Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MATERIAL ENERGI

Semikonduktor Silikon dan Polimer/ Organik: LED, Dyes-Sensitized Solar Cell

(DSSC) Dan Fotovoltaik (Sel Surya)

Dosen Pengampu

Prof. Dr. Munasir, M.Si

Lydia Rohmawati, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh

Sandy Prayoga Febrianto NIM 20030224026

Diah Ayu Rahmawati NIM 20030224042

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah material energi yang berjudul Semikonduktor
Silikon Dan Polimer/ Organik: Led, Dyes-Sensitized Solar Cell (Dssc) Dan
Fotovoltaik (Sel Surya)

Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Munasir, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing mata kuliah Material
Energi.

2. Ibu Lydia Rohmawati, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing mata kuliah
Material Energi.

Kami sangat menyadarai apabila dalam makalah ini masih terdapat


kekurangan. Oleh karena itu kami sebagai penyusun memerlukan saran dan
masukan sehingga makalah ini bisa lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini
bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, 30 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ...................................................................................................... 2
1.2. Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
2.1. Struktur dan Prinsip Kerja DSSC .............................................................. 3
2.2. Sel Surya Anorganik ................................................................................. 3
2.3. Semikonduktor Silikon pada Solar Cell .................................................... 4
2.4. Semikonduktor Polimer pada Solar Cell ................................................... 5
2.5. Semikonduktor Silikon pada LED ............................................................ 6
2.6. Semikonduktor Polimer pada LED ........................................................... 7
2.7. Semikonduktor Polimer pada DSSC ......................................................... 8
BAB III HASIL REVIEW ................................................................................. 6
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dye Sensitized Solar Cells (DSSC) merupakan solar sel generasi ke-3 yang ditemukan
tahun 1991 oleh Michael Graetzel (O’regan dan Graetzel, 1991). DSSC menarik perhatian
kalangan akademis maupun industri karena menawarkan solusi energi terbarukan dengan
tingkat polusi yang rendah, ramah lingkungan dan biaya produksi listrik yang murah. DSSC
dengan dye ruthenium sudah mencapai efisiensi yang tinggi, lebih dari 13%. Kelemahan
DSSC dengan dye jenis ruthenium adalah jumlahnya sedikit di alam dan tidak ramah
lingkungan karena beracun, sehingga menjadi pertimbangan untuk dapat diaplikasikan pada
DSSC dalam skala besar (Dahyunir et al., 2016). DSSC sangat penting dikembangkan lebih
jauh kerena memungkinkan untuk menghasilkan efisiensi tinggi dengan biaya produksi
murah. Pengembangan DSSC menggunakan perwarna alami sebagai sensitizer yang berperan
sebagai penyerap foton dari sinar matahari atau lampu dan mengubahnya menjadi arus listrik.
Jenis-jenis perwarna seperti logam, organik dan alami biasanya digunakan sebagai sensitizer
(Cari, 2014).
Negara Indonesia telah menyongsong perkembangan negaranya. Saat ini Indonesia
memasuki era 4.0 yang ditandai dengan berkembangnya bidang teknologi dan internet.
Sehingga pemanfaatan energi listrik semakin meningkat. Berdasarkan data dari Kementrian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Pada tahun 2021 kosumsi listrik perkapita negara
Indonesia sebesar 1.123 kWh kemudian mengalami peningkatan 4,45 % di tahun 2022
sebesar 1,173 kWh (Kementrian ESDM, 2022). Hal ini dikarenakan masa transisi dari
pandemi menuju ke endemi yaitu aktivitas masyarakat Indonesia kembali pulih dan terus
meningkat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga sangat diperlukan sumber energi
alternatif yang dapat terus diperbaharui untuk memenuhi kebutuhan energi listrik hingga
generasi yang akan mendatang.
Sinar matahari merupakan sumber daya alam yang memiliki potensi besar dan banyak
menarik para ilmuan di dunia (Pinem et al.,2017). Sebagian besar para peneliti melakukan
penelitian terkait Dye Sensitized Solar Cell (DSSC). DSSC merupakan salah satu kandidat
potensial energi sel surya pada masa yang akan datang dan menjadi salah satu topik yang
banyak diperbincangkan dikalangan para peneliti. DSSC dianggap dapat menciptakan energi
listrik yang berbasis Solar Cell generasi ketiga dengan kelebihan memiliki harga yang murah
dengan manufaktur sederhana (Ernawita et al.,2017). DSSC tentunya berbeda dengan sel
surya konvensional, dimana dalam proses sel surya konvensional melibatkan material
silikonnya. Pada DSSC separasi muatan listrik terpisah dengan penyerapan cahaya. Pada
proses absorbsi cahaya dilakukan oleh molekul dye (Pinem et al.,2017). Pada proses separasi
muatan listrik dilakukan oleh inorganik semikonduktor nanokristal dengan band gap yang
lebar, hal ini akan berdampak pada hasil reaksi fotokatalis dan lebarnya absorbsi cahaya.
Sehingga dye yang terserap akan semakin banyak. Sehingga berdasarkan latar belakang
tersebut, makalah ini untuk menganalisis dan mengetahui terkait semikonduktor Silikon dan
Polimer/ Organik: Led, Dyes-Sensitized Solar Cell (Dssc) dan Fotovoltaik (Sel Surya).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
2

