Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kistaindung telur dapat terbentuk
kapan saja, pada masa pubertas sampaimenopause, juga selama masa kehamilan (Bilotta. K,
2012).

Kista ovarium merupakan kantung nonneoplastik pada ovarium yang berisi cairan
atau bahan semisolid. Meskipun umumnya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala,
kista ini mungkin memerlukan pemeriksaan yang lebih teliti karena bisa menjadi lokasi
perubahan yang malignan.kista dapat tunggal ataupun multipel (penyakit ovarium polikistik).
Kista ovarium dapat terjadi setiap saat antara usia pubertas dan menopouse, termasuk selama
kehamilan. Prognosis bagi kista ovarium nonneoplastik sangat baik. Resiko terjadinya
malignansi ovarium tidak lebih besar pada kista ovarium yang fungsional (fisiologis)
(Kowalak, 2011).

Kistoma ovaru merupakan suatu tumor baik kecil maupun yang besar, kistik atau
padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering
adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat
disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya
kepala kedalam panggul. (Winjosastro et.all, 2011)

1.2 Klasifikasi

Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :

1. Tipe Kista Normal


Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak
ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan
dengan siklus menstruasi yang normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur,
untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah
pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat
menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel dan kista korpus luteum.
Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang
sendiri dalam waktu 6 – 8 minggu.

Gambar : kista ovarium fungsional

Sumber : http://kistamioma.com/tag/kista-ovarium-fungsional

2. Tipe Kista Abnormal


a. Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya bersifat
jinak, namun dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri.
b. Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista coklat karena
berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
c. Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku,
rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian indung
telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada
di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan
endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat
menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan
nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.

Gambar : kista corpus luteum

Sumber : http://www.ladycarehealth.com/causes-of-different-ovarian-cysts/

g. Kista polikistik ovarium


Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel
telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar
karena bertumpuknya kista ini. Kista polikistik ovarium yang menetap
(persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak
menimbulkan gangguan dan rasa sakit.

Gambar : kista polikistik ovarium

Sumber : http://pcos-disease.blogspot.com/2010/11/polycystic-ovarian-syndrome_06.html
1.3 Etiologi

Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan


(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium (ketidakseimbangan
hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal
mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam
korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor,
disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna
seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di
ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.

1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104), kebanyakan wanita
yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun beberapa
orang dapat mengalami gejala ini :

1. Nyeri saat menstruasi.


2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.

1.5 Patofisiologi

Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang


terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna didalam
ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pertengahan siklus, folikel
dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang
ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm
dengan kista ditengah- tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum
akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama
kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak (Nugroho, 2010).
1.6 Pathway

Etiologi :
 Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
 Pertumbuhan folikel tidak seimbang
 Degenerasi ovarium
 Infeksi ovarium

Gangguan reproduksi

Tanda dan gejala : Diagnosa : Komplikasi :

 Tanpa gejala  Anamnesa  Pembenjolan perut


 Nyeri saat menstruasi  Pemeriksaan fisik  Pola haid berubah
 Nyeri di perut bagian bawah  Pemeriksaan  Perdarahan
 Nyeri saat berhubungan penunjang  Torsio (putaran tangkai)
seksual  Infeksi
 Nyeri saat berkemih atau BAB Kista ovarium  Dinding kista robek
 Siklus menstruasi tidak teratur  Perubahan keganasan

Kista fungsional Kista non fungsional

Konservatif :
 Observasi 1-2 bulan Laparatomi Laparoskopi

Keluhan tetap :
 Aktivitas hormon Ovarian Salpingo-
 Discomfort cystectomy oophorectomy

Perawatan post operasi : Penyulit post operasi :


 Obat analgetik  Nyeri
 Mobilisasi  Perdarahan
 Personal hygiene  Infeksi

Bagan 2.1 Pathway Kista Ovarium (Taufan Nugroho, 2010)


1.7 Komplikasi

Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium diantaranya:

1. Akibat pertumbuhan kista ovarium


Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran
perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau
posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat
menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas
di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta
dapat juga mengakibatkan edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan kista
membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang
minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan
terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau ligamentum rotundum pada
uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis
dan kematian. Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma,
TOA, massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal.
Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi
nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat
terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa
dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap kista
dibuang dan dievaluasi secara histologis.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti
jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat bersetubuh. Jika
robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas
berlangsung ke uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri
terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama
terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya asites dalam hal ini
mencurigakan. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopause
sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor
inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.

