Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata spiritualitas berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti bernafas atau
angina. Jiwa memberikan kehidupan bagi seseorang. Ini berarti segala sesuatu yang
menjadi pusat semua aspek dari kehidupan seseorang. Menurut Florence Nightingle,
spiritualitas adalah suatu dorongan yang menyediakan energy yang dibutuhkan untuk
mempromosikan lingkungan rumah sakit yang sehat dan melayani kebutuhan spiritual
sama pentingnya dengan melayani kebutuhan fisik. Saat ini, spiritualitas sering
didefinisikan sebagai kesadaran dalam diri seseorang dan rasa terhubung dengan sesuatu
yang lebih tinggi, alami, atau kepada beberapa tujuan yang lebih besar dari diri sendiri.
Kesehatan seseorang tergantung pada keseimbangan faktor fisik, psikologi, sosiologi,
budaya, perkembangan, dan spiritual. Spiritualitas merupakan faktor penting yang
membantu individumencapai keseimbangan yang diperlukan untuk memelihara
kesehatan dan kesejahteraan, serta untuk beradaptasi dengan penyakit. Penelitian
menunjukkan bahwa spiritualitas yang positif mempengaruhi dan meningkatkan
kesehatan, kualitas hidup, perilaku meningkatkan kesehatan, dan kegiatan pencegahan
penyakit.
Sering kali perawat menyelenggarakan pelayanan kesehatan lainnya gagal
mengenali dimensi spiritual dari klien mereka, karena spiritualitas bersifat tidak cukup
ilmiah, memiliki banyak dimensi, dan sulit untuk diukur. Selain itu, beberapa perawat
dan penyelenggara pelayanan kesehatan tidak percaya terhadap tuhan atau sesuatu yang
pokok, beberapa tidak merasa nyaman mendiskusikan topic tersebut, dan yang lainnya
menegaskan bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
Konsep spiritual dengan agama sering tertukar tempat, tapi spiritualitas merupakan
konsep yang lebih luas dan lebih menyatu dibandingkan dengan agama (Hollins, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut spiritualitas dalam praktek keperawatan?
2. Bagaimana asuhan keperawatan dengan masalah spiritualitas?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep spiritualitas dalam praktek keperawatan.
2. Mengetahui pemenuhan asuhan keperawatan dengan masalah spiritualitas.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kesehatan Spiritualitas

Nilai yang membentuk dan mempengaruhi kehidupan kita adalah nilai keabadian dan
kesehatan. Kesehatan seseorang tergantung pada keseimbangan variabel fisik, psiklogis,
sosiologis, kultural, perkembangan,dan spiritual. Perawat mempunyai pendekatan tradisional
mendekati promosi kesehatan melalui perspektif holistik. Asumsi mendasar tentang holisme
adalah keyakinan dimana individu tidak dapat membanginya menjadi bagian komponen,
individu secara keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagian (Mansen, 1993)

Kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek yang terintregasi dari manusia secara
keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan(Clark et al,1991). Spiritualitas memberi
dimensi luas pada pandangan holistik kemanusiaan. Agar perawat dapat memberikan perawatan
yang berkualitas,mereka harus mendukung klien seperti halnya ketika mereka mengidentifikasi
dan mengeksplorasi apa yang sangat bermakna dalam kehidupan mereka dan ketika mereka
menemukan cara untuk mengadaptasi nyeri dan menderira penyakit. Keperawatan membutuhkan
keterampilan dalam perawatan spiritual. Setiap perawat harus memahami tetntang spiritualitas
dan bagaimana keyakinan spiritual mempengarihi kehidupan manusia

a. Gambaran Spiritual
Spiritual,keyakinan dan agama merupakan enititas yang berbeda meskipun istilah
tersebut sering kali saling tertukar penggunaannya. Kata spiritual berasal dari bahasa latin
spiritus, yang artinya “meniup” atau “bernafas” , dan kemudian memiliki arti yang
memberi kehidupan atau inti sari menjadi manusia. Spiritualitas mengacu bagaimana
menjadi manusia yang mencari makna melalui hubungan intra-, inter-,intrans-
personal(reed,1998). Spiritualitas secara umum melbatikan keyakinan dalam hubungan
dengan sesuatu yang lebih tinggi,berkuasa, memiliki kekuatan mencipta, dan bersifat
ketuhanan,atau memiliki energi yang tidak terbatas. Sebagai contoh, seseorang dapat
meyakini “Tuhan”,”Allah”,”Sang Maha Kuasa”. Spiritualitas mencakup aspek berikut
(Martsolf & Mickley,1998) :
 Makna (memiliki tujuan, membuat hidup hidup lebih hidup)
 Nilai (memiliki keyakinan dan standar yang dihargai)
 Transenderns (menghargai dimensi yang berada di luar negri)
 Berhubungan (berhubungan dengan orang lain,alam,Yang Maha Agung)
 Menjadi (mencakup refleksi,memperkenankan hidup untuk terungkap,dan
mengetahui seseorang itu sebenarnya).

Kata-kata atau konsep yang mencerminkan spiritualitas,seperti


keyakinan,keberanian,keceriaan,dan harapan, mungkin dalam digunakan pembicaraan
ringan ketika mendiskusikan spiritualitas.

2
b. Kebutuhan Spiritualitas
Karena setiap orang memiliki dimensi spiritual,semua klien memiliki kebutuhan yang
mencerminkan spiritualitas mereka. Kebutuhan ini sering muncul akibat penyakit atau
krisis kesehatan lain. Klien yang memiliki keyakinan spiriyual yang jelas dapat merasa
behwa keyakinan mereka ditantang oleh situasi kesehatan mereka, klien yang tidak
memiliki keyakinan yang jelas dapat tiba-tiba berhadapan langsung dengan pertanyaan
yang menantang terkait makna dan tujuan hidup. Perawat harus peka terhadap indikasi
kebutuhan spiritua klien dan berespon secara tepat,seperti yang dibahas kemudian.
Pemenuhan kebutuhan spiriual klien juga dapat meningkatkan pelaku kopingdan
memperluas sumber-sumber penting yang tersedia untuk klien.
c. Kesejahteraan Spiritual
Kesehatan spiritual atau kesejahteraaan spiritual dimanifestasikan dengan perasaan
menjadi “secara umum hidup,bertujuan,dan memuaskan”(Ellison,1983). Menurut Pilch
(1988), kesejahteraan spiritual adalah “cara hidup,gaya hidup yang memandang,dan
menghidupkan hidup menjadi bertujuan dan menyenangkan, yang mencari pilihan yang
menompang hidup dan memperkaya hidup untuk dipilih secara bebas pada setiap
kesempatan, dan yang menanamkan akarnya secara kuat kedalam nilai spiritual atau
keyakinan agama tertentu
d. Disstress Spiritual
Disstress spiritual mengaacu pada tantangan terhadap kesejahteraan spiritual atau
terhadap sistem keyakinan yang memberi kekuatan, harapan,dan makna hidup. NANDA
Internasional (1003)menetapkan batas karakteristik distres spiritual, sebagai berikut :
 Mengekpresikan harapan,makna,tujuan hidup,pengampunan terhadap diri
sendiri
 Mengekpresikan perasaan diabaikan oleh atau merasa marah terhadap Tuhan
 Menolak interaksi dengan teman,keluarga
 Perubahan tiba-tiba dalam praktik spiritual
 Permintaan untuk bertemu tokoh agama
 Tidak tertarik dengan alam,membaca literatur spiritual
e. Konsep Terkait
Karena merupakan cerminan pengalaman dari dalam diri yang diekspresikan secara
individual,spiritualitas mencakup berbagai representasi sebanyak representasi manusia
yang ada. Konsep yang berkaitan dengan spiritualitas meliputi:
 Agama
Agama merupakan sistem keyakinan dan praktik yang terorganisasi. Agama memberi
satu cara ekspresi spiritual yang memberikan pedoman kepada penganutnya dalam
berespons terhadap pertanyaan dan tantangan hidup. Menurut Vardey (1995),agam
terorganisasi memberikan :
1) Rasa keterikatan komunitas dengan keyakinan yang sama
2) Kajian bersama kitab suci ( Al-qur’an,Taurot,Injil,Zabur)

3
3) Pelaksanaan ritual
4) Penggunaan disiplin dan pratik,Firman dan sakramen,dan
5) Cara menjaga jiwa seseorang (seperti berpuasa,berdo’a,dan meditasi)

Perkembangan keagamaan individu mengacu penerimaan keyakinan,nilai,pedoman


pelaksana,dan ritual tertentu. Namun, perkembangan agama sering kali dapat menjadi
pondasi dan meningkatkan spiritualitas dengan memberikan sistem keyakinan yang dapat
menunjukan arah pertumbuhan kepada penganutnya. Sebagai contoh, penganut agama
islam yang beribadah setia hari membawa penganutnya ke dalam hubungan langsung
dengan pertanyaan yang sangat dalam mengenai kehidupan bebrapa kali sehari. Agnostik
adalah orang yang meragukan keberadaan Tuhan atau Yang Maha Tinggi atau meyakini
bahwa keberadaan Tuhan belum terbukti. Ateis adalah orang yang tidak meyakini
keberadaan Tuhan. Monoteisme adalah keyakinan akan keberadaan satu Tuhan,
sementara politeisme adalah keyakinan terhadap labih dari satu Tuhan. Moral dan kode
etik agnostik dan ateis tidak berasal dari keyakinan teistik.

 Iman
Iman adalah meyakini atau berkomitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Fowlwr
(1981) menggambarkan bahwa iman memiliki individu religius dan non religius.
Keyakinan memberi makna bagi kehidupan, memberi individu kekuatan pada masa-masa
sulit. Bagi klien yang sakit, iman kepada Yang Maha Kuasa. Pada diri sendiri, pada tim
perawatan kesehatan, kombinasi semunya, memberi kekuatan dan harapan.
 Harapan
Harapan adalah konsep yang menggabungkan spiritualitas. Stephenson (1991)
menyatakan menyatakan definisi berikut: “proses antisipasi yang melibatkan interaksi
antara berpikir,bertindak,merasakan, dan menghubungkan, serta diarahkan ke pemenuhan
di masa yang akan datang yang bermakna secara personal”. Tanpa harapan ,klien
menyerah, kehilangan semangat, dan penyakit kemungkinan semakin cepat memburuk.
 Transendensi

Penggunaan istilah Transendensi sering kali tertukar dengan Transendensi –diri


,yang di definisikan oleh Coward (1990) sebagai “kapasitas untuk mencapai sesuatu
diluar diri sendiri ,untuk memperluas diri sendiri melebihi kekhawatiran pesonal dan
untuk mendapatkan perspektif,aktivitas dan tujuan hidup yang lebih luas”. Transendensi
juga dianggap melibatkan kesadaran seseorang bahwa ada sesuatu yang lain. Atau yang
lebih hebat dari dir inya sendiri dan suatu pencarian dan penilaian terhadap sesuatu yang
lebih hebat tersebut, baik itu adalah makhluk, kekuatan, atau nilai yang paling hebaat.

 Pengampunan

Konsep pengampunan semakin diperhatikan oleh tenaga kesehtan profesional. Bagi


banyak klien,penyakit atau ketunadayaan menimbulkan rasa malu atau rasa bersalah.

4
Masalah kesehatan sering di interpretasikan sebagai hukuman atas dosa yang dilakukan
dimasa lalu.

f. Perkembangan Spiritual
Selain secara fisik, kognitif, dan moral, individu juga berkembang secara
spiritualitas. Beberapa ahli teologi mengidentifikasi tahap linier tertentu yang melalui
oleh individu sementara ia mencapai kemtangan spiritualitas.Westerhoff,(1976), sebagai
contoh, menggambarkan iman sebagai satu cara berperilaku yang timbul dari keyakinan
yang diarahkan oleh orang tua dan orang lain semasa bayi dan kanak-kanak hingga iman
diri sendiri yang diinternalisasi pada masa dewasa dan bertindak sebagi pengarah
tindakan. Beberapa aspek perkembangan spiritual dan perilaku keagamaan yang sehat
pada setiap tahap perkembangan .
g. Praktik Keperawatan yang Memenuhi Asuhan Keperawatan
Klien sering kali mengidentifikasi praktik keagamaan, seperti do’a,sebagai strategi
yang penting untuk berkoping terhadap penyakit (pargament, 1997) pratik yang paling
umum mempengaruhi asuhan keperawatan pada klien termasuk hari raya, kitab suci,
simbol sakral, do’a, meditasi, dan hal-hal yang berhubungan dengan diet, nutrisi,
penyembuhan, pakaiyan, kelahiran, dan kematian.
 Hari raya
Hari raya adalah suatu hari yang ditetapkan untuk perayaan keagamaan tertentu.
Semua agam di seluruh dunia memiliki hari raya. Sebagai contoh, umat kristiani
merayakan paskah atau Hari Natal, umat Yahudi merayakan Yom Kippur dan
Passover, umat budha merayakan hari lahir Budha, umat islam memiliki bulan Suci
Ramadhan, dan umat hindhu merayakan Mahashivarathri, perayaan Dewa Syiwa.
Banyak agama yang mengharuskan berpuasa, do’a yang lama, dan refleksi atau
ritual pada hari sakral (atau hari raya besar) namun, penganutnya yang sakit serius
sering kali diberi pengecualian untuk kewajiban tersebut.
 Kitab suci
Setiap agama memiliki tulisan sakral dan kitab yang menjadi pedoman keyakinan
dan perilaku penganutnya, selain itu, tulisan sakral menyampaikan cerita instruktif
mengenai para pemimpin agama, raja-raja, dab pahlawan. Pada sebagian besar
agama, tulisan ini dianggap sebagai ucapan Sang Kholik yang di tulis oleh para Nabi
dan Kholifah. Umat Kristiani memiliki kitab suci Injil, umat Yahudi memiliki kitab
suci Taurat dan Talmud, dan umat Islam memiliki kitab suci Al-Qur’an, umat Hindu
memiliki kitab suci,atau Weda, dan umat Buddha mengimani ajaran yang ada di
Tripitaka.
 Simbol sakral
Simbol sakral mencakup perhiasan, liontin, tasbih, lambang, patung, atau
ornamen tubuh yang memiliki makna keagamaan atau spiritual. Simbol tersseut

5
dapat digunakan untuk menunjukkan keyakinan seseorang, untuk mengingatkan
pemakaiannya akan keyakinannya, untuk memberikan perlindungan spiritual atau
menjadi sumber kenyamanan atau kekuatan. Individu dapat menggunakan liontin
kegamaan sepanjang waktu, dan mereka berharap untuk mengenakannya saat
menjalani study diagnostik, penanganan medis, atau pembedahan. Orang Katolik
Roma dapat memakai rosario untuk berdo’a, umat muslim dapat membawa tasbih
 Do’a dan Meditasi
Do’a merupakan suatu praktik spiritual bagi banyak orang, do’a juga merupakan
pratik keagamaan. Satu ensiklopedia agama mendefinisikan do’a hanya
sebagai”komunikasi manusia dengan Tuhan atau entitas spiritual” belaka (Gill,1987)

Terdapat berbagai jenis engalaman do’a. Poloma Gallup (1991) menetapkan kategori
pengalaman do’a, sebagai berikut :

a. Rirtual (do’a-do’a hafalan yang dapat diulang)


b. Petisi kepada Tuhan (do’a perantaraan ketika seseorang meminta sesuatu dari
Tuhan)
c. Kolokial (do’a berupa percakapan)
d. Meditasional(saat-saat diam dan tidak brfokus pada apapun, satu fase yang
bermakna atau pada aspek tertentu dari Tuhan)

Beberapa agam amewajibkan ibadah setiap hari atau menetapkan waktu spesifik
untuk berdoa dan beribadah, sholat lima waktu bagi umat islam (dilakukan sambil
menghadap kiblat sebelum fajar, siang, sore, petang, dan malam hari), ibadah Kaddish
harian pada umat Yhaudi, atau tujuh do’a kanonik pada umat Katolik Roma. Individu
yang sakit mungkin ingin terus atau meningkatkan praktik ibadah mereka (Moschella et
al, 1997). Mereka mungkin membutuhkan waktu tenang tanpa gangguan selama mereka
membaca buku do’a mereka, menggunakan rosario, tasbih, atau lambang keagamaan lain
yang tersedia bagi mereka.

Meditasi dalah kegiatan memfokuskan pikiran seseorang atau terlibat dalam refleksi
diri atau kontemplasi. Beberapa orang meyakini bahwa, melalui meditasi yang
mendalam, sesorang dapat memengaruhi atau mengontrol fungsi fisik dan psikologis
serta perjalanan penyakit.

 Keyakinan yang mempengaruhi diet dan nutrisi


Banyak agama yang memiliki larangan terkait diet. Mungkin terdapat aturan
mengenai jenis makanan dan minuman yang di perbolehkan dan yang dilarang. Sebagai
contoh, umat Yahudi Ortodoks diharamkan memakan babi dan kerang, dan umat Islam
tidak diperbolehkan meminum minuman beralkhohol atau memakan babi. Anggota
Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints(Mormon) tidak diperkenankan meminum
minuman yang berkafein atau beralkhohol. Untuk umat Katolik konvensional dapat

6
memilih untuk tidak memakan daging pada hari jum’at karena hal tersebut dilarang pada
masa lalu. Umat Buddha dan Hindhu umumnya vageterian, tidak ingin memakan sesuatu
yang bernyawa untuk menyokong hidup. Hukum keagamaan dapat juga mengatur cara
penyajian makanan, sebagai contoh , banyak umat Yahudi yang mensyaratkan makanan
Halal, yaitu yang disajikan dengan hukum dalam agama Yahudi. Beberapa agama
membebaskan ibu menyusuhi atau wanita yang sedang menstruasi dari kewajiban
berpuasa. Penyediaan layanan kesehatan harus rencana diet yang dianjurkan dengan
memperhatikan keyaakinan diet dan berpuasa klien.
 Keyakinan terkait pakaian
Beberapa agama mewajibkan wanita mengenakan pakaian konservatif, yang dapat
mencakup menggunakan baju dengan lengan dan kerah sederhana, dan rok sepanjang
lutut,. Beberapa agama, misalnya agama Islam, mewajibkan tubuh (batang
tuuh,lengan,kaki)tertutup. Wanita beragama Hindhu dibiasakan untuk menggunakan sari
untuk menutup seluruh anggota tubuh, kecuali lengan dan kaki. Gaun rumah sakit dapat
membuat wanita yang berharap dapat mematuhi kode berpakaian sesuai agama merasa
gelisah dan tidak nyaman. Klien terutama dapat bingung ketika menjalani uji diagnostik
atau penanganan, seperti mamografi, yang mewajibkan ia menanggalkan pakaian.
 Keyakinan terkait kelahiran
Bagi semua agama, kelahiran anak merupakan peristiwa penting yang perlu
dirayakan. Banyak agama memiliki upacara ritual tertentu yang menyucikan anak mereka
yang baru lahir pada Tuhan. Ketika seorang anak uslim lahir.”seseorang
mengumandangkan adzan ditelinga bayi bagian kanan dan diiqomati dai telingan bagian
kiri). Pada hari ketujuh kelahiran, bayi diberi nama, dan rambut bayi dicukur(aqiqoh).
Pada keyakinan uaman Kristiani, pembaptisan dan uapacara pengkristenan yang
dapat dilaksanakan setelah kelahiran anak untuk menegaskan bahwa ”bayi masuk dalam
kekuarga kristen sebagai bagian dari organisme gereja” (Frankiel, 1993).
Pada agama Yahudi,ritual sirkumsisi yang dilakukan pada anak laki-laki pada hari
kedelapan kelahiran merupakan suatu ekspresi ikatan agama antara Nabi Ibrahim, nenek
moyang, dan Tuhan mereka.setelah ritual sirkumsisi oleh orang yang terlatih,anak diberi
nama. Anak perempuan diberi nama di sinagoge pada hari sabat setelah
kelahirannya(Fishbane, 1993).
Jika perawat menyadari kebutuhan keagamaan pada keluarga dan bayi mereka,
mereka dapat membantu keluarga dalam pemenuhan kewajiban keagamaan mereka. Hal
ini terutama penting ketika bayi baru lahir sakit keras atau terancam meninggal karena
beberapa orang meyakini bahwa apabila kewajiban keagamaan tidak dipenuhi, bayi tidak
dapat diterima dalam komunitas orang beriman setelah kematian.
 Keyakinan terkait kematian
Keyakinan keagamaan dan spiritual berperan penting pada saat penganut menjelang
ajal, demikian juga pada kejadian hidup penting lain. Banyak orang meyakini bahwa
seseorang yang meninggal mengalihkan hidupnya ketempat yang lebih baik.

7
Griffith (1996) menyatakan bahwa selama penyakit terminal klien dan keluarga
harus ditanya mengenai upacara atau ritual yang dilaksanakan saat kematian. Beberapa
agama yang memiliki aturan bahwa tubuh orang yang meninggal hanya boleh disentuh
oleh anggota keyakinan mereka saja. Pemeluk agama islam (Denny, 1993), dan Yahudi
(Fishbane, 1993) melaksanakan ritual memandikan mayat oleh anggota keluarga atau
oleh petugas pengurus junazah. Simbol keagamaan atau benda-benda keagamaan harus di
perlakukan dengan penuh hormat dan ditaruh dekat jenazah(Griffith, 1996). Perawat
dapat mendukung keluarga yang ditinggal dengan memberikan lingkingan yang kondusif
untuk melaksanakan ritual kematian mereka.

B. Asuhan Keperawatan Penenuhan Kebutuhan Spiritual

Inti dari keperawatan adalah tanggung jawab untuk melayani dan menghargai keunikan
individu. Dalam kasus spiritualitas, lebih penting untuk menghargai setiap kepercayaan personal
klien. Seseorang memiliki pengalaman di dunia dan menemukan arti dari pengalaman tersebut
dengan cara yang berbeda. Penggunaan proses keperawatan pada perpektif kebutuhan spiritual
klien bukanlah hal yang mudah. Memahami spiritualitas klien dan kemudian menentukan tingkat
dukungan yang sesuai dan sumber daya yang dibutuhkan suatu perpektif empati. Hilangkan
segala bias personal atau konsep yang salah dari pengkajian klien, dan cobalah untuk membagi
dan mendapatkan arti dan tujuan hidup lainnya, penyakit, dan kesehatan. Belajarlah untuk
melihat di luar pandangan personal ketika membangun hubungan dengan klien. Menentukan
nilai-nilai umum dan menghormati tanggung jawab dan nilai-nilai tertentu membutuhkan
pembicaraan dalam suasana yang tenang, mendengarkan dengan efektif, dan komunikasi melalui
kehadiran dan sentuhan. (Smith dan McSherry, 2004; Villagomenza, 2005; dalam Buku 2
Fundamental keperawatan edisi 7, 2010)

1. Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan pada aspek spiritual adalah bahwa pengalaman dan
kejadian-kejadian kehidupan akan sangat mempengaruhi. Lakukan pengkajian yang bersifat
terapiutik, karena hal tersebut. menunjukkan suatu bentuk pelayanan dan dukungan.
Pengkajian spiritual merupakan bagian dasar dari pengkajian keprawatan. Perawat
biasanya memiliki keterbatasan waktu bersama klien mereka, karena itulah terkadang sulit
untuk mendapatkan pengkajian spiritual yang mendalam. Kunci suksesnya adalah
mengadakan pengkajian terus menerus tentang cara klien tinggal dalam tempat pelayanan
kesehatan.
Banyak alat pengkajianspiritual berguna untuk membantu perawat menjelaskan niali-nilai
dan mengkaji spiritual klien. Salah satu alat pengkajian yaitu dengan menggunakan B-E-
L-I-E-F yang dapat membantu perawat mengelavulasi klien anak, serta kebutuhan spiritual
dan keagamaan keluarga.akronim memiliki arti sebgai berikut
B – Belief system (system kepercayaan)
E – Ethis or values (etika atau nilai-nilai)

8
L – Lifestyle (gaya hidup)
I – Involment in a spiritual community (keterlibatan dalam komunitas spiritual)
E – Education (pendidikan)
F – Future events (kejadian-kejadian yang akan datang)
Alat pengakajian seperti B-E-L-I-E-F mudah digunakan dan membantu perawat
mengingat area yang penting untuk dikaji. Repons terhadap alat pengkajian biasanya akan
menunjukkan area yang memerlukan investigasi segera. Ketika perawat memahami
keseluruhan pendekatan terhadap pengkajian spiritual mereka dapat masuk ke dalam diskusi
yang mendalam dengan klien mereka, mendapatkan kesadaran terbesar tentang sumber daya
personal klien membawa kepada suatu kondisi, dan menggabungkan sumber daya ke dalam
rencana keperawatan yang efektif.
a. Kepercayaan/Keyakinan
Kaji sumber otoritas dan petunjuk yang klien gunakan dalam hidup untuk memilih dan
bertindak menurut kepercayaan mereka. Tentukan apakah klien memiliki sumber petunjuk
keagamaan yang bertentangan dengan rencana pengobatan medis. Ini sangat mempengaruhi
pilihan perawat dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan lain yang dapat ditawarkan
kepada klien. Penting juga memahami filosofi hidup klien. Data pengkajian menunjukkan
dasar system keperyaan klien terhadap arti dan tujuan hidup serta focus spiritual. Informasi
ini biasanya mencerminkan dampak penyakit, rasa kehilangan, atau ketidakmampuan yang
ada dalam kehidupan seseorang. Kepercayaan dan praktik keagamaan klien, pandangan
tentang kesehatan, dan respons terhadap penyakit akan mempengaruhi cara perawat memberi
dukungan.
b. Kehidupan dan Tanggung Jawab Diri
Kesejahteraan spiritual melibatkan kehidupan dan yanggung jawab diri. Individu yang
memiliki tingkat kesejahteraan spiritual yang lebih tinggi akan menerima perubahan dalam
hidup, membuat keputusan tentang kehidupan mereka, dan dapat memaafkan orang lain pada
saat yang sulit. Selama sakit, klien sering kali tidak dapat menerima keterbatasan atau tidak
mengetahui cara mendapatkan kembali fungsi dan arti hidup. Perasaan ketidakberdayaan
mereka mencerminkan tekanan spiritual. Namun, klien biasanya menggunakan kesejahteraan
spiritual mereka sebagai sumber daya selama mereka beradaptasi dengan perubahan dan
mencari solusi untuk mengatasi keterbatasan. Mengkaji perluasan di mana klien memahami
keterbatasan atau ancaman postur tubuh karena penyakit dan keadaan di mana klien memilih
untuk beradaptasi terhadap mereka.
c. Keterhubungan
Individu yang dihubungkan dengan diri mereka sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan atau
makhluk tertinggi lainnya beradaptasi dengan tekanan yang disebabkan oleh krisis dan
penyakit kronis. Klien dapat berhubungan dengan Tuhan melalui doa. Berdoa merupakan
komunikasi pribadi dengan tuhan mereka. Hal ini memberikan harapan, kekuatan, dan
keamanan, dan merupakan bagian dari kepercayaan. Bantu klien dengan tetap menghargai

