Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KANKER OVARIUM

PADA Ny. S DI POLI KEBIDANAN


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Oleh :
Gebinaraseki, S.Tr.Kep
P1337420921231

Pembimbing Klinik :
Ratna Fitri, SST

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEMARANG
2022
A. Pengertian
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam,
dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan
sifatsifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2013).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker
ovarium disebut sebagai silent killer karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga
tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan
telah menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro, 1999). Kanker ovarium
biasanya terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30%
dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak
jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of
low – maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007).
B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan
hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
A. Hipotesis incessant ovulation, teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel
epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi sel-sel tumor.
B. Hipotesis androgen, androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
C. Tanda dan Gejala
Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2006) :
- Stadium I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium
- Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluas pelvis
- Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis
diluar pelvis atau nodus inguinal atau retro peritoneal positif
- Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu / kedua ovarium dengan metastasis jauh.
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala umumnya
sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium Awal
- Gangguan haid
- Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
- Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
- Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
- Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
- Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada lapisan
rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut)
2. Stadium Lanjut
- Asites
- Penyebaran ke omentum (lemak perut)
- Perut membuncit
- Kembung dan mual
- Gangguan nafsu makan
- Gangguan BAB dan BAK
- Sesak nafas
- Dyspepsia
D. Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium.
Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke
atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang
ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti
oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar.
Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu
tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2013). Banyak
tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor ovarium kecil.
Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi
tumor-tumor tersebut.
1. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut,
tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya
dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi,
edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak sekonyong-
konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan nyeri perut.
b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman patogen
seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut
d. Robekan dinding kista : robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara
akut, maka perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa
nyeri terus menerus.
e. Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah
tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,1999).
Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta,
medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh
terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang
sering menyertai penderita tumor ganas ovarium (Harahap, 2003).
E. Patway
Faktor resiko diit tingggi
lemak ,merokok,
Asupan Gangguan alkohol, ,riwayat
anoreksia makanan pemenuhan kanker,nulipara, invertilitas
menurun nutrisi

Kadar estrogen
Mual muntah Efek Merangsang
pada gt aktifitas
simpatis Pertumbuhan sel-sel abnormal
Refleks diovarium
regang Recana
kembung tindakan Kurang ansietas
Perdarahan pervaginaan Kanker Ovarium pembedahan pengetahuan

Kematian invasif Menekan Menekan


Sel darah merah Kehilangan darah saraf
jaringan sekitar
menurun
Matastase
Kekurangan volume cairan Pelepasan Talamus
Suplai nutrisi dan oksigen mediator kimiawi
Rongga Pembuluh
Obstruksi kelenjar vaskular darah Kortesks
Jaringan kekurangan O2 dan nutrisi limfe limfa selebri

