Anda di halaman 1dari 13

Telah diterima/disetujui

Hari/tanggal :

Tanda tangan :

LAPORAN PENDAHULUAN
NEOPLASMA OVARIUM PADAT (NOP) GANAS

PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

Keperawatan Maternitas

OLEH
IKAT FITRIANI
NIM. 04064822225005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
A. KONSEP DASAR NEOPLASMA OVARIUM PADAT (NOP) GANAS
1. Definisi
Neoplasma ialah masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak terkordinasi
dengan jaringan normal dan tumbuh terus- menerus meskipun rangsang yang menimbulkan
telah hilang. Sel neoplasma mengalami transformasi , oleh karena mereka terus- menerus
membelah. Pada neoplasma, proliferasi berlangsung terus meskipun rangsang yang
memulainya telah hilang. Proliferasi demikian disebut proliferasi neoplastik, yang mempunyai
sifat progresif,tidak bertujuan, tidak memperdulikan jaringan sekitarnya,tidak ada hubungan
dengan kebutuhan tubuh dan bersifat parasitic (FK Unissula).
Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium
berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium berdasarkan
histopatologinya bisa bersifat jinak atau ganas. Tumor adalah massa padat besar, meninggi,
dan berukuran lebih dari 2 cm. Tumor Ovarium adalah benjolan yang terdapat dalam ovarium.
Tumor ini dapat mencapai diameter 2 sampai 30 cm, dan beratnya dapat mencapai 20 kg,
dengan 9% unilateral. Permukaannya tidak rata, konsistensinya keras, terdiri dari jaringan ikat,
jaringan kolagen dan kadang ada degerasi hialin, warnanya merah jabu keabu-abuan. Tumor
jinak ovarium adalah bentuk padat atau kista yang dapat tumbuh secara alami. Tumor ovarium
biasanya asimtomatis sampai mereka besar yang dapat menyebabkan tekanan pada pelvic ini
merupakan deteksi dini dari keganasan (Cunningham,2004). Tumor ganas (maligna) Tumor
ganas pada umumnya tumbuh cepat, infiltratif. Dan merusak jaringan sekitarnya. Disamping itu
dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran limpe atau aliran darah dan sering
menimbulkan kematian.
2. Etiologi
Tumor ovarium dapat tumbuh karena berbagai sebab antara lain karena pertumbuhan
yang abnormal dijaringan yang terdapat di tempat ovarium misalnya pertumbuhan abnormal
dari folikel ovarium, korpusluteum, sel telur atau dapat juga karena endometriosis, kista folikel,
kista tekalitein, teratomatistik benigna, kista demoid, kista demoid, kista denokarsinoma, kista
ovarium dapat juga terjadi karena jaringan disekitar sel oleh sebab tertentu, tumbuh abnormal
dan membungkus sel telur tersebut sehingga membentuk kista.
Segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya kanker disebut karsinogen. Dan berbagai
penelitian dapat diketahui bahwa karsinogen dapat dibagi ke dalam 4 golongan (FK Unissula):
a. Karsinogen kimia
Kebanyakan karsinogen kimia ialah pro-karsinogen yaitu karsinogen yang
memerlukan perubahan metabolis agar menjadi karsinogen aktif, sehingga dapat
menimbulkan perubahan pada DNA, RNA, atau Protein sel tubuh.
b. Karsinogen virus
Virus yang bersifat karsinogen disebut virus onkogenik. Virus DNA dan RNA dapat
menimbulkan transformasi sel. Mekanisme transformasi sel oleh virus RNA adalah setelah
virus RNA diubah menjadi DNA provirus oleh enzim reverse transeriptase yang kemudian
bergabung dengan DNA sel penjamin. Setelah mengenfeksi sel, materi genitek virus RNA
dapaat membawa bagian materi genitek sel yang di infeksi yang disebut V-onkogen
kemudian dipindahkan ke materi genitek sel yang lain.
c. Karsinogen Radrasi
Radrasi UV berkaitan dengan terjadinya kanker kulit terutama pada orang kulit putih.
Karena pada sinar / radiasi UV menimbulkan dimmer yang merusak rangka fosfodiester
DNA.
d. Agen Biologik
- Hormon: bekerja sebagai kofaktor pada karsinogenesis
- Mikotoksin : Mikotoksin ialah toksin yang dibuat oleh jamur
- Parasit : Parasit yang dihubungkan dengan terjadinya kanker ialah schistosoma dan
clonorchis sinensis.