9
setiap pemahaman spiritual klien. Kaji apakah klien kehilangan kemampuan untuk
mengungkapkan perasaan keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar darinya.
d. Kepuasan Hidup
Kesejahteraan spiritual berhubungan dengan kepuasan hidup seseorang dan apakah
mereka telah disempurnakan. Pengkajian kepuasan hidup akan memberikan petunjuk asuhan
keperawatan yang sesuai. Ketika individu merasakan kepuasan dalam hidupnya, banyak
energy yang tersedia untuk mengatasi kesulitan yang baru dan menyelesaikan masalah.
e. Budaya
Spiritualitas merupakan pengalaman pribadi dalam suatu konteks budaya. Penting untuk
memahami asal budaya klien dan mengkaji nilai-nilai yang dimiliki klien. Ini sering
ditemukan pada banyak budaya dimana individu merasa bahwa mereka telah menjalani
kehidupan yang bermanfaat dan bertujuan. Tetap berhubungan dengan warisan budaya
mereka akan membantu klien mendefinisikan tempat mereka di dalam dunia dan
mengungkapkan spiritualitas mereka. Menanyakan klien tentang kepercayaan dan system
kepercayaan mereka merupakan permulaan yang baik untuk memahami hubungan antara
budaya dan spiritualitas.
f. Hubungan Persahabatan dan Masyarakat
Hubungan persahabatan merupakan jenis hubungan yang dimiliki individu dengan
individu lainnya. Gali jaringan pendukung yang dimiliki klien. Sangat tidak bijaksana jika
menganggap bahwa jaringan yang ada menawarkan jenis dukungan sesuai dengan keinginan
klien.
g. Ritual dan Ibadah
Mengkaji ritual dan ibadah membantu perawat memahami spiritualitas klien. Ritual
termasuk pastisipasi dalam pemujaan, berdoa, sakramen, berpuasa, bernyanyi, meditasi,
membaca kitab, dan membuat penawaran atau menyerahan. Agama yang berbeda memiliki
ritual yang berbeda pada kejadian hidup. Tentukan apakah penyakit atau perawatan di rumah
sakit telah mengganggu kebiasaan ritual atau ibadah klien. Ritual akan memberikan klien
struktur dan dukungan selama waktu sulit. Jika ritual merupakan suatu yang penting,
gunakan mereka sebagai bagian dari intervensi keperawatan.
h. Pekerjaan
Individu mengungkapkan spiritualitas mereka pada kehidupan harian dalam rutinitas
kehidupan, pekerjaan, peran, dan hubungan. Spiritualitas merupakan bagian dari identitas
seseorang dan pekerjaan dalam hidup. Tentukan apakah penyakit atau perawatan di rumah
sakit yang selama ini mengubah kemampuan untuk mengungkapkan beberapa aspek
spiritualitas berhubungan dengan pekerjaan atau aktivitas harian seseorang. Ekspresi
spiritualitas sangat bersifat individual dan termasuk menunjukkan suatu penghargaan atas
hidup dalam berbagai hal yang individu lakukan, hidup untuk saat ini dan tidak
mengkhawatirkan hari esok, menghargai alam, mengungkapkan rasa cinta terhadap orang
lain, dan menjadi produktif. Ketika penyakit atau rasa kehilangan menghalangi klien

10
mengungkapkan spiritualitas mereka, pahami psikologis, social, dan implikasi spiritual, serta
menyediakan petunjuk dan dukungan yang benar.

Berikut merupakan beberapa pertanyaan yang dapat diajuakan saat pengkajian

a. Spiritual dan Kesehatan Spiritual


 Hal apa yang memberikan kekuatan saat anda mengalami rasa sulit?
 Aspek spiritual apa yang anda rasakan sangat membantu?
 Aspek spiritual apa yang ingin anda diskusikan?
b. Kepercayan, Keyakinan, Kelompok, dan Komunitas
 Pada apa atau siapa anda memohon kekuatan, harapan, dan keyakian saat menghadapi
masa sulit?
 Bagaimana keyakinan dan kepercayaan anda membantu anda beradaptasi?
 Apakah anda berdoa?
 Apa yang bisa saya lakukan untuk mendukung keyakinan dan kepercayaan anda?
 Apa yang membuat hidup anda bermakna?
c. Kehidupan dan Tanggung Jawab Diri
 Apa yang anda rasakan dari perubahan akibat penyakit ini?
 Bagaimana hal tersebut mempengaruhi hal yang ingin anda lakukan?
d. Kepuasan Hidup
 Bagaimana kebahagiaan dan kepuasan anda dalam hidup ini?
 Pencapaian apa yang membuat anda puas dengan hidup anda?
e. Keterhubungan
 Perasaan apa yang anda rasakan setelah selesai berdoa?
 Siapa orang yang anda anggap penting bagi anda?
f. Pekerjaan
 Bagaimana penyakit ini memengaruhi hidup anda dari segi spiritual, di rumah atau di
tempat anda bekerja?
 Bagaimana penyakit memengaruhi anda dalam berkespresi pada hal yang penting bagi
hidup anda?

2. Diagnosa Keperawatan
Suatu pengkajian spiritual memperbolehkan seorang perawat untuk mempelajari
perjanjian terbesar tentang klien dan perluasannya bahwa spiritualitas berperan dalam
kehidupan klien. Menggali spiritualitas klien terkadang menunjukkan respons terhadap
masalah kesehatan yang membutuhkan intervensi keperawatan atau adanya kesatuan sumber
daya yang kuat yang membuat klien beradaptasi dengan efektif. Analisis data untuk
mendapatkan pola karakteristik definisi dan memilih diagnosis keperawatan yang sesuai.
Dalam menentukan diagnosis, kenali signifikansi yang dimiliki spiritualitas pada berbagai

11
jenis masalah kesehatan. Yakinlah bahwa setiap diagnosis memiliki factor terkait yang akurat
untuk membantu pemilihan individu, dan intervensinya ditujukan pada tujuan dan maksut
tertentu. Barikut ini adalah yang termasuk dalam diagnosis keperawatan yang potensial untuk
kesehatan spiritual.
a. Gangguan penyesuaian terhadap penyakit yang berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk merekonsilasi penyakit dengan keyakinan spiritual.
b. Koping individual tidak efektif yang berhubungan dengan kehilangan agama sebagai
dukungan utama (merasakan ditinggalkan oleh Tuhan).
c. Takut yang berhubungan belum siap untuk menghadapi kematian dan pengalaman
kehidupan setelah kematian.
d. Berduka yang disfungsional: Keputusasaan yang berhubungan dengan keyakinan bahwa
agama tidak mempunyai arti.
e. Keputusasaan yang berhubungan dengan keyakinan bahwa tidak ada yang peduli termasuk
Tuhan.
f. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan perasaan menjadi korban.
g. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan kegagalan untuk hidup sesuai dengan
ajaran agama.
h. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan konflik nilai.
i. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan distres spiritual.
j. Risiko tindak kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan perasaan bahwa hidup
ini tidak berarti.

Ada tiga diagnosis keperawatan berhubungan dengan spiritualitas yang disetujui oleh
NANDA Intersional (2007). Diagnosis kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual
berdasarkan pada karakteristik definisi yang menunjukkan kemampuan individu mengalami
dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup melalui keterhubungan dengan dirinya dan orang
lain. Seorang klien dengan diagnosis keperawatan ini memiliki sumber daya potensial yang
digunakan ketika menghadapi penyakit atau sesuatu yang mengancam kesejahteraan. Jika
klien tidak mengetahui bagaimana menggunakan sumber daya personal untuk beradaptasi
dengan masalah kesehatan, tawarkan dukungan dalam pilihan lain.

Diagnosis tekanan spiritual dan risiko tekanan spiritual menciptakan gambaran klinis
yang berbeda. Karakteristik definisi membentukpengkajian perawat membentuk pola yang
mencerminkan keputusan. Klien cenderung berada pada risiko untuk tekanan spiritual,
termasuk mereka yang memiliki hubungan yang buruk, baru menghadapi kehilangan, dan
mengalami gejala penyakit atau gangguan jiwa.

