LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Menurut Suharyono (2008) gastroenteritis akut didefinisikan sebagai buang air besar
dengan tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung
kurang dari 14 hari.
Gastroenteritis adalah penyakit dapat berlangsung batasan diri berupa diare berair,
biasanya kurang dari 7 hari, disertai dengan gejala muntah, anoreksia, demam hingga dehidrasi
berat bahkan dapat berakibat fatal (Widagdo, 2012).
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi Buang Air Besar
(BAB) lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi lebih cair atau
setengah padat) dengan atau tanpa lendir atau darah (Ariani, 2016).
1.2 Etiologi
1) Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter,Yersinia, Aeromonas), infeksi virus (Entenovirus,
Adenovirus,Rotavirus,Astrovirus), infeksi parasit (Entamoeba hystolytica, Giardia
lamblia, Thricomonas hominis) dan jamur (Candida,Abicans). Infeksi parenteral
merupakan infeksi diluar system pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti:
Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis, bronkopnemonia, ensefalitis.
2) Faktor malabsorbsi
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap
jenis makanan tertentu. Misalnya makanan besi, beracun.
4) Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena factor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi
dapat ditemukan pada anak yang lebih besar (Lestari, 2016).
1.3 Klasifikasi
1. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini
dapat menyertai Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA) atau Infeksi Saluran Kemih (ISK),
terapi antibiotic atau pemberian obat pencahar (laksatif).Diare akut biasanya sembuh
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali
diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorbsi, penyakit
inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare
nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak
memadai.
3. Diare yang membandel (intraktabel) pada bayi merupakan sindrom yang terjadi pada
bayi dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2 minggu
atau membandel terhadap terapi. Diare kronis nonspesifik yang juga dikenal dengan
istilah kolon iritabel pada anak atau toodler, merupakan penyebab diare kronis yang
memperlihatkan feses yang lembek yang sering disertai partikel makanan yang tidak
1.4 Patofisiologi
a. Gangguan osmotik
Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus sehingga terjadi pergeseran dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
menimbulkan diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan akhirnya diare timbul
karena terdapat peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
c. Gangguan morilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula (Sudarti, 2010).
1.5 Pathway
Peningkatan
Hiperperistatik Hipoperistaltik
osmotik dalam usus
Peningkatan
sekresi air dan Absorbsi Bakteri tumbuh
Pergerseran air & elektrolit makanan berkembang
elektrolit kedalam
rongga usus
DIARE
Gang keseimbnagan
cairan elektrolit Intake kurang
Cemas
1) Bayi atau anak menjadi cengeng atau gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
2) Sering buang air besar dengan konsistensi feses semakin cair, mungkin mengandung
darah atau lendir, dan warna feses menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
3) Anus dan area sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja menjadi
5) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, berat badan turun, ubunubun besar cekung pada
bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaput lendir pada mulut dan bibir
kategori yaitu tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%),
dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (bila
terjadi penurunan berat badan 5-10%) dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan
1) Pemeriksaan tinja
b) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga
cadangan alkali atau lebih tepat dengan pemeriksaan analisa gas darah melalui darah
5) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik (Lestari, 2016).
1.8 Penatalaksanaan
Tindakan:
a) Untuk mencegah dehidrasi beri anak minum lebih banyak dari biasanya.
c) Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa anak ke Puskesmas terdekat.
2) Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan atau sedang.
Tindakan:
a) Berikan oralit.
Tindakan:
a) Segera bawa ke Puskesmas atau Rumah sakit dengan fasilitas perawatan.
a) Dibawah 1 tahun: 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5 gelas setiap kali mencret.
b) Dibawah 5 tahun (anak balita): 3 jam pertama 3 gelas selanjutnya 1 gelas setiap kali
mencret.
c) Anak diatas 5 tahun: 3 jam pertama 6 gelas selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret.
d) Anak diatas 12 tahun dan dewasa: 3 jam pertama 12 gelas selanjutnya 2 gelas setiap
a) Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan dan jumlah pemberiannya.
Cairan per oral:
Pada anak dengan dehidrasi ringan atau sedang diberikan peroal berupa cairan
yang bersifatNaCl, NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diatas 6 bulan kadar natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah 6 bulan 50-60
mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.