1. Bagaimana konsep semikonduktor Silikon dan Polimer/ Organik sebagai LED Dyes-
Sensitized Solar Cell (Dssc) dan Fotovoltaik (Sel Surya)?
2. Bagaimana jenis-jenis semikonduktor Silikon dan Polimer/ Organik sebagai LED
Dyes-Sensitized Solar Cell (Dssc) dan Fotovoltaik (Sel Surya)?
1.3.Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis konsep semikonduktor Silikon dan Polimer/ Organik sebagai LED
Dyes-Sensitized Solar Cell (Dssc) dan Fotovoltaik (Sel Surya).
2. Menganalisis jenis-jenis semikonduktor Silikon dan Polimer/ Organik sebagai LED
Dyes-Sensitized Solar Cell (Dssc) dan Fotovoltaik (Sel Surya).
1.4.Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini penyusun berharap makalah ini dapat menambah
informasi dan wawasan pembaca mengenai penjelasan, konsep, serta cara menganalisis
semikonduktor Silikon dan Polimer/ Organik sebagai LED Dyes-Sensitized Solar Cell (Dssc)
dan Fotovoltaik (Sel Surya).
3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Struktur dan Prinsip Kerja DSSC
DSSC mempunyai struktur berlapis yang terdiri atas elektroda kerja (working electrode),
elektroda pembanding (counter electrode), lapisan semikonduktor, lapisan aktif dye dan
larutan elektrolit (Siagian & Samaria, 2021). Elektroda kerja dan elektroda pembanding pada
DSSC terbuat dari substrat kaca yang telah dilapisi material kaca konduktif dan transparan
TCO (Transparant Conductive Oxide), umumnya digunakan Indium Tin Oxide (ITO) atau
Fluorine Tin Oxide (FTO) (Andari & Abrini, 2018). Semikonduktor berfungsi menyerap dan
meneruskan foton menjadi elektron. Fotoanoda dari kaca TCO dilapisi semikonduktor band
gap tinggi seperti TiO2, ZnO, SnO2, Nb2O5 dan ditumbuhkan dengan berbagai metode
seperti doctor blade, screen printing, electroposition, spin coating, tape casting, atau dip
coating (Dahlan et al., 2016). TiO2 memiliki lebar pita (Eg) sebesar 3,2 eV, sehingga cocok
untuk panjang gelombang ultraviolet (Nuraeni et al., 2021). Lapisan semikonduktor dapat
memperbanyak elektron yang mengalir pada ruang reaksi dan absorbansi oleh pewarna.
Absorbansi pewarna terjadi bergantung pada kekuatan elektron yang terikat dalam molekul.
Ketika foton dari sinar matahari dipancarkan pada permukaan sel surya, energi foton diserap
oleh elektron dari bahan semikonduktor, sehingga elektron tereksitasi dari pita valensi ke pita
konduksi (Eliyana et al., 2020).
Elektroda kerja dilapisi oleh semikonduktor yang tersensitisasi oleh molekul zat pewarna
(dye) dari klorofil dan antosianin. Dye berfungsi sebagai penangkap foton cahaya.
Performansi DSSC dipengaruhi oleh banyaknya pewarna yang terserap pada subtrat kaca ITO
yang telah terdeposisi lapisan TiO2 dan luas penampang. Semakin banyak pewarna yang
terserap, semakin baik performansi dari DSSC. Tinggi rendahnya efisiensi ditentukan oleh
tegangan yang dihasilkan. Arus ditentukan oleh proses transfer elektron di dalam DSSC
(Nuraeni et al., 2021).

2.2. Sel Surya Anorganik


Sel Surya Anorganik Sel surya anorganik disusun dengan menggabungkan silikon
jenis p dan jenis n. Silikon jenis p yakni silikon yang bersifat positif karena
kekurangan elektron, sedangkan silikon jenis n adalah silikon yang bersifat negatif akibat dari
kelebihan elektron. Ilmuwan Prancis, Edmund Becquerel pada tahun 1839
menemukan bahwa cahaya yang jatuh pada materi tertentu dapat menyebabkan percikan
listrik yang dikenal dengan photoelectric effect, sehingga muatan ini dapat diperbanyak
untuk menghasilkan arus listrik. Pada tahun 1954, peneliti Bell Telephone menemukan
pertama kali sel surya silikon berbasis p-n junctiondengan efisiensi 6%. Saat ini, sel surya
silikon mendominasi pasar sel surya dengan pangsa pasar sekitar 82% dengan efisiensi
lab dan komersil berturut-turut sebesar 24,7% dan 15%, yang berkekuatan lima kali
lebih besar daripada sel selenium terbaik. Saat ini, total kebutuhan energi di seluruh
dunia mencapai 10 Terra Watt (setara dengan 3 x 1020 Joule/ tahun) dan diprediksi
jumlah ini akan terus meningkat hingga mencapai 30 Terra Watt pada tahun 2030.
Sementara, total energi matahari yang sampai di permukaan bumi adalah 2,6 x 1024
Joule setiap tahunnya. Sebagai perbandingan, energi yang bisa dikonversi melalui
prosesfotosintesis di seluruh permukaan bumi mencapai 2,8 x 1021J setiap tahunnya.
Dapat diperkirakan bahwa jumlah energi yang dibutuhkan dan dibandingkan dengan
4

energi matahari di permukaan bumi, sebenarnya mampu menutup 0,05% luas permukaan
bumi (total luas permukaan bumi adalah 5,1108 km2) dengan sel surya yang memiliki
efisiensi 20%.
2.3. Semikonduktor Silikon pada Solar Cell
Single crystalline silicon (c-Si) adalah jenis silikon yang memiliki struktur kristal tunggal
(single crystal) atau disebut juga mono-silikon. c-Si memiliki keunggulan dalam kinerja
perangkat semikonduktor dibandingkan dengan jenis silikon lainnya seperti polycrystalline
silicon atau amorphous silicon, karena memiliki sifat listrik yang lebih stabil dan efisien. c-Si
biasanya digunakan dalam pembuatan sel surya dan perangkat semikonduktor lainnya yang
memerlukan kinerja yang tinggi. Namun, pembuatan c-Si sangat mahal dan memerlukan
proses produksi yang rumit dan sulit sehingga c-Si umumnya digunakan dalam aplikasi yang
memerlukan kualitas tinggi dan bukan pada aplikasi yang memerlukan biaya produksi rendah.
Multicrystalline silicon (mc-Si) adalah jenis silikon yang terdiri dari banyak kristal kecil
yang saling berhubungan dan terbentuk dalam sebuah blok atau wafer. Secara umum, mc-Si
lebih murah dan lebih mudah diproduksi daripada single crystalline silicon (c-Si), namun
mempunyai performa yang sedikit lebih rendah dalam penghasilan daya listrik. Dalam
pembuatan sel surya, mc-Si umumnya digunakan untuk membuat wafer sel surya yang lebih
besar, dengan biaya produksi yang lebih rendah dan efisiensi yang cukup baik. Selain
digunakan dalam pembuatan sel surya, mc-Si juga dapat digunakan dalam aplikasi perangkat
semikonduktor lainnya seperti dioda, transistor, dan sensor.
Amorphous silicon (a-Si) adalah jenis silikon yang tidak memiliki struktur kristal
tunggal, melainkan memiliki struktur amorf atau tidak beraturan secara kristal. a-Si memiliki
sifat listrik yang lebih lemah dan tidak stabil dibandingkan dengan single crystalline silicon
(c-Si) atau multicrystalline silicon (mc-Si). Namun, keunggulan dari a-Si adalah proses
produksi yang lebih murah dan lebih mudah, karena a-Si dapat dibuat dengan menggunakan
teknik pengendapan uap atau deposisi uap kimia (chemical vapor deposition/CVD) pada
permukaan bahan dasar seperti kaca atau logam. a-Si biasanya digunakan dalam pembuatan
sel surya dengan teknologi film tipis (thin-film solar cell) dan perangkat elektronik lainnya
seperti layar tampilan (display) dan sensor.
Hydrogenated amorphous silicon (a-Si:H) adalah jenis amorphous silicon (a-Si) yang
dimodifikasi dengan menambahkan atom hidrogen (H) pada struktur a-Si. Penambahan atom
hidrogen ini dapat meningkatkan sifat listrik dan kinerja a-Si, sehingga a-Si:H lebih sering
digunakan dalam pembuatan sel surya dan perangkat elektronik lainnya. Sel surya a-Si:H
biasanya digunakan dalam teknologi film tipis (thin-film solar cell) yang memiliki biaya
produksi yang lebih rendah dan dapat dibuat dalam bentuk yang lebih fleksibel. Selain itu, a-
Si:H juga digunakan dalam perangkat seperti layar tampilan (display) dan sensor yang
memerlukan bahan dasar dengan kinerja listrik yang baik. Efisiensi yang dimiliki relatif
rendah dibandingkan bahan lain seperti silikon kristal, hal ini dikarenakan sensitivitas
terhadap variasi suhu. Cadmium telluride (CdTe) adalah salah satu jenis bahan semikonduktor
yang digunakan dalam pembuatan sel surya. CdTe memiliki struktur kristal tetragonal dan
memiliki sifat listrik yang cukup baik, sehingga CdTe dapat menghasilkan efisiensi konversi
energi surya yang tinggi dalam sel surya. Sel surya CdTe biasanya dibuat dengan teknologi
film tipis (thin-film solar cell), yang dapat diproduksi dengan biaya rendah dan dapat dibentuk
dalam bentuk yang lebih fleksibel dibandingkan sel surya berbasis silikon. Meskipun CdTe
5

dapat menghasilkan daya yang tinggi, penggunaannya dalam sel surya masih kontroversial
karena kandungan kadmiumnya yang beracun. Oleh karena itu, penanganan dan pembuangan
CdTe harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mencemari lingkungan.

Copper indium diselenide (CuInSe2) adalah salah satu jenis bahan semikonduktor yang
digunakan dalam pembuatan sel surya. CuInSe2 merupakan bahan yang tergolong dalam
kelompok chalcopyrite, dan memiliki sifat listrik yang cukup baik untuk menghasilkan
efisiensi konversi energi surya yang tinggi. Sel surya CuInSe2 biasanya dibuat dengan
teknologi film tipis (thin-film solar cell) dan memiliki keunggulan dalam biaya produksi yang
lebih rendah dan efisiensi yang tinggi. Selain digunakan dalam pembuatan sel surya, CuInSe2
juga dapat digunakan dalam perangkat elektronik lainnya seperti transistor, LED, dan sensor.
Namun, produksi CuInSe2 masih sulit dan mahal, sehingga penggunaannya masih terbatas
pada aplikasi yang memerlukan kinerja yang tinggi.

Copper Indium Gallium diselenide (CuInxGa1-xSe2 atau CIGS) adalah jenis bahan
semikonduktor yang digunakan dalam pembuatan sel surya film tipis (thin-film solar cell).
CIGS terdiri dari campuran unsur tembaga (Cu), indium (In), gallium (Ga), dan selenium (Se)
dengan komposisi yang dapat diatur melalui teknik pengendapan uap atau deposisi uap kimia
(chemical vapor deposition/CVD). Campuran unsur-unsur ini dapat mempengaruhi sifat
listrik dan optik dari bahan CIGS, sehingga dapat menghasilkan efisiensi konversi energi
surya yang tinggi pada sel surya yang dibuat dari CIGS.Sel surya CIGS memiliki beberapa
keunggulan, antara lain efisiensi yang tinggi, stabilitas yang baik, dan fleksibilitas dalam
pembuatan. Selain itu, CIGS juga lebih ramah lingkungan dibandingkan sel surya berbasis
silikon, karena dapat diproduksi dengan bahan dasar yang terbarukan dan tidak mencemari
lingkungan.Meskipun memiliki keunggulan yang cukup baik, produksi sel surya CIGS masih
relatif mahal dan sulit, sehingga penggunaannya masih terbatas pada aplikasi tertentu yang
memerlukan kinerja yang tinggi. Namun, penelitian terus dilakukan untuk meningkatkan.
2.4. Semikonduktor Polimer pada Solar Cell
Semikonduktor polimer perovskite adalah jenis bahan semikonduktor organik yang
memiliki struktur kristal perovskite seperti halnya pada bahan semikonduktor anorganik.
Bahan ini memiliki sifat-sifat elektronik yang mirip dengan bahan semikonduktor anorganik,
seperti konduktivitas listrik dan konduktivitas optik yang baik, sehingga dapat digunakan
sebagai bahan aktif dalam sel surya. Sel surya berbasis polimer perovskite memiliki efisiensi
konversi energi surya yang tinggi, yaitu mencapai lebih dari 25%, sehingga menjadi alternatif
yang menjanjikan untuk pengembangan sel surya yang lebih murah dan efisien.
6

Gambar 2.4 Semikonduktor Polimer Perovskite

Selain diaplikasikan dalam pembuatan sel surya, semikonduktor polimer perovskite juga
dapat digunakan dalam berbagai aplikasi optoelektronik, seperti LED, fotodetektor, dan
sensor. Kelebihan lain dari semikonduktor polimer perovskite adalah mudah dalam
pembuatan dan dapat diproduksi dengan biaya yang relatif murah, karena dapat dihasilkan
melalui teknik pengendapan larutan (solution deposition) atau pencetakan semikonduktor
(semiconductor printing). Meskipun memiliki keunggulan yang cukup baik, semikonduktor
polimer perovskite masih memiliki beberapa tantangan, seperti stabilitas dan durabilitas yang
masih perlu ditingkatkan. Namun, penelitian terus dilakukan untuk mengatasi tantangan
tersebut dan meningkatkan kinerja serta aplikasi dari semikonduktor polimer perovskite.
2.5. Semikonduktor Silikon pada LED
Semikonduktor silikon digunakan dalam pembuatan LED (Light Emitting Diode) sebagai
bahan dasar untuk lapisan p-n junction. Lapisan p-n junction pada LED terdiri dari lapisan
semikonduktor tipe p (berbeban positif) dan tipe n (berbeban negatif) yang bertemu di satu
titik. Ketika dihubungkan dengan sumber listrik, elektron dari lapisan n akan bergerak ke
lapisan p dan bereaksi dengan lubang (hole) pada lapisan p, menghasilkan radiasi foton yang
kemudian dikeluarkan sebagai cahaya. Pada LED berwarna merah, bahan dasar yang
digunakan untuk lapisan p-n junction adalah GaAsP (Gallium Arsenide Phosphide) yang
digunakan sebagai lapisan aktif.pada LED berwarna hijau dan biru, bahan dasar yang
digunakan untuk lapisan aktif adalah GaN (Gallium Nitride) yang memiliki efisiensi konversi
energi yang lebih tinggi daripada GaAsP. Selain GaN, material lain seperti SiC (Silicon
Carbide) dan AlGaN (Aluminum Gallium Nitride) juga digunakan sebagai bahan aktif pada
LED berwarna biru dan putih.
2.5.1 GaAsP (Gallium Arsenide Phosphide)
GaAsP (Gallium Arsenide Phosphide) adalah bahan semikonduktor padat yang terdiri
dari campuran antara gallium (Ga), arsenik (As), dan fosforus (P). Bahan ini memiliki struktur
kristal yang sama dengan GaAs (Gallium Arsenide) yang merupakan bahan dasar untuk
pembuatan dioda laser dan LED berwarna merah. Namun, dengan adanya fosforus ke dalam
campuran GaAs, maka spektrum radiasi yang dihasilkan dapat digeser ke arah merah yang
lebih panjang, sehingga dapat digunakan untuk pembuatan LED berwarna merah yang lebih
efisien.GaAsP memiliki efisiensi konversi energi yang tinggi dan stabilitas yang baik dalam
kondisi suhu tinggi, sehingga banyak digunakan dalam industri elektronik, khususnya untuk
pembuatan dioda laser dan LED berwarna merah. Selain itu, GaAsP juga digunakan dalam
aplikasi fotovoltaik untuk menghasilkan energi listrik dari sinar matahari. Namun,
penggunaan GaAsP terbatas pada warna merah dan infra-merah, sehingga tidak dapat
digunakan untuk pembuatan LED berwarna biru dan putih. Untuk LED berwarna biru dan
putih, bahan dasar yang digunakan adalah GaN (Gallium Nitride) atau campuran antara GaN
dengan InGaN (Indium Gallium Nitride) atau AlGaN (Aluminum Gallium Nitride).
2.5.2 GaN (Gallium Nitride)
GaN (Gallium Nitride) adalah bahan semikonduktor padat yang terdiri dari campuran
antara gallium (Ga) dan nitrogen (N). Bahan ini memiliki struktur kristal wurtzite dan
merupakan salah satu bahan semikonduktor dengan potensi yang sangat besar dalam aplikasi
optoelektronik, khususnya untuk pembuatan LED berwarna biru dan putih. GaN memiliki
efisiensi konversi energi yang tinggi dalam mengubah listrik menjadi cahaya, serta memiliki
7

karakteristik optoelektronik yang unggul seperti waktu respon yang cepat dan kecerahan yang
tinggi. Bahan ini juga tahan terhadap suhu tinggi dan radiasi sinar UV, sehingga cocok untuk
digunakan pada aplikasi yang memerlukan stabilitas termal dan lingkungan yang keras. Pada
LED berwarna biru dan putih, GaN digunakan sebagai bahan aktif pada lapisan p-n junction
yang menghasilkan radiasi foton dengan panjang gelombang biru atau ultraviolet yang
kemudian dikonversi menjadi cahaya putih oleh fosfor konversi yang disematkan di atasnya.
Selain itu, GaN juga digunakan pada pembuatan dioda laser, transistor daya, dan komponen
semikonduktor lainnya. GaN dikembangkan sebagai alternatif pengganti bahan dasar LED
berwarna biru dan putih sebelumnya yang menggunakan bahan dasar yang kurang efisien
seperti SiC (Silicon Carbide) dan ZnSe (Zinc Selenide). Pada saat ini, teknologi
pengembangan GaN semakin maju dan terus dikembangkan untuk menghasilkan LED yang
lebih efisien, hemat energi, dan ramah lingkungan.
2.5.3 SiC (Silicon Carbide)
SiC adalah bahan dasar untuk pembuatan komponen semikonduktor seperti dioda,
transistor, dan thyristor. SiC memiliki karakteristik yang unggul seperti daya tahan yang
tinggi terhadap suhu tinggi dan tegangan listrik yang besar, serta memiliki efisiensi konversi
energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan dasar semikonduktor lainnya seperti
silikon. Oleh karena itu, SiC sering digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan kinerja
yang tinggi dan lingkungan yang keras seperti dalam industri otomotif dan pesawat terbang.
2.5.4 AlGaN (Aluminum Gallium Nitride)
AlGaN adalah bahan semikonduktor padat yang terdiri dari campuran antara aluminum
(Al), gallium (Ga), dan nitrogen (N). Bahan ini memiliki spektrum radiasi yang lebih lebar
dan efisiensi konversi energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan GaN murni, sehingga
cocok untuk digunakan dalam aplikasi LED dan dioda laser berwarna biru dan ultraviolet.
Selain itu, AlGaN juga memiliki karakteristik optoelektronik yang unggul seperti waktu
respon yang cepat, kontras yang tinggi, dan kecerahan yang baik.
2.6 Semikonduktor polimer pada LED
2.6.1 OLED
Semikonduktor yang digunakan pada OLED (Organic Light Emitting Diode) adalah jenis
semikonduktor organik yang memiliki kemampuan untuk menghantarkan arus listrik dan
menghasilkan cahaya saat diberikan tegangan listrik. Dalam OLED, semikonduktor organik
digunakan sebagai lapisan penghantar listrik dan lapisan pengemisi cahaya. Beberapa jenis
semikonduktor organik yang umum digunakan pada OLED antara lain:
1. Polianilin: merupakan semikonduktor organik yang memiliki konduktivitas listrik
yang tinggi dan dapat dihasilkan dalam bentuk lapisan tipis dengan metode deposisi
kimia. Namun, polianilin memiliki kelemahan yaitu mudah teroksidasi dan mudah
mengalami degradasi.
2 Poliparafenilen (PPP): merupakan semikonduktor organik yang memiliki
konduktivitas listrik yang baik dan stabilitas yang relatif tinggi dibandingkan dengan
polianilin. Namun, PPP memiliki efisiensi cahaya yang masih rendah.
3 Polyfluoren (PF): merupakan semikonduktor organik yang memiliki efisiensi cahaya
yang tinggi dan stabilitas termal yang baik. Selain itu, PF dapat dicetak dengan teknik
pencetakan sederhana dan fleksibel.
8

4 Polimetilmetakrilat (PMMA): merupakan semikonduktor organik yang digunakan


sebagai lapisan pelindung pada OLED. PMMA memiliki sifat transparan dan dapat
membantu melindungi lapisan OLED dari udara dan kelembaban.
Keuntungan dari penggunaan semikonduktor organik pada OLED adalah biaya produksi yang
lebih rendah, fleksibilitas dalam desain, dan konsumsi energi yang rendah. Namun,
semikonduktor organik masih memiliki beberapa kelemahan seperti umur pakai yang terbatas
dan efisiensi cahaya yang masih relatif rendah dibandingkan dengan LED konvensional.
2.7 Semikonduktor polimer pada DSSC
Semikonduktor polimer juga dapat digunakan dalam DSSC (Dye-Sensitized Solar Cell),
yaitu jenis sel surya yang menggunakan lapisan semikonduktor sensitif terhadap warna untuk
menangkap cahaya matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik. Dalam DSSC,
semikonduktor polimer digunakan sebagai lapisan penghantar elektron antara elektroda dan
lapisan sensitif terhadap warna. Semikonduktor polimer yang umum digunakan dalam DSSC
adalah polimer konduktif seperti polianilin dan politetrafluoroetilena (PTFE), yang memiliki
sifat konduktivitas listrik yang baik dan stabilitas yang tinggi.
Keuntungan dari penggunaan semikonduktor polimer dalam DSSC adalah biaya
produksi yang lebih rendah dan kemampuan untuk dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran
yang fleksibel. Selain itu, semikonduktor polimer juga dapat meningkatkan efisiensi konversi
energi matahari menjadi energi listrik dalam DSSC. Namun, semikonduktor polimer juga
memiliki kelemahan, seperti stabilitas termal yang rendah dan umur pakai yang terbatas
dibandingkan dengan semikonduktor anorganik. Oleh karena itu, pengembangan
semikonduktor polimer yang lebih stabil dan efisien masih menjadi tantangan dalam
pengembangan teknologi DSSC.

Gambar 2.7 Susunan DSSC


2.7.1 Semikonduktor Silikon TiO2
Titanium Dioxide (TiO2) merupakan salah satu semikonduktor yang memiliki band
gap lebar yang sering digunakan pada DSSC. TiO2 memiliki selisih band gap lebar lebar yaitu
sebesar 3.2 eV (energi celah) dengan rentang -1,2 eV – 2.0 eV. Kelebihan dari bahan
semikonduktor TiO2 ini dikarenakan inert (suatu senyawa atau zat tahan terhadap reaksi
kimia), tidak berbahaya, dan semikonduktor yang murah. Pada aplikasinya dalam DSSC TiO 2
harus memiliki permukaan yang luas sehingga dye yang teradsorbsi lebih banyak yang
hasilnya akan meningkatkan arus. Selain itu penggunaan bahan dye yang mampu menyerap
spektrum cahaya yang lebar dan cocok dengan pita energi TiO 2.
2.7.2 Semikonduktor Silikon ZnO
Sampai saat ini, bahan yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik adalah
silikon, namun bahan silikon sangatlah mahal untuk digunakan secara terus menerus kita
9

gunakan. ZnO merukapan bahan semikonduktor alternatif menggantikan silikon, namun


belum dapat menghasilkan efisiensi yang lebih baik sehingga untuk meningkatkan efisiensi
bahan tersebut dibutuhkan pencampuran material semikonduktor lain yang memiliki pita
celah energi yang besar sehingga dapat meningkatkan efisiensi sel surya organik. Band gap
ZnO bernilai 3,37 pada temperatur ruangan. ZnO juga termasuk material bahan paduan dalam
golongan II dan VI antara logam dan oksida. ZnO diakui sebagai salah satu material
semikonduktor yang paling menjanjikan karena mempunyai sifat optik, listrik dan
piezoelectric (muatan listrik yang terakumulasi dalam bahan padat tertentu) yang baik
(Fatiatun,2015).
2.7.3 Semikonduktor Silikon SnO2
SnO2 memiliki stabilitas terhadap sinar UV karena band gap 3.6-3,8 eV lebih besar dari TiO2
sebesar 3.2 eV. SnO2 murni menunjukkan hasil photovoltage rendah. Material ini sangat
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai elektroda konduktif pada solar cell. Nilai optical band
gap nanopartikel SnO2 pada temperatur 550 derajad celcius sekitar 4,3 eV jika dibandingkan
dengan bulknya yang mempunyai nilai 3,78 eV (Naje et al, 2013)
2.7.4 Semikonduktor Polimer Polianilin
Polianilin adalah salah satu jenis semikonduktor polimer yang paling banyak dipelajari
dan digunakan. Polianilin dapat menghantarkan listrik dalam keadaan teroksidasi atau
tereduksi, sehingga memiliki sifat konduktivitas elektrik yang dapat diatur. Polianilin
memiliki beberapa keunggulan, seperti biaya produksi yang rendah, kemudahan dalam
sintesis dan pengolahan, serta kemampuan untuk diubah menjadi berbagai bentuk dan ukuran.
Selain itu, polianilin juga memiliki stabilitas kimia dan kekuatan mekanik yang baik.
Polianilin digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti baterai, kapasitor, sensor, dan sel surya.
Dalam sel surya, polianilin digunakan sebagai lapisan penghantar elektron, yang mengalirkan
arus listrik dari lapisan sensitif cahaya ke elektroda. Namun, polianilin juga memiliki
kelemahan, seperti stabilitas termal yang rendah, reaktivitas yang tinggi terhadap oksigen dan
kelembaban, serta konduktivitas listrik yang rendah dalam keadaan tak teroksidasi. Oleh
karena itu, pengembangan polianilin yang lebih stabil dan efisien masih menjadi tantangan
dalam pengembangan teknologi semikonduktor polimer.
2.7.5 Semikonduktor Polimer Politetrafluoroetilena (PTFE)
Politetrafluoroetilena (PTFE) adalah semikonduktor polimer yang memiliki sifat
konduktivitas listrik yang baik dan stabil terhadap kondisi lingkungan, seperti oksigen dan
kelembaban. PTFE memiliki struktur yang terdiri dari rantai panjang molekul yang terdiri dari
karbon dan fluor. PTFE sering digunakan sebagai lapisan penghantar elektron dalam berbagai
aplikasi elektronik, termasuk DSSC (Dye-Sensitized Solar Cell), sensor, dan kapasitor. Dalam
DSSC, PTFE digunakan sebagai lapisan penghantar elektron yang mengalirkan arus listrik
dari lapisan sensitif cahaya ke elektroda. Keuntungan dari penggunaan PTFE dalam DSSC
adalah kemampuan untuk menghasilkan struktur yang berpori dan fleksibel, yang dapat
meningkatkan efisiensi konversi energi matahari menjadi energi listrik. Selain itu, PTFE juga
memiliki stabilitas termal dan kimia yang baik, serta biaya produksi yang rendah. Namun,
PTFE juga memiliki kelemahan, seperti konduktivitas listrik yang rendah dalam keadaan tak
teroksidasi, sehingga membutuhkan pengolahan lanjutan untuk meningkatkan konduktivitas
listriknya. Selain itu, PTFE juga memiliki keterbatasan dalam hal transparansi optik, yang
dapat mengurangi efisiensi penyerapan cahaya dalam DSSC. Oleh karena itu, pengembangan
10

PTFE yang lebih stabil dan efisien masih menjadi tantangan dalam pengembangan teknologi
semikonduktor polimer.
11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah disusun dapat disimpulkan bahwa Semikonduktor
berfungsi menyerap dan meneruskan foton menjadi elektron. Elektroda kerja dilapisi oleh
semikonduktor yang tersensitisasi oleh molekul zat pewarna (dye) dari klorofil dan
antosianin. Sel Surya Anorganik Sel surya anorganik disusun dengan menggabungkan
silikon jenis p dan jenis n. Jenis p bermuatan positif, dan n bermuatan negatif. Jenis – jenis
semikonduktor silikon pada solar cell terdiri dari Single crystalline silicon (c-Si),
multicrystalline silicon (mc-Si), amorphous silicon (a-Si), hydrogenated amorphous silicon
(a-Si:H), copper indium diselenide (CuInSe2), Copper Indium Gallium diselenide (CuInxGa1-
xSe2 atau CIGS). Jenis semikonduktor polimer pada solar cell adalah semikonduktor polimer
perovskite. Jenis semikonduktor silikon pada LED terdiri dari GaAsP (Gallium Arsenide
Phosphide), GaN (Gallium Nitride), SiC (Silikon Carbon), dan AlGaN (Aluminum Gallium
Nitride). Jenis semikonduktor polimer pada LED OLED terdiri dari Polianilin, Poliparafenilen
(PPP), Polyfluoren (PF), dan Polimetilmetakrilat (PMMA). Jenis Semikonduktor polimer
pada DSSC Semikonduktor Silikon TiO2, Semikonduktor Silikon ZnO, Semikonduktor
Silikon SnO2, Semikonduktor Polimer Polianilin, dan Semikonduktor Polimer
Politetrafluoroetilena (PTFE)

.
12

DAFTAR PUSTAKA

Adedokun, O. Adedeji, O. L. Bello, I. T. Awodele, M. K. Awodugba, A. O. 2021. Fruit Peels


Pigment Extract as a Photosensitizer in ZnO Based Dye-Sensitized Solar Cells. Chemical
Physics Impact .3: 1-7.
Andari, R., dan Abrini, D. 2018. Pengaruh Waktu Perendaman TiO2 dalam Larutan Ekstrak
Antosianin Bunga Rosella pada Kinerja Dye Sensitized Solar Cell (DSSC). Komunikasi
Fisika Indonesia, 15(2), 105-111
Dahlan, D., dan Fahyuan, H. D. 2018. Pengaruh beberapa jenis dye organik terhadap efisiensi
sel surya dye sensitized solar cell. Jurnal Sains Materi Indonesia, 15(2), 74-79
Eliyana, A., Puspitarum, D. L., dan Laksono, D. 2020. Studi Awal Pengaruh Ekstrak Buah
Naga Merah sebagai Bahan Dye pada Sel Surya. Jurnal Ilmu Dasar, 21(1), 49-54
Ernawati. Irwansyah. Sawitri, D. Wahyuono, R.A. 2018. Preparasi dan Karakterisasi Dye-
sensitized Solar Cell (DSS) dengan Pewarna Ekstrak Jeruk: Pengaruh Variasi Komposisi
Karotenoid dan Flavanoid terhadap Efisiensi Sel Surya. Journal Fisika dan Aplikasinya,
3: 104-108.
Maurya, I. C. Srivastava, P. Bahadur, L. 2015. Dye-sensitized Solar Cell Using Extract from
Petals of Male Flower Luffa Cylindrica L. As a Natural Sensitizer. Optical Materials, 52:
151-156.
Pinem, S. K. Siregar, N. 2018. Pengaruh Waktu Tahan Kalsinasi Film Tipis ZnO Terhadap
Efisiensi DSSC (Dye Sensitized Solar Cells) yang Menggunakan Dye dari Buah Naga
Merah. Journal Einstein, 3: 47-55
S. K, Tulshi Shiyani. Mahaputra, S.K, Banerjee, I. 2020. Natural Basil as Photosentizer with
ZnO ThinFilms for Solar Cells Application. IETE Journal of Research, 3: 2-5
Sahoo, S. S. Gawali, S. S. Jagtap, C. V. Bhujbal, P. Pathan, H. M. 2022. Enhanced
Photovoltage Productio from Canna Dyes with Surface Passivation of ZnO Based Dye
Sensitized Solar Cells. Journal of Science: Advanced Materials and Device. 7: 2-10.
Sanjay, P. Deepa, K. Madhavan, J. Senthil, S. 2019. Natural Dyes Extracted from Fruits of
Phyllanthus Reticulatus as Sensitizer in ZnO Nanorods Based Dye Sensitized Solar Cells.
Journal Material For Energy and Environment. 8: 285-293.
Sharma. D. K, Sharma S. S. Kurms, K. Kumar, V. 2020. A Review on ZnO: Fundametal
Properties and Applications. Material Today: Proceedings, 10: 238
Siagian, S. M. Chrisna, H. S. 2021. Analisis Semikonduktor ZnO:Cu terhadap Efisiensi Dye
Sensitized Solar Cell Menggunakan Ekstrak Alami. Jurnal Politeknik Caltex Riau. 2: 52-
53.
Sinha, De. D, Goswani D., Aya A. 2017. Performance and Stability Analysis of Curcumin
Dye as a Photo Sensitizer Used in Nanostructured ZnO Based DSSC. Second
International Conference on Materials Science, 5: 2057-2063.

Anda mungkin juga menyukai