Pemilihan diagnosis yang akurat membutuhkan pemikiran yang kritis. Perawat meninjau
ulang data konkret, pengkajian tentang pengalaman pasien itu sendiri, dan penghargaan
terhadap kesejahteraan spiritual klien. Validasi dan jelaskan karakteristik definisi dengan
klien sebelum membuat suatu diagnosis dan rencana pelayanan. Biasanya klien memiliki
beberapa diagnosis keperawatan.

12
3. Perencanaan / Intervensi
Selama perancanaan langkah proses keperawatan , bangun suatu rencana perawatan
untuk setiap diagnosis keperawatan klien. Pemikiran kritis pada langkah ini penting karena
anda akan berefleksi pada pengalaman sebelumnya, dan mempergunakan pengetahuan dan
sikap berfikir kritis serta standart dalam memilih intervensi yang paling sesuai. Pengalaman
sebelumnya dalam memilih intervensi yang mendukung kesejahteraan spiritual klien berguna
ketika mempertimbangkan pilihan terbaik bagi klien dengan tipe kondisi atau masalah yang
sama, integrasikan pengetahuan yang dikumpulkan dari pengkajian dan pengetahuan terkait
dengan sumber daya dan terapi yang tersedia dalam pelayanan spiritual untuk
mengembangkan rencana perawatan individual untuk mengatur pelayanan klien dan untuk
menunjukkan bagaimana diagnosis medis klien, data pengkajian, dan diagnosis keperawatan
dihubungkan.
Kepercayaan menjadi sikap berfikir kritis yang penting ketika membangun suatu
hunbungan pelayanan dengan klien. Kepercayaan membangun kesetiaan, membuat perawat
dank lien masuk ke dalam hubungan pemulihan bersama-sama. Usaha untuk memenuhi atau
mendukung kebutukan spiritual klien bukan hal yang mudah, dan biasanya perawat akan
memerlukan sumber daya tambahan. Sebagai contoh, terkadang keterampilan perawat dalam
membantu klien mengiterpretasikan dan memahami arti penyakit dan rasa kehilangan
dibatasi. Karena pelayanan spiritual bersifat sangat pribadi, standart otonomi dan tujuan diri
penting dalam mendukung keputusan klien tentang rencana keperawatan.

a. Tujuan dan Hasil


Rencana perawatan spiritual melibatkan tujuan yang bersifat individual dan realistis
bersama dengan hasil yang relevan. Penting bagi perawat dank lien untuk berkolaborasi
bersama dalam menentukan tujuan dan memilih intervensi yang berhubungan. Untuk
menentukan tujuan yang realistis, perawat harus mengetahui klien dengan baik. Jika
perawatan spiritual mengharuskan klien untuk beradaptasi dengan rasa kehilangan atau
situasi hidup penuh tekanan, maka tujuan yang dibuat bersifat jangka panjang. Namun, hasil
jangka pendek, seperti mulai berpartisipasi delam praktik keagamaan, juga akan membantu
klien secara progresif mencapai situasi yang lebih sehat secara spiritual. Dalam
mengembangkan rencana perawatan, sebuah contoh tujuan dan hasil akan dihubungkan
seperti berikut ini.
Klien akan memperbaiki keharmonisan personal dan hubungan dengan anggota system
pendukung.
 Klien akan mengungkapkan penerimaan terhadap penyakitnya
 Klien melaporkan kemampuan bergantung pada dukungan anggota keluarga
 Klien memulai interaksi social dengan keluarga dan teman

13
b. Intervensi NIC
 Peningkatan Koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan stressor,
perubahan, atau ancaman yang dialami klien dan mengganggu pemenuhan tuntutan
dan peran dalam kehidupan.
 Dukungan Membuat Keputusan : memberikan informasi dan dukungan untuk
pasien yang membuat keputusan terkait perawatan kesehatan.
 Perawatan Menjelang Ajal : meningkatkan kenyamanan fisik dan kedamaian
psikologis pada tahap akhir hidup.
 Dukungan Emosi: memberi ketenangan penerimaan, dan dukungan saat stress.
 Penumbuhan Harapan : memfasilitasi perkembangan sikap positif pada situasi
tertentu
 Peningkatan Sosialitasi : memfasilitasi kemampuan orang lain untuk berinteraksi
dengan orang lain.
 Fasilitasi Pertumbuhan Spiritual : memfasilitasi pertumbuhan kapasitas pasien
untuk mengidentifikasi, berhubungan dengan, dan memmanggil sumber makna,
tujuan kenyamanan, kekuatan, dan harapan dalam kehidupan mereka.
 Klarifikasi Nilai : membantu orang lain mengklarifikasi nilai yang mereka anut
untuk memfasilitasi pengambilan keputusan yang efektif
c. Menentukan Prioritas
Pelayanan spiritual bersifat sangat pribadi. Hubungan perawat dengan klien
memperbilehkan perawat memahami prioritas klien. Ketika membangun sebuah rencana
yang telah disetujui secara manual dengan klien, klien akan dapat menentukan apa yang
terpenting. Prioritas spiritual tidak harus mengorbankan prioritas perawatan fisik.
d. Perawatan Kolaborasi
Jika klien menganut suatu agama formal, libatkan anggota seminari atau anggota
gereja, candi, masjid, atau sinagoge dalam rencana perawatan. Dalam lingkungan rumah
sakit, departemen pelayanan pastoral akan menjadi sumber daya yang berguna. Profesi
tersebut memberikan pemahaman tentang bagaimana dan kapan waktu terbaik untuk
memberikan dukungan bagi klien dan keluarganya. Selain itu, orang-orang terdekat, seperti
pasangan hidup, saudara kandung, orang tua, dan teman harus terlibat dalam perawatan klien
selama diperlukan. Hal ini berarti bahwa perawat belajar dari pengkajian bahwa indivisu atau
kelompok telah membentuk hubungan dengan klien. Individu terkadang menjadi terlibat
dalam semua tingkat perencanaan perawat. Mereka sering membantu dalam memberikan
pelayanan fisik, memberikan kenyamanan emosional, dan berbagi dukungan spiritual.
4. Implementasi
Kembangkan suatu hubungan perawatan dengan klien untuk mendapatkan arti
penyakit atau rasa kehilangan bagi klien, dan pengaruhnya pada arti dan tujuan hidup.
Mencapai tingkat pemahaman ini dengan seorang klien membuat perawat menyammpaikan
pelayanan dalam suasana yang sesuai, kreatif, dan sensitive.
a. Promosi Kesehatan

