Anda di halaman 1dari 11

KONSEP PENYAKIT DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KISTA OVARIUM

Disusun Oleh :
NOVI FITRIANI
NIM. 22149011054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR KISTA OVARIUM

1. Definisi

Kista adalah kantong berisi caiaran, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam-macam.
Kista dalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis,
berisi cairan atau bahkan setengah cair.
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
dinding telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam
selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
menstruasi.
Kista ovarium adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang
berisi cairan atau benda seperti bubur.

2. Etiologi

Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Diantara beberapa tipe


kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak
ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium
yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat
dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan
terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada
beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan
cairan yang nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian
besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada
pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi
oleh jaringan abnormal tubuh.
Ada beberapa factor pemicu yaitu :
1. Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya : Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat, zat
tambahan pada makanan, kurang olahraga, merokok dan konsumsi

2
alcohol, terpapar dengan polusi dan agen infeksius, sering stress dan zat
polutan.
2. Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu
kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu,
misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi atau terpapar
zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah
menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

3. Tanda dan gejala

Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila mempunyai kista ovarium :

a. Perut terasa penuh, berat dan kembung

b. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit BAK)

c. Haid tidak teratur

d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke


punggung bawah dan paha

e. Nyeri senggama

f. Mual, ingin muntah atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan


segera :

a. Nyeri perut yang tajam tiba-tiba

b. Nyeri bersamaan dengan demam

c. Rasa ingin muntah

4. Patofisiologi

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.

3
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.

Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih.

Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan


choriocareinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan
diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut hiperaktif lutein. Pasien
dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin
(FSH dan LN) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan
sindrom hiperstimulasi ovary, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.

5. WOC

Faktor Internal Faktor Eksternal


(Genetik, wanita yang (Diet tinggi lemak, merokok,
menderita kanker payudara, minum alcohol)
riwayat kanker colon,
gangguan hormonal)
Gangguan
hormon
Gagal sel telur
berovulasi

Menghasilakan
hormone hiposia
abnormal

Penimbunan
folikel

Pematangan gagal dan


gagal melepaskan sel
telur

KISTA OVARIUM

Pre Operasi Post Operasi

4
KISTA OVARIUM

Pre Operasi Post Operasi

Sirkulasi
Pembesaran Kurang informasi Luka darah ↓ Imobilisasi
ovarium operasi
Kurang pengetahuan
Imunitas Peristaltik
Menahan organ Diskonuitas jaringan tubuh ↓ usus ↓
disekitarnya MK : Cemas

MK : Nyeri MK : Resiko MK : Resti


akut infeksi konstipasi
Tekanan Pembesaran Rasa beban
syaraf sel diameter >10 diperut
tumor cm

Mual, muntah
MK : Nyeri Menekan usus
kronis dan anus
Anoreksia
MK : Resti
konstipasi
Intake tidak
adekuat

MK : Perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah


tumor berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat
tumor itu.

b. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor


apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah

5
tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak.

c. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.


Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor.

d. Pap smear

Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan


adaya kanker/kista

7. Penatalaksanaan

a. Observasi

Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor selama 1-2
bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah
satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika dicurigai ganas.

b. Terapi bedah atau operasi

Bedah tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsikoma, maka


tindakan operasi harus dilakukan pada saat itu juga dan harus dipersiapkan
terlebih dahulu dengan seksama.

1) Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada


pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda” proses keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi.

2) Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan


laparotomi.

6
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1) Pengkajian

a. Identitas pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama


dan alamat, serta data penanggung jawab

b. Keluhan pasien saat masuk rumah sakit

Pasien dengan kista ovarium biasanya mengeluh nyeri pada daerah


perut dan terasa ada massa didaerah abdomen, menstruasi yang
tidak berhenti.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan pasien adalah nyeri pada daerah abdomen


bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang
tidak berhenti, rasa mual dan muntah

d. Riwayat kesehatan dahulu

Sebelumnya tidak ada keluhan

e. Riwayat kesehatan keluarga

Kista ovarium bukan penyakit menular

b. Riwayat perkawinan

Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya


kista ovarium

c. Riwayat kehamilan dan persalinan

Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak


mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium

d. Riwayat menstruasi

Pasien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea


dan bahkan sampai amenorhea

2) Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

a) Hygiene rambut

7
b) Keadaan rambut

b. Mata

a) Sklera : Ikterik/tidak

b) Konjungtiva : Anemis/tidak

c) Mata : Simetris/tidak

c. Leher

a) Pembengkakan kelenjar tiroid

b) Tekanan vena jugularis

d. Dada

Pernafasan

a) Jenis pernafasan

b) Bunyi nafas

c) Penarikan sela iga

e. Abdomen

a) Nyeri tekan pada abdomen

b) Teraba massa pada abdomen

f. Ekstremitas

a) Nyeri panggul saat beraktivitas

b) Tidak ada kelemahan

g. Eliminasi, urinasi

a) Adanya konstipasi

b) Susah BAK

c) Diagnosa Keperawatan

a. Pre Operasi

a) Nyeri kronis b/d agen pencedera (tekanan syaraf sel tumor)


ditandai dengan ekspresi wajah nyeri

b) Cemas b/d perubahan besar (status kesehatan) ditandai dengan


gelisah

c) Risiko konstipasi b/d penurunan motilitas traktus

8
gastrointestinal

d) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d


factor biologis ditandai dengan nyeri abdomen

b. Post Operasi

a) Nyeri akut b/d agen cedera biologis ditandai dengan ekspresi


wajah nyeri

b) Risiko infeksi b/d gangguan integritas kulit

c) Risiko konstipasi b/d penurunan motilitas traktus


gastrointestinal

d) Intervensi Keperawatan

Pre Operasi

No. Dx Keperawatan NOC NIC


1. Nyeri kronis b/d Setelah dilakukan 1.Lakukan
agen pencedera asuhan keperawatan pengkajian nyeri
(tekanan syaraf selama 1x24 jam komprehensif yang
sel tumor) diharapkan nyeri meliputi lokasi,
ditandai dengan berkurang dengan karakteristik,
ekspresi wajah indikator : onset/durasi,
nyeri 1. Nyeri yang frekuensi, kualitas,
dipertahankan dari intensitas atau
skala 3 (cukup) beratnya nyeri dan
ditingkatkan ke skala faktor pencetus
4 (ringan) 2.Ajarkan
2. Mengerang dan penggunaan tekhnik
menangis dari skala non farmakologi
3 (sedang) ke skala 5 untuk mengurangi
(tidak ada) nyeri
3.Berikan analgesik
untuk mengurangi
nyeri

9
Post Operasi

No. Dx Keperawatan NOC NIC


1. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pertahankan
b/d gangguan asuhan keperawatan teknik balutan steril
integritas kulit selama 1x24 jam ketika melakukan
diharapkan risiko perawatan luka,
infeksi teratasi dengan dengan tepat
indikator : 2. Periksa luka
1. Mempertahankan setiap kali
lingkungan yang perubahan balutan
bersih dari skala 2 3. Dokumentasikan
(jarang menunjukkan) lokasi luka, ukuran
ke skala 4 (sering dan tampilan
menunjukkan)
2. Mencuci tangan
dari skala 3 (kadang-
kadang menunjukkan)
ke skala 5 (secara
konsisten
menunjukkan)

e) Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang


telah direncanakan kepada pasien.

f) Evaluasi

Mengevaluasi respon pasien setiap tindakan keperawatan dan evaluasi


hasil dilakukan di akhir tindakan untuk mengetahui/mengevaluasi
keberhasilan tindakan.

10
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.

Jakarta:EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States

of America: Mosby.

Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:

Mosby.

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

11

Anda mungkin juga menyukai