Cairan parenteral
Diberikan pada anak yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
40ml/kgBB/menit=3 tts/kgBB/menit.
2) Untuk anak 2-5 tahun dengan berat badan 10-15kg 1 jam pertama
3) Untuk anak 5-10 tahun dengan berat badan 15-25kg 1 jam pertama 20
4) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3kg kebutuhan cairan
tts).
5) Untuk bayi berat badan lahir rendah kebutuhan cairan: 250 ml/kgBB/24jam,
b) Pengobatan dietik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari
7 kg jenis makanan:
(1) Susu ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak
tidak jenuh.
(2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak
(3) Susu khusus sesuai kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak
mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
c) Obat-obatan
1.9 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
macam komplikasi seperti:
2) Syok hipovolemik.
4) Hipoglikemia.
7) Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah juga mengalami kelaparan
(Marmi&Raharjo, 2012).
BAB II
2.1 Pengkajian
Fokus pengkajian pada anak dengan Gastroenteritis menurut (Nursalam, 2013) meliputi:
1) Idenditas pasien/biodata: Meliputi nama lengkap, jenis kelamin, tempat tinggal, tanggal
2) Keluhan utama: Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB dengan
dari 10 kali (dehidrasi berat).Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut
a) Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang.
b) Tinja makin cair mungkin disertailendir atau darah, warna tinja berubah menjadi
e) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak.
f) Dieresis yaitu terjadinya oliguria (kurang dari 1ml/kgBB/jam) bila terjadi dehidrasi.
a) Riwayat pemberian imunisasi terutama pada anak yang belum imunisasi campak.
c) Riwayat penyakit yang pada anak dibawah 2 tahun biasanya batuk, pilek, kejang
5) Riwayat nutrisi:
a) Pemberian ASI penuh pada anak usia 4-6 bulan sangat mempengaruhi resiko diare.
b) Pemberian susu formula apakah menggunakan air masak, diberikan dengan botol
c) Perasaan haus. Anak diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa), pada
anak dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus ingin minum banyak,sedangkan pada
anak dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bias minum.
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Berat badan
Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat
badan.
c) Kulit
Untuk mengatahui elastisitas kulit, turgor kembali cepat kurang dari 2 detik tanpa
dehidrasi, turgor kembali lambat bila cubitan kembali pada 2detik ini merupakan
dehidrasi ringan/sedang, turgor kembali lambat bila kembali lebih dari 2 detik dan ini
termasuk dehidrasi dengan dehidrasi berat.
d) Kepala
Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kepala normal.Bila dehidrasi ringan/sedang
kelopak mata cekung.Sedangka dehidrasi berat kelopak mata sangat cekung.
f) Mulut dan lidah
g) Abdomen
2.3 Intervensi
Kriteria hasil :
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak
cekung.
Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan out put
Kriteria hasil :
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak
dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi
lambung dan saluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
Obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
Kriteria hasil :
Intervensi :
Tujuan : Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit
tidak terganggu
Kriteria hasil :
Intervensi :
Intervensi :
Ariani, Ayu Putri. 2016. Diare. Pencegahan dan Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Lestari, Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. 2012. Konsep& Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastroentestinal
dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
Sudarti, M. (2010). KELAINAN DAN PENYAKIT PADA BAYI & ANAK. Yogyakarta:
Nuha Medika.
BAB III
KONSEP DDST
DDST adalah salah satu metode screening terhadap kelainan perkembangan anak.Tes ini
bukanlah tes diagnostik atau tes IQ.(Soetjiningsih, 1998).
DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa
dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun.
Pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali skrining biasanya hanya berkisar
antara 20-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 15-20 menit saja
Agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka dapat digunakan tahap pra
skrining dengan menggunakan :
1. DDST Short Form, yang masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas (sehingga
seluruhnya ada 12 tugas) yang ditanyakan pada ibunya. Bila didapatkan salah satu
gagal atau ditolak, maka dianggap “suspect” dan perlu dilanjutkan dengan DDST
lengkap.
