Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MATA KULIAH TEKNOLOGI REKAYASA ALTERNATIF

MSN1.62.5013

Dosen Pengampu :
Wanda Afnison, S.Pd., M.T.
Judul :
Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( Solar Cell )
Disusun Oleh :
Nama : Alberto Dafero
NIM : 21338020

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembangkit Listrik Tenaga
Surya” dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi Rekayasa Alternatif.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembacapraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunanmakalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih.

Padang, 3 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR......................................................................................... 1

DAFTAR ISI....................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 3

A. Latar Belakang ............................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

C. Tujuan .......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 5

A. Bagaimana Sejarah Dari Solar Cell ............................................................. 5

B. Bagaimana PLTS Dapat Menghasilkan Energi Listrik ............................... 5

C. Bagaimana Penggunaan PLTS di Indonesia................................................ 6

D. Pentingkanya Photovooltaic itu Dalam PLTS ............................................. 7

E. Keuntungan dan Kerugian Apa Saja yang di Miliki Oleh PLTS ................ 9

BAB III KESIMPULAN ................................................................................ 18

A. Kesimpulan ................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi bumi kita kian lama kian mengenaskan karena tercemarnya lingkungan dari efek
rumah kaca (greenhouse effect) yang menyebabkan global warming, hujan asam, rusaknya
lapisan ozon hingga hilangnya hutan tropis. Semua jenis polusi itu rata-rata akibat dari
penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, uranium, plutonium, batu bara dan lainnya
yang tiada hentinya. Padahal kita tahu bahwa bahan bakar dari fosil tidak dapat diperbaharui,
tidak seperti bahan bakar non-fosil.
Dengan kondisi yang sudah sedemikian memprihatinkan, gerakan hemat energi sudah
merupakan keharusan di seluruh dunia. Salah satunya dengan hemat bahan bakar dan
menggunakan bahan bakar dari non-fosil yang dapat diperbaharui seperti tenaga angin, tenaga
air, energi panas bumi, tenaga matahari, dan lainnya. Duniapun sudah mulai merubah tren
produksi dan penggunaan bahan bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih ke bahan bakar non-
fosil, terutama tenaga surya yang tidak terbatas. .

Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan lebih diminati karena dapat
digunakan untuk keperluan apa saja dan di mana saja : bangunan besar, pabrik, perumahan, dan
lainnya. Selain persediaannya tanpa batas, tenaga surya nyaris tanpa dampak buruk terhadap
lingkungan dibandingkan bahan bakar lainnya.Di negara-negara industri maju seperti Jepang,
Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa dengan bantuan subsidi dari pemerintah telah
diluncurkan program-program untuk memasyarakatkan listrik tenaga surya ini. Tidak itu saja di
negara-negara sedang berkembang seperti India, Mongol promosi pemakaian sumber energi
yang dapat diperbaharui ini terus dilakukan. Untuk lebih mengetahui apa itu pembangkit listrik
tenaga surya atau kami singkat dengan PLTS maka dalam tulisan ini akan dijelaskan secara
singkat komponen-komponen yang membentuk PLTS, sistim kelistrikan tenaga surya dan trend
teknologi yang ada.
B. Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah sejarah dari solar sel itu ?


b. Bagaimana cara kerja dari solar sel ?
c. Bagaimanakah penggunaan PLTS di Indonesia dan di dunia ?
d. Seberapa pentingkah photovoltaic itu dalam PLTS ?
e. Keuntungan dan kerugian apa saja yang dimiliki oleh PLTS ?

C. Tujuan
a. Dapat mengetahui sejarah singkat tentang ide pembuatan PLTS.
b. Dapat mengetahui prinsip kerja dari PLTS itu sendiri.
c. Dapat mengetahui seberapa besarkah penggunaan PLTS di Indonesia dan di
dunia.
d. Dapat mengetahui peranan photovoltaic dalam PLTS.
e. Dapat mengetahui keuntungan dan kekurangan PLTS dibandingkan dengan
pembangkit non PLTS.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Solar Cell


Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre – Edmund
Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini merupakan cikal bakal
teknologi solar cell. Percobaannya dilakukan dengan menyinari 2 elektrode dengan berbagai
macam cahaya. Elektrode tersebut di balut (coated) dengan bahan yang sensitif terhadapcahaya,
yaitu AgCl dan AgBr dan dilakukan pada kotak hitam yang dikelilingi dengan campuran asam.
Dalam percobaanya ternyata tenaga listrik meningkat manakala intensitascahaya meningkat.
Selanjutnya penelitian dari Bacquerel dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain. Tahun 1873 seorang
insinyur Inggris Willoughby Smith menemukan Selenium sebagai suatu elemen photo
conductivity. Kemudian tahun 1876, William Grylls dan Richard Evans Day membuktikan
bahwa Selenium menghasilkan arus listrik apabila disinari dengan cahaya matahari. Hasil
penemuan mereka menyatakan bahwa Selenium dapat mengubah tenaga matahari secara
langsung menjadi listrik tanpa ada bagian bergerak atau panas. Sehingga disimpulkan bahwa
solar cell sangat tidak efisien dan tidak dapat digunakan untuk menggerakkan peralatan listrik.
Tahun 1894 Charles Fritts membuat Solar Cell pertama yang sesungguhnya yaitu
suatu bahan semi conductor (selenium) dibalut dengan lapisan tipis emas. Tingkat efisiensi yang
dicapai baru 1% sehingga belum juga dapat dipakai sebagai sumber energi, namun kemudian
dipakai sebagai sensor cahaya. Tahun 1905 Albert Einstein mempublikasikan tulisannya
mengenai photoelectric effect. Tulisannya ini mengungkapkan bahwa cahaya terdiri dari paket-
paket atau “quanta of energi” yang sekarang ini lazim disebut “photon.” Teorinya ini sangat
sederhana tetapi revolusioner. Kemudian tahun 1916 pendapat Einstein mengenai photoelectric
effect dibuktikan oleh percobaan Robert Andrew Millikan seorang ahli fisika berkebangsaan
Amerika dan ia mendapatkan Nobel Prize untuk karya photoelectric effect. Tahun 1923 Albert
Einstein akhirnya juga mendapatkan Nobel Prize untuk teorinya yang menerangkan photoelectric
effect yang dipublikasikan 18tahun sebelumnya.
Tahun 1982, Hans Tholstrup seorang Australia mengendarai mobil bertenaga surya
pertama untuk jarak 4000 km dalam waktu 20 hari dengan kecepatan maksimum 72 km/jam.
Tahun 1985 University of South Wales Australia memecahkan rekor efisiensi solar
cell mencapai 20% dibawah kondisi satu cahaya matahari. Tahun 2007 University of Delaware
berhasil menemukan solar cell technology yang efisiensinya mencapai 42.8% Hal ini merupakan
rekor terbaru untuk “thin film photovoltaicsolar cell”. Perkembangan dalam riset solar cell telah
mendorong komersialisasi dan produksi solar cell untuk penggunaannya sebagai sumber daya
listrik.

B. Bagaimana PLTS Dapat Menghasilkan Listrik.


1. Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)
Dalam pembangkit ini, energi cahaya matahari akan digunakan untuk
memanaskan suatu fluida yang kemudian fluida tersebut akan memanaskan air. Air
yang panas akan menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar turbin sehingga
dapat menghasilkan energi listrik.
Pembangkit Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam berbagai cara.
Pembangkit ini juga biasa dikenal sebagai pembangkit listrik surya terkonsentrasi
(concentrated solar power plants). Tipe yang paling banyak digunakan adalah desain
parabola cekung. Cermin parabola dirancang untuk menangkap dan memfokuskan
berkas cahaya ke satu titik fokus, seperti seorang anak yang menggunakan kaca
pembesar untuk membakar kertas. Pada titik fokus tersebut terdapat pipa hitam yang
panjangnya sepanjang cermin tersebut. Didalam pipa tersebut terdapat fluida yang
dipanaskan hingga temperatur yang sangat tinggi, seringkali diatas 300 derajad
fahrenheit (150 derajad celcius). Fluida panas tersebut dialirkan dalam pipa menuju
ke ruang pembangkitan energi listrik untuk memasak air, menghasilkan uap air dan
menghasilkan energi listrik.
Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)

