Disusun Oleh
KELOMPOK 7
DOSEN PENGAMPU
JURUSAN FISIKA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dalam bentuk yang sangat
sederhana. Makalah ini kami buat untuk pemenuhan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Material. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk ataupun
pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran Pengantar Ilmu Material. Kami juga berharap
somoga makalah ini juga dapat membantu menambah pengetahuan tentang Semikonduktor
dan Teknologinya.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibuk Dra. Yenni Darvina, M.Si. selaku dosen
pengampu yang telah membimbing kami dalam pembelajaran dan tidak lupa ucapan terima
kasih kami untuk semua pihak yang karyanya telah menjadi referensi bagi kami.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih
kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada pembaca untuk memberi masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini sehingga tujuan pembuatan
makalah ini tercapai.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Untuk mengetahui tentang teknologi proses pembuatan wafer semikonduktor
4. Untuk mengetahui tentang teknologi proses pembuatan dewais semikonduktor
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Bersifat fotoaktif
b. Mampu memanfaatkan cahaya tampak atau ultraviolet dekat
c. Bersifat lembam (inert)secara biologis dan kimiawi
d. Bersifat fotostabil (stabil terhadap cahaya)
Semikonduktor Intrinsik
Semikonduktor intrinsik merupakan semikonduktor yang terdiri dari suatu jenis
bahan saja seperi terbuat dari silikon murni atau germanium murni. Silikon dan
Germanium merupakan dua jenis semikonduktor yang sangat penting dalam elektronika.
Keduanya terletak pada golongan IV A dalam tabel periodic dan mempunyai 4 elektron
valensi.
Semikonduktor Ekstrinsik
Bahan semikonduktor ekstrinsik adalah bahan semikonduktor yang telah dicampuri
dengan atom lain. Proses pengototoran atom pada bahan semikonduktor murni disebut
doping. Proses doping dilakukan untuk mengatur jenis pembawa muatan yang diinginkan
dari bahan semikonduktor. Oleh karena itu, semikonduktor ekstrinsik dapat
diklarifikasikan berdasarkan sifat/jenis pembawa muatan yang dihasilkan, yakni
semikonduktor tipe-n, semikonduktor tipe-p dan semikonduktor paduan.
3
Semikonduktor tipe-n
Semikonduktor tipe-n merupakan semikonduktor intrinsic yang didoping oleh
unsur golongan V dalam susunan berkala misalnya atom silikon yang didoping
oleh atom arsenic (AS) yang mempunyai elektron valensi lima.
Semikonduktor tipe-p
Semikonduktor tipe-p merupakan semikonduktor intrinsic yang didoping oleh
golongan III dalam susunan berkala misalnya ato, silokon yang didoping oleh atom
Galium (Ga) yang merupakan elektron valensi tiga.
Pemurnian merupakan suatu cara yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa atau
sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik
dalam skala laboratorium maupun skala industri. Pemurnian dilakukan untuk mendapatkan
zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain.
Untuk mendapatkan alat-alat semikonduktor yang bermutu tinggi, hal yang terpenting
adalah “kemurnian” dan kesempurnaan dari kristal tunggal dari semikonduktor yang
dipergunakan sebagai bahan untuk pembuatan alat-alat tersebut. Pada kristal semikonduktor
penambahan sedikit ketidakmurnian mempengaruhi pembawa muatan, yang akan
berpengaruh besar pada karakteristik komponen yang dibuat.
Ada beberapa cara untuk memperoleh semikonduktor yang memiliki tingkat kemurnian
tinggi, yaitu :
4
terserap kebagian yang sedang meleleh. Tingkat kemurnian yang diperoleh mencapai
99,99999999 %.
Ada dua cara pemurnian berdasarkan metoda sifat segregasi. Pertama bahan
semikonduktor dilelehkan keseluruahannya kemudian dibekukan kembali dari salah satu
ujungnya. Yang kedua bagian yang meleleh digeserkan sepanjang batang semikonduktor
yang berbentuk memanjang, sehingga setiap bagian dilelehkan dan dibekukan kembali secara
berurutan. Cara yang pertama disebut dengan pembukuan normal (dipakai dalam pembuatan
kristal tunggal), sedangkan cara yang kedua disebut pemurnian wilayah (kristal tunggal yang
disebut pemerataan wilayah).
Berikut beberapa metoda untuk memperoleh kristal tunggal semikonduktor :
a. Metoda pelelehan daerah (Zone Melting)
Dalam metode pembuatan kristal tunggal ini, menggunakan langsung prinsip
pemurnian Kristal, keuntungannya ialah bahwa ketidakmurnian yang ditambahkan
terbagi secara merata dalam seluruh kristal untuk semikonduktor yang elementeir
yang mempunyai titik leleh relative rendah (seperti Ge) menggunakan sebuh cara
pelelehan daerah (pemerataan daerah) yang disebut zone melting.
Zone melting adalah metoda pemisahan dengan tujuan untuk memurnikan, yang
dilakukan dengan cara meleburkan suatu zat, pada logam yang tidak murni atau
bahan kimia yang lainnya. Yang disesuaikan dengan garis lebur pada logam tersebut.
Metoda ini digunakan untuk memperoleh Kristal tunggal yang sengaja diberi
pengotor untuk bahan baku pembuatan semikonduktor.
Dalam sebuah cawan grafit murni ditaruh sekeping kecil kristal tunggal (kristal
benih), didekat benih diletakkan bahan tidak murni yang akan didopkan dan dekat
bahan tersebut ditaruhkan bahan semikonduktor Ge (yang sangat murni), antara
kristal benih dan balok dipanaskan terlebih dahulu dan meleleh, selanjutnya dengan
menggeserkan daerah meleleh sepanjang balok maka ketidak murnian didopkan
secara merata dan tumbuh kristal dengan sumbu mengikuti sumbu kristal benih
(menghasilkan kristal tunggal yang telah didopkan).
Untuk bahan semikonduktor yang mempunyai titik leleh tinggi (Si) dan keaktifan
kimia pada suhu tinggi penggunaan cawa grafit atau kwarsa tidak dimungkinkan
karena memungkinkan terjadinya pelembekan cawan atau terjadinya kontaminasi
bahan dari cawan.
5
Gambar 1.1. Metoda zone melting
6
Gambar 1.2. Metoda Czochralski
c. Metoda Epitaksi
Metoda epitaksi adalah proses pertumbuhan lapisan tipis Kristal tunggal
semikonduktor diatas substrat semikonduktor. Umumnya jenis dopan lapisan tipis
semikonduktor berlainan sengan dopan subtratnya. Salah satu teknik terkenal adalah
epitaksi fase uap (Vapor Phase Epitaxy (VPE)). Lapisan epitaksi dapat ditumbuhkan
pada temperature 30-50% lebih rendah dari pada titik leburnya. VPE yang umum
dipakai adalah seposisi uap kimiawi (chemical vapor deposition (CVD)). CVD
adalah proses dimana lapisan epitaksi terbentuk karena reaksi kimia diantara gas-gas
pembentuknya. Pada Gambar 1.4 ditunjukkan tiga macam susceptor yang umum
dipakai untuk pertumbuhan epitaksial. Bentuk geometri susceptor menjadikan nama
reaktornya horizontal, pancake, dan susceptor barrel, semuanya terbuat dari graphit.
Susceptor dalam reactor epitaksial adalah krusibel dalam dapur pertumbuhan Kristal.
7
Gambar 1.4. Tiga macam susceptor pada CVD: a. Horizontal, b. Pancake, dan c. Susceptor Barrel
8
termasuk mejadi langkah pembuatan wafer silikon yaitu proses,] produksi silikon
polikristal, pengembangan Kristal, serta pemotongan dan pembentukan wafer.
SiO2 + C → Si + CO2
Silikon yang dibuat dengan cara ini disebut “tingkat metalurgi” karena sebagian
besar produksi dunia sebenrnya digunakan untuk pembuatan baja. Ini kita 98% murni.
MG-SI tidak cukup murni untuk digunakan langsung dalam manufaktur elektronik.
Sebagian kecil (5%-10%) dari produksi MG-Si di seluruh dunia dimurnikan lebih lanjut
unutk digunakan dalam maufaktur elektronik. Pemurnian MG-Si menjadi silikon kelas
semikonduktor (elektronik) adalah proses multi-langkah, yang ditunjukan secara
skematis pada Gambar 1.5. Dalam proses ini, MG-Si digiling pertama dalam ball-mill
untuk menghasilkan sangat halus (75% < 40 μM) partikel yang kemudian diumpankan ke
Fluidized Bed Reactor (FBR). Disana MG-Si bereaksi dengan gas asam klorida anhidrat
(HCl), pada 575 K (sekitar 300˚C) menurut rekasi :
Si + 3HCl → SiHCl3 + H2
9
Reaksi hidroklorinasi di FBR menghasilkan produksi gas yang sekitar 90%
triklorosilan (SiHCl3). 10 % sisa gas yang dihasilkan pada tahap ini sebagian besar
adalah tetraklorosilan SiCl4 dengan beberapa diklorosilan SiH2Cl2. Campuran gas ini
dimasukkan melalui serangkaian distilasi fraksional yang memrunikan titraklorosilan dan
mengumpulkan serta menggunakan kembali produk sampingan tetraklorosilan dan
diklorosilan. Proses pemurnian ini menghasilkan triklorosilan yang sangat murni dengan
pengotoran utama dalam kisara bagian per miliar rendah.
SiHCl3+ H2 → Si + 3HCl
Produk sampingan dari rekasi deposisi (H2, HCl, SiHCl3, SiHCl4, dan SiH2Cl2)
ditangkap dan diatur ulang melalui proses produksi dan pemurnian triklorosilan seperti
ditunjukan pada Gambar 1.6. Kimia dari proses produksi , pemurnian dan pengembangan
silikon yang terkait dengan silikon kelas semikonduktor lebih kompleks dari pada
deskripsi sederhana ini. Ada juga sejumlah kimia alternative yang dapat digunkan untuk
produksi polysilicon.
Gambar 1.6. Diagram alir untuk produksi silikon kelas semikonduktor (kelas elektronik)
10
c. Fabrikasi Wafer Silikon Kristal Tunggal
Wafer silikon yang begitu akrab bagi kita diindustri semikonduktor sebenarnya
adalah irisan tipis Kristal tunggal silikon besar yang dikembangkan dari silikon
polikristalin kelas elektronik yang meleleh. Proses yang digunakan dalam menumbuhkan
Kristal tunggal ini dikenal sebagai proses Czochralski (penemunya adalah Jan
Czochralski). Pada Gambar 1.7 menunjukkan urutan dasar dan komponen yang terlibat
dalam proses Czocharalski.
Gambar 1.7. (a) Skema proses Czochralski (b) Peralatan proses (diproduksi
dengan izin PVA TePla AG 2017)
11
Pertumbuhan Kristal dari lelehan akan menyesuaikan dengan orientasi awal ini,
memberikan Kristal tunggal besar akhir orientasi Kristal yang diketahui. Setelah
peredaman dan lelehan, Kristal benih perlahan-lahan (beberapa cm/jam) ditarik dari
lelehan saat Kristal yang lebih besar tumbuh. Kecepatan tarik menentukan diameter akhir
dari Kristal besar. Baik Kristal dan wadah diputar selama tarikan Kristal untuk
meningkatkan homogenitas Kristal dan distribusi dopan. Kristal besar terakhir berbentuk
silinder yang disebut “boule”.
Pertumbuhan Czocharalski adalah metode paling ekonomis untuk produksi boule
Kristal silikon yang cocok untuk memproduksi wafer silikon untuk fabrikasi perangkat
semikonduktor umum (dikenal sebagai wafer CZ). Metode tersebut dapat membentuk
boule yang cukup besar untuk menghasilkan wafer silikon hingga diameter 450 mm.
namun metode tersebut memiliki batasan tertentu, karena boule ditanam dalam kuarsa
(SiO2) wadah, beberapa kontaminasi oksigen selalu ada dalam silikon (biasanya 1018
atom cm-3 atau 20 ppm).
Crucible grafit telah digunakan untuk menghindari kontaminasi ini, namun
mereka menghasilkan kotoran karbon dalam silikon, meskipun dengan urutan
konsentrasi yang lebih rendah. Baik kotoran oksigen dan karbon dalam silikon, meskipun
dengan urutan konsentrasi yang lebih rendah. Baik kotoran oksigen dan karbon menurun
panjang difusi pembawa minoritas dalam wafer silikon akhir. Homogenitas dopan pada
arah aksial dan radial juga terbatas pada silikon Czocharalski, sehingga sulit untuk
mendapatkan wafer dengan resistivitas lebih dari 100 ohm-cm.
Silikon dengan kemurnian lebih tinggi dapat diprosuksi dengan metode yang
dikenal sebagai pemurnian Float Zone (FZ). Dalam metode ini, ingot silikon polikristalin
dipasang secara vertical diruang pertumbuhan, baik dibawah vakum atau atmosfer inert.
Ingot tidak bersentuhan dengan salah satu komponen ruang kecuali untuk gas ambien
dan Kristal benih dengan orientasi yang diketahui di dasarnya (Gamabar 1.8). Ingot
dipanaskan menggunakan kumparan frekuensi radio (RF) non-kontak yang membentuk
zona bahan yang meleleh didalam ingot, biasanya dengan tebal sekitar 2 cm.
Dalam proses FZ, batang bergerak vertical ke bawah, memungkinkan zona cair
untuk naik sepanjang ingot, mendorong kotoran sebelum pencairan dan meningkatkan
silikon kristalin tunggal yang sangat murni. Wafer silikon FZ memiliki resistivitas
setinggi 10.000 ohm-cm.
12
Gambar 1.8. konfigurasi pertumbuhan Kristal zona apung
Setelah silikon boule dibuat, ia dipotong menjadi panjang yang dapat diatur dan
setiap panjang digiling ke diameter yang diinginkan. Float orientasi yang menunjukkan
doping silikon dan orientasi untuk wafer dengan diameter kurang dari 200 mm juga
digiling ke dalam boule pada tahap ini. Untuk wafer dengan diameter kurang dari 200
mm, datar primer (terbesar) diorientasikan tegak lurus dengan sumbu Kristal tertentu
seperti <111 =””> atau < 100 =””> (Gambar 1.9). Flat sekunder (lebih kecil)
menunjukkan apakah wafer tipe-p atau tipe-n. Wafer 200 mm (8 inci) dan 300 mm (12
inci) menggunakan takik tunggal yang berorisntasi pada sumbu Kristal yang ditentukan
untuk menunjukkan orientasi wafer tanpa indicator untuk jenis doping. Gambar 1.9
menunjukkan hubungan antara jenis wafer dan penempatan flat di tepi wafer.
Gambar 1.9. Penunjuk daftar wafer untuk orientasi dan doping wafer yang berbeda
Setelah boule digerus hingga diameter yang diinginkan dan flat dibuat, boule
dipotong menjadi irisan tipis menggunakan pisau bertatahkan berlian atau kawat baja.
Tepi irisan silikon biasanya membulat pada tahap ini. Penandaan laser yang
menunjukkan jenis silikon, resistivitas, pabrikam, dan lain-lain. Juga ditambahkan di
dekat flat utam saat ini. Kedua permukaan irisan yang belum selesai digiling dan
dilibatkan untuk membawa semua irisan kedalam ketebalan dan toleransi kerataan yang
ditentukan. Penggerindaan menjadikan irisan memiliki ketebalan yang kasar dan
toleransi kerataan setelah proses lapping menghilangkan sisa bahan yang tidak
diinginkan dari permukaan irisan, meninggalkan permukaan yang halus, rata dan tidak
13
terpoles. Lapping biasanya mencapai toleransi kurang dari 2,5 μm keseragaman dalam
kerataan permukaan wafer.
Tahap terakhir dalam pembuatan wafer silikon melibatkan secara kimiawi etsa
menghilangkan semua lapisan permukaan yang mungkin telah menumpuk kerusakan
Kristal dan kontaminasi selama penggergajian, penggilingan dan pemukulan dan diikuti
oleh pemolesan mekanis kimiawi (CMP) untuk menghasilkan pemukaan yang sangat
reflektif, bebas goresan dan kerusakan di satu sisi wafer. Pengetsaan kimiawi dilakukan
dengan menggunakan larutan etsa asam fluoride (HF) yang dicampurkan dengan asam
nitrat dan asam asetat yang dapat melarutkam silikon.
Dalam CMP, irisan silikon dipasang ke pembawa dan ditempatkan dimesin CMP
dimana mereka menjalani pemolesan kimia dan mekanis gabungan. Biasanya CMP
menggunakan bantalan pemolesan poliuretan keras yang dikombinasikam dengan bubur
alumina terdispersi halus atau partikel abrasive silica dalam larutan alkali. Produk akhir
dari proses CMP adalah wafer silikon. Yang memiliki permukaan yang sangat reflektif,
bebas goresan dan kerusakan di satu sisi tempat perangkat semikonduktor dapat dibuat.
14
2.3 Teknologi Proses Pembuatan Devais Semikonduktor
Dalam pembahsan tentang devais semikonduktor tentunya tidak akan lepas dari
material semikonduktor itu sendiri sebagai bahan dasar pembuatan devais tersebut. Pada
teknologi devais semikonduktor kebutuhan akan bahan semikonduktor yanh memiliki
struktur Kristal tunggal dan tingkat kemurnian yang tinggi menjadi syarat utama untuk
memperoleh devais semikonduktor yang berkualitas tinggi. Tahapan proses dasar untuk
pembuatan devais semikonduktor yaitu dengan fotolitografi yang menggunakan
teknologi mikroelektronika.
Fotolitografi
Proses fotolitografi adalah proses pemindahan pola bentuk geometris pada
masker ke lapisan tipis (beberapa micron) dan bahan yang peka terhadap radiasi
(photoresist). Pola resis dibentuk oleh proses fotolitografi bukanlah elemen yang tetap
hanya tiruan dari feature rangkaian. Fotoresis biasanya dilapiskan dengan cara spin
coating atau spray coating untuk melapisi permukaan wafer silikon. Fotoresis adalah
komposisikimia molekul tinggi yang mempunyai daya tahan pelarut, daya lekat yang
kuat dan eka cahaya dapat digunakan untuk fotolitografi.
Lapisan Silikon Oksida (SiO2) merupakan masker pencegah masuknya
ketidakmurnian kedalam bagian wafer yang tifak di kehendaki pada saat proses difusi.
Dengan membuat pola tertentu pada lapisan oksida dapat dilakukan difusi, metalisasi dan
pelapisan silikon secara efektif. Selain itu lapisan ini juga dipergunakan untuk menjaga
agar silikon (Si) tidak dipengaruhi secara langsung dalam udara terbuka dan pula dapat
dipergunakan untuk mengisolasi silikon terhadap interkoneksi.
Proses fotolitografi dalam proses fabrikasi devais semikonduktor merupakan
bagian yang penting dimana geometri devais ditentukan pada permukaan devais wafer
silikon. Pembuatan devais semikonduktor terdiri atas berulang kali proses fotolitografi
seperti dalam tahap proses pembukaan gerbang (gate) untuk proses difusi, oksidasi atau
pasivasi atau metalisasi.
1) Masker untuk fotolitografi
Masker mengandung pola lapisan yang akan ditransfer ke wafer untuk
membentuk rangkaian. Tiap langkah proses memerlukan sebuah masker yang
memnuat pola tertentu yang dibuat oleh perancang.
Perancang membuat pola rangkaan dan devaise sesuai dengan fungsi IC
yang diharapkan. Dalam pentransferan pola tiap masker dilakukan dengan alat
Pattern Generator yang mampu menggambar pada plate kaca masker dengan
15
bantuan sinar yang bentuk dan ukurannya diatur oleh data computer, yang
menghasilkan kontras hitam putih pada masker yang berbentuk kaca tersebut.
Sejumlah masker dipersiapkan dan selanjutnya dipergunakan dalam proses
fotolitografi untuk merealisasika chip yang dipesan oleh perancang. Untuk proses
MOS diperlukan jumlah masker berkisar antara 9-12 buah tergantung pada proses
yang ada di pandai silikon ituu..
16
Gambar 1.12. Spinner
(a) Masker (pelindung) foto : Masker foto terdiri dari sebuah pelat gelas
dengan pola dari bahan yang tak tembus sinar ultraviolet. Bahan itu
semacam gelatin yang mengandung halogenida perak ( untuk masker yang
lunak), atau logam chromium atau oksida logam (untuk masker yang
keras).
(b) Fotoresis : Fotoresis merupakan reaksi polimerisasi oleh sinar ultraviolet,
membutuhkan daya larut yang kuat dan pula ketahanan terhadap bahan
kimia yang dipakai selanjutnya. Pada waktu penyimpanan resis, harus
sangat hati-hati terutam terhadap debu dan kotoran, sedangkan kelembaban
dan temperature juga harus dijaga baik. Resis yang mempunyai daya
ketajaman yang tinggi yang perlu dipaka pada pola yang sangat halus.
(c) Pelapisan resisi : Dalam proses pelapisan dari resis dipergunakan alat
pinner (pemutar). Metoda dengan spinner ini dilakukan dengan keeping
(wafer) silikon yang akan dilapisi dengan resis ditaruh pada meja yang
berputar. Keuniforman lapisan yang dilapiskan akan baik bila momen
inersia dari meja putar spinner kecil, sehingga waktu percepatan hingga
mencapai kecepatan yang diinginkan sangat singkat.
Apabila lapisan resisi tebal, maka dapat memberikan
ketajaman/kejelasan yang kurang sempurna, dan bila lapisan resis tipis
maka menyebabkan gangguan terhadap daya tahan kimia, meskipun
resolusinya sempurna. Dan lapisan resis yang terlalu tipis akan timbul
17
lubang-lubang kecil yang banyak. Maka perlu dipilih ketebalan yang
sesuia.
(d) Pemanggangan : Karena resisi yang dilapiskan pada keeping (wafera0
tidak cukup keras, maka diadakan pemanggangan mula (prebake) supaya
tidak melekat pada masker, pada temperature yang tidak menyebabkan
reaksi polimerisasi. Pemanggangan lanjut (postbake), dalam proses ini
resisi dipanaskan dalam temperature cukup tinggi, dimana terjadi
polemerisasi, dan melekat sangat erat pasa wafer singga tidak dapat
terkupas pada waktu etsa SiO2. Akan tetapi perludiperhatikan bahwa
pemanggangan yang terlalu tinggi temperaturenya maka resis dapat retak-
retak.
(e) Penyinaran dan pencetakan : Dalam proses penyinaran dipergunakan
alat alignment (pelurus) masker, yang terdiri dari sumber cahaya (sinar
ultraviolet atau dengan lampu merkuri) dan suatu alat yang mudah
bergerak pada sumbu x, y dan z serta memutari sumbu putarnya. Sumber
cahaya tegak lurus pada permukaan yang disiniari dan membutuhkan
kekuatan cahaya yang konstan. Wafer dan masker diimpitkan satu sama
lain setelah dicatat dan kemudian disinari. Jumlah cahaya yang disinarkan
bervariasi tergantung pada bahan resis yang digunakan. Bila terlalu banyak
atau kekurangan penyinaran dapat mempengaruhi ketajaman (resolusi).
(f) Etsa dari lapisan oksida : ini adalah proses untuk membuka lapisan
oksida pada tempat-tempat yang terpilih, dimana akan dilakukan difusi.
Lapisan oksida yang tidak berguna dilarutkan dengam mencelupkan dalam
pelarut dengan waktu yang cukup sehingga oksidasi terbuang. Sebagian
bahan etsa untuk silikon dioksidasi ialah tipe NH4F 9etsa buffer) yang
biasa digunakan. Laju dari etsa tergantung pada keadaan sifat oksida,
komponen dan temperature bahan etsa itu, dan dapat dipilih dengan
optimal.
(g) Membuang lapisan resis : Lapisan resis dapt dilarutkan dengan
menggunakan asm sulfat pekat panas, tetapi metoda ini tidak dapat
digunakan pada pola jalur alumunium untuk interkoneksi. Selain itu ada
juga cara dengan mengalirkan plasma gas oksigen yang bergantung pada
proses yang ada di pandai silikon itu.
Adapun jalannya proses fotolitografi yaitu sebagai berikut :
18
Pada permukaan subtrat dibuat lapisan tipis fotoresis, kemudian
diletakkan masker pola untuk membuat lubang bukaan yang
diinginkan, lalu dilakukan pencahayaan dengan sinar ultraviolet,
terjadi perubahan solubilitas (kelarutan) yang timbul pada pola.
Pada fotoresis positif, pencahayaan itu menambah solubilitas, pada
fotoresis negatif, pencahayaan itu mengurangi solubilitas. Sehingga
menimbulkan pola yang belainan sesudah dilakukan proses
pengembangan (development).
Setelah proses pengembangan, dilanjutkan dengan proses etching
(pengikisan) untuk menimbulkan pola pada subtract dan diteruskan
dengan pembersihan fotoresis.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semikonduktor adalah sebuah material dengan konduktivitas yang berbeda
diantara isolator dan konduktor. Semikonduktor disebut juga sebagai bahan setengan
penghantar listrik. Semikonduktor merupakan bahan yang dipakai dalam pembuatan
omponen elektronika seperti resistor, diode, transistor, kapasitor dan lain sebagainya..
Semikonduktor intrinsik merupakan semikonduktor yang terdiri dari satu unsur saja.
Misalnya Si atau Ge. Dan semikonduktor ekstrinsik merupakan semikonduktor yang
telah dicampuri (tidak murni) oleh atom dari jenis lainnya. Semikonduktor ekstrinsik
dapat diklarifikasikan berdasarkan sifat atau jenis pembawa muatan yang dihasilkan,
yakni semikonduktor tipe-n, semikonduktor tipe-p, dan semikonduktor paduan.
20
semikonduktor terdiri atas berulang kali proses fotolitografi seperti dalam tahap proses
pembukaan gerbang (gate) untuk proses difusi, oksidasi atau pasivasi atau metalisasi.
3.2 Saran
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu insyaallah kedepannya kami akan lebih baik lagi. Semoga dengan
makalah ini,kita lebih memahami tentang materi semikonduktor dan teknologinya.
21
DAFTAR PUSTAKA
(https://id.scribd.com/document/370551034/2-Fabrikasi-semikonduktor, diakses
01 Oktober 2021).
Van Vlack, 1992, Ilmu dan Teknologi Bahan, Jakarta: Erlangga (W1)
(https://id.scribed.com/document/426367836/pembuatan-semikonduktor,
diakses pada 30 september 2021).
22