2. PDQ (Pra-Screening Development Questionnaire)
Bentuk kuisioner ini digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA ke
atas dapat diisi orang tua di rumah atau pada saat menunggu di klinik.Dipilih 10
pertanyaan pada kuisioner yang sesuai dengan umur anak.Kemudian dinilai
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan pada kasus yang dicurigai dilakukan
tes DDST lengkap. (Soetjiningsih, 1998)
BAB IV
KONSEP IMUNISASI
A. Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan
(imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Depkes,2000).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit (IDAI,2001)
Imunisasi beasal dari kata imun, yang artinya kebal atu resisten. Anak
diimunisasi tentu anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum kebal
terhadap penyakit lain. (Notoatmodjo, 2005)
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen
lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu.(Proverawati, 2010 ).
B. Jenis - Jenis Imunisasi
Pada dasarnya imunisasi ada 2 jenis:
A. Imunisasipasif (Passive Immunization)
Imunisasi pasif adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat
kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar.
Imunisasi pasif dibagi menjadi 2:
1) Imunisasi pasif alamiah
Imunisasi pasif alamiah adalah antibodi yang didapat seseorang karena
diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berda
dalam kandungan.
2) Imunisasi pasif buatan
Imunisasi pasif buatan adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan
serum untuk mencegah penyakit tertentu.
B. Imunisasi Aktif (Active Immunization)
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang
secara aktif membentuk zat antibodi.
1) Imunisasi aktif alamiah penyakit
Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah sembuh dari
suatu penyakit.
2) Imunisasi aktif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk
mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.
Jenis – jenis imunisasi yang diberikan untuk anak yang saat ini dipakai dalam program
imunisasi rutin di indonesia adalah :
A. Pengertian
Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen) adalah: suatu upaya untuk mendapatkan
kekebalan terhadap penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, infeksi haemofilus
influenza tipe B dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,
haemofilus influenza tipe B yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh
sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh
untuk melawan kuman atau bibit penyakit tersebut. DPT-HB-Hib merupakan singkatan
dari Difteri,Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Haemofilus influenza tipe B. (Direktorat
survaelans, imunisasi, karantina dan kesehatan matra, 2013)
Vaksin DPT-HB-Hib berupa suspensi homogen yang berisikan difteri murni,
toxoid tetanus, bakteri pertusis inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HbsAG) murni
yang tidak infeksius, dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul
polisakarida Haemofilus Influenzae tipe b (Hib) tidak infeksius yang dikonjugasikan
kepada protein toksoid tetanus
B. Penyakit – penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi DPT-HB-Hib
(Pentavalen)
1) Difteri
Difteri merupakan penyakit yang sangat infeksius disebabkan oleh bakteri
Corynebacteriumdipthheriae.Ketika bakteri menyerang sistem pernafasan
akanmeneluarkan toksin atau racun yan dapat menyebabkan kelemahan, radang
tengorokan, panas dan pembengkakan di leher.Dalam waktu 2–3 hari terdapat
selaput keras putih keabuaan di tenggorokan atau hidung mengakibatkan sulit
bernafas dan sesak.Difteri juga menyebabkan pembengkakan otot jantung dan
kadang–kadang bisa terjadi gagal jantung.
2) Pertusis
Pertusis biasanya dikenal dengan batuk rejan merupakan penyakit yang sangat
menular disebabkan oleh bakteri Bordetellapertusis. Penyakit ini bisa serius pada
semua umur namun sangat mematikan pada usia bayi baru lahir dan usia dibawah
satu tahun. Gejala awal batuk rejan seperti halnya flu, hidung berair, meriang dan
batuk.Hal ini bisa berkembang menjadi sulit bernafas dan kadang–kadang membiru
karena kurangnya udara.Pada bayi, bukan saja batuk yang menyulitkan namun
mereka juga sulit bernafas dan nafas terhenti beberapa saat. Sedangkan pada usia
muda dan dewasa umumnya tidak demikian, biasanya mengalami batuk lama
sampai 10 minggu atau lebih sehingga penyakit ini disebut juga batuk 100 hari.