Diagram Alir Pembangkit Listrik Termal Surya


Versi lain dari pembangkit listrik surya termal adalah penggunaan tower
listrik (power tower). Tower listrik ini membuat pembangkit listrik surya termal
menuju ke arah baru. Cermin disituasikan untuk memfokuskan radiasi cahaya ke
satu titik fokus, yaitu sebuah menara tinggi yang mana menara ini menerima cahaya
untuk mendidihkan air dan menghasilkan uap air. Cermin-cermin yang digunakan
biasanya dikoneksikan ke sebuah sistem penjejakan (tracking system) cahaya dimana
sistem tersebut mengatur cermin agar selalu menghadap matahari. Tower listrik ini
memiliki beberapa keuntungan, seperti waktu pembangunan yang relatif cepat.
Power Tower
2. Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants)
Pembangkit jenis ini memanfaatkan sel surya (solar cell) untuk mengkonversi
radiasi cahaya menjadi energi listrik secara langsung.
Pembangkit fotovoltaik ini sangatlah sederhana. Beberapa panel surya
dipasang sehingga membentuk array. Masing-masing panel akan mengumpulkan
energi cahaya dan mengkonversikannya secara langsung menjadi energi listrik.
Energi listrik ini dapat dialirkan ke jaringan listrik. Saat ini, pembangkit surya
fotovoltaik masih jarang ditemukan. Hal ini dikarenakan pembangkit listrik surya
termal saat ini lebih efisien untuk memproduksi energi listrik dalam skala besar.

Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants)


C. Matahari Untuk PLTS di Indonesia

Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis
energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat perhatian yang
cukup besar dari banyak negara di dunia. Di samping jumlahnya yang tidak terbatas,
pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak lingkungan. Cahaya atau
sinar matahari dapat dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau
fotovoltaik.

Komponen utama sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan


menggunakan teknologi fotovoltaik adalah sel surya. Saat ini terdapat banyak teknologi
pembuatan sel surya. Sel surya konvensional yang sudah komersil saat ini menggunakan
teknologi wafer silikon kristalin yang proses produksinya cukup kompleks dan mahal. Secara
umum, pembuatan sel surya konvensional diawali dengan proses pemurnian silika untuk
menghasilkan silika solar grade (ingot), dilanjutkan dengan pemotongan silika menjadi wafer
silika. Selanjutnya wafer silika diproses menjadi sel surya, kemudian sel-sel surya disusun
membentuk modul surya. Tahap terakhir adalah mengintegrasi modul surya dengan BOS
(Balance of System) menjadi sistem PLTS. BOS adalah komponen pendukung yang digunakan
dalam sistem PLTS seperti inverter, batere, sistem kontrol, dan lain-lain.

Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat
dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum dimanfaatkan
secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia baru mampu
melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan mengintegrasikannya menjadi
PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel surya adalah komponen utama dan yang
paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang masih tinggi menjadi isu penting dalam
perkembangan industri sel surya. Berbagai teknologi pembuatan sel surya terus diteliti dan
dikembangkan dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar mampu bersaing
dengan sumber energi lain.

Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60 % dan hampir seluruh
daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit listrik,
maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi merupakan alternatif sangat tepat untuk
dikembangkan. Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, pemerintah telah merencanakan
menyediakan 1 juta Solar Home System berkapasitas 50 Wp untuk masyarakat berpendapatan
rendah serta 346,5 MWp PLTS hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah
merencanakan akan ada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.

Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50%, pasar energi surya di Indonesia sudah
cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas hingga 25 MWp
per tahun. Hal ini tentu merupakan peluang besar bagi industri lokal untuk mengembangkan
bisnisnya ke pabrikasi sel surya.