Otak Paru Hemoptisis


Oedeme Ginjal Persepsi
Gangguan perfusi Kelemahan
nyeri
Kematian dipsnea
Nyeri Obstruksi
Keterbatasan ektremitas ureter
gerak Nyeri
hipoksia
inkontinensia hematuria Disuria
Intoleransi aktifitas Nyeri dada
F. Pemeriksaan Penunjang dan Hasilnya
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis
adalah pemeriksaan radiografi dan penanda tumor. Pemeriksaan histopatologi umumnya
dilakukan bersamaan dengan operasi laparoskopi untuk menentukan ada tidaknya
keganasan dan tipenya. Lesi ovarium umumnya ditemukan secara insidental pada
pemeriksaan radiografi abdomen atau pelvis untuk indikasi lainnya.
1. Pemeriksaan Radiografi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat karena dapat
menentukan morfologi tumor pelvis, serta menilai ada tidaknya massa pada bagian
lain abdomen. Ultrasonografi transvaginal bermanfaat untuk menilai struktur dan
pendarahan ovarium, membedakan massa kistik dan solid, serta mendeteksi adanya
asites. Tingkat akurasi pemeriksaan ini untuk membedakan massa jinak dan ganas
adalah sensitivitas 86-94%, spesifisitas 94-96%. Walau demikian, perlu diingat
bahwa ultrasonografi sangat dipengaruhi oleh operator (operator-dependent). Studi
dilakukan untuk validasi eksternal sistem skoring ultrasonografi transvaginal untuk
kanker ovarium dan hasilnya menunjukkan bahwa performa pemeriksaan ini inferior
dibandingkan dengan tingkat akurasi yang dilaporkan. Selain itu, ultrasonografi juga
memiliki nilai prediksi positif yang rendah karena tingginya prevalensi lesi ovarium
jinak.
X-ray thorax atau CT scan rutin dilakukan untuk membantu eksklusi efusi pleura dan
metastasis pulmonar. CT scan lebih disarankan karena sekaligus digunakan untuk
staging kanker. Sedangkan MRI lebih superior karena dapat menentukan jenis
jaringan tumor, termasuk adanya lemak, darah, musin, cairan, atau jaringan pada
massa ovarium.
2. Pemeriksaan penanda tumor.
Pemeriksaan penanda tumor yang dilakukan adalah CA 125 pada darah. Pemeriksaan
ini sebaiknya dikombinasikan dengan pemeriksaan radiologis untuk mendeteksi
kanker ovarium. Selain CA 125, assay yang dapat digunakan untuk pemeriksaan di
antaranya adalah apolipoprotein A1, follicle stimulating hormone (FSH) dan human
epididymis protein 4. Walau demikian, pemeriksaan ini memiliki tingkat akurasi
yang rendah
3. Kombinasi Pemeriksaan Ultrasonografi dan Penanda Tumor
Keterbatasan pemeriksaan ultrasonografi dan penanda tumor menjadi dasar
penelitian untuk kombinasi kedua pemeriksaan ini. Studi menunjukkan tingkat
akurasi yang lebih tinggi sehingga kombinasi kedua pemeriksaan ini saat ini menjadi
standar diagnosis kanker ovarium. Walau demikian masih diperluka penelitian lebih
lanjut mengenai standar penelitian (apakah penanda tumor terlebih dahulu,
ultrasonografi terlebih dahulu, atau keduanya bersamaan), serta akurasi pemeriksaan.
4. Pemeriksaan Histopatologi
Biopsi dengan aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy) tidak rutin
dilakukan. Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dengan operasi laparoskopi
untuk mereseksi tumor. Dari pemeriksaan histopatologi dapat diketahui secara pasti
apakah tumor tersebut ganas atau jinak dan tipe dari keganasan tersebut.
G. Penatalaksanaan
Saat ini penatalaksanaan kanker ovarium meliputi staging laparotomy menyeluruh
sebagai mana yang dilakukan terhadap karsinoma ovarium jenis epitelial. 60-70%
penderita didiagnosis dengan stadium I karena kebanyakan berada pada usia reproduksi.
Penyakit dengan stadium awal dapat dilakukan hanya salfingoooferektomi unilateral
dengan mempertahankan uterus dan ovarium kontralateral. Prosedur ini terdiri atas
insisi mediana, pembilasan peritoneum, eksplorasi, sitologi dan biopsi, omentektomi
dan limfadenektomi. Semua daerah yang dicurigai harus dilakukan biopsi. Ovarium
kontralateral diperhatian secara cermat, dan tidak perlu dilakukan biopsi bila ukuran,
bentuk dan konsistensinya normal (Zanetta, et al., 2001; Yongjung, et al., 2011).
Pada penderita dengan stadium lanjut dianjurkan untuk dilakukan sesuai dengan
prinsip pembedahan sitoreduksi. Dukungan terhadap konsep pembedahan sitoreduksi
pada tumor ganas sesuai dengan penelitian oleh Gynecologic Oncology Group (GOG),
dengan menggunakan regimen kombinasi vinkristin, aktinomisin D, dan siklofosfamid
(VAC). Beberapa pasien mendapatkan kegagalan kemoterapi 28% pada penderita
dengan reseksi komplet di bandingkan dengan 68% pada reseksi inkomplet. Dan
dilaporkan pula pada semua penderita stadium II dan III yang dilakukan reseksi dengan
pemberian kemoterapi mencapai 75-95% (Zanetta, et al., 2001; Yongjung, et al., 2011).
Sebagai patokan, pasien-pasien yang telah dilakukan surgical staging lengkap dan
menunjukkan stadium IA derajat 1 teratoma imatur tidak memerlukan terapi adjuvan
setelah pembedahan, dan dapat dilakukan pengamatan lanjut yang ketat, sedangkan
pasien dengan jenis tumor lain serta stadium yang lebih tinggi harus diberikan
kemoterapi adjuvan. Adapun pemberiannya sebanyak 3 siklus BEP pada tumor dengan
reseksi komplet dan 4 siklus pada tumor dengan reseksi inkomplet, diberikan dengan
dosis penuh, dan pengobatan dapat dimulai segera setelah pembedahan (7-10 hari pasca