3. Patofisiologi
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal. Hal
tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon
dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika
tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna
di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel
telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal
tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan
infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).
Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graff yang
tidak pecah atau folikel yang sudan pecah dan menutup kembali. Kista demikian seringnya
adalah multiple dan timbul langsung di bawah serosa yang bening tetapi ada kalanya
penimbunan cairan cukup banyak sampai mencapai 4-5 cm, sehingga teraba massa dan
menimbulkan sakit pada daerah pelvis. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang
berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium.
4. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dan gejala-gejala termasuk haid tidak teratur, ketegangan menstrual
yang terus meningkat, darah menstrual yang terus meningkat, darah menstrual yang
banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak
nyaman pada abdomen, dispepsia, tekanan pada pelvis, dan sering berkemih. Gejala-
gejala ini biasanya samar, tetapi setiap wanita dengan gejala-gejala gastrointestinal dan tanpa
diagnosis yang diketahui harus dievaluasi. Flattulenes, rasa begah setelah
makan makanan kecil, dan lingkar abdomen yang terus meningkat merupakan gejala-
gejala signifikan. Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium seperti,
perut membesar/merasa adanya tekanan, dyspareunia, berat badan meningkat karena adanya
massa/asites, peningkatan lingkar abdomen, tekanan panggul, kembung, nyeri punggung,
konstipasi, nyeri abdomen, urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan abnormal, flatulens.
peningkatan ukuran pinggang, nyeri tungkai, nyeri panggul.
5. Pemeriksaan Fisik Abnormal
Palpasi abdomen dan pemeriksaan ginekologi bisa mengarahkan diagnosis suatu
tumor ovarium bersifat jinak atau ganas. Bila didapatkan tumor padat di perut bagian bawah,
dilanjutkan pemeriksaan intensif sebelum membuat diagnosis bahwa tumor tersebut bukan
suatu neoplasma (Gershenson,2007) Perlu dicurigai adanya keganasan pada tumor ovarium
bila dijumpai hal- hal sebagai berikut (Padilla, 2005) :
a. Konsistensi tumor yang bervariasi (kombinasi padat, kistik, lunak, atau kenyal).
b. Bentuk atau permukaan tumor yang tidak beraturan atau berbenjol-benjol.
c. Pergerakan tumor terbatas.
d. Tumor bilateral dan pertumbuhan tumor berlangsung cepat pada pengamatan.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu dalam penegakan
diagnosis neoplasma ovarium padat diantaranya pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari
pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan kadar albumin, leukosit, trombosit, LED. Kemudian
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lain yaitu USG untuk mengetahui ada tidaknya massa
dan ukuran massa yang terdapat didalamnya serta pemeriksaan fhoto thorax untuk
menemukan kelainan lainnya dan sebagai persiapan operasi serta untuk meyakinkan tidak
adanya kondisi efusi pluera. Diagnosis pasti ditegakkan setelah tumor diangkat dengan
menggunakan histopatologi dari sampel untuk menilai apakah merupakan neoplasma jinak
atau ganas (Brennan, 2007).
7. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Gangguan perfusi jaringan
c. Nausea
d. Ansietas b.d kurang terpapas informasi
e. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapas informasi
f. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin
8. Pathway
Faktor pencetus Pertumbuhan sel Neoplasma ovarium Maligna
abnormal padat

Pembesaran
Laparatomi, kistektomi Tindakanan Kurang
massa di ovarium
pembedahan informasi

Luka operasi Kompensasi


Anestesi Kurang Ruptur ovarium
serabut saraf
pengetahuan
Dikontinuitas
Nervus Risiko
jaringan
- Ansietas perdarahan Nyeri akut
Muntah -Defisit penetahuan
Nyeri akut Gangguan
perfusi jaringan
Nausea