D. Pengertian Photovoltaic Cell

Matahari merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat berlimpah di Indonesia.
Dengan penyinaran matahari konstan sepanjang tahun selama 12 jam per hari, tentu ini
merupakan salah satu sumber energi yang sangat potensial dikembangkan di negara kita.
Disamping adanya „bahan bakar‟ yang berlimpah ruah, tentu saja sumber energi ini sangat ramah
lingkungan. Listrik dari sumber energi surya ini tentu saja akan sangat berguna untuk pemerataan
listrik ke daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau saluran transmisi PLN.
Sekarang bagaimana kita bisa mengkonversi energi surya menjadi energi listrik..??
Yup, jawabannya adalah menggunakan photovoltaic cell.. kalau dilihat dari asal katanya photo :
“cahaya” sedangkan voltaic: “menghasilkan tegangan”. Jadi kalau dari arti katanya “photovoltaic
cell” berarti ‘sel yang menghasilkan tegangan listrik dari cahaya”, walaupun sebenarnya yang
dihasilkan langsung bukanlah tegangan tetapi arus. Mengapa bisa arus yang dihasilkan?? Mari
kita lihat.
Satu buah photovoltaic cell terbuat dari bahan dasar silicon yang dilapis kaca. -Silicon
mudah sekali didapat di bumi ini dalam bentuk pasir silika- sehingga cahaya bisa menembus
masuk. Ketika cahaya matahari menembus masuk ke dalam sel, partikel cahaya matahari yang
disebut „photon‟ juga ikut masuk. Partikel photon ini kemudian menumbuk elektron bermuatan
negative di atom silikon penyusun photovoltaic cell. Pada saat tumbukan, energinya photon
ditransfer ke elektron sehingga elektron terlepas dari atom silikonnya. Karena setiap detiknya
ada tak terhingga photon yang menumbuk, maka akan dihasilkan banyak sekali elektron-elektron
bebas. Elektron bebas ini akan didorong keluar photovoltaic cell karena adanya medan listrik di
dalam cell. Apabila photovoltaic cell ini kita hubungkan ke beban listrik, maka arus akan dapat
mengalir ke beban. ..Energi matahari telah diubah secara langsung menjadi energi
listrik..!!! Selama masih ada cahaya matahari yang masuk maka akan terus ada electron bebas
yang mengalir ke beban.
Satu buah photovoltaic cell sebenarnya terlalu kecil untuk menghasilkan energi listrik.
Satu buah photovoltaic cell hanya menghasilkan sekitar 0.5V, jadi untuk menghasilkan tegangan
18V biasanya panel photovoltaic tersusun dari 36 buah photovoltaic cell yang disusun seri.
Selain itu biasanya juga 36 buah cell tersebut juga disusun parallel dengan 36 buah cell yang lain
supaya arus total yang dikeluarkan oleh satu buah panel photovoltaic cukup besar. Untuk
menghasilkan daya yang lebih besar lagi, sejumlah banyak panel photovoltaic disusun menjadi
array sehingga bisa melayani keperluan listrik yang cukup besar.

E. PLN Operasi PLTS Terbesar di Indonesia.

PT PLN memanfaatkan potensi matahari dan membangun Pusat Listrik Tenaga Surya
(PLTS) untuk masyarakat pulau Morotai, Kabupaten Kepulauan Morotai, propinsi Maluku
Utara. Sejak Sabtu (14/4/2012), masyarakat telah dapat menikmati layanan listrik yang
dihasilkan dari pembangkit listrik ramah lingkungan yaitu PLTS hybrid kapasitas 600 kilo Watt
peak (kWp). PLTS Morotai merupakan PLTS dengan kapasitas terbesar yang di operasikan oleh
PLN selama ini.

“Ini adalah PLTS terbesar yang pernah dioperasikan PLN di seluruh Indonesia, dan
diharapkan dapat ikut mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat di Kabupaten
Kepulauan Morotai, sehingga sudah sepatutnya seluruh masyarakat pulau Morotai bersama-sama
ikut menjaga instalasi kelistrikan ini”, demikian diutarakan Direktur Operasi Indonesia Timur
PLN, Vickner Sinaga, Minggu (15/4/2012).

Dengan beroperasinya PLTS ini, PLN mampu mengurangi penggunaan BBM setiap
harinya rata-rata dengan 800 liter atau ekuivalen penghematan senilai Rp 2,5 miliar per tahun.

PLN terus membangun dan meningkatkan pelayanan kelistrikan di seluruh Indonesia,


dengan mengedepankan pembangunan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi alternatif
non BBM, utamanya di kawasan timur Indonesia.

Sebelumnya, PLN berturut-turut baru saja mengoperasikan PLTS kapasitas 350 kWp
di pulau Sebatik, Kalimantan Timur yang merupakan daerah perbatasan Indonesia dengan
Malaysia serta PLTS kapasitas 100 kWp di pulau Miangas, Sulawesi Utara, yang merupakan
pulau terdepan di utara Indonesia dan berbatasan dengan Philipina.