3) Tetanus
Tetanus adalah penyakit karena bakteri clostridium tetani.Bakteri masuk kedalam
tubuh melalui luka kemudian mengeluarkan toksin yang menyebabkan otot kaku
dan penderita mengalami kesakitan.Tetanus menyebabkan kaku pada mulut dan
rahang sehingga sukar membuka mulut dan pada bayi mulutnya mencucu. Tetanus
juga mengakibatkan masalah pernafasan, spasme otot dan kejang, jika hal ini tidak
ditangani dengan baik akan berakibat fatal.
4) Hepatitis B
Penyakit Hepatitis B atau Virus Hepatitis B(VHB)didunia sangat besar
kejadianya. Penyakit ini sangat potensial menyebabkan sedikitnya 1 juta kematian
per tahun. Diperkirakan pembawa virus/karier dari 78% diantaranya di Asia, bila
program Imunisasi Hepatitis B di dunia berhasil tahun 2015 virus yang hanya dapat
hidup di manusia dan simpanse itu diharapkan tereradikasi, dan tahun 2040
diharapkan tidak ditemukan lagi hepatitis kronis.
5) Haemofilus Influenzae tipe b
Haemofilus Influenzae tipe b (Hib) adalah salah satu bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi beberapa organ seperti meningitis, epiglotis, pneumonia,
artritis, dan selulitis. Penularan penyakit secara droplet melalui melalui nasofaring.
Sebagian besar bakteri bertahan sampai beberapa bulan di tubuh (asymptomatis
carier). Gejala yang ditimbulkan tergantung organ mana yang diserang, pada organ
selaput otak akan timbul gejala meningitis (demam, kaku kuduk, kehilangan
kesadaran), pada organ paru akan menyebabkan pneumonia(demam, sesak, retraksi
otot pernafasan), kadang menimbulkan gejala sisa berupa kerusakan alat
pendengaran.
C. Tujuan dan mamfaat pemberian imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)
1) Tujuan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen) adalah untuk
membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B,
Infeksi Haemofilus Influenza Tipe b.
2) Mamfaat pemberian imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)
a) Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan
terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B,
infeksi haemofilus influenza tipe B.
b) Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding
terkena penyakit secara alami. Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh
juga memiliki cara membuat kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya
kuman-kuman kedalam tubuh. Namun bila jumlah yang masuk cukup
banyak dan ganas, bayi akan sakit. Dengan semakin berkembangnya
teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi dengan
obat-obatan. Namun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih
baik dari pada pengobatan.
c) Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen) mengurangi jumlah
suntikan kepada bayi
D. Kontraindikasi pemberian imunisasi DPT-HB-Hib
1) Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi berat terhadap dosis
vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya,
merupakan kontra indikasi obsolut terhadap dosis berikutnya.
2) Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius
lainnya merupakan kontraindikasi terhadap komponen pertusis. Dalam hal ini
vaksin tidak boleh diberikan sebagai vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus
diberikan sebagai pengganti vaksin DPT vaksin hepatitis B dan Hib diberikan
secara terpisah.
E. Efek samping pemberian vaksin DPT-HB-Hib (pentavalen)
Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak berbeda secara
bermakna dengan vaksin DPT, hepatitis B dan Hib yang diberikan secara terpisah.
Beberapa reaksi lokal sementara seperti bengkak, nyeri dan kemerahan pada
lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-
kadang reaksi berat seperti demam tinggi, irritabilitas(rewel) dan menangis dengan
nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian. Episode hypotonic-
hyporesponsive pernah dilaporkan. Kejang demam telah dilaporkan dengan angka
kejadian 1 kasus per 12.500 dosis pemberian. Pemberian asetaminofen pada saat
dan 4-8 jam setelah imunisasi mengurangi terjadinya demam. Studi yang dilakukan
oleh sejumlah kelompok termasuk United States Institute of Medicine Advisory
Commitee on Immunization Practices dan asosiasi dokter spesialis anak di
Australia, Kanada, inggris dan Amerika, menyimpulkan bahwa ternyata tidak
menunjukkan adanya hubungan kausal antara DPT dan disfungsi sistim saraf
kronis pada anak. Oleh karenanya, tidak ada bukti ilmiah bahwa reaksi tersebut
mempunyai dampak permanen pada anak.