Port d’entri Risiko infeksi


9. Penatalaksanaan Medis & Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk kasus dengan Neoplasma Ovarium, beberapa peneliti pernah
melaporkan penggunaan tenik laparoskopi. Beberapa kasus lainnya dikelola dengan teknik
laparotomi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik/tindakan kenyamanan seperti
kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang
perubahan yang akan terjadi seperti tanda-tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
Berikut intervensi keperawatan menurut SDKI:
DIAGNOSIS TUJUAN & KIRTERIA HASIL RENCANA KEPERAWATAN RASIONAL
Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi 1x 24 jam Manajemen nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi, karakterisitk, durasi,
Tingkat nyeri menurun, Observasi frekuensi, kualitas, intesitas nyeri pasien
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 2. Untuk menilai tingkatan rasa nyeri yang dialami pasien
Kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intesitas nyeri 3. Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri 4. Edukasi ke keluarga apabila rasa nyeri datang maka
2. Gelisah menurun Teraupetik keluarga dapat membantu mengurangi rasa nyerinya
3. Sikap protektif menurun 1. Berikan terapi nonfarmakologis untuk dengan teknik nonfarmakologis
mengurangi rasa nyeri (teknik nafas dalam) 5. Pemberian analgetik dapat diberikan jika nyeri tidak
Edukasi berkurang setelah diberikan intervensi
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk nonfarmakologis
mengurangi rasa nyeri (teknik nafas dalam)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas 1. Untuk mengetahui hal-hal yang dapat memicu
keperawatan selama 1x24 jam Observasi kecemasan pasien dan hal-hal yang dapat
diharapkan kecemasan pasien dapat 1. Identifikasi saat tingkat ansietas menurunkan kecemasannya
menurun, berubah ( mis, kondisi, waktu, stressor) 2. Untuk mengetahui kemampuan pengambilan
Kriteria hasil 2. Identifikasi kemampuan pengambilan keputusan pada keluarga pasien
1. Verbalisasi kebingungan keputusan 3. Monitor tanda-tanda ansietas pasien ( verbal dan
menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas ( verbal nonverbal)
2. Perilaku gelisah menurun dan nonverbal) 4. Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga
3. Pola tidur membaik Terapeutik mengenai prosedur, termasuk sensasi yang mugkin
4. Pola berkemih membaik 1. Temani pasien untuk mengurangi dialami untuk mengurangi kecemasan karna hal itu
kecemasan merupakan suatu hal yang wajar dialmi setelah
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan prosedur tindakan
meyakinkan 5. Informasikan secara faktual mengenai diagnosa,
Edukasi pengobatan dan prognosis untuk meningkatkan
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi pengetahuan pasien dan keluarga
yang mugkin dialami 6. Teknik relaksasi dapat diberikan untuk mengurangi
2. Informasikan secara factual mengenai tingkat kecemasan
diagnose, pengobatan dan prognosis 7. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika dengan
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama intervensi nonfarmakologis tingkat ansietas pasien
pasien tidak berkurang atau justru semakin meningkat
4. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
5. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Proses Penyakit Edukasi Proses Penyakit
pengetahuan keperawatan selama 1x24 jam Terapeutik Terapeutik
diharapkan pasien masalah defisit 1. Sediakan materi dan media pendidikan 1. Untuk menambah pengetahuan dari pasien dan
pengetahuan dapat teratasi, kesehatan keluarga
Kriteria hasil : 2. Berikan kesempatan untuk bertanya 2. Berikan kesempatan untuk bertanya agar