F. Prinsip Kerja PLTS


1. Prinsip Kerja
Pada siang hari modul surya menerima cahaya matahari yang kemudian
diubahmenjadi listrik melalui proses fotovoltaik. Listrik yang dihasilkan oleh modul
dapatlangsung disalurkan ke beban ataupun disimpan dalam baterai sebelum
digunakan kebeban: lampu, radio, dll. Pada malam hari, dimana modul surya tidak
menghasilkan listrik, beban sepenuhnya dicatu oleh battery. Demikian pula apabila
hari mendung,dimana modul surya menghasilkan listrik lebih rendah dibandingkan
pada saat mataharibenderang. Modul surya dengan kapasitas tertentu dapat
menghasilkan jumlah listrik yang berbeda-beda apabila ditempatkan pada
daerah yang berlainan. Sumber : Informasi umum PLTS – PT. Azet Surya Lestari.
2. Cara Kerja PLTS

Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah


cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu
bentuk energi dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah
banyak digunakan untuk memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel
surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak
terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak
memerlukan bahan bakar. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan bersih dan
ramah lingkungan. Badingkan dengan sebuah generator listrik, ada bagian yang
berputar dan memerlukan bahan bakar untuk dapat menghasilkan listrik. Suaranya
bising. Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat menimbulkan efek gas rumah
kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak ekosistem planet bumi
kita. Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri dari panel sel
surya, rangkaian kontroler pengisian (charge controller),
dan aki (batere) 12 volt yang maintenance free. Panel sel surya merupakan modul
yang terdiri beberapa sel surya yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel
tergantung ukuran dan kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan adalah
modul sel surya 20 watt atau 30 watt. Modul sel surya itu menghasilkan energi
listrik yang proporsional dengan luas permukaan panel yang terkena sinar
matahari. Rangkaian kontroler pengisian aki dalam sistem sel surya itu
merupakan rangkaian elektronik yang mengatur proses pengisian akinya.
Kontroler ini dapat mengatur tegangan aki dalam selang tegangan 12 volt plus
minus 10 persen. Bila tegangan turun sampai 10,8 volt, maka kontroler akan
mengisi aki dengan panel surya sebagai sumber dayanya. Tentu saja proses
pengisian itu akan terjadi bila berlangsung pada saat ada cahaya matahari. Jika
penurunan tegangan itu terjadi pada malam hari, maka kontroler akan memutus
pemasokan energi listrik. Setelah proses pengisian itu berlangsung selama
beberapa jam, tegangan aki itu akan naik.
Bila tegangan aki itu mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan
menghentikan proses pengisian aki itu. Rangkaian kontroler pengisian itu
sebenarnya mudah untuk dirakit sendiri. Tapi, biasanya rangkaian kontroler ini
sudah tersedia dalam keadaan jadi di pasaran. Memang harga kontroler itu cukup
mahal kalau dibeli sebagai unit tersendiri. Kebanyakan sistem sel surya itu hanya
dijual dalam bentuk paket lengkap yang siap pakai.
Jadi, sistem sel surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah
dibandingkan dengan bila merakit sendiri. Biasanya panel surya itu letakkan
dengan posisi statis menghadap matahari. Padahal bumi itu bergerak mengelilingi
matahari. Orbit yang ditempuh bumi berbentuk elip dengan matahari berada di
salah satu titik fokusnya. Karena matahari bergerak membentuk sudut selalu
berubah, maka dengan posisi panel surya itu yang statis itu tidak akan diperoleh
energi listrik yang optimal. Agar dapat terserap secara maksimum, maka sinar
matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak lurus pada permukaan panel
surya. Jadi, untuk mendapatkan energi listrik yang optimal, sistem sel surya itu
masih harus dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional untuk mengatur
arah permukaan panel surya agar selalu menghadap matahari sedemikian rupa
sehingga sinar mahatari jatuh hampir tegak lurus pada panel suryanya. Kontroler
seperti ini dapat dibangun, misalnya, dengan menggunakan mikrokontroler 8031.
Kontroler ini tidak sederhana, karena terdiri dari bagian perangkat keras dan
bagian perangkat lunak. Biasanya, paket sistem sel surya yang lengkap belum
termasuk kontroler untuk menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar
matahari jatuh tegak lurus.
Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan
unit rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik
secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul
fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana,
sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi.
Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang
dihubungkan secara seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat
modul sel surya yaitu sebesar 60% dari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu
bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya pembangunan
PLTS. Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama
adalah membuat bingkai (frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel
yang masih diimpor. Jika permintaan pasar banyak maka pembuatan sel dilakukan
di dalam negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan sel surya dengan bahan
silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang
fotovoltaik yang digunakan pada PLTS, Indonesia ternyata telah melewati
tahapan penelitian dan pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan
dan instalasi
Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah,
bersih, mudah dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat. Sedangkan kendala
utama yang dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah
investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan relatif
tinggi, karena memerlukan subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan
inverter sesuai dengan kebutuhannya.

