Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FISIKA ZAT PADAT

SEMIKONDUKTOR

Anggota Kelompok 2:
Dalilah Salsabila E (19030224024)
Cornelia Febriani (19030224029)
Muhammad Fikri Z (19030224031)

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
GENAP 2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Semikonduktor
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Fisika Zat Padat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Semikonduktor bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Munasir, M. Si. Dan Ibu
Dr. Eng. Evi Suaebah, M. Si. M. Sc. selaku dosen mata kuliah Fisika Zat Padat yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya, 12 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
2.1 Pengertian Bahan Semikonduktor........................................................................5
2.2 Tabel Periodik Semikonduktor............................................................................5
2.3 Struktur Ikatan Atom Semikonduktor..................................................................6
2.4 Pita Energi Semikonduktor..................................................................................7
2.5 Tipe Arus Listrik Semikonduktor........................................................................8
2.5.1 Arus Drift (Hanyut)........................................................................................8
2.5.2 Arus Difusi......................................................................................................9
2.6 Jenis Semikonduktor............................................................................................9
2.6.1 Semikonduktor Intrinsik.................................................................................9
2.6.2 Semikonduktor Ektrinsik..............................................................................10
2.7 Pemanfaatan Semikonduktor.............................................................................15
2.7.1 Diode.............................................................................................................15
2.7.2 Transistor......................................................................................................16
2.7.3 IC (Integrated Circuit)..................................................................................16
PENUTUP......................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semikonduktor merupakan material zat padat dengan konduktivitas listrik yang
berada di antara isolator listrik dan konduktor listrik. Terdapat dua jenis tipe
semikonduktor yaitu semikonduktor intrinsic (murni) dan semikonduktor ekstrinsik (tak
murni). Semikonduktor sangat berguna dalam bidang elektronik, karena
konduktivitasnya dapat diubah-ubah dengan menyuntikkan materi lain (biasa disebut
doping). Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika seperti
dioda, transistor dan IC (integrated circuit). Semikonduktor sangat luas pemakainnya,
terutama sejak ditemukannya transistor pada akhir tahun 1940-an. Oleh karena itu
semikonduktor dipelajari secara intensif dalam fisika zat padat. Namun dalam makalah
ini hanya dibahas sifat fisis dasar semikonduktor saja.
Dalam menyajikan sifat fisis dasar semikonduktor, makalah ini membahas
pengertian bahan semikonduktor beserta jenisnya. Makalah ini juga membahas
pemanfaatan bahan semikonduktor dalam kehidupan sehari-hari.
Bahan semikonduktor yang banyak dikenal contohnya adalah silikon (Si),
germanium (Ge) dan Galium Arsenida (GaAs). Germanium dahulu adalah bahan satu-
satunya yang dikenal untuk membuat komponen semikonduktor. Namun belakangan,
Silikon menjadi popular setelah ditemukan cara mengekstrak bahan ini dari alam.
Silikon merupakan bahan terbanyak ke-dua yang ada dibumi setelah oksigen (O 2). Pasir,
kaca dan batu-batuan lain adalah bahan alam yang banyak mengandung unsur silikon.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan bahan semikonduktor?
2. Apakah perbedaan dari setiap jenis semikonduktor?
3. Apakah manfaat bahan semikonduktor dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian bahan semikonduktor
2. Membedakan jenis semikonduktor
3. Mengetahui pemanfaatan bahan semikonduktor dalam kehidupan sehari-hari

4
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Semikonduktor


Bahan semikonduktor adalah bahan yang bersifat setengah konduktor karena
celah energi yang dibentuk oleh struktur bahan ini lebih kecil dari celah energi bahan
isolator tetapi lebih besar dari celah energi bahan konduktor, sehingga memungkinkan
elektron berpindah dari satu atom penyusun ke atom penyusun lain dengan perlakuan
tertentu terhadap bahan tersebut (pemberian tegangan, perubahan suhu dan sebagainya).
Oleh karena itu semikonduktor bisa bersifat setengah menghantar. Umumnya bahan
semikonduktor diklasifikasikan berdasarkan harga resistivitas listriknya pada suhu
kamar, yakni dalam rentang 10-2 - 109 Ωcm. Semikonduktor merupakan suatu atom yang
berisi 4 elektron valensi (4 eV).
Bahan semikonduktor terletak pada temperatur mutlak yaitu 0 K. Pada kondisi
normal, bahan ini akan bersifat isolator karena energi yang dimiliki oleh elektron bebas
bahan semikonduktor tidak cukup untuk melepaskan diri dari ikatan dengan inti atom.
Apabila bahan ini mendapatkan sedikit energi dari luar, maka energi ini akan diserap
oleh elektron bebas dan akibatnya elektron bebas memiliki cukup energi untuk
melepaskan diri dari ikatan dengan inti atom. Pada kondisi ini bahan berubah menjadi
konduktor. Sebuah semikonduktor akan bersifat sebagai isolator pada temperatur yang
sangat rendah, namun pada temperatur ruang akan bersifat sebagai konduktor, dengan
kata lain konduktivitas semikonduktor meningkat dengan meningkatnya suhu.
Bahan–bahan semikonduktor yang paling banyak diteliti yaitu Carbon (C) dengan
6 proton (2-4), Silikon (Si) dengan 14 proton (2-8-4), dan Germanium (Ge) dengan 32
proton (2-8-18-4). Carbon (C) berfungsi untuk membuat resistor dan potensiometer
serta Silikon (Si) dan germanium (Ge) berfungsi untuk untuk membuat komponen zat
padat.

Gambar 2.1.1 Atom Carbon (C), Silikon (Si), dan Germanium (Ge)

2.2 Tabel Periodik Semikonduktor


Pada awal perkembangannya bahan semikonduktor yang pertama kali dieksplorasi
adalah Germanium, namun sampai saat ini bahan semikonduktor yang banyak diteliti
untuk bahan baku pembuatan divais elektronik maupun optoelektronik adalah Silikon
dengan pertimbangan bahan silikon cukup melimpah di alam ini dan harganya relatif
murah. Selain silikon material lain yang banyak dipelajari dan diteliti adalah material
paduan dari golongan II-VI atau III-V dalam tabel periodik (gambar 1) baik binary
(paduan 2 unsur) maupun ternary (paduan 3 unsur) seperti ZnO, GaN, AlN, InN, GaAs,
GaSb, AlGaN, AlGaSb, GaNAs dan sebagainya dimana material-material paduan
tersebut masing-masing memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri baik dari sifat listrik

5
maupun sifat optiknya yang aplikasinya dapat disesuaikan dengan karakteristik fisisnya
masing-masing.

Gambar 2.2.1 Unsur-Unsur yang Banyak Digunakan sebagai Bahan Semikonduktor


Semikonduktor elemental terdiri atas unsur – unsur pada system periodik
golongan IV A seperti silikon (Si), Germanium (Ge) dan Karbon (C). Karbon
semikonduktor ditemukan dalam bentuk kristal intan. Semikonduktor intan memiliki
konduktivitas panas yang tinggi, sehingga dapat digunakan dengan efektif untuk
mengurangi efek panas pada pembuatan semikonduktor laser.
Semikonduktor gabungan (kompon) terdiri atas senyawa yang dibentuk dari
logam unsur periodik golongan IIB dan IIIA (valensi 2 dan 3) dengan non logam pada
golongan VA dan VIA (valensi 5 dan 6) sehingga membentuk ikatan yang stabil
(valensi 8). Semikonduktor gabungan III dan V misalnya GaAs dan InP, sedangakan
gabungan II dan VI misalnya CdTe dan ZnS.

2.3 Struktur Ikatan Atom Semikonduktor


Struktur ikatan atom bahan semikonduktor dapat diamati pada Silikon (Si),
Germanium (Ge) dan Galium Arsenida (GaAs). Hampir semua bahan semikonduktor
yang dibentuk memiliki struktur ikatan kovalen, baik pada semikonduktor elemental
maupun semikonduktor gabungan. Semikonduktivitas dapat terjadi dengan memberikan
energi maupun pengotor (dopping) sehingga pada ikatan kovalen yang sempurna akan
terbentuk hole atau kelebihan elektron, sehingga muncul sifat semikonduktor.
Kristal semikonduktor tersusun dari atom-atom yang letaknya saling berdekatan
dan saling berikatan satu sama lain membentuk suatu ikatan kristal yang disebut ikatan
kovalen. Sebagai ilustrasi dari model ikatan kristal tersebut, di bawah ini digambarkan
terbentuknya ikatan kristal pada bahan Silikon.

6
Gambar 2.3.1 Model Ikatan Kristal (a) Saat 0 K; (b) Saat > 0 K

Gambar 2.3.1 (a) menunjukan ilustrasi ikatan kovalen dari atom Silikon pada
kondisi temperature nol Kelvin, untuk kasus ini setiap atom Silikon menyumbangkan
satu elektron untuk tiap pasangan ikatan kovalen.
Apabila kristal semikonduktor tersebut diberi energi termal dengan kata lain
temperaturnya dinaikan, maka penambahan energi termal tersebut dapat menyebabkan
putusnya ikatan kovalen, hal ini dapat membangkitkan pasangan elektron-hole dimana
elektron tersebut dapat bebas dari keadaan valensi ke keadaan konduksi sedangkan
kekosongan yang ditinggalkan elektron akan menjadi hole seperti nampak pada gambar
2.3.1 (b).

2.4 Pita Energi Semikonduktor


Setiap atom penyusun kristal semikonduktor memiliki sejumlah elektron valensi
pada kulit terluarnya yang menempati keadaan valensi (gambar 2.4.1 (b)), keadaan
elektron valensi ini memiliki tingkat energi yang besarnya EV. Elektron valensi ini
berkontribusi pada pembentukan ikatan kovalen antara atom-atom penyusun kristal
semikonduktor. Sedangkan keadaan dimana elektron sudah terbebas dari ikatan kovalen
disebut keadaan konduksi dengan tingkat Energi EC (gambar 2.4.1 (a)). Apabila kristal
semikonduktor tersebut temperaturnya dinaikan maka akan ada penambahan energi
termal yang menyebabkan terputusnya ikatan kovalen yang terbentuk. Pemutusan ikatan
kovalen ini akan menghasilkan elektron bebas yang sudah dalam keadaan konduksi
dengan tingkat energi EC. Pada gambar 2.4.1 (c) diilustrasikan keadaan elektron
konduksi dimana setelah terjadinya pemutusan ikatan kovalen, elektron valensi pada
tingkat energy EV akan berpindah kekeadaan konduksi dengan tingkat Energi EC.
Selisih antara tingkat energi konduksi dengan tingkat energi valensi ini dinamakan
energi celah pita (energy gap) dimana energi gap tersebut merupakan energi minimal
yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan kovalen pada kristal semikonduktor.

7
Gambar 2.4.1 Model Pita Energi Semikonduktor

Tabel 2.4.1 Energi Gap Bahan Semikonduktor

2.5 Tipe Arus Listrik Semikonduktor


Keberadaan elektron dan hole pada semikonduktor akan mempengaruhi
karakteristik listrik pada bahan tersebut. Partikel yang menghantarkan arus dalam
semikonduktor adalah elektron dan hole. Ada dua jenis arus listrik yang terjadi pada
semikonduktor yaitu arus drift (hanyut) dan arus difusi.

2.5.1 Arus Drift (Hanyut)


Ketika semikonduktor diberi medan listrik E, maka partikel-partikel
bermuatan dalam semikonduktor tersebut akan bergerak (hanyut) dengan
laju yang berbanding lurus dengan medan listriknya.

8
2.5.2 Arus Difusi
Arus difusi terjadi akibat adanya perbedaan konsentrasi muatan
pembawa. Arus difusi akan mengalir dari daerah yang berkonsentrasi
tinggi ke daerah yang memiliki konsentrasi rendah. Arus difusi akan
sebanding dengan gradien konsentrasi yang dirumuskan :

2.6 Jenis Semikonduktor


Berdasarkan murni atau tidak murninya bahan, semikonduktor dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu semikonduktor intrinsik dan ekstrinsik.
2.6.1 Semikonduktor Intrinsik
Semikonduktor instrinsik (murni) adalah semi konduktor yang tidak
ataupun belum terkotori oleh atom-atom asing. Pada 0 K pita valensi
penuh, pita konduksi kosong sehingga bersifat sebagai isolator. Pada suhu
yang lebih tinggi misal pada suhu kamar ada lektron pada pita valensi yang
energinya melebihi energi gap sehingga dapat meloncat dari pita valensi ke

9
pita konduksi menjadi elektron bebas dengan meninggalkan kekosongan
pada pita valensi. Kekosongan ini disebut hole (lubang) dan dianggap
bermuatan positif sebesar muatan elektron.

Gambar 2.6.1.1 Saat Suhu Atom > 0 K

Bila mendapat cukup energi, misalnya berasal dari energi panas,


elektron dapat melepaskan diri dari ikatan kovalen dan tereksitasi
menyebrangi celah energi. Elektron valensi pada atom Ge lebih mudah
tereksitasi menjadi elektron bebas daripada elektron valensi pada atom Si,
karena celah energi Si lebih besar dari pada celah energi Ge. Elektron ini
bebas bergerak diantara atom. Sedangkan tempat kekosongan elektron
disebut hole. Dengan demikian dasar pita konduksi dihuni oleh elektron,
dan puncak pita valensi dihuni hole. Sekarang, kedua pita terisi sebagian,
dan daat menimbulkan arus netto bila dikenakan medan listrik. Hal
tersebut telah digambarkan pada Gambar 2.4.1 (c).
Jadi semikonduktor intrinsik pada suhu 0 K bersifat sebagai isolator,
dan pada suhu agak tinggi bersifat sebagai konduktor karena adanya
pembentukan pasangan-pasangan eletron bebas hole yang keduanya
berlaku sebagai pembawa ikatan.
Konsentrasi elektron pada semikonduktor intrinsik sama dengan
konsentrasi hole-nya yang dirumuskan :

2.6.2 Semikonduktor Ektrinsik


Bahan semikonduktor eksterinsik dibuat dari bahan semikonduktor
interinsik yang dikotori (doppoing) dengan memasukan atom asing
bervalensi 5 atau 3, untuk menyusun devais elektronik yang kaya akan satu
jenis pembawa muatan yaitu hole atau elektron saja, sehingga jumlah
elektron bebas atau lubang di pita konduksinya tidak seimbang. Karena
mendapatkan sejumlah tambahan elektron bebas, atau kekurangan elektron

10
bebas, maka bahan semikonduktor eksterinsik ini akan bersifat konduktor.
Bahan semikonduktor ekstrinsik ada 2 macam yaitu Tipe – N dan Tipe – P.
Konsentrasi pengotoran ini sangat kecil, dengan perbandingan atom
pengotor (asing) dengan atom asli berkisar antara 1 : 100 juta sampai
dengan 1 : 1 juta. Tujuan ini adalah agar bahan kaya akan satu jenis
pembawa muatan saja (Elektron bebas saja atau hole saja) dan untuk
memperbesar daya hantar listrik.
Semikonduktor ekstrinsik terbentuk melalui mekanisme doping,
yang dimaksudkan untuk mendapatkan electron valensi bebas dalam
jumlah lebih banyak dan permanen sehingga diharapkan akan dapat
menghantarkan listrik. Mekanisme ini dilakukan dengan jalan memberikan
atom pengotor ke bahan semikonduktor murni sehingga apabila atom
pengotor memiliki kelebihan electron valensi (valensi 5) akan terdapat
elektron bebas yang dapat berpindah. Apabila semikonduktor murni
diberikan pengotor dengan valensi kurang (valensi 3) maka akan terbentuk
area kosong (hole) yang menjadi pembawa muatan. Mekanisme ini
menentukan jenis semikonduktor yang dibentuk (tipe – N atau tipe – P)
2.6.2.1 Tipe – N
Semikonduktor dengan konsentrasi elektron lebih besar
dibandingkan konsentrasi hole disebut semikonduktor ekstrinsik
tipe – N yang dikotori oleh atom pentavalent yaitu, bahan kristal
dengan inti atom memiliki 5 elektron valensi, misalnya Posfor (P)
dan Arsenit (As).
Karena perbandingan atom pengotor dengan atom asli
sangat kecil, maka setiap atom pengotor (asing) dikelilingi oleh
atom-atom asli. Elektron valensi yang ke 5 dari atom pengotor
tidak terikat dalam ikatan kovalen sehingga menjadi elektron
bebas. Dengan demikian pada bahan ini jumlah elektron bebas
akan meningkat sesuai jumlah atom pengotornya sehingga
elektron bebas menjadi pembawa muatan mayoritas dan hole
(yang terbentuk akibat suhu) menjadi pembawa muatan minoritas.
Karena pembawa muatan mayoritasnya adalah elektron bebas,
sedang elektron bebas bermuatan negatif, maka semikonduktor
yang terbentuk diberi nama semi konduktor tipe – N. Dalam hal
ini N kependekan dari kata Negatif, yakni jenis muatan
mayoritasnya. Jadi tidak berarti bahwa semikonduktor ini
bermuatan negatif. Semikonduktor ini tetap netral.
Karena atom pengotor memberikan kelebihan elektron-
elektron dalam ikatan kovalen, maka disebut donor (atom donor).
Setelah donor memberikan kelebihan elektronnya, maka akan
menjadi ion positif.
Sebagai contoh pemberian atom pengotor fosfor yang
memiliki elektron valensi 5 pada semikonduktor silikon yang
bervalensi 4 akan menyebabkan adanya satu elektron yang tidak
terpasangkan untuk membentuk ikatan kovalen akibatnya elektron

11
ekstra ini dapat menyumbangkan pada konsentrasi elektron
keseluruhan.

Gambar 2.6.2.1.1 Kristal Silikon yang Diberi Pengotor Posfor

Konsentrasi elektron pada Si dan Ge dapat dinaikkan


dengan proses doping unsur valensi 5. Sisa satu elektron akan
menjadi elektron bebas, jika mendapatkan energi yang relatif
kecil saja (disebut sebagai energi ionisasi). Elektron ini akan
menambah konsentrasi elektron pada pita konduksi. Elektron
yang meninggalkan atom pengotor yang menjadi ion disebut
dengan elektron ekstrinsik. Keberadan impuriti donor
digambarkan dengan keadaan diskrit pada energi gap pada posisi
didekat pita konduksi.

Gambar 2.6.2.1.2 Pita Energi Semikonduktor Ektrinsik Tipe –


N

Penambahan atom donor telah menambah level energi pada


pita konduksi yang berada diatas energi gap sehingga
mempermudah elektron untuk menyebrang ke pita konduksi.
Pada suhu kamar sebagian besar atom donor terionisasi dan
elektronnya tereksitasi ke dalam pita konduksi. Sehingga jumlah
electron bebas (elektron intrinsik dan elektron ekstrinsik) pada
semikonduktor tipe – N jauh lebih besar dari pada jumlah hole
(hole intrinsik). Oleh sebab itu, elektron di dalam semikonduktor
tipe – N disebut pembawa muatan mayoritas, dan hole disebut
sebagai pembawa muatan minoritas.

12
2.6.2.2 Tipe – P
Semikonduktor tipe – P, dimana konsentrasi lubang lebih
tinggi dibandingkan electron yang dikotori oleh atom trivalent
yaitu, bahan kristal dengan inti atom memiliki 3 elektron valensi,
misalnya Boron (B) dan Galium (Ga).
Karena perbandingan atom pengotor dengan atom asli
sangat kecil, maka setiap atom pengotor hanya bervalensi 3 maka
hanya menyediakan 3 elektron dalam ikatan kovalen, sehingga ada
kekurangan (kekosongan = lubang = hole). Dengan demikian
pengotoran ini menyebabkan meningkatnya jumlah hole atau
dengan kata lain hole sebagai pembawa muatan mayoritas. Sedang
pembawa muatan moniritasnya adalah elektron bebas yang
terbentuk adalah elektron bebas yang terbentuk akibat suhu.
Karena pembawa muatan mayoritasnya hole, sedang hole
bermuatan positif maka semikonduktor Yang terbentuk disebut
semikonduktor tipe P. Dalam hal ini P kependekan dari kata positif,
yakni jenis muatan mayoritasnya. Jadi bukan berarti semikonduktor
ini bermuatan positif, tetapi semikonduktor ini tetap netral, seperti
halnya semikonduktor tipe – N.
Karena atom pengotor menyediakan kekurangan, maka
disebut aseptor (atom akseptor). Hole mudah diisi oleh elektron
dan elektron yang mengisi meninggalkan hole baru dan seterusnya
sehingga ada gerakan hole. Setelah hole diisi oleh elektron, aseptor
akan menjadi ion negatif.
Sebagai contoh apabila kristal Silikon diberi atom pengotor
Boron yang memiliki elektron valensi 3 maka akan terbentuk
ikatan kovalen yang tidak sempurna karena terdapat satu
kekosongan (hole) yang tidak terisi elektron. Sehingga dengan
demikian muatan pembawa pada kristal silikon yang telah diberi
pengotor Boron akan didominasi oleh muatan positif (hole)
sehingga kristal silikon akan bertipe – P (positif).

Gambar 2.6.2.2.1 Kristal Silikon yang telah diberi atom pengotor


Boron

13
Karena unsur tersebut hanya memiliki tiga elektron valensi,
maka terdapat satu kekosongan untuk membentuk ikatan kovalen
dengan atom induknya. Atom tersebut akan mengikat elektron dari
pita velensi yang berpindah ke pita konduksi. Dengan penangkapan
sebuah elektron tersebut, atom akseptor akan menjadi ion negatip.
Atom akseptor akan menempati keadaan energi dalam energi gap
di dekat pita valensi.

Gambar 2.6.2.1.2 Pita Energi Semikonduktor Ektrinsik Tipe –


P

Pada semikonduktor tipe – P, atom dari golongan III dalam


sistem periodik unsur misalnya Ga, dibubuhkan kedalam kristal
semikonduktor intrinsik. Oleh karena galium termasuk golangan III
dalam sistem periodik unsur, atom Ga memiliki tiga buah elektron
valensi. Akibatnya, dalam berikatan dengan atom silikon di dalam
kristal, Ga memerlukan satu elektron lagi untuk berpasangan
dengan atom Si. Oleh sebab itu atom Ga mudah menangkap
elektron, sehingga disebut akseptor. Jika ini terjadi atom akseptor
menjadi kelebihan elektron sehingga menjadi bermuatan negatif.
Dalam hal ini dikatakan atom akseptor terionkan. Ion akseptor ini
mempunyai muatan tak bebas, oleh karena tak bergerak dibawah
medan listrik luar. Ion Si yang elektronnya ditangkap oleh atom
akseptor terbentuk menjadi lubang, yang disebut lubang ekstrinsik.
Jelaslah bahwa pada semikonduktor tipe-p, lubang
merupakan pembawa muatan yang utama, sehingga disebut
pembawa muatan mayoritas. Disini elektron bebas merupakan
pembawa muatan minoritas.

2.6.2.3 P – N Junction
Jika kedua jenis semikonduktor ini (semikonduktor tipe – P
dan semikonduktor tipe – N) digabung menjadi satu maka pada
batas sambungan antara semikonduktor tipe – P dan tipe – N akan
terbentuk zona netral yang disebut buffer zone yang bersifat netral
dan isolator.
Elektron akan berdifusi menuju daerah tipe – P, dan
sebaliknya hole akan berdifusi menuju daerah tipe-n, sehingga
terbentuk daerah persambungan. Pada daerah persambungan ini
terbebas dari muatan mayoritas mayoritas, tetapi terjadi terjadi

14
dipole muatan sehingga timbul medan listrik dan terjadi potensial
halang.

Gambar 2.6.2.3.1 P – N Junctiion

Elektron bebas dari semikonduktor tipe N tidak dapat


melompati zona penyangga ini karena tidak memiliki cukup
energi. Jika sisi semikonduktor tipe P dan semikonduktor tipe N
dipasang sebuah batang konduktor (kaki), maka jadi lah sebuah
dioda.

Gambar 2.6.2.3.2 Diode

2.7 Pemanfaatan Semikonduktor


Semikonduktor merupakan terobosan dalam teknologi bahan listrik yang
memungkinkan pembuatan komponen elektronik dalam wujud mikro, sehingga
peralatan elektronik dapat dibuat dalam ukuran yang lebih kecil. Beberapa komponen
elektronik yang menggunakan bahan semikonduktor yaitu diode, transistor dan IC
(Integrated Circuit).
2.7.1 Diode
Diode merupakan peranti semikonduktor yang dasar. Diode
memiliki banyak tipe dan tiap tipe memiliki fungsi dan karakteristik
masing-masing.
Kata Diode berasal dari Di (Dua) & Ode (Elektrode), jadi Diode
adalah komponen yang memiliki dua terminal atau dua electrode yang
berfungsi sebagai penghantar arus listrik dalam satu arah. Dengan kata lain
diode bekerja sebagai Konduktor bila beda potensial listrik yang diberikan
dalam arah tertentu (Bias Forward) tetapi diode akan bertindak sebagai
Isolator bila beda potensial listrik diberikan dalam arah yang berlawanan
(Bias Reverse) Tipe dasar dari diode adalah diode sambungan P – N.

15
Gambar 2.7.1.1 Diode

2.7.2 Transistor
Transistor adalah komponen elektronik yang dibuat dari materi
semikonduktor yang dapat mengatur tegangan dan arus yang mengalir
melewatinya dan dapat berfungsi sebagai saklar elektronik dan gerbang
elektronik. Transistor dapat digunakan pada rangkaian switching,
rangkaian penguat, rangkaian osilasi, dan sensor.
Transistor yang umum digunakan dinamakan Bipolar Junction
Transistor (BJT) karena dirancang dari semi konduktor tipe N dan P yang
dihubungkan melalui penghubung (junction). Transistor BJT sendiri ada
dua jenis yaitu tipe – NPN dan tipe – PNP.

Gambar 2.7.2.1 Transistor

2.7.3 IC (Integrated Circuit)


Integrated Circuit merupakan komponen elektronik yang terdiri atas
beberapa terminal transistor yang tergabung membentuk gerbang. Masing
– masing gerbang dapat dioperasikan sehingga membentuk logika tertentu
yang dapat mengendalikan pengoperasian suatu perangkat elektronik.
Gabungan dari beberapa buah IC dan komponen lain dapat diproduksi
dengan menggunakan bahan semikonduktor dalam bentuk chip. Chip
multifungsi ini kemudian dikenal sebagai mikroprosesor yang berkembang
hingga sekarang.

Gambar 2.7.3.1 IC (Integrated Circuit)

16
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Bahan semikonduktor adalah bahan yang bersifat setengah konduktor
karena celah energi yang dibentuk oleh struktur bahan ini lebih kecil dari
celah energi bahan isolator tetapi lebih besar dari celah energi bahan
konduktor, sehingga memungkinkan elektron berpindah dari satu atom
penyusun ke atom penyusun lain dengan perlakuan tertentu terhadap bahan
tersebut. Oleh karena itu semikonduktor bisa bersifat setengah menghantar.
Umumnya bahan semikonduktor diklasifikasikan berdasarkan harga
resistivitas listriknya pada suhu kamar, yakni dalam rentang 10-2 - 109 Ωcm.
2. Terdapat dua jenis tipe semikonduktor yaitu semikonduktor intrinsik dan
semikonduktor ekstrinsik. Semikonduktor intrinsik merupakan
semikonduktor murni tanpa atom pengotor, sedangkan semikonduktor
ekstrinsik merupakan semikonduktor yang telah diberi atom pengotor.
Pemberian atom pengotor pada semikonduktor dapat menyebabkan
munculnya dominasi muatan pembawa. Apabila konsentrasi elektron lebih
banyak dari konsentrasi hole maka akan terbentuk semikonduktor tipe – N,
demikian pula sebaliknya bila hole lebih banyak dari elektron maka akan
terbentuk semikonduktor tipe – P.
3. Semikonduktor merupakan terobosan dalam teknologi bahan listrik yang
memungkinkan pembuatan komponen elektronik dalam wujud mikro,
sehingga peralatan elektronik dapat dibuat dalam ukuran yang lebih kecil.
Beberapa komponen elektronik yang menggunakan bahan semikonduktor
yaitu diode, transistor dan IC (Integrated Circuit).

17
DAFTAR PUSTAKA

Albert Paul Malvino, 2003. Prinsip – Prinsip Elektronika. Jakarta. Penerbit Salemba
Teknika.
PPT Elektronika Dasar. Bahan Semikonduktor. Jurusan Teknik Komputer Fakultas
Teknik Dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.
Kittel, C. 1976. Introduction to Solid State Physics. USA. John wiley & Sons.
Parno, Drs. 2002. Pendahuluan Fisika Zat Padat. Malang: FMIPA Universitas Negeri
Malang.
Setiawan, Agus,, M. Si., Rusdiana, Dadi, M. Si., dkk. 2007. Modul 4 – Semikonduktor.
Bandung. Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sutrisno. 1986. Elektronika Teori Dan Penerapannya. Bandung: ITB.
Wiendartun. Diktat Fisika Zat Padat I. UPI Bandung.
Yelfianhar, Ichwan. PPT Semikonduktor.

18

Anda mungkin juga menyukai