1.8 Pemeriksaan Penunjang

Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperolehkepastian sebelum


dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-
gejala yang ditemukan dapat membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa
cara yang dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta, 2012 :1)

1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
Gambar : USG kista ovarium

Sumber : http://forum.detik.com/niwana-sod-mampu-menyembuhkan-penyakit-kronis-
seperti-kanker-kista-dll-t137091.html

3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.Selanjutnya, pada
kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perludiperhatikan bahwa
tindakan tersebut

1.9 Penatalaksanaan

1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama
1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu
atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho,
2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan operasi
harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22 gejala akut, tindakan operasi
harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya
memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang memiliki
kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk meminimalisir resiko
terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar
terkena kenker jenis ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut
ovarian cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba
fallopi, maka disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung pada
usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis kista.

Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit (twisted) dan
menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan tindakan darurat pembedahan
(emergency surgery) untuk mengembalikan posisi ovarium menurut Yatim, (2005:
23)

Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim, (2005:


23) yaitu:

a. Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan


sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dokter melakukan
operasi dengan laparoskopi. Dengan cara ini, alat laparoskopi dimasukkan ke
dalam rongga panggul 23 dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut,
yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan.
b. Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan
laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan
(kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan, operasi sekalian
mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe.
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
A. Identitas pasien
a) Nama : Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak keliru dengan
pasien-pasien lain.
b) Umur : Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa reproduksi.
c) Agama : Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai gangguan
reproduksi.
d) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa : Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
pasien.
f) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya.
g) Alamat : Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
B. Alasan Kunjungan Alasan apa yang mendasari ibu datang.
a) Keluhan Utama
Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk mengetahui
permasalahan utama yang dihadapi ibu mengenai kesehatan reproduksi.
b) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah diderita yang dapat
mempengaruhi dan memperparah penyakit yang saat ini diderita.
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang berhubungan dengan gangguan reproduksi
terutama kista ovarium.
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gaangguan kesehatan pasien.
c) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah, syah atau tidak, umur
berapa menikah dan lama pernikahan.
d) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama menstruasi,
banyak menstruasi, sifat dan warna darah,
disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan system reproduksi sehubungan dengan menstruasi.
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka perawat harus
menggali lebih spesifik untuk memastikan bahwa apa yang terjadi pada ibu
adalah normal atau patologis.
f) Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat ini digunakan ibu
yang kemungkinan menjadi penyebab atau berpengaruh pada penyakit yang
diderita saat ini.
g) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan makanan yang
masih mentah dan apakah ibu suka minum minuman beralkohol karena
dapat merangsang pertumbuhan tumor dalam tubuh.
(2) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan air kecil
meliputi frekuensi, warna, jumlah.
(3) Hubungan seksul
Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut apakah
menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau sebaliknya.
(4) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang cukup atau tidak.
(5) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia.
(6) Aktivitas
Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien sehari hari. Pada pola ini
perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
C. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya,
meliputi : Tekanan darah, temperatur/ suhu, nadi serta pernafasan
D. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.

a) Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan rambut rontok atau
tidak, kebersihan kulit kepala.
b) Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak, pucat atau
tidak.
c) Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik atau tidak,
konjungtiva anemis atau tidak.
d) Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau tidak, bersih
atau tidak, ada infeksi atau tidak.
e) Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan sekret atau tidak.
f) Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau tidak,
stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
g) Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid,
limfe, vena jugularis atau tidak.
h) Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau
tidak.
i) Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada benjolan
atau tidak.
j) Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan pembesaran perut.
k) Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak,
ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.
l) Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak,
sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek patella positif atau tidak.
m) Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses ataupun pengeluaran
yang tidak normal.
n) Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau tidak.

2.2 Diagnosa Keperawatan


Herdman (2011), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan kista
ovarium adalah :

A. Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
2. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
B. Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
3. Hambatan mobilisasi fisik b.d kelemahan fisik