14
Kebutuhan pelayanan spiritual merupakan tema inti dalam meningkatkan kesejahteraan
individu secara menyeluruh (Grant, 2004). Spiritualitas merupakan salah satu sumber daya
personal yang mempengaruhi keseimbangan antara kesehatan da penyakit. Dalam lingkungan
di mana promosi kesehatan terjadi, klien membutuhkan informasi, dan petunjuk untuk
membuat pilihan yang diperlukan untuk tetap berada dalam keadaan sehat.
b. Membangun Kehadiran
Perawat memberikan sara sejahtera dan harapan untuk sembuh ketika menghabiskan
waktu dengan klien (Krebs, 2003). Perilaku yang membangun dari perawat dapat berupa
memberikan perhatian, menjawab pertanyaan, mendengarkan, dan memiliki sikap yang
bersifat mendukung dan positif (tapi realistis). Membangun kehadiran merupakan bagian dari
seni keperawatan. Bukan hal yang mudah untuk berada dalam ruangan yang sama dengan
seorang klien sementara melakukan prosedur atau membagi informasi teknik dengan seorang
klien. Kehadiran berarti “berada dengan” klien versus “melakukan untuk” seorang klien
(Benner, 1984). Kehadiran dapat berbentuk menawarkan kedekatan dengan klien secara fisik,
psikologis, dan spiritual.
Ketika promosi kesehatan berfokus pada pelayanan, kehadiran perawat menjadi penting
guna memberikan klien kepercayaan yang diperlukan untuk tetap dalam keadaan sehat.
Tunjukkan kehadiran anda dengan mendengarkan masalah klien dan melibatkan keluarga
dalam diskusi tentang kesehatab klien. Tunjukkan kepecaryaan diri ketika memberikan
instruksi kesehatan, dan dukung klien selama mereka membuat keputusan tentang kesehatan
mereka. Klien yang mencari pelayanan kesehatan akan mengalami rasa takut terhadap
penyakit yang mengancam kehilangan control dan mencari seseorang yang mampu
memberikan petunjuk. Memberikan kata-kata yang mendukung dan pendekatan yang tegas
dan membangun suatu kehadiran yang memberikan kepercaan dan kesejahteraan.
c. Mendukung Suatu Hubungan Pemulihan
Belajarlah untuk lebih melihat masalah kecil dan mengenali yang lebih luas dari
kebutuhan holistic klien. Suatu pandangan holistic membuat perawat membangun suatu
peran penolong dan hubungan pemulihan. Tiga faktor yang timbul ketika hubungan
pemulihan berkembang antara perawat dank lien adalah sebagai berikut.
 Mobilisasi harapan untuk perawat sama baiknya untuk klien.
 Mendapatkan interprtasi atau pemahaman tentag penyakit, rasa nyeri, kecemasan, atau emosi
penuh tekanan lainnya yang dapay diterima klien.
 Membantu klien dalam menggunankan sumber daya social, emosional, spiritual (Benner,
1984)

Mobilisasi harapan klien merupakan inti dari hubungan pemulihan. Harapan memotivasi
individu dengan strategi untuk menghadapi tantangan hidup. Bantu klien untuk menemukan
sesuatu yang diharapkan. Bantu klien untuk menggunakan harapan secara realistis dengan
mendukung sikap positif klien terhadap kehidupan atau suatu keinginan untuk mendapatkan
informasi dan keputusan.

15
Untuk segera mendukung hubungan pemulihan, tetap sadari sumber daya dan kebutuhan
spiritual klien. Selalu penting bagi klien untuk mengungkapkan kenyamanan spiritual.
Bagaimana perawat menggunakan dan memperkuat sumber daya spiritual? Mulai dengan
mendorong klien untuk menduskisan efek penyakit pada keyakinan dan kepercayaan,
selanjutnya memberikan kesempatan untuk menjelaskan segala konsep yang salah atau
informasi yang tidak akurat. Memiliki pemahaman yang jelas tentang apakah penyakit yang
diderita individu membantu individu untuk mempergunakan semua sumber daya untuk
mencapai kesembuhan

d. Perawatan Akut
Dalam lingkungan perawatan akut, klien mengalami banyak tekanan yang mengancam
kontro perasaan. Pengkajian kebutuhan spiritual yang berlelanjutan merupakan hal yang
penting karena kebutuhan klien berubah dengan cepat (Smith, 2006). Dukungan dan
peningkatan kesejahteraab spiritual klien merupakan tantangan ketika focus pelayanan
kesehatan lebih pada terapi dan pengobatan dibandingkan pada caring (McEwen, 2005).
Untuk mengatasi tentangan tersebut, tunjukkan kenyamanan dan sentuhan yang mendukung
ketika menyelenggarakan suatu asuhan keperawatan. Keahlian menggunakan tangan,
mendorong kata-kata yang mendukung, mempromosikan keterhubungan, dan pendekatan
yang tenang dan tegas akan membangun suatu kehadiran yang membangun kepercayaan.

e. Sistem pendukung
Menggunakan sistem pendukung penting dalam semua tatanan pelayanan kesehatan.
System dukungan memberikan klien perasaan sejahtera selama dirawat di rumah sakit dan
dapat menjadi suatu jaringan kemanusiaan yang menghubungan klien, perawat, dan gaya
hidup klien sebelum menderita penyakit. Bagian dari lingkungan pemberi kayanan klien
adalah kehadiran dukungan dari keluarga dan teman secara rutin. Berikan kebebasan selama
kunjungan, dan rencanakan untuk klien dan pendukung klien untuk mempromosikan ikatan
interpersonal yang diperlukan untuk penyembuhan. Sistem dukungan merupakan sumber
kepercayaan dan harapan, dan merupakan sumber daya yang penting dalam mengadakan
ritual keagamaan.
Ketika klien bergantung pada keluarga dan teman untuk mendapatkan dukungan,
anjurkan mereka untuk mengunjungi klien secara rutin. Anjurkan keluarga untuk menjadi diri
mereka sendiri selama kunjungan guna memfasilitasi kenyamanan spiritual. Bantu anggita
keluarga untuk merasa nyaman di tempat pelayanan kesehatan, dan gunakan dukungan dan
kehadiran mereka untuk mempercepat pemulihan klien.
f. Terapi Diet
Makanan dan nutria merupakan aspek penting dari pelayanan klien dan merupakan
komponen penting dari beberapa ibadah keagamaan. Makanan dan ritual persiapan
penyediaan makanankeagamaan terkadang menjadi hal yang penting bagi spiritualitas
seseorang. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memasukkan pilihan diet klien ke dalam

16
perawatan harian. Pada situasi di mana rumah sakit atau agen pelayanan kesehatan lainnya
tidak dapat menyiapkan makanan sesuai cara yang dianjurkan, minta keluarga untuk
membawa makanan yang sesuai dengan larangan makanan sesuai kondisi klien.
g. Dukungan Ritual Keagamaan
Perawat menyelenggarakan pelayanan dengan mendukung partisipasi klien dalam ritual
dan aktivitas spiritual. Rencanakan perawatan perawtan dengan meluangkan waktu untuk
bacaan keagamaan, kunjungan spiritual, atau kehadiran pada pelayanan keagamaan. Izinkan
anggita keluarga untuk merencanakan waktu berdoa. Buat rencana dengan staf pelayanan
keagamaan untuk klien dan keluarga agar berpartisipasi dalam praktik keagamaan. Tokoh
keagamaan biasanya mengunjungi individu yang tidak dapat menghadiri pelayanan
keagamaan. Rekaman meditasi, musik klasik atau keagamaan, dan pelayanan keagamaan di
televise menyediakan pilihan efetif lainnya. Perawat menghormati gambar orang sudi,
medali, permadani untuk berdoa, dan menjamin mereka tidak akan mengalami kehilangan,
kerusakan, atau salah tempat secara kebetulan. Mendukung ritual spiritual sangat penting
bagi lansia.
h. Pelayanan Pemulihan dan Berkelanjutan
Bagi klien yang telah pulih dari penyakit atau ketidakmampuan dalam waktu yang lama
atau yang menderita penyakit kronis atau terminal, pelayanan spiritual menjadi sangat
penting. Banyak intervensi keperawatan yang dapat dipergunakan pada promosi kesehatan
dan pelayanan akut menggunakan tingkat pelayanankesehatan ini dengan baik.