pembedahan) (Zanetta, et al, 2001). Walaupun kemoterapi dapat mempengaruhi fungsi
ovarium, namun didapatkan kembalinya status menstruasi, fungsi reproduksi dan
persalinan penderita. Dalam analisis terakhir terhadap 49 pasien yang ditinggalkan
uterus dan ovarium normalnya, dan berhasil diobati dengan kemoterapi, 68% dapat
merasakan kembali menstruasi yang teratur setelah menyelesaikan kemoterapi, dan 83%
penderita mendapatkan kembali menstruasi teratas setelah follow up berikutnya.
H. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Dilakukan anamnesis riwayat penyakit (riwayat penyakit individu, riwayat penyakit
keluarga, hubungan seksual, asupan nutrisi, cairan, aktivitas fisik, pola istirahat dan
tidur, tanda gejala yang dialami, adanya nyeri, adanya pendarahan saat berhubungan
seksual, adanya pendarahan per vagina, gangguan haid, dll). Dilakukan juga
pemeriksaan fisik head to toe dengan metode inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :
- Nyeri akut/nyeri kronis
- Gangguan citra tubuh
- Ansietas
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Mual
- Gangguan eliminasi urin
- Konstipasi
- Risiko pendarahan
- Risiko kekurangan volume cairan
3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri - Kecemasan, ketakutan serta
Berhubungan keperawatan 1x24 jam, diharapkan - Lakukan pengkajian nyeri respon psikologis lainnya dapat
dengan agen cedera nyeri pasien dapat berkurang komprehensif meliputi meningkatkan intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik, onset, yang dirasakan, untuk itu
biologis ditandai
Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, diperlukan strategi yang tepat
dengan keluhan
- Pasien tidak melaporkan intensitas/beratnya nyeri untuk mengurangi kecemasan
tentang intensitas nyeri berkurang (5) seperti terapi nafas dalam
- Berikan informasi
nyeri - Pasien tidak merintih ataupun mengenai nyeri yang (Apriansah, Romadoni &
menangis (5) dirasakan adalah normal Andrianovita, 2015)
- Pasien tidak menunjukkan karena adanya perlukaan - Teknik relaksasi progresif dan
ekspresi wajah terhadap nyeri jalan lahir relaksasi nafas dalam yang
(5) - Kurangi faktor-faktor yang dilakukan dapat bermanfaat untuk
Kontrol Nyeri : dapat meningkatkan nyeri mengurangi nyeri pada pasien
- Pasien mengenali kapan nyeri (kecemasan, ketakutan, kanker (Wiwik & Ambarwati,
terjadi (5) kelelahan) 2016).
- Pasien dapat menggunakan - Ajarkan prinsip - Dukungan dari suami/keluarga
tindakan pengurangan nyeri manajemen nyeri dengan pada pasien akan meningkatkan
tanpa analgesik (5) teknik non-farmakologi kesejahteraan psikologis
- Pasien dapat melaporkan (massage, kompres (psychological well being) dan
gejala yang tidak terkontrol hangat/dingin, teknik kemampuan penyesuian diri
pada profesional kesehatan relaksasi, melalui perasaan memiliki,
(5) - teknik distraksi, terapi peningkatan harga diri dan
musik, dll) perasaan dicintai (Aprillia, 2010).
- Libatkan keluarga (suami) - Kecemasan dapat terjadi akibat
dalam modalitas penurun kurang pengetahuan terhadap
nyeri, jika memungkinkan prosedur yang akan dilakukan,
- Kolaborasi dalam oleh karena itu perawat dapat
pemberian analgetik sesuai menjelaskan secara lengkap
indikasi mengenai prosedur yang akan
Pengurangan Kecemasan dilakukan sehingga pengetahuan
- Gunakan pendekatan yang pasien dapat bertambah (Hastuti,
tenang dan meyakinkan 2015)
- Jelaskan semua prosedur
termasuk sensasi yang
akan dirasakan selama
prosedur Berada di sisi
pasien untuk
meningkatkan rasan aman
dan pengurangan
ketakutan
- Lakukan usapan pada
punggung/leher dengan
cara yang tepat
2 PK : Pendarahan Setelah diberikan asuhan Pengurangan Perdarahan : - Pendarahan aktif pada pasien
keperawatan 1x24 jam, diharapkan - Monitor pasien akan sangatberisiko dan dapat
pendarahan pasien dapat berkurang perdarahan secara ketat menyebabkan risiko syok pada
dengan kriteria hasil : - Monitor jumlah dan sifat pasien karena kehilangan darah
Keparahan Kehilangan Darah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak, untuk
- Kehilangan darah yang - Monitor tinjauan koagulasi itu perlu dilakukan monitoring
terlihat dapat berkurang (prothrombin time, partial secara ketat terhadap jumlah
(4) pendarahan yang dialami oleh
tromboplastin time,
- Pendarahan pada vagina pasien
fibrinogen, jumlah
dapat berkurang (4)
trombosit) - Faktor koagulasi (prothrombin
- Tidak ada penurunan
hemoglobin pasien (5) - Monitor kadar time, partial tromboplastin time,
- Kulit dan membran hemoglobin/hematokrit fibrinogen, jumlah trombosit)
mukasa pasien tidak pucat pasien sangat membantu untuk
(5) - Kolaborasi tindakan menghentikan pendarahan,
pemberian antifribinolitik apabila faktor koagulasi
untuk mencegah mengalami gangguan maka darah
pendarahan semakin akan encer sehingga mudah untuk
banyak terjadinya syok pada pasien
- Intruksikan pasien dan - Antifibrinolitik merupakan obat
keluarga akan tanda-tanda yang digunakan sebagai terapi
perdarahan yangdapat mencegah terjadinya
- yang lebih lanjut untuk resiko re-bleeding.
Antifibrinolitik bekerja
memberitahu perawat menghambat aktivasi
plasminogen menjadi plasmin,
mencegah breakup dari fibrin dan
menjaga stabilitas penggumpalan.
FORMAT PENGAKJIAN
PADA WANITA DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

DATA UBJEKTIF :
1. Identitas/biodata
Nama : Ny. R
Umur : 31 tahun
Suku/bangsa : Aceh
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : PNS
Alamat Rumah : Sabang
Telepon :-

2. Keluhan Utama : pasien datang dari rumah ke poli kebidanan Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin dengan keluhan nyeri di perut bagian bawah.
3. Riwayat Kehamilan & Persalinan yang lalu G : 0 P:2 A:0
4. Riwayat Kesehatan : penyakit yang pernah /sedang diderita
No Jenis Sekarang Dahulu
1 Jantung
2 Hipertensi
3 Hepatitis
4 DM
5 Anemia
6 PMS
7 TBC
8 Malaria 
9 Gangguan mental
10 Operasi
11 Lain-lain
Keturunan kembar : Tidak
Dari pihak : tidak ada

5. Pola Fungsi Kesehatan


a. Aktivitas sehari-hari
Pasien mengatakan pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
b. Pola nutrisi
Ny. C memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, jenis makanan biasa yaitu nasi + lauk
pauk + sayuran + buah, pasien dahulu masa muda sering makan makanan yang instan,
pola makan teratur, saat sehat berat badan pasien 68 Kg dan turun saat sakit 60 Kg.
c. Pola eliminasi
Kebiasaan buang air kecil 6-7 kali sehari, warna kuning kehitaman, bau khas,
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur pasien sebelum sakit tidak mengalami kesulitan tidur yaitu sekitar ± 7 jam
tetapi setelah sakit pasien sulit untuk memulai tidur saat malam hari maupun siang
nyeri pada perut.
e. Pola hygiene
Kebiasaan mandi 2 kali sehari
6. Riwayat kontrasepsi
Pernah menggunakan kontrasepsi : pernah
Jenis : implan
Lamanya : 2 tahun
Alasan berhenti : tidak ada
Ganti cara : tidak ada
Sejak : setelah lahir anak ke 2
Alasan : mencegah kehamilan
Status perkawinan sah : sah
Istri ke : 1
7. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lamanya : 1-7 hari
Sifat darah : hitam kemerahan
Flour albus : sedikit
Siklus : setiap bulan teratur
Jumlah : tidak menentu
Dismenorhea : krama atau nyeri pada perut dirasakan

DATA OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK :
1. Keadaan umum & tingkat kesadaran : composmentis
2. Tanda-tanda Vital
TD : 112/86 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 23 x/menit
T : 36,5
3. BB sebelumnya : 68 kg
BB sekarang : 60 kg
TB : 157 cm
4. Rambut & kepala
Kepala tidak terdapat ada benjolan, bentuk simetris, dengan bagian frontal menghadap
kedepan dan bagian pariental menghadap ke belakang, kulit kepala tidak mengalami
peradangan, tumor, maupun bekas luka
5. Muka : Normal
6. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis kiri dan kanan,sklera tidak ikterik kiri
dan kanan, reflek cahaya positif kiri dan kanan, reflek pupil sama kiri dan kanan, tampak
lingkar mata pada kiri dan kanan, dan mata tampak cekung
7. Hidung
pernafasan cuping hidung tidak ada serta tidak ada kelainan pada hidung
8. Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak teraba kelenjar getah bening.
9. Leher : Normal
10. Dada : Normal, simetris
11. Mammae : Normal, tidak ada kelainan
12. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak tampak tonjolan dan tidak terdapat luka bekas operasi
pada abdomen dengan vertikal kira-kira panjangnya 12 Cm, asites sampai ke prosesus
xipoideus, lingkar perut 85 Cm bising usus normal, hepar tidak teraba, saat perkusi
terdengar hipertympani. Bising usus hiperaktif.
13. Genitalia
Inspeksi : Vagina integritas kulit baik, Edema tidak ada Memar tidak
ada Hematoma tidak ada
Inspekulo : tidak ada kelainan
14. Ekstremitas atas : turgor kulit lembab
Ekstremitas bawah : ekstremitas bawah tampak pucat
Udema : tidak terdapat udema pada kaki
Varises : tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 29 Agustus 2022
Darah :
Hemoglobin : 11,8 g/dl
Hematokrit : 35 %
Eritrosit : 4,1
Leukosit : 7,54
Trombosit : 448
Albumin : 4,42
Glukosa darah : 95

Pemeriksaan penunjang lainnya


Papsmear : Ada
USG/Rongent : Ada
Mammografi : Tidak Ada
ANALISA DATA
No Data Masalah
1 DS : pasien mengatakan nyeri di perut bagian bawah Nyeri akut
dan pada saat haid nyeri sangat dirasakan
DO :
- Klien tampak memegangi area nyeri
- Klien tampak meringis
- Klien tampak pucat
TD:110/80mmHg
N : 85 kali/menit
RR : 22 kali/menit
T : 36,5ºC
2 DS: Pasien mengatakan cemas dan takut dengan Ansietas berhubungan dengan
kesehatannya saat ini status kesehatan menurun
DO:
TD:110/80mmHg
N : 85 kali/menit
RR : 22 kali/menit
T : 36,5ºC
- Keadaan umum : baik
- Konjungtiva tampak sedikit anemis.
- Tampak cemas
3 DS : Pasien mengatakan kurang mengerti tentang Defisiensi pengetahuan
penyakit nya berhubungan dengan kurang informasi
DO :
TD:110/80mmHg
N : 85 kali/menit
RR : 22 kali/menit
T : 36,5ºC
- Klien tidak dapat menjelaskan tentang
penyakitnya itu apa Ketika disuruh
menjelaskan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut
2. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Defenisi : pengalaman keperawatan, pasien 1. Lakukan pengkajian nyeri
sensori dan mampu mengontrol nyeri komprehensif yang
emosional tidak dengan meliputi lokasi,
menyenangkan yang kriteria hasil : karakteristik, onset/durasi,
muncul akibat kerusakan 1. Mengenali kapan frekuensi, kualitas,
jaringan nyeri terjadi intensitas atau beratnya
aktual atau potensial atau 2. Menggambarkan nyeri dan factor pencetus
yang faktor penyebab 2. Observasi adanya
digambarkan sebagai 3. Melaporkan petunjuk nonverbal
kerusakan. perubahan terhdap mengenai
Batasan Karaktreristik: gejala nyeri pda ketidaknyamanan
1. Bukti nyeri professional terutama pada mereka
dengan Kesehatan yang tidak dapat
menggunakan 4. Mengenali apa berkomunikasi secara
standar periksa yang terkait dengan efektif
nyeri untuk gejala nyeri 3. Pastikan perawatan
pasien yang tidak 5. Melaporkan nyeri analgesik bagi pasien
yang terkontrol dilakukan dengan
mengungkapkann
pemantauan yang ketat
ya
4. Gunakan strategi
2. Fokus menyempit
komunikasi terapeutik
3. Fokus pada diri
5. Gali pengetahuan dan
sendiri
kepercayaan pasien
4. Keluhan tentang
mengenai nyeri
intensitas
6. Gali bersama pasien
menggunakan
faktor-faktor yang dapat
standar skala
menurunkan atau
nyeri
memperberat nyeri
5. Laporan tentang
7. Berikan informasi
perilaku
mengenai nyeri seperti
nyeri/perubahan
penyebab nyeri, berapa
aktivitas lama nyeri akan dirasakan,
6. Mengekspresikan dan antisipasi dari
perilaku (mis., ketidaknyamanan akibat
gelisah, prosedur
merengek, 8. Ajarkan prinsip-prinsip
menangis, manajemen nyeri
waspada) 9. Ajarkan penggunaan
7. Perubahan selera teknik non farmakologi
makan (terapi relaksasi)
8. Putus asa 10. Dorong pasien untuk
9. Sikap melindungi memonitor nyeri dan
area nyeri menangani nyerinya
10. Sikap tubuh dengan tepat
melindungi 11. Evaluasi keefektifan dari
Tindakan pengontrol nyeri
yang dipakai selama
pengkajian nyeri
dilakukan
12. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri

2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan


dengan status keperawatan, 1. Gunakan pendekatan
kesehatan menurun pasien mampu mengontrol yang tenang dan
kecemasan dengan kriteria meyakinkan
Defenisi : perasaan tidak hasil : 2. Nyatakan dengan jelas
nyaman atau 1. Mengurangi harapan terhadap perilaku
kekhawatiran yang samar penyebab klien
disertai respons otonom kecemasan 3. Jelaskan semua prosedur
(sumber sering kali tidak 2. Menggunakan termasuk sensai yang akan
spesifik atau tidk strategi koping dirasakan yang mungkin
diketahui oleh individu) yang efektif dialami pasien selama
perasaan takut yang 3. Menggunakan prosedur
disebabkan oleh teknik relaksasi 4. Berikan informasi faktual
antisipasi terhadap 4. Mempertahankan terkait diagnosis,
bahaya. Hal ini hubungan social perawatan, dan prognosis
merupakan isyarat 5. Mempertahankan 5. Dorong keluarga untuk
kewaspadaan tidur adekuat mendampingi klien
yang memperingatkan 6. Mengendalikan dengan cara yang tepat
individu akan respon kecemasan 6. Puji/kuatkan perilaku
adanya bahaya dan yang baik secara tepat
memampukan 7. Bantu klien
individu untuk tidak mengidentifikasikan
menghadapi situasi yang memicu
ancaman kecemasan
Batasan Karakteristik : Terapi Relaksasi
1. Agitasi 1. Gambarkan rasionalisasi
2. Gelisah dan manfaat relaksasi
3. Gerakan ekstra serta jenis relaksasi yang
4. Insomnia tersedia
5. Kontak mata 2. Tentukan apakah ada
buruk intervensi relaksasi di
6. Melihat sepintas masa lalu yang sudah
7. Mengekspresikan memberikan manfaat
kekhawatiran 3. Ciptakan lingkungan yang
karena perubahan tenang dan tanpa distraksi
dalam peristiwa 4. Dorong klien untuk
hidup mengambil posisi yang
8. Penurunan nyaman
produktivitas 5. Minta klien untuk rileks
9. Perilaku dan merasakan sensasi
mengintai yang terjadi
10. Tampak waspada 6. Tunjukkan dan praktikkan
Teknik relaksasi pada
klien
7. Dorong pengulangan
teknik dan praktik-praktik
tertentu secara berkala
8. Berikan waktu yang tidak
terganggu

3 Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pengajaran Proses Penyakit


berhubungan dengan keperawatan, 1. Kaji tingkat pengetahuan
kurang informasi pasien mampu pasien terkait dengan
memanajemen kanker proses penyakit
Defenisi : ketiadaan atau dengan kriteria hasil : 2. Review pengetahuan
defisiensi 1. Tanda dan gejala pasien mengenai
informasi kognitif yang kanker kondisinya
berkaitan 2. Penyebab dan 3. Jelaskan proses penyakit
dengan topik tertentu faktor-faktor yang 4. Identifikasi kemungkinan
Batasan Karakteristik : berkontribusi penyebab sesuai
1. Ketidakakuratan 3. Menjelaskan kebutuhan
melakukan tes perjalanan penyakit 5. Identifikasi perubahan
2. Ketidakakuratan biasanya kondisi fisik pasien
mengikuti 4. Tahapan kanker 6. Diskusikan pilihan/terapi
perintah 5. Tanda dan gejala
3. Kurang kekambuhan penanganan
pengetahuan 6. Pilihan pengobatan 7. Edukasi pasien mengenai
4. Perilaku tidak yang tersedia Tindakan untuk
tepat (mis : 7. Pengobatan meminimalkan gejala
histeria, alternatif Pengajaran :
bermusuhan, 8. Efek lanjut obat Prosedur/perawatan
agitasi, dan 9. Masalah perawatan 1. Kaji pengalaman pasien
apatis) diri selama sebelumnya dan tingkat
pemulihan pengetahuan
10. Tingkat 2. Jelaskan
kelangsungan hidup prosedur/penanganan
3. Beritahu pasien
pentingnya pengukuran
tanda-tanda vital selama
Tindakan
4. Informasikan pasien agar
pasien ikut terlibat dalam
proses penyembuhannya
5. Kaji harapan pasien
mengenai Tindakan yang
dilakukan
6. Diskusikan pilihan-pilihan
Tindakan yang
memungkinkan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Tgl Kode Implementasi Evaluasi
DX
02/0 1 1. Anjurkan istirahat/tidur yang S:
9/22 adekuat untuk membantu penurunan pasien mengatakan nyeri pada
nyeri
2. Anjurkan Tarik nafas dalam perut bagian bawah
3. Atur posisi O: Keadaan umum lemah
4. Mengukur tanda tanda vital
TD:110/80mmHg
N : 85 kali/menit
RR : 22 kali/menit
T : 36,5ºC
- Skala nyeri 6
- Pasien tampak meringis
A: nyeri belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Pantau TTV
2. Ajarkan Tarik nafas
dalam
3. Kolaborasi pemberian
analgesic
2 1. Gunakan pendekatan yang tenang S:
dan meyakinkan dengan klien Pasien mengatakan cemas
2. Anjurkan klien untuk rileks dan O:
merasakan sensasi yang terjadi
Keadaan Umum pasien lemah
3. Mengukur tanda tanda vital
TD:110/80mmHg
N : 85 kali/menit
RR : 22 kali/menit
T : 36,5ºC
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak tegang
A: Ansietas belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Anjurkan keluarga untuk
menenangkan pasien
3 1. mengkaji pengalaman pasien S:
sebelumnya dan tingkat Pasien mengatakan cemas
pengetahuan O:
2. mengukur tanda tanda vital
Keadaan Umum pasien lemah
TD:110/80mmHg
N : 85 kali/menit
RR : 22 kali/menit
T : 36,5ºC
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak tegang
A: Ansietas belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
3. Pantau tanda-tanda vital
4. Anjurkan keluarga untuk
menenangkan pasien

Banda Aceh, 10 Agustus 2022


Pembimbing lahan praktik Mahasiswa

(Ratna Fitri, SST) (Gebinaraseki, S.Tr.Kep)

Mengetahui Pembimbing Institusi,

()

FORMAT PENILAIAN
LAPORAN PENDAHULUAN, ASKEP & RESUME

NAMA MAHASISWA : Gebinaraseki, S.Tr.Kep


NIM : P1337420921233
RUANGAN : Poli Kebidanan
HARI/ TANGGAL :

No ASPEK PENILAIAN BOBOT (%) NILAI


1 Ketepatan waktu pengumpulan laporan 10
2 Sistematika penulisan laporan 10

3 Kerapian laporan 5
4 Uraian kasus: 30
a. Definisi, etiologi
b. Tanda dan gejala, klasifikasi
c. Patofisiologi

d. Tindakan umum yang dilakukan


e. Pemeriksaan penunjang

5 Rencana perawatan: 30
a. Masalah keperawatan dan data penunjang
b. Diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul
c. Tujuan perdiagnosa intervensi rasional

6 Kedalaman pembahasan materi 10


7 Daftar pustaka 5
TOTAL 100

Banda Aceh, 12 september 2022

Nama dan TTD Pembimbing

(Ratna Fitri, SST )

Anda mungkin juga menyukai