1. Kemampuan menjelaskan Edukasi informasi yang didapat pasien dan keluarga benar
tentang suatu topic meningkat 1. Jelaskan definisi dan penyebab Edukasi
2. Perilaku sesuai dengan penyakit 1. Menjelaskan definisi dan penyebab penyakit
pengetahuan meningkat 2. Jelaskan tanda dan gejala yang untuk menambah informasi bagi pasien dan
3. Pertanyaan tentang masalah ditimbulkan oleh penyakit keluarga sekaligus mempermudah dalam proses
yang dihadapi menurun 3. Jelaskan kemungkinan terjadinya tindakan keperawatan dan medis
4. Persepsi yang keliru terhadap komplikasi 2. Menjelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan
masalah menurun oleh penyakit untuk menambah pengetahuan
5. Perilaku membaik pasien dan keluarga
3. Menjelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
atau penyakit tambahan yang dialami pasien
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi 1. Untuk mengetahui apakah ada tanda gejala infeksi
keperawatan 1x24 Observasi lokal dan sistemik
1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan 2. Untuk menjaga tangan tetap bersih sehingga dapat
jam, tingkat infeksi pasien menurun, sistemik mengurangi terjadinya risiko infeksi
dengan Terapeutik 3. Untuk menjaga luka tetap bersih dan menghindari
kriteria hasil: 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak terjadinya infeksi akibat bakteri atau kuman
dengan pasien dan lingkungan pasien 4. Agar pasien dan keluarga mengetahui tanda dan
1. Kemampuan menghindari faktor 2. Pertahankan teknik aseptik pada pasien gejala infeksi dan dapat segera melapor ke petugas
risiko meningkat berisiko tinggi kesehatan jika terjadi tanda gejala seperti yang
Edukasi diketahui
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 5. Agar pasien dan keluarga mengetahui cara mencuci
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar tangan dengan benar sehingga dapat meminimalisir
terjadinya risiko infeksi
10. Komplikasi
a. Perdarahan intra tumor, perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendedak
dan memerlukan tindakan cepat
b. Infeksi pada tumor, menimbulkan gejala badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu
aktvitas sehari-hari
c. Robekan dinding kista, pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi
kista tumpah ke dalam ruang abdomen.
d. Keganasan kista ovarium, terjadi pada kista dengan usia sebelum menarche dan pada
usia diatas 45 tahun
11. Klasifikasi
Atas dasar sifat biologiknya tumor dapat dibedakan atas tumor yang bersifat jinak (tumor
jinak) dan tumor yang bersifat ganas (tumor ganas) dan tumor yang terletak antara jinak dan
ganas disebut “ Intermediate” .
a. Tumor Jinak (Benigna)
Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai kapsul. Tidak tumbuh
infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak menimbulkan anak sebar pada
tempat yang jauh. Tumor jinak pada umumnya disembuhkan dengan sempurna kecuali
yang mensekresi hormone atau yang terletak pada tempat yang sangat penting, misalnya
disumsum tulang belakang yang dapat menimbulkan paraplesia atau pada saraf otak yang
menekan jaringan otak.
b. Tumor ganas (maligna)
Tumor ganas pada umumnya tumbuh cepat, infiltratif. Dan merusak jaringan
sekitarnya. Disamping itu dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran limpe atau aliran
darah dan sering menimbulkan kematian.
c. Intermediate
Diantara 2 kelompok tumor jinak dan tumor ganas terdapat segolongan kecil tumor
yang mempunyai sifat invasive local tetapi kemampuan metastasisnya kecil.Tumor
demikian disebut tumor agresif local tumor ganas berderajat rendah. Sebagai contoh ialah
karsinoma sel basal kulit.