i. Doa
Doa menawarkan suatu kesempatan untuk meperbaruhi kepercayaan dan keyakinan
individu pada makhluk tertinggi dalam cara yang terfokus dan khusus, yang bersifat dangat
ritual dan formal, atau bersifat sangat spontan dan informal. Berdoa merupakan sumber daya
adaptasi yang efektif bagi fisik, sama baiknya dengan gejala psikologis (Wright, 2005). Klien
berdoa secara pribadi atau memberikan kesempatan bagi kelompok berdoa dengan keluarga,
teman atau tokoh agama. Perawat mendukung aktifitas berdoa dengan dengan memberikan
klien kebebasan, dengan menyarankan berdoa ketika mereka mengetahui klien menggunakan
hal tersebut sebaga sumber daya klien (Cavendish et al, 2006). Jika doa tidak sesuai dengan
klien, alternative lain adalah mendengarkan music atau membaca buku, puisi, atau teks
inspirasi lainnya yang dipilih oleh klien.
j. Meditasi
Meditasi secara efektif menciptakan respons relaksasi yang mengurangi tekanan tiap hari.
Meditasi menurunkan tekanan darah, memperlambat proses penuaan, mengurangi rasa nyeri,
dan meningkatkan fungsi imun (Lindberg, 2005). Perawat sering menggunakan teknik
imajinasi untuk membantu klien mempelajari meditasi. Ketika klien menggunakan meditasi
dalam hubungannya dengan kepercayaan spiritual mereka, mereka sering melaporkan
peningkatan spiritual yang mereka biasa gambarkan sebagai pengalaman kehadiran suatu
kekuatan, doronagn, atau energy, atau apa yang dirasakan sebagai tuhan.

17
k. Dukungan pada Individu yang Berduka Cita
Klien menderita penyakit terminal atau menderita kehilangan fungsi tubuh yang permanen
karena penyakit kecacatan atau trauma membutuhkan dukungan perawat dalam proses
berduka dan beradaptasi dengan rasa kehilangan mereka. Kemampuan perawat perawat
untuk masuk ke dalam suatu hubungan spiritual dan terapeutik dengan klien akan menukung
klien selama mengalami duka cita.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan spiritual klien membutuhkan pemikiran kritis perawat dalam
menentukan apakah usaha memperbaiki atau menjaga kesehatan spiritual klien tersebut
berhasil. Hasil yang dibangun selama fase perencanaan berperan sebagai standar untuk
mengevaluasi segala masalah etik yang tibul dalam rangkaian perawatan dan dukungan
spiritual klien. Gunakan sikap berfikir kritis untuk menjamin keputusan keperawatan yang
tepat.
Proses mencapai kesehatan spiritual merupakan tujuan seumur hidup. Dalam
mengevaluasi hasil, bandingkan tingkat spiritual klien dengan perilaku dan persepsi yang
tercantum dalam pengkajian keperawatan. Data evaluasi terkait dengan kesehatan spiritual
biasanya bersifat subjektif. Hasil yang berhasil menunjukkan perkembangan peningkatan
atau pemulihan rasa keterhubungan dengan keluarga klien; pemeliharaan, pembeharuan, atau
pembentukan kembali pemahaman tentang tujuan hidup, dan, untuk beberapa, kepercayaan
pada makhluk atau kekuatan tertinggi. Ketika hasil tidak terpenuhi, ajukan pertanyaan untuk
menentukan pelayanan lanjutan yang sesuai. Contoh pertanyaan antara lain adalah sebagai
berikut.
 Apakah anda merasa perlu untuk memaafkan seseorang atau dimaafkan oleh seseorang?
 Aktivitas spiritual apa, seperti berdoa atau meditasi, yang lebih membantu anda?
 Apakah anda senang juka saya mengajak teman, anggota keluarga, atau seseorang dari
pelayanan keagamaan untuk datang berbicara dengan anda?
 Apa yang dapat saya lakukan untuk membantu anda agar merasa lebih tenang?
 Terkadang individu perlu untuk mengizinkan dirinya untuk merasakan harapan ketika
mereka mengalami kejadian yang sulit. Apa yang dapat anda lakukan untuk membolehkan
diri anda untuk merasakan harapan lagi?

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spiritual adalah suatu perasaan terhadap keberadaan dan arti dari zat yang lebih
tinggi dari manusia yang menjadi faktor intrinsik alamiah dan merupakan sumber penting
dalam penyembuhan. Dimana dikatakan pula sebagai keyakinan (faith) bersumber pada
kekuatan yang lebih tinggi akan membuat hidup menjadi lebih hidup dapat mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan. Setiap interaksi dan perilaku individu sangat
dipengaruhi oleh spiritualisme yang dialami dalam kehidupan yang sangat erat
hubungannya dengan kebudayaan yang ada. Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan
dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis,
psikologis, sosiologis, kultural). Peran perawat adalah bagaimana perawat mampu
mendorong klien untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga
klien mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai
perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut. Pengkajian spiritual paling baik
dilaksanakan setelah perawat membina hubungan terapeutik dengan klien. Informasi
dapat diperoleh mengenai konsep klien terkait diet atau dorongan kreatif, sumber harapan
dan kekuatan klien terhadap hubungan antara kesehatan dan keyakinan spiritual.
Intervensi keperawatan yang meningkatkan kesejahteraan spiritual mencakup
menawarkan kehadiran seseorang, mendukung praktik keagamaan klien, berdoa bersama
klien, dan merujuk klien ke konselor keagamaan. Jadi spiritualitas dan religi itu harus
seimbang antara manusia dengan Tuhan , dan antara Tuhan dan manusia. Jika tidak
seimbang maka distress spiritual akan terjadi. Kita sebagai perawat meminta orang-orang
terdekat seperti keluarga, teman dan tokoh masyarakat untuk membantu dalam
mendukung proses penyembuhan klien yang mengalami distress spiritual selain obat
yang diberikan di rumah sakit.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui/menguasai tentang kesehatan spiritual
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

19
DAFTAR PUSTAKA
 Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2010). Buku Ajar Fondamental Keperawatan : Konsep,
Proses & Praktik, Volume : 1, Edisi : 7, EGC : Jakarta

 Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
 Bulechek. 2016. Nursing Interventions Classificatiom (NIC) edisi bahasa Indonesia:
Mocomedia

20

Anda mungkin juga menyukai