Anda di halaman 1dari 16

HUKUM BAYI TABUNG DAN KLONING

A. BAYI TABUNG
1. Pengertian Bayi Tabung
Menurut Al-Munawar. S.A, ( 2004:115 ) Bayi tabung dalam istilah
ilmiah adalah usaha manusa untuk mengadakan pembuahan dengan
menyatukan atau mempertemukan antara sel telur wanita (ovum) dengan
spermatozoa pria dalam sebuah tabung gelas. Proses pembuahan seperti ini
disebut dengan In Vivo. Sedangkan proses pembuahan secara alamiah
disebut dengan In Vitro. Bayi tabung dilakukan untuk mengatasi
kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil.
Bayi tabung dapat diupayakan dengan mengambil telur (ovum)
wanita, dengan menggunakan sebuah alat yang disebut “Transvaginal
Transculer Ultra Sound” yang bentuknya pipih memanjang sebesar dua
jari untuk orang dewasa. Perpaduan ke dua sel tersebut lalu disimpan
dalam cawan pembiakan selama beberapa hari. Kemudian dipindahkan ke
dalam rahim seorang ibu bila sudah kelihatan ada tanda-tanda akan
menjadi bakal janin.1
2. Proses Pembuatan Bayi Tabung
a. Pengambilan sel telur
Pengambilan sel telur dilakukan dengan dua cara. Pertama :
indung telur di pegang dengan penjepit dan dilakukan pengisapan.
Cairan folikel yang berisi sel telur di periksa di mikroskop untuk
ditemukan sel telur. Kedua : di USG folikel yang tampak di layar
ditusuk dengan jarum melalui vagina kemudian dilakukan pengisapan
folikel yang berisi sel telur seperti pengisapan laparoskopi.
Menurut pendapat Yusuf Qardawi dikutip oleh Abdul Hamid
Hakim, dalam keadaan darurat atau hajat melihat atau memegang aurat

1
Mahjuddin. (1990). Masailul Fiqhiyah, Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam
Masa Kini Jilid 1. Jakarta: Kalam Mulia. Hal. 2
diperbolehkan dengan syarat keamanan dan nafsu dapat dijaga. Hal ini
sejalan dengan kaidah hukum fiqih :2
ُ ْ‫وراتُ تُبِ ْي ُح ال َمح‬
" ‫ظ ْو َرات‬ َ ‫" الض َُّر‬
“Kebutuhan yang sangat penting itu diperlakukan seperti keadaan
terpaksa (darurat). Dan keadaan darurat itu membolehkan hal-hal
yang dilarang”.
b. Pengambilan sel sperma
Untuk mendapatkan sperma laki- laki dapat ditempuh dengan cara :
1) Istimna’ ( onani ).
2) Azl ( senggama terputus).
3) Dihisap dari pelir ( testis).
4) Jima’ dengan memakai kondom.
5) Sperma yang ditumpahkan kedalam vagina yang disedot dengan
spuit.
6) Sperma mimpi basah.
Diantara ke enam cara tersebut, cara yang dipandang baik
adalah dengan cara onani ( mastrubasi) yang dilakukan di rumah sakit.
Namun, Menurut buku Mazjfuk Zuhdi beberapa ulama berpendapat
tentang hal tersebut.3 Yaitu :
1) Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, Zaidiyah, mengharamkan secara
multak berdasarkan Al-Qur’an surat Al- Mu’minun ayat 5-7,
dimana Allah telah memerintahkan manusia untuk menjaga
kehormatan kelamin dalam setiap keadaan, kecuali terhadap istri
dan budak.
2) Ulama Hanabilah mengharamkan onani, kecuali khawatir berbuat
zina atau terganggu kesehatannya, sedang ia tidak punya istri atau
tidak mampu kawin. Yusuf Qardawi juga sependapat dengan
ulama Hanabilah.
3) Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa istimna’ pada prinsipnya
diharamkan, namun istimna’ diperbolehkan dalam keadaan tertentu

2
Qardhawi,Yusuf. (1995). Fatwa-fatwa Kontemporer Jilid 3. Jakarta: Gema Insani Press.
Hal. 33
3
Masjfuk Zuhdi. (1997). Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. Hal. 25
bahkan wajib, jika dikhawatirkan jatuh kepada perbuatan zina. Hal
ini didasari oleh kaidah ushul fiqih :
َ ‫ب ْال َم‬
ِ‫صا ِلح‬ ِ ‫دَ ْر ُء ْال َمفَا ِس ِد ُمقَدَّ ٌم َعلَى َج ْل‬
“Menghindari madarat (bahaya) harus didahulukan atas mencari
(menarik) maslahah (kebaikan).”
3. Hukum bayi tabung menurut pandangan Islam
Masjfuk Zuhdi, memaparkan bahwa Majlis Tarjih Muhammadiyah
dalam Muktamarnya tahun 1980 mengharamkan bayi tabung dengan
sperma donor sebagaimana diangkat oleh Panji Masyarakat edisi nomor
514 tanggal 1 September 1986. Lembaga Fiqih Islam Organisasi
Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman tahun 1986
mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan
membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari
isteri sendiri.4
Dua hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu :
a. Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari
istrinya kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim
istrinya.
b. Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran
rahim istrinya atau langsung ke dalam rahim istrinya untuk
disemaikan.
Hal tersebut dibolehkan asal keadaan suami isteri tersebut benar-
benar memerlukan bayi tabung untuk membantu pasangan suami isteri
tersebut memperoleh keturunan. Sebaliknya ada Lima hal yang membuat
bayi tabung menjadi haram. Yaitu :
a. Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung
telur pihak wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke
dalam rahim istrinya.
b. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada
sperma yang diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.

4
Masjfuk Zuhdi. (1997). Masail Fiqhiyah, ... Hal 25
c. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari
sepasang suami istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita
lain yang bersedia mengandung persemaian benih mereka tersebut.
d. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan
wanita lain kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
e. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari
seorang suami dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim
istrinya yang lain.
Berdasarkan keterangan tersebut, Jumhur ulama menghukuminya
haram. Karena sama hukumnya dengan zina yang akan mencampur
adukkan nashab dan akibatnya hukum anak tersebut tidak sah dan
nasabnya hanya terhubung dengan ibu yang melahirkan. Sesuai firman
Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 70:

‫ت‬ َّ
ِ ‫الطيِِّبَا‬ َ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا َبنِي آدَ َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم فِي ْالبَ ِ ِّر َو ْالبَ ْح ِر َو َرزَ ْقنَا ُه ْم ِمن‬
‫ضيال‬ ِ ‫ير ِم َّم ْن َخلَ ْقنَا ت َ ْف‬ َ ‫َوفَض َّْلنَا ُه ْم‬
ٍ ِ‫علَى َكث‬
Artinya :“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S. Al-
Isra’ : 70)
Q.S. At-Tiin ayat 4 :

َ ‫سانَ فِي أ َ ْح‬


‫س ِن ت َ ْق ِو ٍيم‬ َ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإل ْن‬
Artinya :“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya.” ( Q.S.At-Tiin : 4 )
Menurut Al-Munawar. S, ( 2004) masalah bayi tabung, jika sperma
dan ovum yang dipertemukan itu berasal dari suami-isteri yang sah, maka
hal itu dibolehkan. Tetapi, jika sperma dan ovum yang dipertemukan itu
bukan berasal dari suami-isteri yang sah maka hal itu tidak dibenarkan
bahkan dianggap sebagai perzinahan terselubung.

B. KLONING
1. Pengertian Kloning
Kloning secara etimologi klon (bahasa yunani) sebagai kata benda,
yang artinya agregat progeni yaitu suatu individu yang dihasilkan secara
aseksual atau suatu individu yang berasal dari sel somatik tunggal orang
tuanya dan secara genetik ia identik. Sebagai kata kerja klon (cloning)
diartikan sebagai upaya memperbanyak bentuk klon, mengopi dan
menghasilkan klon. Kloning manusia adalah teknik membuat keturunan
dengan kode genetik yang sama dengan induknya yang berupa manusia.
Sedangkan menurut Hasbiyallah dan Maslani, Kloning berasal dari
bahasa Yunani, yaitu klon atau twig yang didefinisikan sebagai proses
menciptakan suatu copy makhluk hidup yang identik secara genetik
dengan tetuanya (aslinya atau orisinalnya). Berdasarkan definisi tersebut,
kloning (klonasi) adalah tekhnik membuat keturunan dengan kode genetik
yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa
tumbuhan, hewan, maupun manusia.5
Kloning manusia adalah tekhnik membuat keturunan dengan kode
genetik yang sama dengan induknya yang berupa manusia. Pada saat ini
dikenal dua macam kloning melalui DNA sel dewasa. Yaitu :
a. Teknik Roslin yang diperkenalkan oleh Ian Wilmut dari Institut Roslin
di Skotlandia untuk mengkonstruksi domba dolly.
b. Teknik Honolulu yang dikembangkan oleh kelompok peneliti kloning
mencit di Universitas Hawai.
Menurut Mahjudin, dalam teori ilmiah mengemukakan bahwa
proses kelahiran (reproduksi) manusia berdasarkan persenyawaan gen
laki-laki dengan gen perempuan. Bila yang dominan adalah gen laki-laki,
yang akan lahir adalah jenis laki-laki, dan begitu juga sebaliknya. Lalu
setiap jenis kelamin, selalu ada padanya gen laki-laki maupun perempuan.6
Pembuahan dan inseminasi buatan dalam proses kloning manusia
terjadi pada sel-sel tubuh manusia (sel somatic) bukan sel-sel kelaminnya.
Seperti diketahui dalam tubuh manusia terdapat milyaran bahkan trilyunan

5
Maslani, Hasbiyallah. (2012), Masail Fiqhiyah Al-Haditsah. Bandung: Sega Arsy. Hal.
171
6
Mahjudin. (2010). Masailul Fiqhiyah, Surabaya: Kalam Mulia. Hal. 9
sel. Dalam setiap sel terdapat 46 kromosom (materi genetik yang
mengandung seluruh sifat yang diturunkan pada manusia), kecuali sel-sel
kelamin yang terdapat dalam testis laki-laki dan dalam indung telur
(ovary) perempuan. Sel-sel kelamin ini mengandung 23 kromosom, yaitu
setengah dari jumlah kromosom pada sel-sel tubuh.
Pada pembuahan alami, sel sperma laki-laki yang mengandung 23
kromosom bertemu dengan sel telur perempuan yang juga mengandung 23
kromosom. Pada saat terjadi pembuahan antara sel sperma dengan sel
telur, jumlah kromosom akan menjadi 46 buah, yakni setengahnya berasal
dari laki-laki dan setengahnya lagi berasal dari perempuan. Jadi anak yang
dilahirkan akan mempunyai ciri-ciri yang berasal dari kedua induknya baik
yang laki-laki maupun yang perempuan.
Adapun dalam proses kloning manusia, sel yang diambil dari tubuh
seseorang telah mengandung 46 buah kromosom, atau telah mengandung
seluruh sifat-sifat yang akan diwariskan yang dimiliki seseorang. Dengan
demikian, anak yang dihasilkan dari proses kloning ini akan mempunyai
ciri-ciri hanya dari orang yang menjadi sumber pengambilan inti sel tubuh.
Anak tersebut merupakan keturunan yang berkode genetik sama persis
dengan induknya, yang dapat diumpamakan dengan hasil fotocopy
selembar kertas.
Proses pembuahan yang alamiah tidak dapat berlangsung kecuali
dengan adanya laki-laki dan perempuan, dan dengan adanya sel-sel
kelamin. Namun proses kloning manusia dapat berlangsung dengan
adanya laki-laki atau tanpa adanya laki-laki, dan terjadi pada sel-sel tubuh,
bukan sel-sel kelamin.
Proses ini dilaksana dengan cara mengambil sel tubuh seorang
perempuan dalam kondisi tanpa adanya laki-laki. kemudian diambil inti
selnya yang mengandung 46 kromosom. Inti sel ini kemudian ditanamkan
dalam sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Selanjutnya, sel
telur ini dipindahkan ke dalam rahim seorang perempuan setelah terjadi
proses penggabungan antara inti sel tubuh dengan sel telur yang telah
dibuang inti selnya.
Dengan penanaman sel telur ke dalam rahim perempuan, sel telur
tadi akan mulai memperbanyak diri, berkembang, berdiferensiasi, dan
berubah menjadi janin. Janin ini akan menjadi sempurna dan akhirnya
dilahirkan ke dunia. Anak yang dilahirkan merupakan keturunan dengan
kode genetik yang persis sama dengan perempuan yang menjadi sumber
asal pengambilan sel tubuh, dengan demikian, proses kloning dalam
kondisi seperti ini dapat berlangsung sempurna pada seluruh tahapnya
tanpa perlu adanya seorang laki-laki.
Proses pewarisan sifat pada pembuahan alami akan terjadi dari
pihak ayah dan ibu. Oleh karena itu, anak-anak mereka tidak akan
mempunyai corak yang sama. Dan kemiripan di antara anak-anak, ayah
dan saudara-saudara laki-lakinya, ibu dan saudara-saudara perempuannya,
begitu pula kemiripan di antara sesama saudara kandung, akan tetap
menunjukkan nuansa perbedaan dalam penampilan fisiknya, misalnya dari
segi warna kulit, tinggi, dan lebar badan. Begitu pula mereka akan
berbeda-beda dari segi potensi-potensi akal dan kejiwaan yang sifatnya
asli (bukan hasil usaha).
Menurut Hasbiyallah dan Maslani, Prestasi ilmu pengetahuan yang
sampai pada penemuan proses kloning, sesungguhnya telah
menyingkapkan sebuah hukum alam yang ditetapkan Allah SWT. Pada
sel-sel tubuh manusia dan hewan, karena proses kloning telah menyingkap
fakta bahwa pada sel tubuh manusia dan hewan terdapat potensi
menghasilkan keturunan, jika inti sel tubuh tersebut ditanamkan pada sel
telur perempuan yang telah dihilangkan inti selnya.7 Jadi, sifat inti sel
tubuh itu tak ubahnya seperti sel sperma laki-laki yang dapat membuahi
sel telur perempuan.

2. Dampak dan Manfaat Kloning

7
Maslani, Hasbiyallah. (2012), Masail Fiqhiyah Al-Haditsah. ... hal 174
Dikutip dari sebuah blog UIN Malang bahwa dalam menyikapi
berbagai macam masalah mengenai kloning manusia, bisa memakai
pertimbangan sebagai berikut :
a. Dampak Kloning
Perdebatan tentang kloning dikalangan ilmuwan barat terus
terjadi, bahkan dalam hal kloning binatang sekalipun, apalagi dalam
hal kloning manusia. Kelompok kontra kloning diwakili oleh George
Annos (seorang pengacara kesehatan di universitas Boston) dan pdt.
Russel E. Saltzman (pendeta gereja lutheran). menurut George Annos,
kloning akan memiliki dampak buruk bagi kehidupan, antara lain :
1) Merusak peradaban manusia.
2) Memperlakukan manusia sebagai objek.
3) Jika kloning dilakukan, manusia seolah barang mekanis yang bisa
dicetak semaunya oleh pemilik modal. Hal ini akan mereduksi
nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh manusia hasil kloning.
4) Kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari suatu
kelompok tertentu terhadap kelompok lain. Kloning biasanya
dilakukan pada manusia unggulan yang memiliki keistimewaan
dibidang tertentu. Tidak mungkin kloning dilakukan pada manusia
awam yang tidak memiliki keistimewaan. Misalnya kloning
Einstein, kloning Beethoven maupun tokoh-tokoh yang lain. Hal
ini akan menimbulkan perasaan dominasi oleh manusia hasil
kloning tersebut sehingga bukan suatu kemustahilan ketika
manusia hasil kloning malah menguasai manusia sebenarnya
karena keunggulan mereka dalam berbagai bidang.
b. Manfaat Kloning
Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada
manusia, khususnya di bidang medis. Beberapa di antara keuntungan
dari teknologi kloning dapat diringkas sebagai berikut :
1) Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur
untuk mendapatkan anak.
2) Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan
sebagai organ pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri,
sehingga dapat meminimalisir risiko penolakan.
3) Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan
jaringan-jaringan tubuh yang rusak, misalnya urat syaraf dan
jaringan otot. Kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti
jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh
embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak
dengan organ tubuh manusia hasil kloning. Di kemudian hari akan
ada kemungkinan tumbuh pasar jual-beli embrio dan sel-sel hasil
kloning.
4) Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk
menghidupkan dan mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi
ini dapat digunakan untuk mengatasi kanker. Di samping itu, ada
sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat proses
penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning.
5) Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan
penyembuhan penyakit-penyakit keturunan. Dengan teknologi
kloning, kelak dapat membantu manusia dalam menemukan obat
kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang,
lemak, jaringan penyambung, atau tulang rawan yang cocok
dengan tubuh pasien untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah
kecantikan.

3. Kloning dalam Pandangan Hukum


Kloning, dalam ranah kloning manusia tidak bisa ditentukan secara
pasti (halal dan haramnya) karena ide tersebut masih dalam tataran ide dan
belum diaplikasikan. Dalam hal ini segala bentuk penelitian ilmiah
hukumnya mubah atau boleh. Kita bisa mengambil kesimpulan keputusan
hukumnya setelah ide tersebut diaplikasikan dengan menimbang dampak-
dampaknya terhadap kehidupan, tentang maslahat atau tidaknya hasil
penelitian tersebut.
Jika kloning pada tumbuh-tumbuhan atau hewan asalkan memiliki
daya guna (bermanfaat) bagi kehidupan manusia maka hukumnya mubah
atau halal. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa segala sesuatu yang ada
di dunia ini diciptakan untuk kesejahteraan manusia. Berdasarkan firman
Allah SWT. Q.S. Al-Baqoroh ayat 29.
َ‫اءَ فس َّواهُنََّ سبعَ سمواتَ وهُوَ ِبك ُِل‬ َّ ‫ض ج ِمي ًعا ث ُ َّمَ استوى ِإلى ال‬
ِ ‫سم‬ َ ِ ‫هُوَ الَّذِي خَلقَ لكُمَ ما ِفي اْلر‬
َ‫شيءَ ع ِليم‬
Artinya :“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S.Al-Baqoroh : 29)

Ada beberapa pendapat ulama tentang hukum kloning. Diantaranya :


a. Pendapat Sheikh Muhammad Thanthawi dan Sheikh Muhammad Jamil
Hammud Al-’Amily yang mengatakan bahwa “kloing dalam upaya
mereproduksi manusia terdapat pelecehan terhadap kehormatan
manusia. Kloning mengarah kepada goncangnya sistem kekeluargaan
serta penghinaan dan pembatasan peranan perempuan. Ia bukan saja
memutuskan silaturahim tetapi juga mengikis habis cinta. Ia adalah
mengubah ciptaan Allah dan bertentangan dengan Sunatullah. Itu
adalah pengaruh setan bahkan merupakan upayanya untuk menguasai
dunia dan manusia.”
b. Sheikh Muhammad Ali al-Juzu (Mufti Lebanon yang beraliran Sunni)
menyatakan bahwa “kloning manusia akan mengakibatkan sendi
kehidupan keluarga menjadi terancam hilang atau hancur, karena
manusia yang lahir melalui proses kloning tidak dikenal siapa ibu dan
bapaknya, atau dia adalah percampuran antara dua wanita atau lebih
sehingga tidak diketahui siapa ibunya. Selanjutnya kalau cloning
dilakukan secara berulang-ulang, maka bagaimana kita dapat
membedakan seseorang dari yang lain yang juga mengambil bentuk
dan rupa yang sama.”
c. Sheikh Farid Washil (mantan Mufti Mesir) menolak kloning
reproduksi manusia karena dinilainya bertentangan dengan empat dari
limaMaqashid asy-Syar’iah: pemeliharaan jiwa, akal, keturunan, dan
agama. Dalam hal ini kloning menyalahi pemeliharaan keturunan.
Dari beberapa pendapat tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa
cloning hukumnya haram karena lebih berpotensi menghasilkan dampak
buruk daripada dampak baiknya. Keharaman cloning ini lebih didasarkan
pada hilangnya salah satu hal yang harus dilindungi manusia yaitu faktor
keturunan. Hal ini kemudian disandarkan pada qaidah :
َ ‫ب ْال َم‬
ِ‫صا ِلح‬ ِ ‫دَ ْر ُء ْال َمفَا ِس ِد ُمقَدَّ ٌم َعلَى َج ْل‬
“Menghindari mudharat (bahaya) harus didahulukan atas mencari
(menarik) maslahat (kebaikan)”.
Hilangnya garis keturunan manusia yang dikloning akan
menghilangkan hak-hak manusia tersebut, seperti misalnya hak untuk
mendapat penghidupan dari keluarganya, warisan, lebih parah lagi hak
untuk mendapatkan kasih sayang dari orang tua genetiknya, dan hak-hak
lain yang harus ia dapatkan.
Dari sana kita bisa menarik benang merah bahwa cloning yang
bertujuan untuk pengobatan, misalnya penggantian organ tubuh manusia
dengan organ cloning diperbolehkan sepanjang hal itu mendatangkan
maslahah dan karena kondisi dharurat yang dialami oleh pasien (Sheikh
Farid Washil : 2003).
Berdasarkan pendapat tersebut menurut beberapa ulama’, mafsadat
kloning lebih banyak daripada maslahatnya. oleh karna itu, praktek
kloning manusia bertentangan dengan hukum Islam dengan demikian
kloning manusia dalam islam hukumnya haram. Dalil-dalil keharamannya
berdasarkan Q.S. An-Najm ayat 45-46.
ْ ُ‫( ِم ْن ن‬45) ‫الز ْو َجي ِْن الذَّك ََر َو ْاْل ُ ْنثَى‬
(46)‫طفَ ٍة إِذَا ت ُ ْمنَى‬ َّ َ‫َوأَنَّهُ َخلَق‬
Artinya :“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-
pasangan pria dan wanita.(45) dari air mani, apabila dipancarkan.)46).”
(Q.S. An-Najm : 45-46)
Berdasarkan ayat tersebut maka, logika syari’at Islam dengan
Nash-nashnya yang mutlak, kaidah-kaidahnya yang menyeluruh, dan
berbagai tujuan umumnya, melarang praktik kloning pada manusia.
Karena jika kloning ini dilakukan pada manusia, maka akan
mengakibatkan berbagai kerusakan. Diantaranya :
a. Hilangnya bermacam-macam hukum di alam dunia.
b. Kerancuan hubungan antara orang yang di kloning dengan orang hasil
kloningannya.
c. Kemungkinan kerusakan lainnya seperti terjangkit penyakit.
d. Kloning bertentangan dengan sunnah untuk berpasang-pasangan.
Memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah
pelaksanaan banyak hukum-hukum syara', seperti hukum tentang
perkawinan, nasab, nafkah, hak dan kewajiban antara bapak dan anak,
waris, perawatan anak, hubungan kemahraman, hubungan 'ashabah, dan
lain-lain. Di samping itu kloning akan mencampur adukkan dan
menghilangkan nasab serta menyalahi fitrah yang telah diciptakan Allah
untuk manusia dalam masalah kelahiran anak. Kloning manusia sungguh
merupakan perbuatan keji yang akan dapat menjungkir balikkan struktur
kehidupan masyarakat.
Berdasarkan kaidah-kaidah itulah proses kloning manusia
diharamkan menurut hukum Islam dan tidak boleh dilaksanakan. Allah
SWT berfirman mengenai perkataan Iblis terkutuk, yang mengatakan :
Artinya :"...dan akan aku (Iblis) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu
benar-benar mereka mengubahnya." (QS. An Nisaa' : 119)
Yang dimaksud dengan ciptaan Allah ( khalqullah ) dalam ayat
tersebut adalah suatu fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia.
Dan fitrah dalam kelahiran dan berkembang biak pada manusia adalah
dengan adanya laki-laki dan perempuan, serta melalui jalan pembuahan sel
sperma laki-laki pada sel telur perempuan. Sementara itu Allah SWT telah
menetapkan bahwa proses pembuahan tersebut wajib terjadi antara
seorang laki-laki dan perempuan yang diikat dengan akad nikah yang sah.
Dengan demikian kelahiran dan perkembangbiakan anak melalui
kloning bukanlah termasuk fitrah. Apalagi kalau prosesnya terjadi antara
laki-laki dan perempuan yang tidak diikat dengan akad nikah yang sah.
Sedangkan Allah SWT. Berfirman dalam Q.S. Al-Israa' ayat 70 yang
menjelaskan bahwa manusia mempunyai keistimewaan sehingga melebihi
makhluk-makhluk lainnya. Dan Allah sendiri berkenan memuliakan
manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabat
sesama manusia.

Landasan Hukum
A. Al-Quran

12. Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.
13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami
jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
yang paling baik. (QS. Al-Mukmin: 12-14)

35. Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan


wanita.
36. Dari air mani, apabila dipancarkan.

B. Hadis

‫ تَنَا َك ُح ْوا‬:‫سلَّ َم َقا َل‬ ‫صلَّي ه‬


َ ‫ّٰللاُ َع َل ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ َّ ‫س ِع ْي ِد ب ِْن أ َ ِب ْي ِه َال ٍل أ َ َّن النَ ِب‬ َ ‫َع ْن‬
َّ ُ‫ أ َ ْخ َر َجهُ َع ْبد‬.‫ت َ َكث َّ ُر ْوافَإ ِ ِنِّ ْي أُبَا ِه ْي بِ ُك ُم ْاْل ُ َم َم يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬
ِ ‫الر َّزا‬
‫ق فِ ْي َج ِم ِع ِه‬
Dari Sa’id bin Abi Hilal, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “nikahlah
kalian dan perbanyaklah keturunan, sesungguhnya pada hari kiamat aku akan
(bangga) menjadi umat yang terbesar dengan (banyaknya keturunan) kalian”.
C. Pandangan Ulama
َ‫اإل ْنزَ ا ِل ث ُ َّم َحالَة‬
ِ ْ َ‫احتِ َرا َم ِه َحلَة‬ ْ ‫اإل ْستِ ْدخَا َل َك ْال َو‬
ْ ‫ط ِء بِش َْر ِط‬ ِ ْ ‫ت َ ْنبِ ْيهٌ) َم َّر أ َ َّن‬
‫ (تحفة المحتاج بشرح المنهاج‬.‫ش ْب َهةٌ فِ ْي ِه‬ ُ ‫اإل ْستِ ْدخَا ِل بِأ َ ْن يَ ُك ْونَ لَ َها‬ ِْ
)٣٠٣/٧
Sebagaiman telah di jelaskan bahwa memasukkan sperma (inseminasi
buatan) hukumnya sama seperti persetubuhan, dengan syarat dalam keadaan
terhormat (halal) ketika mengeluarkan sperma dan ketika memasukannya serupa
dengan ketika bersetubuh.

‫ف ْاْلُبُ َّوةِ َو ْاْل ُ ُم ْو َم ِة ََل تَت َ َحقَّ ُق فِ ْي َما يَت َ َعلَّ ُق ِبالنَّ ْس َل ِإ ََّل ِإذَا َكانَ َهذَا‬ ِ ‫َو ِإ ْن َع َو‬
َ ‫اط‬
‫ َوالت َّ ْل ِق ْي ُح‬.‫ف‬
ِ ‫ي ِ ْال َم ْعلُ ْو‬ َّ ‫ق‬
ِّ ‫الط ِب ْي ِع‬ َّ ‫النَّ ْس ُل قَ ْدتا ُك ْو ُن َوخ ََر َج ِإلَى ْال َح َياةِ ِب‬
ِ ‫الط ِر ْي‬
‫ان ْال ِعفَّ ِة‬
ِ ‫اء ِل َوأ َ ْر َك‬
ِ ‫ض‬ ُ ُ ‫اف ِبأ‬
َ َ‫ص ْو ِل ْالف‬ َ ِ‫َّان ْاْل ُ ْس َرة‬
ِ ْ ‫و‬...
ِ َ‫اَل ْستِ ْحف‬ ِ ‫ِي ِإلَى ِكي‬
ْ ِّ‫يُ َؤد‬
(٢/٢١٩ ‫ (يسعلونك عن الدين والحياة‬.‫ف‬ ِ ‫ش َر‬َّ ‫َوال‬
Sesungguhnya perasaan kebapakan dan keibuan itu tidak akan terwujud
dalam hal yang terkait dengan keturunannya, kecuali jika keturunan tersebut
telah ada dan hidup dengan cara yang alami. Perkawinan dapat menyebabkan
terbentuknya suatu keluarga dan mempermudah perolehan prinsip keutamaan,
kehormatan, dan kemuliaan.

Pesatnya perkembangan teknologi rekayasa genetika haruslah terkejar oleh


produk-produk fikih yang ada selama ini. Dalam kemajuan ilmu pengetahuan,
manusia telah mampu menggandakan makhluk hidup termasuk di dalamnya
adalah tumbuhan, hewan, bahkan manusia belakangan ini telah berkembang satu
teknologi baru yang mampu menduplikasi makhluk hidup dengan sama persis,
teknologi ini di kenal dengan nama kloning.8
Kloning menurut bahasa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu clone atau
klon yang berarti kumpulan sel turunan dari sel induk tunggal dengan reproduksi
aseksual. Sedangkan menurut istilah Kloning adalah teknik membuat keturunan
dengan kode genetik yang sama dengan sel induknya tanpa diawali proses
pembuahan sel telur atau sperma tapi diambil dari inti sebuah sel pada makhluk
hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan maupun manusia.9
Dalam dunia kesehatan kloning juga bisa digunakan untuk menjadikan gen-
gen baru yang lebih sehat dengan mengganti gen-gen rusak yang membawa
kelainan dalam tubuh. Bukan hanya itu, kloning gen juga bisa dipakai untuk
mengobati kelainan fisik dan perilaku, hidung pesek, misalnya diubah menjadi
mancung. Caranya mudah, cukup dengan mengganti gen-gen yang membawa
unsur pesek dengan yang mancung.10
KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul Aziz
Sachedina dan Imam Mohamad Mardani (AS) mengharamkan kloning, dengan
alasan mengandung ancaman bagi kemanusiaan, meruntuhkan institusi
perkawinan atau mengakibatkan hancurnya lembaga keluarga, merosotnya nilai

8
http://8tunas8.wordpress.com /2011/01/14/ kloning-dalam-hukum-islam/, di akses pada
tanggal 10 November 2012
9
Abdul Muiz, Hukum Kloning Dalam Perspektif Islam, Artikel dalam http//
Abdulmuiz18. blogspot.com diakses pada tanggal 10 November 2012, pkl. 17.22WIB
10
PB UIN, 2003), hlm. 4
manusia, menantang Tuhan, dengan bermain tuhan-tuhanan, kehancuran moral,
budaya dan hukum.
Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut
masalah hak waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil
kloning hanya mempunyai DNA dari donor nukleus saja, sehingga walaupun
nukleus berasal dari suami (ayah si anak), maka DNA yang ada dalam tubuh anak
tidak membawa DNA ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada hubungan
darah, hanya sebagai anak susuan) dan persis bapaknya (haram menikah dengan
saudara sepupunya, terlebih saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain itu,
menyangkut masalah kejiwaan, bila melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal
seperti kriminalitas, alkoholik dan homoseks disebabkan kelainan kromosan.
Demikian pula masalah kejiwaan bagi anak-anak yang diasuh oleh single parent,
barangkali akan lebih kompleks masalahnya bagi donor nukleus bukan dari suami
dan yang mengandung bukan ibunya11.
Secara umum, kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan akan
membawa kemanfaatan dan kemaslahatan bagi umat manusia.12

11
http://abraham4544.wordpress.com/umum/hukum-kloning-dalam-perspektif-agama-
islam/, di akses 27-11-2012, pkl. 09.24 WIB
12
Ma’ruf Amin, dkk, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2011), hlm. 651
DAFTAR PUSTAKA

Mahjuddin. (1990). Masailul Fiqhiyah, Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum


Islam Masa Kini Jilid 1. Jakarta: Kalam Mulia.
Qardhawi,Yusuf. (1995). Fatwa-fatwa Kontemporer Jilid 3. Jakarta: Gema Insani
Press
Umam, Cholil . (1997). Himpunan Fatwa-fatwa Pilihan. Bandung: Citra Umbara
Zuhdi, Masjfuk . (1993). Masail Fiqhiyah. Jakarta: CV Haji Masagung
Mahjudin. (2010). Masailul Fiqhiyah, Surabaya: Kalam Mulia
Maslani, Hasbiyallah. (2012), Masail Fiqhiyah Al-Haditsah. Bandung: Sega Arsy
Zuhdi, Masjfuk. (1997). Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung

Site di unduh tanggal 27 Desember 2013


1. http://aul-al-ghifary.blogspot.com/2013/10/hukum-bayi-tabung-
inseminasi-buatan-menurut-islam.html
2. http://idfisblogcentre.blogspot.com/2011/11/makalah-qu.html
3. http://blog.uin-malang.ac.id/rizkialfajri/2010/08/27/kloning-dalam-
perspektif-islam/
4. http://keperawatanreligionirinegemasari.wordpress.com/24/02/2013
5. http://groups.yahoo.com/arti-dan-cara-kloning
6. http://arsyaddel-real.blogspot.com/2013/03/hukum-bayi-tabung-dan-
kloning.html
7. http://dolite.blogspot.com/2009/11/hukum-kloning-dalam-perspektif-
agama.html

Anda mungkin juga menyukai