2.3 Intervensi Keperawatan

PRE OPRASI

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


No
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Nyeri akut b.d agen Tujuan: Pain Management
cidera biologi Setelah dilakukan asuhan - Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama 3x24 jam secara komprehensif
diharapkan nyeri pasien termasuk lokasi,
berkurang karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan
- Mampu mengontrol nyeri faktor presipitasi
(tahu penyebab nyeri, mampu - Observasi reaksi nonverbal
menggunakan tehnik dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk - Gunakan teknik
mengurangi nyeri, mencari komunikasi terapeutik
bantuan) untuk mengetahui
- Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
berkurang dengan - Kaji kultur yang
menggunakan manajemen mempengaruhi respon
nyeri nyeri
- Mampu mengenali nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri
(skala, intensitas, frekuensi masa lampau
dan tanda nyeri) - Evaluasi bersama pasien
- Menyatakan rasa nyaman dan tim kesehatan lain
setelah nyeri berkurang tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi
nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2. Kecemasan b.d Tujuan: Anxiety Reduction
diagnosis dan Setelah dilakukan asuhan (penurunan kecemasan)
pembedahan keperawatan selama 3x 24 jam - Gunakan pendekatan yang
diharapakan cemasi terkontrol. menenangkan
Kriteria Hasil : - Nyatakan dengan jelas
- Klien mampu harapan terhadap pelaku
mengidentifikasi dan pasien
mengungkapkan gejala - Jelaskan semua prosedur
cemas dan apa yang dirasakan
- Mengidentifikasi, selama prosedur
mengungkapkan dan - Temani pasien untuk
menunjukkan tehnik untuk memberikan keamanan
mengontol cemas dan mengurangi takut
- Postur tubuh, ekspresi - Berikan informasi faktual
wajah, bahasa tubuh dan mengenai diagnosis,
tingkat aktivitas tindakan prognosis
menunjukkan berkurangnya - Dorong keluarga untuk
kecemasan menemani.
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
- Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

POST OPERASI

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


No
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Nyeri akut b.d agen Tujuan: Pain Management
injuri fisik Setelah dilakukan asuhan - Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama 3x24 jam secara komprehensif
diharapkan nyeri pasien termasuk lokasi,
berkurang karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan
- Mampu mengontrol nyeri faktor presipitasi
(tahu penyebab nyeri, - Observasi reaksi nonverbal
mampu menggunakan dari ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi - Gunakan teknik
untuk mengurangi nyeri, komunikasi terapeutik
mencari bantuan) untuk mengetahui
- Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
berkurang dengan - Kaji kultur yang
menggunakan manajemen mempengaruhi respon
nyeri nyeri
- Mampu mengenali nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri
(skala, intensitas, frekuensi masa lampau
dan tanda nyeri) - Evaluasi bersama pasien
- Menyatakan rasa nyaman dan tim kesehatan lain
setelah nyeri berkurang tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi
nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2. Resiko infeksi b.d Tujuan: Infection Control (Kontrol
penurunan Setelah dilakukan asuhan infeksi)
pertahanan primer keperawatan selama 3x 24 jam - Bersihkan lingkungan
diharapakan infeksi terkontrol setelah dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : - Pertahankan teknik isolasi
- Klien bebas dari tanda dan - Batasi pengunjung bila
gejala infeksi perlu
- Mendeskripsikan proses - Instruksikan pada
penularan penyakit, factor pengunjung untuk
yang mempengaruhi mencuci tangan saat
penularan serta berkunjung dan setelah
penatalaksanaannya, berkunjung meninggalkan
- Menunjukkan kemampuan pasien
untuk mencegah timbulnya - Gunakan sabun
infeksi antimikrobia untuk cuci
- Jumlah leukosit dalam batas tangan
normal - Cuci tangan setiap
- Menunjukkan perilaku sebelum dan sesudah
hidup sehat tindakan kperawatan
- Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
- Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
- Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi
k/p
- Berikan perawatan kulit
pada area epidemal
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas,
drainase
- Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur positif
3. Hambatan Tujuan: Terapi latihan fisik :
mobilisasi fisik Setelah Dilakukan Tindakan Mobilitas sendi
berhubungan Keperawatan selama 3x24 jam - Monitoring vital sign
dengan kelemahan diharapkan hambatan mobilitas sebelm/sesudah latihan
fisik fisik dapat teratasi. dan lihat respon pasien
Kriteria Hasil : saat latihan
1. Klien meningkat dalam - Ajarkan pasien atau
aktivitas fisik tenaga kesehatan lain
2. Mengerti tujuan dari tentang teknik ambulasi
peningkatan mobilitas - Kaji kemampuan pasien
3. Memverbalisasikan dalam mobilisasi
perasaan dalam - Latih pasien dalam
meningkatkan kekuatan dan pemenuhan kebutuhan
kemampuan berpindah ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
- Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

 Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan.


Edisi 2. Jakarta : EGC
 Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
 Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta : Nuha Medika
 Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta :
EGC
 Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Anda mungkin juga menyukai