Vaksin Hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik. Dalam studi menggunakan
plasebo sebagai kontrol selain nyeri lokal, dilaporkan kejadian seperti myalgia dan
demam ringan tidal lebih sering dibandingkan dengan kelompok plasebo. Laporan
megenai reaksi anafilaksis berat sangat jarang. Data yang da tidak menunjukkan
adanya hubungan kausalitas antara vaksin hepatitis B dan sindroma Guillin-Barre,
atau kerusakan demyelinasi termasuk gangguan sklerosis multipel, dan juga tidak
ada data epidemiologi untuk menunjang hubungan kausal antara vaksinasihepatitis
B dan sindroma fatique kronis, artritis, kelainan autoimun, asma, sindroma
kematian mendadak pada bayi, atau diabetes.
Vaksin Hib ditoleransi dengan baik. Reaksi lokal dapat terjadi dalan 24 jam
setelah vaksinasi dimana penerima vaksin dapat merasakan nyeri pada lokasi
penyuntikan. Reaksi ini biasanya bersifat ringan dan sementara. Pada umumnya
akan sembuh dengan sendirinya dalam dua atau tiga hari, dan tidak memerlukan
tindakan medis lebih lanjut.
F. Jadwal Pemberian Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)
Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib merupakan bagian dari pemberian imunisasi
dasar pada bayi sebanyak 3 dosis.
KONSEP ANTROPOMETRI
Antropometri berasal dari kata antropos yang artinya tubuh dan metros yang berarti
ukuran. Jadi antropometri artinya ukuran tubuh. Antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.(Jellife, 1966).
Sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan
antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
1. Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup besar
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
3. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat didaerah
setempat
4. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan
5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau
6. Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena sudah ada
ambang batas yang jelas
7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu
generasi ke generasi berikutnya
8. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi
Sebagai indikator status gizi, antropometri dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia. Jenis-jenis parameter
antropometri, antara lain:
1. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur
meningkatkan interpretasi status gizi salah. Batasan umur yang digunakan (Puslitbang
Gizi Bogor, 1980), yaitu:
a. Tahun umur penuh (completed year)
Contoh: 6 tahun 2 bulan, dihitung 6 tahun. 5 tahun 11bulan, dihitung 5 tahun
b. Bulan usia penuh (completed month): untuk anak umur 0-2 tahun digunakan
Contoh: 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan. 2 bulan 26 hari, dihitung 2 bulan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melengkapi data umur, seperti:
a) Meminta surat kelahiran, kartu keluarga atau catatan lain yang dibuat oleh orang
tuanya. Jikatidak ada, bila memungkinkan catatan pamong desa
b) Jika diketahui kalender lokal seperti bulan Arab atau bulan lokal (Sunda, Jawa dll),
cocokan dengan kalender nasional
c) Jika tetap tidak ingat, dapat berdasarkan daya ingat ortu, atau berdasar kejadian
penting (lebaran, tahun baru, puasa, pemilihan kades, pemilu, banjir, gunung
meletus, dll)
d) Membandingkan anak yang belum diketahui umurnya dengan anak kerabat/ tetangga
yang diketahui pasti tanggal lahirnya.
e) Jika hanya bulan dan tahunnya yang diketahui, tanggal tidak diketahui, maka
ditentukan tanggal 15 bulan yang bersangkutan.
2. Berat Badan
Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada
bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau
BBLR. Pada masa bayi-balita berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites,
edema, atau adanya tumor). Dapat juga digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat
dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada
tulang. Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada klien
edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat
menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
a. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan
b. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik
memberikan gambaran pertumbuhan
c. Umum dan luas dipakai di Indonesia
d. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur
e. Digunakan dalam KMS
f. BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur
g. Alat ukur dapat diperoleh dipedesaan dengan ketelitian tinggi, seperti: dacin
3. Tinggi Badan
Tinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, TB tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan TB tidak seperti BB, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi
dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap TB akan nampak dalam
waktu yang relatif lama. Tinggi Badan (TB) merupakan parameter paling penting bagi
keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.
Tinggi badan juga merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan
menghubungkan BB terhadap TB (quac stick) faktor umur dapat dikesampingkan.
Alat yang dipergunakan untuk mengukur lingkar lengan atas adalah suatu pita pengukur
dari fiber glass atau sejenis kertas tertentu berlapis plastik.
a) Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai
untuk digunakan di Indonesia
b) Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB
c) Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk
golongan dewasa
5. LingkarKepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara
praktis, biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Contoh: hidrosefalus dan mikrosefalus.
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran
otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan
tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. Dalam
antropometri gizi rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dan menentukan
KEP pada anak. Lingkar kepala juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam
pengukuran umur.
6. Lingkar Dada
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada
pesat sampai anak berumur 3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan
sebagai indikator KEP pada balita.
Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini lingkar kepala
tumbuh lebih lambat dari pada lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan
lingkar dada yang lambat dengan rasio lingkar dada dan kepala <1.
7. Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan
didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada lansia
digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan masa tulang, bertambah
bungkuk, sehimgga bertambah sukar untuk mendapatkan data tinggi badan akurat. Data
tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomo gram bagi orang yang
berusia >59 tahun.
Formula (Gibson,RS;1993):
8. Jaringan Lunak
Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang bervariasi. Antropometri dapat dilakukan
pada jaringan tersebut untuk menilai status gizi dimasyarakat. Lemak subkutan
(subcutaneousfat), penilaian komposisi tubuh termasuk untuk mendapatkan informasi
mengenai jumlah dan distribusi lemak dapat dilakukan dengan beberapa metode, dari
yang paling sulit hingga yang paling mudah. Metode yang digunakan untuk menilai
komposisi tubuh (jumlah dan distribusi lemak sub-kutan) antara lain:
a. Ultrasonik
b. Densitometri (melalui penempatan air pada densitometer atau underwater
weighting)
c. Teknik Isotop Dilution
d. Metoda Radiological
e. Total Electrical Body Conduction (TOBEC)
f. Antropometri (pengukuran berbagai tebal lemak menggunakan kaliper: skin-
foldcalipers)
Metode yang paling sering dan praktis digunakan dilapangan adalah Antropometri fisik.
Standar atau jangkauan jepitan 20-40mm2, ketelitian 0.1 mm, tekanan konstan 10g/mm2.
Jenis alat yang sering digunakan Harpenden Calipers, alat ini memungkinkan jarum
diputar ketitik nol apabila terlihat penyimpangan. Ada beberapa pengukuran tebal lemak
dengan menggunakan kaliper, antara lain:
a. Pengukuran triceps
b. Pengukuran bisep
c. Pengukuran suprailiak
d. Pengukuran subskapular
5.4 IndeksAntropometri
Adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri merupakan rasio dari
suatu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur.
Terdapat beberapa indeks antropometri, antara lain:
Kelebihan:
Kekurangan:
Kekurangan:
Kelebihan:
Kekurangan:
o Karena faktor umur tidak dipertimbangkan, maka tidak dapat memberikan gambaran
apakah anak pendek atau cukup TB atau kelebihan TB menurut umur
o Operasional: sulitmelakukan pengukuran TB pada balita
o Pengukuran relatif lebih lama
o Memerlukan 2 orang untuk melakukannya
o Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila
dilakukan oleh kelompok nonprofesional
4. Lila/U(LingkarLenganAtasterhadapUmur)
Lingkar lengan atas (LLA) berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Seperti BB,
LLA merupakan parameter yang labil karena dapat berubah-ubah cepat, karenanya baik
untuk menilai status gizi masa kini. Perkembangan LLA(Jellife`1996):
Kurang sensitif untuk tahun berikutnya. Penggunaan LLA sebagai indikator status gizi,
disamping digunakan secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan parameter
lainnya seperti LLA/U dan LLA/TB (Quack Stick).
Kelebihan:
Kekurangan:
Katagori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat >17.0
Kekurangan BB tingkat ringan 17.0-18.5
Normal 18.7-25.0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25.0-27.00
Kelebihan BB tingkat berat >27.0
Akurasi: kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan penyelia
(supervisor)
5.6 KesalahandalamPengukuranAntropometri
1. Kesalahan pengukuran
2. Kesalahan alat
3. Kesalahan tenaga yang mengukur
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesalahan pengukuran, antara lain:
1. Memilih alat ukur yang sesuai
3. Pelatihan petugas
Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi semakin luas digunakan dalam
program gizi, antara lain: