Anda di halaman 1dari 12

Trend Dan Issue 2

 BAYI TABUNG
 TRANSPLANTASI ORGAN
 EUTHANASIA
 BAYI TABUNG
Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro
Fertilization (IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan
dengan jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam suatu
wadah khusus. Pada kondisi normal, pertemuan ini berlangsung di
dalam saluran tuba. Dalam proses bayi tabung proses ini
berlangsung di laboratorium dan dilaksanakan oleh tenaga medis
sampai menghasilkan suatu embrio dan di iplementasikkan ke
dalam rahim wanita yang mengikuti program bayi tabung
tersebut. Embrio ini juga dapat disimpan dalam bentuk beku
(cryopreserved) dan dapat digunakan kelak jika dibutuhkan. Bayi
tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu-
ibu yang memiliki gangguan pada saluran tubanya.
 Jenis-Jenis Bayi Tabung
a. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan
suami istri, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam
rahim dari istri.

b. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari suami istri,
lalu embrionya ditransplantasikan di dalam rahim ibu pengganti
(surrogate mother)

c. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovumnya


berasal dari donor, lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim
istri.

d. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, sedangkan


ovumnya berasal dari istri, lalu embrionya ditransplantasikan ke
dalam rahim istri.

e. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, sedangkan


ovumnya berasal dari istri, lalu embrionya ditransplantasikan ke
dalam rahim surrogate mother.
 HUKUM BAYI TABUNG

Bayi tabung/inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan


ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya kedalam rahim
wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain(bagi suami yang
berpoligami),maka islam membenarkannya, baik dengan cara mengambil
sperma suami, kemudian disuntikan kedalam vagina atau uterus istri, maupun
dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya
(vertilized ovum) ditanam didalam rahim istri, asal keadaan suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak
berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih

‫ت‬ ُ ْ‫ض ُر ْو َرةُ ت ُ ِب ْي ُح ا ْل َمح‬


ِ ‫ظ ْو َرا‬ َّ ‫ا َ ْل َحا َجةُ ت َ ْن ِِز ُل َم ْن ِزلَةَ ال‬
َّ ‫ض ُر ْو َر ِة َوال‬
“Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan seperti dalam keadaan
terpaksa. Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehklan melakukan hal-
hal yang terlarang”.

Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor


sperma dan atau ovum,
maka hukumnya haram, sama saja dengan zina (prostitusi) meskipun dengan
secara tidak langsung. Dan sebagai akibat hukumnya anak hasil inseminasi
tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang
melahirkannya.
Dalil-dalil Syar’I yang dapat dijadikan sebagai landasan hukumnya adalah
Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 70

ْ‫ْم َّمنْ َخلَقنَاْتَْ ِضيل‬


ِ ‫علَْ ىْ َك ِِير‬ َّ َ‫ِْوف‬
َ ْ‫ضلنَا ُهم‬ َّ ‫ْم َنْال‬
َ ‫ط ِي َبات‬ ِ ‫ْو َر ََقنَا ُهم‬ َ ‫َولَقَدْك ََّرمنَاْ َب ِنيْآ َد َم‬
َ ‫ْو َح َملنَا ُهمْ ِفيْال َب ِر‬
َ ‫ْوال َبح ِر‬

Surat At-tin ayat 4


ْ‫ن تَق ِويم‬ َْ ‫ان فِي أَح‬
ِْ ‫س‬ َْ ‫س‬ ِ ‫لَقَدْ َخلَقنَا‬
َ ‫اْلن‬
Kedua ayat tersebut menunjukan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan
sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi
makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan tuhan sendiri berkenan memuliakan
manusia, maka sudah seharusnya manusia bias menghormati martabatnya sendiri
dan juga menghormati martabat sesame manusia. Dan inseminasi buatan dengan
donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat martabat manusia (human
dignity) sejajar dengan hewan yang diinseminasi.
Hadits Nabi :

َ ََْ‫َْر‬
ُِْ ‫َي ِر‬ َ ‫ِْوال َيو ِمْاْل َ ِخ ِر ْْأ َنْ َيس ِق‬
َ ُُ ََ ‫يْ َما‬ َ ‫ََلْ َي ِح ُّل َِْلم ِِرئْيُؤ ِم ُنْ ِباهلل‬
“Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir
menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain).
(Hadits Riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan hadits ini dipandang shahih oleh Ibnu
Hibban)”
Transplantasi organ
Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan
suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat
lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan
dan kondisi tertentu. Syarat tersebut melipui kecocokan organ dari donor
dan resipen.
Donor organ adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih
memiliki daya hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang
tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik apabila diobati dengan
teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup penderitan hampir tidak
ada lagi. Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima jaringan
atau organ dari orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri.
Organ tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital seperti
ginjal, jantung, dan mata. namun dalma perkembangannya organ-organ
tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan untuk membantu ornag yang
sangat memerlukannya.
• Penyebab Transplantasi Organ
Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan
transplantasi, yaitu:

1. Eksplantasi : usaha mengambil jaringan atau organ


manusia yang hiudp atau yang sudah meninggal.

2. Implantasi : usaha menempatkan jaringan atau organ


tubuh tersebut kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang
lain.
• Transplantasi Organ dari Segi Agama
Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi
organ dan donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga
hukum tersebut, yaitu :

a. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup


Dalam syara seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan
sebuah organ tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan
organ yang disumbangkan itu, seperti ginjal. Akan tetapi mendonorkan
organ tunggal yang dapat mengakibatkan kematian si pendonor, seperti
mendonorkan jantung, hati dan otaknya.Maka hukumnya tidak
diperbolehkan, berdasarkan firman Allah SWT dalam Al – Qur’an :
1) surat Al – Baqorah ayat 195
” dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan ”
2) An – Nisa ayat 29
” dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri ”
3) Al – Maidah ayat 2
” dan jangan tolong – menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. “
EUTHANASIA
 Definisi Eutanasia

Euthanasia berasal dari kata Yunani eu : baik dan thanatos : mati.


Maksudnya adalah mengakhiri hidup dengan cara yang mudah
tanpa rasa sakit. Euthanasia sering disebut : mercy killing (mati
dengan tenang). Euthanasia bisa muncul dari keinginan pasien
sendiri, permintaan dari keluarga dengan persetujuan pasien
(bila pasien masih sadar), atau tanpa persetujuan pasien (bila
pasien sudah tidak sadar).

Euthanasia pada hakekatnya adalah pencabutan nyawa


seseorang yang menderita penyakit para atas dasar permintaan
atau kepentingan orang itu sendiri.
Ada empat metode euthanasia:
Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar menginginkan
kematian.

Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk menyetujui
karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai contoh dari kasus
ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman untuk pasien yang berada
di dalam keadaan vegetatif (koma).

Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat dapat
ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa dapat terjadi
ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan ditolak.

Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk euthanasia.
Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan wacana untuk
membunuh dirinya sendiri. Pihak ketiga dapat dilibatkan, namun tidak harus hadir
dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika dokter terlibat dalam euthanasia tipe ini,
biasanya disebut sebagai ‘bunuh diri atas pertolongan dokter’. Di Amerika Serikat,
kasus ini pernah dilakukan oleh dr. Jack Kevorkian.
• Berdasarkan sudut pandang agama
Seperti dalam agama-agama Ibrahim lainnya (Yahudi dan Kristen), Islam mengakui hak
seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan anugerah Allah kepada
manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati (QS
22: 66; 2: 243). Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam meskipun tidak
ada teks dalam Al Quran maupun Hadis yang secara eksplisit melarang bunuh diri. Kendati
demikian, ada sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut, “Dan belanjakanlah (hartamu) di
jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS
2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan, “Janganlah engkau membunuh dirimu sendiri,” (QS
4: 29), yang makna langsungnya adalah “Janganlah kamu saling berbunuhan.” Dengan
demikian, seorang Muslim (dokter) yang membunuh seorang Muslim lainnya (pasien)
disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.
Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut (eutanasia), yaitu
suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit,
karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara
positif maupun negatif.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai