
rempat tidur ke
kursi
4.PELAKSANAAN

No. TGL/JAM TINDAKAN RESPON PARAF


DX

1 29-11-2022 1 .Mengidentifikasi lokasi S:


09:40 nyeri, waktu timbulnya Mengeluh Nyeri
nyeri, kwualitas, frekuensi
2.Mengidentifikasi faktor 0:
yang dapat memperingan 1) Tampak
nyeri dan memperberat meringis
nyeri 2) Bersikap
3. Memantau atau protektif (mis.
memonitor efek samping Posisi
menghindari
dari
nyeri)
penggunaan analgetik
3) Gelisah
4) Frekuensi
nadi meningkat
5) Sulit tidur

2 a. Tetap monitor pola nafas S:


klien (mulai dari Dispnea
kedalaman,
usaha napas serta O:
frekuensi) 1) Penggunaan
b. Tetap monitor adanya otot bantu
bunyi napas tambahan pernapasan
(mis. Mengi, 2) Penggunaan
Gurgling, ronkhi kering, otot bantu
dan wheezing) pernapasan
a. Memposisikan klien 3) Pola nafas
dengan posisi semi-fowler abnormal
atau fowler (misalnya
b. Melakukan fisioterapi takipnea,
dada, jika perlu bradipnea,
c. Memberikan minuman hiperventilasi
yang hangat , kusmaul,
d. Jika terdapat lendir, cheyne-
Lakukan penghisapan stokes)
lendir <15
detik

.
3 a. Mengidentifikasi jika S:
timbul nyeri atau keluhan Mengeluh sulit
fisik lainnya menggerakkan
eksremitas
b. Memantau tekanan darah
dan frekuensi jantung ibu O:
hamil sebelum melakukan 1) Kekuatan otot
mobilisasi menurun
2) Rentang gerak
c. Memonitor kondisi (ROM) menurun
umum selama melakukan
mobilisasi
.

5.EVALUASI

No. HARI/ JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


DX TANGGAL

1 . 29-11-2022 09:40 S:
Mengeluh Nyeri

O:
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis. Posisi
menghindari nyeri)

A: Masalah teratasi sebagian


P:
1 .Mengidentifikasi lokasi nyeri, waktu
timbulnya
nyeri, kwualitas, frekuensi
2.Mengidentifikasi faktor yang dapat
memperingan
nyeri dan memperberat nyeri
3. Memantau atau memonitor efek
samping dari
penggunaan analgetik

2 09:40 S:
Dipsnea

O:
1) Penggunaan otot bantu pernapasan
2) Penggunaan otot bantu pernapasan
3) Pola nafas abnormal (misalnya
takipnea, bradipnea,hiperventilasi,
kusmaul, cheyne-stokes)
A:Masalah teratasi Sebagian

P:
a. Memposisikan klien dengan posisi
semi-fowler atau fowler
b. Melakukan fisioterapi dada, jika perlu
c. Memberikan minuman yang hangat
d. Jika terdapat lendir, Lakukan
penghisapan lendir <15
detik

3 09:40 S:
Mengeluh sulit menggerakkan
eksremitas

O:
1) Kekuatan otot menurun
2) Rentang gerak (ROM) menurun

A:Masalah Teratasi Sebagian

P:
a. Mengidentifikasi jika timbul nyeri atau
keluhan fisik lainnya

b. Memantau tekanan darah dan


frekuensi jantung ibu
hamil sebelum melakukan mobilisasi

c. Memonitor kondisi umum selama


melakukan mobilisasi

Anda mungkin juga menyukai