FIKIH
KONTEMPORER
Tentang
Oleh :
SUSILAWATI : 1930201069
DOSEN PEMBIMBING :
DR.H.SYUKRI
ISKA,M.Ag HOSPI
FAKULTAS SYARIAH
(IAIN) BATUSANGKAR
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatu
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa‟atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehatnya baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran. Sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
FIKIH KONTEMPORER yang berjudul Inseminasi, Cloning, Bank Sperma,
dan Rahim Sewaan dalam Pandangan..
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebenar-benarnya.
Penulis
PEMBAHASAN
Kalau tidak ada alasan yang senada dengan itu maka onani
hukumnya haram. Ibnu hazim berpendapat bahwa onani hukumnya
makruh, tidak berdosa tetapi tidak etis. Diantara yang
memakruhkan onani itu juga Ibnu Umar dan Atha` bertolak
belakang dengan pendapat Ibnu Abbas, hasan dan sebagian besar
Tabi`in menghukumi Mubah. Al-Hasan justru mengatakan bahwa
orang-orang Islam dahulu melakukan onani pada masa peperangan.
Mujahid juga mengatakan bahwa orang islam dahulu memberikan
toleransi kepada para pemudanya melakukan onani. Hukumnya
adalah mubah, baik buat laki-laki maupun perempuan. Ali Ahmad
Al-Jurjawy dalam kitabnya Hikmat Al-Tasyri` Wa Falsafatuhu.
Telah menjelaskan kemadharatan onani mengharamkan perbuatan
ini, kecuali kalau karena kuatnya syahwat dan tidak sampai
menimbulkan zina. Agaknya Yusuf Al-Qardhawy juga sependapat
dengan Hanabilah mengenai hal ini, Al-Imam Taqiyuddin Abi
Bakar Ibnu Muhammad Al-Husainy juga mengemukakan
kebolehan onani yang dilakukan oleh isteri atau ammahnya karena
itu memang tempat kesenangannya:
ر ِج ت ا ْن ظ ْى َراخ
َ ْن م ْن ِسنَح ْو وRَاَ ْن حاجحُ ت
ان َر ِج ان ِث ْي ض َمح ح ِس ُ ل
ُر ْو ض
ُر
4) Rahim Sewaan
Hukum Islam pada dasarnya selalu membawa kepada
kebaikan, demikian pula halnya dengan rahim sewaan, melihat
adanya dampak negatif yang mungkin ditimbulkan maka ulama
telah menetapakan hukum rahim sewaan adalah haram . Hal ini
berlandaskan kepada dalil dalil dibawah ini:
1. Tidak adanya hubungan perkawinan antara pemilik
sperma denagn pemilik rahim
Hal yang selalu diulangi di dalam Islam adalah adanya anak
selalu dilandasi melalui proses perkawinan yang sah antara suami
isteri yang tercakup di dalamnya rukun dan segala syarat.Maka di
dalam proses sewa rahim tersebut jelaslah bahwa antara pemilik
sperma dan pemilik rahim tidak memiliki hubungan perkawinan
yang jelas. Dalil syariat telah menetapkan bahwa seorang anak
hanya akan lahir dari perkawinan yang sah dan keturunan baik
lelaki dan perempuan adalah merupakan rahmat dari sebuah
perkawinan.(surat Ra'du 38 dan surat Nahlu 72)
2. Adanya ikatan syariat antara hak melakukan pembuahan
di dalam rahim seseorang dan hak melakukan jima'( menggauli)
dengan pemilikrahim.
Di dalam fiqih Islam terdapat Qaidah, " Siapa saja yang
berhak melakukan jima' dengan seorang perempuan maka
perempuan berhak hamil dari hasil hubungan tersebut. Maka
jelaslah bahwa barang siapa yang tidak berhak untuk melakukan
hubungan intim dengan seorang perempuan maka perempuan tidak
berhak menjadikan dirinya hamil. Dan hak menggauli hanya ada
pada suami isteri.
3. Bagaimana jika perempuan tempat tumpangan
pembuahan adalah isteri keduan dari seorang laki laki?
Jika suami memiliki dua orang isteri lalu dia menggauli
isteri pertama kemudian hasil pencampuran ovum dan sperma
dengan isteri pertama diletakkan pada isteri kedua maka dalam
keadaan ini hal tersebut tetap dilarang dan dihukum haram karena
akan menimbulkan pertentangan antara isteri pertama dan kedua
sedangkan pertentangan itu dilarang di dalam Islam( Surat Al-
Anfal ayat 46)
Jika kedua isteri telah bersepakat, kesepakatan ini nantinya
akan membawa penyesalan di dalam diri kedua isteri tersebut dan
ini juga memisahkan antara anak dan isteri padahal hal itu
sangatlah terlarang.
4.Tidak sah rahim itu menjadi barang jual beli.
Di dalam Islam terdapat hal hal yang dibenarkan oleh syariat
untuk dijadikan barang jual beli, namun ada juga yang tidak boleh
diperjual belikan diantaranya adalah isteri. Seorang isteri tidak
boleh diperjual belikan dan termasuk di dalamnya rahim isteri.
Karena kita hanya dapat memamfaatkan isteri itu bagi diri kita saja
dan tidak boleh menjadikan mamfaat yang dibawa isteri itu
terhadap orang lain. Seperti menjual isteri atau menjual rahimnya
saja.
Maka tidak bolehnya disewa rahim bagi yang bukan suami
adalah agar nasab seseorang tetap terjaga karena memerhatikan
nasab merupakan salah satu asas dari kehiupan bersyariat. Adanya
proses sewa rahim yang demikian itu menunjuki kepada makna
zina, bukan zina hakikat tetapi zina secara maknawi dan pelaku
zina dalam model sewa rahim ini tidak diberlakukan hukuman had
karena zina hakikat itu hanya dianggap zina jika bertemu dua
kelamin yang berbeda.
Syariat Islam mengharamkan segala hal yang membawa
kepada persilisihan diantara manusia .Islam selalu melarang
adanya perselisihan diantara manusia, maka sewa rahim itu akan
membawa manusia berselisih dan tidak jelas nasabnya seperti
perselisihan antara dua orang perempuan yang mana yang menjadi
ibu si anak dan juga pertentangan di dalm warisan.
5.Syariat melarang percampuran nasab.
Dengan sebab penyewaan rahim itu maka nasab anak akan
tercampur dan susah untuk menelitinya apalagi jika sekiranya
perempuan yang disewa rahimnya memiliki suami maka akan
terjadi perselisihan anak dari hasil sewa rahim yang terlahir atau
anak dari suami sebenarnya. Seperti dikisahkan cerita menarik
yang terjadi di Jerman , seorang perempuan yang tidak bisa hamil
bersepakat dengan perempuan lainnya untuk melakukan kehamilan
terhadap hasil hubungannnya dengan suaminya, kemudian
perempuan yang disewa rahim tadi hamil dan melahirkan dengan
membayar 27 mark jerman. Kemudian setelah lama maka diteliti
rupanya anak yang lahir adalah anak dari hasil hubungan
perempuan yang disewa rahimnya dengan suaminya, bukan anak
dari suami isteri yang membayar tadi. Apa pendapat anda terhadap
kejadian i
6.Penyewaan rahim akan mengakibatkan terlantarnya anak
dan menyebabkan orang tua melepaskan tanggung jawab.
Dengan adanya proses penyewaan rahim maka antara orang
tua saling melepaskan tanggung jawab dan akan menjadikan anak
tersebut kehilangan pelindung dan pendidik. Maka hal ini sangat
dilarang oleh agama juga undang undang negara melarang
seorangorang tua melepaskan tanggung jawabnya karena anak
adalah amanah dan akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah
Swt.
Jika perempuan yang disewa rahimnya tidak memilki suami
maka anak tadi dinasab langsung kepada suami dari perempuan
pemilik ovum. Namun jika perempuan yang disewa rahimnya
memilki suami maka kembali harus diteliti melalui test DNA lelaki
mana yang berhak menjadi ayahnya, apakah pemilik sperma dari
suami perempuan pertama atau lelaki isteri perempuan yang
disewa rahimnya.
DAFTAR PUSATAKA
Mahjuddin Ali, Masailul Fiqhiyah(Jakarta, Kalam Mulia, 2005)
Mahjudin Ali, ibid. hal 2
Tanto Aljauharie, Hukum Bank Asi dan Bank Sperma .
(http://jawharie.blogspot.com/2011/04/hukum-bank- asi-
dan-bank-sperma.html)
Zahrul Bawady M. Daud, Hukum Islam/ Islamic Law.
(http://mybloglenterahati.blogspot.com/2009/08/hukum-sewa-rahim-
dalam-pandangan-fikih.html)
Hamid Laonso dan Muhammad Jamil. Hukum Islam Alternatif
Solusi terhadap Masalah Fiqh K ontemporer (Jakarta, Restu Ilahi,
2005)
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah. (Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 1998) h
Mahjuddin Ali, opcit.