Menurut Prawirohardjo (2014), klasifikasi stadium kanker ovarium menurut FIGO


(Federation International de Gynecologis Obstetricts) 1988 sebagai berikut:
12. Prognosis
Prognosis menurut panduan praktik klinis RSUD Dr.Soetomo Surabaya yaitu angka
ketahanan hidup 5 tahun kanker ovarium secara keseluruhan: 47%
a. Stadium I : 90%
b. Stadium II : 70%
c. Stadium III : 39%
d. Stadium IV : 17%
B. KONSEP DASAR TINDAKAN LAPARATOMI
1. Definisi
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding
abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 2010). Laparatomi
merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada
bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik
insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi,
splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi. Sedangkan tindakan
bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laparatomi adalah berbagai jenis operasi
pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi histerektomi, baik
histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral (Smeltzer, 2014).
2. Tujuan
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri abdomen yang
tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma abdomen. Laparatomy
eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila
diindikasikan (Smeltzer, 2014).
3. Jenis Sayatan pada Operasi Laparatomi
Ada 4 (empat) cara, yaitu (Syamsuhidayat & Wim De Jong, 2008):
a. Midline insision; yaitu insisi pada daerah tengah abdomen atau pada daerah yang sejajar
dengan umbilikus.
b. Paramedian, yaitu : panjang (12,5 cm) ± sedikit ke tepi dari garis tengah.
c. Transverse upper abdomen insision, yaitu: sisi di bagian atas, misalnya pembedahan
colesistotomy dan splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision, yaitu : 4 cm di atas anterior spinal iliaka, ± insisi
melintang di bagian bawah misalnya: pada operasi appendictomy.
4. Komplikasi Laparatomi
Komplikasi yang seringkali ditemukan pada pasien operasi laparatomy berupa ventilasi
paru tidak adekuat, gangguan kardiovaskuler (hipertensi, aritmia jantung), gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, dan gangguan rasa nyaman dan kecelakaan (Azis, 2010).
a. Tromboplebitis
Tromboplebitis post opersi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut
aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu
latihan kaki post operasi, dan ambulatif dini.
b. Infeksi
lnfeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme yang paling
sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus, organisme gram positif.
Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling
penting adalah perawatan luka dengan mempertahankan aseptik dan antiseptik
c. Eviserasi
Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab
eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang
berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC Edisi Revisi. Mediaction : Jogjakarta
Arif, M.,et al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Cet 1. Jakarta: Media
Aesculapius
Brennan KM, Bakers VV,Dorigo O. (2007). Premalignant and malignant disorders of the
ovaries and oviduct. Dalam: DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N,
penyunting. Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology. Edisi ke-
10. Philadelphia: The McGraw-Hill companies; 2007. h. 650-55.
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta:
EGC
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. (2004).
editor. Obstetri williams. Edisi ke-21. Jakarta: ECG; 2004. hlm. 934, 1035-7.
FK Unissula.Tumor Jinak Organ Reprduksi. Diakses pada tanggal 3 mei 2022
https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/1.%20Tumor%20Jinak%20Organ
%20Reproduksi.pdf
Gershenson DM, Coleman RL. (2009). Neoplastic disease of the ovary: Screening,
benign and malignant epithelial and germ cell neoplasms, sex-cord stromal tumors.
Dalam: Kat VL, Lentz GM, Lobo RA,Gershenson DM, penyunting.Comprehensive
Gynecology. Edisi ke-5. Philadelphia:Mosby Elsevier; 2007. h. 955-99
Jay & Marks. (2006). Karakteristik lokasi perforasi apendiks dan usia pada pasien yang
didiagnosis apedisitis akut perforasi di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Skripsi.
Fakultas Kedokteran. Jakarta: UPN Veteran Jakarta
Karin., As’ad., Taslim., & Madjid. (2018). Edukasi Gizi Sebagai Salah Satu Modalitas
Terapi Mempengaruhi Survival Rate Pasien dengan Neoplasma Ovarium Kistik.
IJCNP. 1(1): 10-17.
Padilla LA, Radosevich DM, Milad MP. Limitations of The Pelvic Examination for
Evaluation of The Female Pelvic Organs. Int J Gynecol Obstet. 2005;88(1):84-8
Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Jogjakarta : Nuha Medika
Prawirohardjo & Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnosis.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Sari., Subekti., & Eduard. (2017). Pengelolaan Anestesi pada Pasien Neoplasma Ovarium
Kistik Berukuran Besar dengan Anemia Tanpa Komplikasi. Jurnal AgromedUnila.
4(1): 81-85.
Sarwono., Wiknjosastro., & Hanifa. (2011). Pengantar Ilmu Kandungan. Yayasan Pustaka
Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong.
Sistem Organ dan Tindak Bedahnya (1). 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2017.
Smeltzer, Susan C. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai