Anda di halaman 1dari 24

MINI RISET

MK. PEMBANGKIT
TENAGA LISTRIK
PRODI S1 PENDIDIKAN
TEKNIK ELEKTRO

Skor Nilai :

“PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA”


Mata Kuliah : PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Disusun Oleh : Kelompok 1

Nama : 1. Egia Prananta Pinem (5193331008)

2. Erik Sahalatua Butar-butar (5192431003)

3. Rizka Nanda (5191131006)

4. Gidion Ricardo Sitompul (5191131005)

Dosen Pengampu : Prof. Dr. BAHARUDDIN, S.T, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

November 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW karena
penulis dapat menyelesaikan Mini Riset yang berjudul “ Pembangkit Listrik Tenaga Surya”.
Penulis menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelima dalam mata kuliah
Pembangkit Tenaga Listrik.

Dalam penyelesaian penulisan makalah ini, penulis mendapat arahan dan bantuan dari
banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun penulis
menyadari bahwa makalah ini memungkinkan untuk ditemukannya kesalahan atau
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan
masukan guna perbaikan di masa mendatang.

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................................1

1.4. Metodologi Penelitian.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1. Sejarah Solar Cell........................................................................................................3

2.2. Prinsip Kerja Solar Cell...............................................................................................4

2.3. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya............................................................7

2.4. Jenis – jenis Solar Cell................................................................................................9

2.5. Sistem Perhitungan Solar Cell...................................................................................13

2.5.1. Perhitungan Kapasitas Daya Modul Surya........................................................15

2.5.2. Perhitungan Kapasitas Battery Charge Regulator (BCR)..................................16

2.5.3. Perhitungan Kapasitas Inverter..........................................................................17

2.5.4. Kapasitas PLTS Terpasang................................................................................17

2.6. Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia................................18

BAB III PENUTUP................................................................................................................20

3.1. Kesimpulan................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Bisa
dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu Negara tropis di dunia. Sebagai Negara
tropis, Indonesia memiliki intensitas paparan sinar Matarhari yang tinggi. Indonesia juga
salah satu Negara berkembang, karena masih banyak kelebihan sumber daya alam yang
dapat dimanfaatkan tetapi tidak dimanfaatkan. Selain itu, masih banyak masyarakat
pedalaman yang terisolasi belum tersentuh dan mengenal listrik. Banyak masyarakat yang
tertinggal jauh akan kemajuan teknologi yang ada. Teknologi yang dapat merubah sinar
Matahari sebagai sumber energy listrik atau kita biasa mengenalnya dengan solar cell,
berkembang pesat. Dengan dikaruniai intensitas sinar Matahari yang tinggi harusnya
membuat Indonesia mengembangkan teknologi solar cell sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Bagaimana tenaga surya yang Indonesia punya dimanfaatkan menjadi potensi


pambangkit listrik?
2. Bagaimana prinsip kerja Sel Surya?
3. Bagaimana efisiensi dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan ditulisnya makalah ini selain untuk memenuhi tugas kelimapada maka
kuliah Energi Terbarukan dan Smartgrid, penulis berharap makalah ini dapat menjadi
acuan untuk pembaca bahwa pembangkit listrik tenaga surya dapat diterapkan di
Indonesia karena Negara Indonesia memiliki intensitas sinar Matahari yang tinggi yang
dapat dimanfaatkan sebagai energy terbarukan.

1
1.4. Metodologi Penelitian

Metodologi penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah berupa
study literature. Pada makalah ini literature yang digunakan berasal dari internet, dengan
cara melakukan pencarian pada Search Engine (Google) mengenai pembangkit listrik
tenaga surya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Solar Cell

Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre–


Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini
merupakan cikal bakal teknologi solar cell. Percobaannya dilakukan dengan menyinari 2
elektrode dengan berbagai macam cahaya. Elektrode tersebut di balut (coated) dengan
bahan yang sensitif terhadapcahaya, yaitu AgCl dan AgBr dan dilakukan pada kotak
hitam yang dikelilingi dengan campuran asam. Dalam percobaanya ternyata tenaga listrik
meningkat manakala intensitascahaya meningkat. Selanjutnya penelitian dari Bacquerel
dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain. Tahun 1873 seorang insinyur Inggris Willoughby
Smith menemukan Selenium sebagai suatu elemen photo conductivity. Kemudian tahun
1876, William Grylls dan Richard Evans Day membuktikan bahwa Selenium
menghasilkan arus listrik apabila disinari dengan cahaya matahari. Hasil penemuan
mereka menyatakan bahwa Selenium dapat mengubah tenaga matahari secara langsung
menjadi listrik tanpa ada bagian bergerak atau panas.

Sehingga disimpulkan bahwa solar cell sangat tidak efisien dan tidak dapat
digunakan untuk menggerakkan peralatan listrik. Tahun 1894 Charles Fritts
membuat Solar Cell pertama yang sesungguhnya yaitu suatu bahan semi conductor
(selenium) dibalut dengan lapisan tipis emas. Tingkat efisiensi yang dicapai baru 1%
sehingga belum juga dapat dipakai sebagai sumber energi, namun kemudian dipakai
sebagai sensor cahaya. Tahun 1905 Albert Einstein mempublikasikan tulisannya
mengenai photoelectric effect. Tulisannya ini mengungkapkan bahwa cahaya terdiri dari
paket-paket atau “quanta of energi” yang sekarang ini lazim disebut “photon.” Teorinya
ini sangat sederhana tetapi revolusioner. Kemudian tahun 1916 pendapat Einstein
mengenai photoelectric effect dibuktikan oleh percobaan Robert Andrew Millikan
seorang ahli fisika berkebangsaan Amerika dan ia mendapatkan Nobel Prize untuk karya
photoelectric effect.

Tahun 1923 Albert Einstein akhirnya juga mendapatkan Nobel Prize untuk
teorinya yang menerangkan photoelectric effect yang dipublikasikan 18 tahun
sebelumnya.

3
Hingga tahun 1980 an efisiensi dari hasil penelitian terhadap solar cell masih
sangat rendah sehingga belum dapat digunakan sebagai sumber daya listrik. Tahun 1982,
Hans Tholstrup seorang Australia mengendarai mobil bertenaga surya pertama untuk
jarak 4000 km dalam waktu 20 hari dengan kecepatan maksimum 72 km/jam. Tahun
1985 University of South Wales Australia memecahkan rekor efisiensi solar
cell mencapai 20% dibawah kondisi satu cahaya matahari. Tahun 2007 University of
Delaware berhasil menemukan solar cell technology yang efisiensinya mencapai 42.8%
Hal ini merupakan rekor terbaru untuk “thin film photovoltaicsolar cell.” Perkembangan
dalam riset solar cell telah mendorong komersialisasi dan produksi solar cell untuk
penggunaannya sebagai sumber daya listrik.

2.2. Prinsip Kerja Solar Cell

Sel surya adalah dioda semikonduktor yang dapat mengubah cahaya menjadi
listrik dan merupakan komponen utama dalam sistem PLTS.

Gambar Sel Surya sebagai Komponen Utama PLTS

Selain terdiri atas modul-modul sel surya, komponen lain dalam sistem PLTS
adalah Balance of System (BOS) berupa inverter dan kontroller. PLTS sering dilengkapi
dengan batere sebagai penyimpan daya, sehingga PLTS dapat tetap memasok daya listrik
ketika tidak ada cahaya matahari.

Pembangkitan energi listrik pada sel surya terjadi berdasarkan efek fotolistrik,
atau disebut juga efek fotovoltaik, yaitu efek yang terjadi akibat foton dengan panjang
gelombang tertentu yang jika energinya lebih besar daripada energi ambang

4
semikonduktor, maka akan diserap oleh elektron sehingga elektron berpindah dari pita
valensi (N) menuju pita konduksi (P) dan meninggalkan hole pada pita valensi,
selanjutnya dua buah muatan, yaitu pasangan elektron-hole, dibangkitkan. Aliran
elektron-hole yang terjadi apabila dihubungkan ke beban listrik melalui penghantar akan
menghasilkan arus listrik.

Apakah pada kalkulator bertenaga surya atau stasiun ruang angkasa internasional,
panel surya (solar panel) yang digunakan menghasilkan listrik menggunakan prinsip yang
relatif sama. Elemen dasar panel surya adalah unsur yang juga digunakan untuk
menciptakan revolusi komputer yaitu silikon murni. Ketika dilucuti dari semua pengotor,
silikon menjadi sebuah platform netral yang ideal untuk transmisi elektron. Atom silikon
memiliki tempat untuk delapan elektron dalam kulit terluarnya, tetapi hanya membawa
empat elektron dalam keadaan alami.

Ini berarti terdapat tempat bagi empat elektron lagi. Jika salah satu atom silikon
kontak dengan atom silikon lain, masing-masing atom akan menerima empat elektron dari
atom lain. Kondisi ini akan menciptakan ikatan yang kuat, tetapi tidak ada muatan positif
atau negatif karena delapan elektron memenuhi kebutuhan atom silikon yang berikatan.
Atom silikon dapat saling terikat dalam waktu lama untuk menghasilkan lempeng besar
silikon murni yang antara lain digunakan sebagai bahan panel surya. Dua lempeng silikon
murni tidak akan menghasilkan listrik karena tidak memiliki muatan positif atau negatif.

Panel surya dibuat dengan menggabungkan silikon dengan unsur-unsur lain yang
memiliki muatan positif atau negatif. Fosfor, misalnya, memiliki lima elektron yang bisa
ditawarkan ke atom lain. Jika digabungkan secara kimia, silikon dan fosfor akan

5
menghasilkan delapan elektron stabil dengan masih memiliki satu elektron bebas.
Elektron bebas ini tidak bisa pergi karena terikat pada atom fosfor, namun tidak
diperlukan oleh silikon. Oleh karena itu, lempeng silikon-fosfor ini lantas bermuatan
negatif.

Namun, agar listrik mengalir, muatan positif juga harus tersedia. Hal ini dicapai
dengan menggabungkan silikon dengan unsur seperti boron, yang hanya memiliki tiga
elektron untuk ditawarkan. Sebuah lempeng paduan silikon-boron masih memiliki satu
tempat tersisa untuk elektron lain. Ini berarti lempeng tersebut memiliki muatan positif.
Dua lempeng negatif dan positif diatas diletakkan berdekatan dalam panel surya, dengan
kabel konduktif menghubungkan antar panel surya.

Lantas apa peran matahari? Sinar matahari memiliki banyak partikel energi yang
berbeda, dengan salah satunya disebut foton. Pada panel surya, foton bertindak seperti
palu. Ketika pelat negatif sel surya ditempatkan pada sudut yang tepat terhadap matahari,
foton akan membombardir atom silikon-fosfor. Akhirnya, elektron ke-9 pada pelat
silikon-fosfor menjadi bebas. Elektron bebas ini lantas ditarik oleh pelat silikon-boron
untuk mengisi satu tempat kosong yang mereka miliki.

Seiring foton memutus lebih banyak elektron, listrik lantas dihasilkan. Listrik
yang dihasilkan oleh satu sel surya mungkin tidak mengesankan, tetapi ketika banyak
panel surya saling dihubungkan, listrik yang dihasilkannya cukup untuk menghidupkan
motor atau peralatan elektronik lainnya. Salah satu kendala utama panel surya adalah
hanya sejumlah kecil listrik yang bisa dihasilkan dibandingkan dengan ukurannya.

Kalkulator mungkin hanya memerlukan sel surya tunggal, tetapi mobil bertenaga
surya akan membutuhkan beberapa ribu. Jika sudut panel surya berubah sedikit saja,
efisiensi bisa turun hingga 50 persen.

Sebenarnya, sebagian daya dari panel surya dapat disimpan dalam baterai, tetapi
biasanya tidak banyak kelebihan daya yang tersisa. Selain menyediakan foton, sinar
matahari juga memancarkan sinar ultraviolet dan gelombang inframerah yang bisa
merusak panel surya. Panel surya yang terpapar cuaca juga akan mengalami penurunan
kinerja dan bisa mempengaruhi efisiensi.

6
2.3. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Untuk instalasi listrik tenaga surya sebagai pembangkit listrik, diperlukan


komponen sebagai berikut:

1. Panel Surya (Solar Cell)

Solar panel mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Sel silikon


(disebut juga solar cells) yang disinari matahari/ surya, membuat photon yang
menghasilkan arus listrik. Sebuah solar cells menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5
Volt. Jadi sebuah panel surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel (untuk
menghasilkan 17 Volt tegangan maksimun)

Apa arti Solar Cell 50 WP ?


Solar cell 50 wp artinya solar cell tersebut mempunyai 50 watt peak ( pada saat
matahari terik )
Peak 1 hari di asumsikan 4,5 jam (hitungan aman adalah 4 jam)
sehingga 50 x 4,5 = 225 watt hour / day. Itu kapasitas maksimal untuk pemakaian 1
hari.

Contoh
Total penggunaan daya per day adalah 225 watt hour
Lampu teras 5 watt x 12 jam = 60 watt hour/ day
Lampu kamar tidur 11 watt x 5 jam = 55 watt hour hour / day
Lampu ruang tamu 11 watt x 5 jam = 65 watt hour / day
Lampu kamar mandi 5 watt x 4 jam = 20 watt hour / day

7
—————————
total = 200 watt / day
masih ada sisa 225 – 200 = 25 watt / day

2. Charge Control

Cara kerja charger controller

Pada waktu solar panel mendapatkan energy dari cahaya matahari di siang
hari, rangkaian charger controller ini otomatis bekerja dan mengisi (charge ) battery
dan menjaga tegangan battery agar tetap stabil .

Contoh.

Bila kita menggunakan battery 12V, maka rangkaian ini akan menjaga agar tegangan
charger 12 10% , tegangan charger yang di butuhkan antara 13,2 – 13,4 Volt. dan bila
sudah mencapai tegangan tersebut, rangkaian ini otomatis akan menghentikan proses
pengisian battery tersebut.

Sebaliknya apabila tegangan battery turun / drop hingga 11 Volt , maka controller
akan memutus tegangan sehingga battery tidak sampai habis.

Secara keseluruhan Fungsi dari Controller ini yaitu dapat menjaga agar battery tidak
kelebihan (over charger) dan kehabisan tegangan (under charger) dengan begitu maka
umur dari battery  bertambah lama.

3. Battery

8
Fungsi battery adalah sebagai tempat untuk menyimpan daya (power storage).
Untuk battery yang digunakan sebaiknya menggunakan battery gel atau yang selama
ini kita kenal dengan istilah battery kering.

Battery gel ini adalah yang paling direkomendasikan untuk digunakan pada
applikasi solar system. Kelemahannya adalah harganya yang mahal.

4. Inverter / Converter (Optional)

adalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC - direct


current) menjadi tegangan bolak balik (AC - alternating current).

Alat ini tidak diperlukan untuk beban yang hanya membutuhkan tegangan searah.

2.4. Jenis – jenis Solar Cell

Ditinjau dari konsep struktur kristal bahannya, terdapat tiga tipe utama sel surya,
yaitu sel surya berbahan dasar monokristalin, poli (multi) kristalin, dan amorf. Ketiga tipe
ini telah dikembangkan dengan berbagai macam variasi bahan, misalnya silikon, CIGS,
dan CdTe.

9
Berdasarkan kronologis perkembangannya, sel surya dibedakan menjadi sel surya
generasi pertama, kedua, dan ketiga. Generasi pertama dicirikan dengan pemanfaatan
wafer silikon sebagai struktur dasar sel surya; generasi kedua memanfaatkan teknologi
deposisi bahan untuk menghasilkan lapisan tipis (thin film) yang dapat berperilaku
sebagai sel surya; dan generasi ketiga dicirikan oleh pemanfaatan teknologi bandgap
engineering untuk menghasilkan sel surya berefisiensi tinggi dengan konsep tandem atau
multiple stackes.

Kebanyakan sel surya yang diproduksi adalah sel surya generasi pertama, yakni
sekitar 90% (2008). Di masa depan, generasi kedua akan makin populer, dan kelak akan
mendapatkan pangsa pasar yang makin besar. European Photovoltaic Industry
Association (EPIA) memperkirakan pangsa pasar thin film akan mencapai 20% pada
tahun 2010. Sel surya generasi ketiga hingga saat ini masih dalam tahap riset dan
pengembangan, belum mampu bersaing dalam skala komersial.

Jenis-jenis sel surya digolongkan berdasarkan teknologi pembuatannya. Secara


garis besar sel surya dibagi dalam tiga jenis, yaitu :

1. Monocrystalline

Jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang diiris tipis-tipis. Kira-
kira hampir sama seperti pembuatan keripik singkong. Satu singkong diiris tipis-tipis,
untuk menghasilkan kepingan-kepingan keripik yang siap digoreng. (Ah...jadi
ngilerrrr ingat keripik singkong). Itu singkong yang mudah diiris tipis-tipis, beda
dengan kristal silikon murni yang membutuhkan teknologi khusus untuk mengirisnya
menjadi kepingan-kepingan kristal silikon yang tipis.

Dengan teknologi seperti ini, akan dihasilkan kepingan sel surya yang identik
satu sama lain dan berkinerja tinggi. Sehingga menjadi sel surya yang paling efisien
dibandingkan jenis sel surya lainnya, sekitar 15% - 20%. Mahalnya harga kristal
silikon murni dan teknologi yang digunakan, menyebabkan mahalnya harga jenis sel
surya ini dibandingkan jenis sel surya yang lain di pasaran

Kelemahannya, sel surya jenis ini jika disusun membentuk solar modul (panel
surya) akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini
umumnya berbentuk segi enam atau bulat, tergantung dari bentuk batangan kristal
silikonnya, seperti terlihat pada gambar berikut.

10
Keterangan gambar :
1. Batangan kristal silikon murni
2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis
3. Sebuah sel surya monocrystalline yang sudah jadi
4. Sebuah panel surya monocrystalline yang berisi susunan sel surya
monocrystalline. Nampak area kosong yang tidak tertutup karena bentuk sel
surya jenis ini.

2. Polycrystalline

Jenis ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dilebur / dicairkan
kemudian dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kemurnian kristal
silikonnya tidak semurni pada sel surya monocrystalline, karenanya sel surya yang
dihasilkan tidak identik satu sama lain dan efisiensinya lebih rendah, sekitar 13% -
16% . 

11
Tampilannya nampak seperti ada motif pecahan kaca di dalamnya. Bentuknya
yang persegi, jika disusun membentuk panel surya, akan rapat dan tidak akan ada
ruangan kosong yang sia-sia seperti susunan pada panel surya monocrystalline di
atas. Proses pembuatannya lebih mudah dibanding monocrystalline, karenanya
harganya lebih murah. Jenis ini paling banyak dipakai saat ini.

3. Thin Film Solar Cell (TFSC)

Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau beberapa
lapisan material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Sel surya jenis ini sangat
tipis karenanya sangat ringan dan fleksibel.

Jenis ini dikenal juga dengan nama TFPV (Thin Film Photovoltaic).

Berdasarkan materialnya, sel surya thin film ini digolongkan menjadi:

a. Amorphous Silicon (a-Si) Solar Cells.

Sel surya dengan bahan Amorphous Silicon ini, awalnya banyak diterapkan
pada kalkulator dan jam tangan. Namun seiring dengan perkembangan teknologi
pembuatannya penerapannya menjadi semakin luas. Dengan teknik produksi yang
disebut "stacking" (susun lapis), dimana beberapa lapis Amorphous Silicon ditumpuk
membentuk sel surya, akan memberikan efisiensi yang lebih baik antara 6% - 8%.

b. Cadmium Telluride (CdTe) Solar Cells.

Sel surya jenis ini mengandung bahan Cadmium Telluride yang memiliki
efisiensi lebih tinggi dari sel surya Amorphous Silicon, yaitu sekitar: 9% - 11%.

c. Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) Solar Cells.

12
Dibandingkan kedua jenis sel surya thin film di atas, CIGS sel surya memiliki
efisiensi paling tinggi yaitu sekitar 10% - 12%. Selalin itu jenis ini tidak mengandung
bahan berbahaya Cadmium seperti pada sel surya CdTe.

Teknologi produksi sel surya thin film ini masih baru, masih banyak
kemungkinan di masa mendatang. Ongkos produksi yang murah serta bentuknya
yang tipis, ringan dan fleksibel sehingga dapat dilekatkan pada berbagai bentuk
permukaan, seperti kaca, dinding gedung dan genteng rumah dan bahkan tidak
menutup kemungkinan kelak dapat dilekatkan pada bahan seperti baju kaos.

2.5. Sistem Perhitungan Solar Cell

Energi baru dan yang terbarukan mempunyai peran yang sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan energi. Hal ini disebabkan penggunaan bahan bakar untuk
pembangkit-pembangkit listrik konvensional dalam jangka waktu yang panjang akan
menguras sumber minyak bumi, gas dan batu bara yang makin menipis dan juga dapat
mengakibatkan pencemaran lingkungan. Salah satunya upaya yang telah dikembangkan
adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS atau lebih dikenal dengan sel
surya (sel fotovoltaik) akan lebih diminati karena dapat digunakan untuk berbagai
keperluan yang relevan dan di berbagai tempat seperti perkantoran, pabrik, perumahan,
dan lainnya. Di Indonesia yang merupakan daerah tropis mempunyai potensi energi
matahari sangat besar dengan insolasi harian rata-rata 4,5 - 4,8 KWh/m² / hari. Akan
tetapi energi listrik yang dihasilkan sel surya sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya
matahari yang diterima oleh sistem.

Dalam merencanakan pembangunan PLTS terlebih dahulu diperhitungkan beban


dari PLTS sehingga kita dapat menghitung kapasitas listrik tenaga surya yang akan
dibangun. Berikut ini  merupakan contoh perhitungan beban pada perumahan tipe 36
sebanyak 10 unit rumah.
Asumsi Rencana Pembebanan

13
Asumsi rugi-rugi (losses) pada sistem dianggap sebesar 15%, karena keseluruhan
komponen sistem yang digunakan masih baru (Mark Hankins, 1991: 68).

Total energi sistem yang disyaratkan adalah sebesar :

ET = EA + rugi-rugi system ET : Energi total termasuk rugi-rugi yang


diperhitungkan

= EA + (15% x EA)              EA : Energi total tanpa rugi-rugi            

= 51860 WH + (15% x 51860WH)             

= 59639 WH

14
Jadi total energi sistem yang disyaratkan sebesar 59639 WH

2.5.1. Perhitungan Kapasitas Daya Modul Surya

Kapasitas daya modul sel surya dapat diperhitungkan dengan memperhatikan


beberapa faktor, yaitu kebutuhan energi sistem yang disyaratkan, insolasi matahari, dan
faktor penyesuaian (adjustment factor). Kebutuhan energi sistem hasil perhitungan, yaitu
sebesar 59639 WH. Insolasi matahari bulanan yang terendah adalah pada bulan Januari
yaitu 3,91 (sumber BMG, BPPT). Diambil data insolasi matahari yang terendah agar
PLTS dapat memenuhi kebutuhan beban setiap saat. Berikut merupakan tabel insolasi
matahari untuk daerah Jakarta dalam kurun waktu satu tahun.

Tabel Insolasi Matahari

INSOLASI

No BULAN MATAHARI

1 JANUARI 3.91

2 FEBRUARI 4.03

3 MARET 4.48

4 APRIL 4.62

5 MEI 4.37

6 JUNI 4.17

7 JULI 4.44

8 AGUSTUS 4.48

9 SEPTEMBER 5.05

10 OKTOBER 4.85

11 NOVEMBER 4.43

12 DESEMBER 4.21

13 rata-rata 4.42

15
Faktor penyesuaian pada kebanyakan instalasi PLTS adalah 1,1 (Mark
Hankins, 1991 Small Solar Electric System for Africa page 68). Kapasitas daya modul
surya yang dihasilkan adalah:

Kapasitas Daya Modul Surya   = ( ET / insolasi matahari ) x faktor


penyesuaian  

                           = ( 59639 / 3.91 ) x 1.1

                            = 16702.27 ≈ 16800 WP


Besarnya kapasitas daya modul surya 16800 watt peak.

Satuan energi (dalam WH) dikonversikan menjadi Ah yang sesuai dengan satuan
kapasitas baterai sebagai berikut:

                        AH     =   ET/Vs                          AH : kapasitas AH yang dibutuhkan

                                   =   59639 Wh / 24h           ET : Energi total termasuk rugi-rugi         

                                   = 2484,95 AH                          yang diperhitungkan


Hari otonomi yang ditentukan adalah satu hari, jadi baterai hanya menyimpan energi
dan menyalurkannya pada hari itu juga. Besarnya deep of discharge (DOD) pada
baterai adalah 80% (Mark Hankins, 1991: 68).

Kapasitas baterai yang dibutuhkan adalah:

            Cb        =  (AH x d) / DOD                Cb : kapasitas batrei

                        =   (2484.95 x 1) / 0.8           AH : kapasitas AH yang dibutuhkan


                        = 3107 AH                                d : day (hari)

2.5.2. Perhitungan Kapasitas Battery Charge Regulator (BCR)

Beban pada sistem PLTS mengambil energi dari BCR. Kapasitas arus yang

mengalir pada BCR dapat ditentukan dengan mengetahui beban maksimal yang terpasang.

Beban maksimal yang terjadi pada sore hari adalah 4750 watt pukul 17.00. Dengan beban

maksimal tegangan sistem adalah 24 volt maka kapasitas arus yang mengalir di BCR:

16
I maks = P maks / Vs

    = 4750 W / 24V

      = 197.9 A

Jadi kapasitas BCR yang digunakan harus lebih besar dari 197,9

2.5.3. Perhitungan Kapasitas Inverter

Spesifikasi inverter harus sesuai dengan Battery Charge Regulator (BCR) yang

digunakan. Berdasarkan tegangan sistem dan perhitungan BCR, maka tegangan masuk

(input) dari inverter 24 V DC. Tegangan keluaran (output) dari inverter yang tersambung

ke beban adalah 220 V AC. Arus yang mengalir melewati inverter juga harus sesuai

dengan arus yang melalui BCR. Berdasarkan perhitungan kapasitas BCR, arus maksimal

yang dapat melewati BCR sebesar 197,9  ampere. Berarti kapasitas arus Inverter yang

digunakan harus lebih besar dari 197,9  ampere.

2.5.4. Kapasitas PLTS Terpasang

A. Modul Surya

Modul photovoltaik yang akan digunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

Kapasitas Daya : 100 WP

Arus Maksimum : 6 Ampere

Tegangan maksimum : 16,5 Volt

Karena kapasitas daya modul surya dibutuhkan 16800 W dan kapasitas daya 1 unit

photovoltaik 100 WP dapat dibuat persamaan:

17
∑ m     = kapasitas daya / kapasitas per unit

= 16800 / 100

= 168 unit.

Modul surya terdiri dari 168 modul PV yang dihubungkan secara seri dan paralel,
2 modul dipasang secara seri, kemudian 84 kelompok seri dipasang  dipasang secara
paralel. Array PV mempunyai Im = 504 A dan Vm = 33V yang setara dengan daya
keluaran (Pm) 16632 watt.

B. Baterai

Kapasitas baterai yang digunakan adalah 200 AH dengan tegangan 12V. Karena
tegangan sistem yang digunakan adalah 24V, dan kapasitas baterai 3107 ≈ 3200 AH  maka
baterai sebanyak  16 buah baterai, 2 buah dipasang secara seri dan 8 kelompok seri di
paralelkan.

C. Battery Charge Regulator


Battery Charge Regulator (BCR) mempunyai dua fungsi utama. Fungsi utama
sebagai titik pusat sambungan ke beban, modul sel surya dan beterai. Fungsi yang kedua
adalah sebagai pengatur system agar penggunaan listriknya aman dan efektif, sehingga
semua komponen-komponen system aman dari bahaya perubahan level tegangan. BCR
yang digunakan adalah BCR dengan kapasitas arus 200A, dan tegangan 24V.

2.6. Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia

Indonesia, sebagai negara yang terletak di kawasan katulistiwa, memiliki potensi


energi surya yang melimpah. Dengan matahari yang bersinar sepanjang tahun,
diperkirakan energi surya dapat menghasilkan hingga 4.8 KWh/m2, atau setara dengan
112.000 GWp. Sayangnya pemanfaatan salah satu jenis energi terbarukan ini masih
belum maksimal. Indonesia baru mampu memanfaatkan sekitar 10 MWp.

Umumnya pemanfaatan energi matahari melalui Pembangkit Listrik Tenaga


Surya  digunakan pada daerah pedesaan dengan skala kecil yakni menggunakan Solar
Home System (SHS). Solar Home System adalah pembangkit listrik skala kecil yang

18
dipasang secara desentralisasi (satu rumah satu pembangkit). Listrik harian yang
dihasilkannya berkisar antara 150-300 Wp.

Sedangkan untuk untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya skala besar, jumlahnya
masih sangat sedikit. Dan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia yang telah
beroperasi tersebut hanya mampu memproduksi puluhan hingga ratusan kiloWattpeak
(kWp) listrik. Dua Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terbesar di Indonesia, yakni di
Karangasem dan Bangli (Bali) masing-masing kapasitasnya hanya 1 MW.

Diantara beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia tersentralisasi


yang memiliki skala besar antara lain adalah :

1. PLTS di Kabupaten Karangasem, Bali dengan kapasitas 1 MW.

2. PLTS di Kabupaten Bangli, Bali dengan kapasitas 1 MW.

3. PLTS di Pulau Gili Trawangan (NTB) berkapasitas 600 kWp.

4. PLTS di Pulau Gili Air (NTB) dengan kapasitas 160 kWp.

5. PLTS di Pulau Gili Meno (NTB) dengan kapasitas 60 kWp.

6. PLTS di Pulau Medang, Sekotok, Moyo, Bajo Pulo, Maringkik, dan Lantung dengan
total kapasitas 900 kWp.

7. PLTS Raijua (Kabupaten Sabu Raijua, NTT) dengan kapasitas 150 kWp.

8. PLTS Nule (Kab. Alor, NTT) dengan kapasitas 250 kWp.

9. PLTS Pura (Kab. Alor, NTT) dengan kapasitas 175 kWp.

10. PLTS Solor Barat (Kab. Flores Timur, NTT) dengan kapasitas 275 kWp.

11. PLTS Morotai (Maluku Utara) dengan kapasitas 600 kWp.

12. PLTS Kelang (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.

13. PLTS Pulau Tiga (Maluku) dengan kapasitas 75 kWp.

14. PLTS Banda Naira (Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.

15. PLTS Pulau Panjang (Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.

16. PLTS Manawoka (Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.

17. PLTS Tioor (Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.

18. PLTS Kur (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.

19
19. Kisar (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.

20. PLTS Wetar (Maluku) dengan total kapasitas 100 kWp.

21. PLTS Kabaena (Sulawesi Tenggara) dengan kapasitas 200 kWp.

Indonesia, melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) pun masih berusaha


menambah jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia. Baik menambah
jumlah pembangkitnya maupun kapasitas listrik yang dihasilkannya. PLTS-PLTS baru
tersebut akan dibangun di pulau-pulau kecil Indonesia.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sebenarnya Indonesia dapat mengurangi keterbelakangan masyarakat pedalaman


yang terisolasi dengan menyediakan sumber daya energy listrik ke pedalaman dan
membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya sendiri di pedalaman tersebut. Selain itu,
Indonesia dapat memproduksi sendiri modul surya karena sumber daya alam yang
melimpah dapat diolah menjadi modul surya.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://alamendah.org/2014/12/08/pembangkit-listrik-tenaga-surya-di-indonesia/ . Diakses
pada tanggal 3 April 2015

http://renewable-solarcell.blogspot.com/2014/06/sistem-perhitungan-solar-cell.html . Diakses
pada tanggal 3 April 2015

http://sanfordlegenda.blogspot.com/2013/10/Solar-cells-Jenis-jenis-sel-surya.html . Diakses
pada tanggal 3 April 2015

http://katalognatopringsewu.blogspot.com/2014/04/cara-menghitung-daya-tenaga-surya.html.
Diakses pada tanggal 3 April 2015

http://www.litbang.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=540:plts-
plts&catid=129:plts-plts&Itemid=172 . Diakses pada tanggal 3 April 2015

http://www.amazine.co/27045/bagaimana-cara-kerja-panel-surya-kendala-kelemahannya/ .
Diakses pada tanggal 3 April 2015

https://tenagamatahari.wordpress.com/beranda/sejarah-solar-cell/ . Diakses pada tanggal 3


April 2015

VIDEO

https://www.youtube.com/watch?v=dngqYjHfr98

21

Anda mungkin juga menyukai