Gambar : Pengoperasian dari sebuah sel photovoltaic


Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material adhesive
transparan yang melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan, material
anti-refleksi untuk menyerap lebih banyak cahaya dan mengurangi jumlah cahaya
yang dipantulkan, semikonduktor P-type dan N-type (terbuat dari campuran
Silikon) untuk menghasilkan medan listrik, saluran awal dan saluran akhir (tebuat
dari logam tipis) untuk mengirim elektron ke perabot listrik. Cara kerja sel surya
sendiri sebenarnya identik dengan piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya
bersentuhan dengan sel surya dan diserap oleh bahan semi-konduktor, terjadi
pelepasan elektron. Apabila elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju
bahan semi-konduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gaya-
gaya pada bahan. Gaya tolakan antar bahan semi-konduktor, menyebabkan aliran
medan listrik. Dan menyebabkan elektron dapat disalurkan ke saluran awal dan
akhir untuk digunakan pada perabot listrik.

Gambar : Pabrikasi Photovoltaic

G. Dampak PLTS Terhadap Lingkungan


1. Gas Rumah Kaca
Siklus hidup emisi gas rumah kaca pembangkit listrik tenaga surya saat ini
berada di kisaran 25-32 g/kWh dan ini bisa turun menjadi 15 g/kWh di masa yang
akan datang. Sebagai perbandingan, PLTGU batubara menghasilkan 400-599
g/kWh, pembangkit listrik berbahan bakar minyak menghasilkan 893 g/kWh,
pembangkit listrik batu bara menghasilkan 915-994 g/kWh atau dengan
penangkapan dan penyimpanan karbon sekitar 200 g/kWh, dan pembangkit listrik
panas bumi temperatur tinggi menghasilkan 91-122 g/kWh. Hanya pembangkit
listrik tenaga angin dan panas bumi temperatur rendah yang menghasilkan lebih
baik, yaitu 11 g/kWh dan 0-1 g/kWh.
2. Kadmium
Salah satu isu yang sering menjadi keprihatinan adalah penggunaan kadmium
dalam sel surya cadmium telurida (CdTe). Kadmium dalam bentuk logam adalah zat
beracun yang memiliki kecenderungan untuk terakumulasi dalam rantai makanan
ekologi. Jumlah kadmium yang digunakan pada film tipis modul Photovoltaic (PV)
relatif kecil, yaitu 5-10 g/m². Dengan teknik kontrol emisi yang tepat, emisi
kadmium dari produksi modul dapat ditekan menjadi nol. Saat ini teknologi PV
menyebabkan emisi kadmium sebesar 0,3-0,9 mikrogram/kWh dalam satu siklus
hidup. Sebagian besar emisi tersebut muncul melalui penggunaan pembangkit listrik
tenaga batubara dalam pembuatan modul. Pembakaran batubara dan lignit
menyebabkan emisi kadmium jauh lebih tinggi. Kadmium dari batubara adalah 3,1
mikrogram/kWh, lignit 6,2 mikrogram/ kWh dan gas alam 0,2 mikrogram/kWh.
Jika listrik yang dihasilkan oleh panel fotovoltaik digunakan untuk pembuatan
modul, bukan listrik yang berasal dari pembakaran batubara, emisi kadmium dari
penggunaan batu bara dalam proses produksi dapat dihilangkan seluruhnya.

H. Keunggulan dan Kelemahan PLTS


1. Keunggulan PLTS :
 Tidak memerlukan bahan bakar, karena menggunakan sumber energi
matahari yangdapat diperoleh dimana saja secara cuma-cuma sepanjang
tahun, sehingga hampir tidak memerlukan biaya operasi.
 Tidak memerlukan konstruksi yang berat dan menetap, sehingga dapat
dipasang dimana saja dan dapat dipindahkan bilamana dibutuhkan.
 Dapat diterapkan secara sentralisasi (PLTS ditempatkan di suatu area dan
listrik yang dihasilkan disalurkan melalui jaringan distribusi ke tempat-
tempat yang membutuhkan) maupun desentralisasi (sistem PLTS dipasang
pada setiap rumah, dengan demikian tidak diperlukan jaringan distribusi).
 Pada pola desentralisasi, gangguan pada satu sistem tidak akan
mempengaruhi sistem yang lain dan tidak banyak energi yang terbuang pada
jaringan distribusi.
 Bersifat moduler; kapasitas listrik yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dengan cara merangkai modul secara seri dan paralel.
 Dapat dioperasikan secara otomatis (unattendable) maupun menggunakan
operator(attendable).
 Ramah lingkungan. Tidak menimbulkan polusi suara maupun polusi asap.
 •idak ada bagian yang bergerak, sehingga hampir tidak memerlukan biaya
pemeliharaan, yang diperlukan hanya membersihkan modul apabila kotor dan
menambah air accu (aquades).
 Umur pakai (life time) lebih dari 25 tahun
2. Kelamahan PLTS
 Modul surya memiliki efisiensi konversi yang rendah dibandingkan jenis
pembangkit lainnya.
 Untuk bekerja dengan baik, modul surya harus cukup mendapatkan
penyinaran matahari (tergantung pada musim).
 Memerlukan area yang luas untuk pemasangan modul surya untuk
mendapatkan daya keluaran yang tinggi.
 Harga modul surya (skala kecil) masih mahal sehingga biaya pembangkitan
yang dihasilkan juga mahal.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre –
Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini merupakan
cikal bakal teknologi solar cell.
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis
energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat perhatian yang
cukup besar dari banyak negara di dunia. Cahaya atau sinar matahari dapat dikonversi
menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau photovoltaic.
Cara kerja dari PLTS yaitu : Energi matahari akan ditangkap oleh modul surya
dimana modul surya tersebut terdiri dari photovoltaic berupa sel surya yang tersusun secara
seri-paralel yang berfungsi sebagai penghasil energi listrik, energi listrik akan mengalir
melalui charge controller yang berfungsi sebagai pengisi ke baterai, baterai akan
menghasilkan tegangan DC untuk itu diperlukanlah sebuah inverter untuk mengubah
tegangan DC menjadi tegangan AC.
Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat
dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia baru
mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan
mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel
surya adalah komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang
masih tinggi menjadi isu penting dalam perkembangan industri sel surya.

B. Saran
1. Setiap rumah maupun industri diharapkan untuk memanfaatan sumber energi
terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di dalam
menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel karena hal ini dapat
mengurangi emisi gas karbon.
2. Sebaiknya pembuatan bahan-bahan PLTS dibuat didalam negeri tanpa harus
mengimport dari negara lain
3. Sebisa mungkin pembuatan modul surya dilakukan didalam negeri sebab jika
modul sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat
biaya pembangunan PLTS.
DAFTAR PUSTAKA
 http://ebtke.esdm.go.id/energi/energi-terbarukan/sinar-matahari/234-plts-untuk-
indonesia-timur.html 10:35
 Tribunnews.com - Minggu, 15 April 2012 14:48 WIB
 http://metrogaya.com, http://alpensteel.com, http://www.worldofrenewables.com
 Departemen Energi Amerika dan International Energy Agency
 National Geographic Indonesia
 Makalah UI
 Sumber : Informasi umum PLTS – PT. Azet Surya Lestari
 http://forum.isi-dps.ac.id
 Anonimous, Photovoltaic (PV) Tutorial.pdf

Image Courtesy of
 apa-itu-listrik-tenaga-surya-3 (pdf) dan Study Kelayakan (pdf)
 http://mokoraden.blogdetik.com/2011/09/12/98/
 http://jendeladenngabei.blogspot.com/
 http://walhijabar.wordpress.com/
 http://anekasolusidaya.com/index.php/keuntungan-dan-keunggulan-serta- dampak-
positif-menggunakan-dan-memakai-pembangkit-listrik-tenaga-matahari-solar-cell/

Anda mungkin juga menyukai