Anda di halaman 1dari 24

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Dosen Pembimbing:
Achmad Hardito, B.Tech., M.KOM.

Kelompok:
Nama/NIM : Putra Khabibi Ilmannafi/ 3.31.23.1.19
Nama/NIM : Rismanto Sagita Putra/ 3.31.23.1.20
Nama/NIM : Walindo Syahda Gustarika/ 3.31.23.2.21

D3-Teknik Listrik
TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW karena penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pembangkit Listrik Tenaga Surya”. Penulis menulis makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas kelima dalam mata kuliah Energi Terbarukan dan Smartgrid.
Dalam penyelesaian penulisan makalah ini, penulis mendapat arahan dan bantuan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis
untuk menyelesaikan makalah ini.
Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun penulis menyadari
bahwa makalah ini memungkinkan untuk ditemukannya kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan di masa mendatang.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................1

Daftar Isi........................................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang.............................................................................................3


I.2. Rumusan Masalah........................................................................................3
I.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................3
I.4. Metodologi Penulisan...................................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN

II.1. Sejarah Solar Cell…………………………………...................................5


II.2. Prinsip Kerja Solar Cell......……................................................................6
II.3. Kompenen Pembangkit Listrik Tenaga Surya……………………………8
II.4. Jenis – jenis Solar Cell................................................................................10
II.5. Sistem Perhitungan Solar Cell12
II.5.A. Perhitungan Kapasitas Daya Modul Surya……………………………..14
II.5.B. Perhitungan Kapasitas Battery Charge Regulator……………………...16
II.5.C. Perhitungan Kapasitas Inverter………………………………………....17
II.5.D. Perhitungan PLTS Terpasang…………………………………………..17
II.6. Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia…………..18

BAB III. PENUTUP

KESIMPULAN..................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu Negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Bisa dikatakan bahwa
Indonesia adalah salah satu Negara tropis di dunia. Sebagai Negara tropis, Indonesia memiliki intensitas
paparan sinar Matarhari yang tinggi. Indonesia juga salah satu Negara berkembang, karena masih banyak
kelebihan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan tetapi tidak dimanfaatkan. Selain itu, masih banyak

2
masyarakat pedalaman yang terisolasi belum tersentuh dan mengenal listrik. Banyak masyarakat yang
tertinggal jauh akan kemajuan teknologi yang ada. Teknologi yang dapat merubah sinar Matahari sebagai
sumber energy listrik atau kita biasa mengenalnya dengan solar cell, berkembang pesat. Dengan
dikaruniai intensitas sinar Matahari yang tinggi harusnya membuat Indonesia mengembangkan teknologi
solar cell sendiri.

I.2. Rumusan Masalah


Yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah
1. Bagaimana tenaga surya yang Indonesia punya dimanfaatkan menjadi potensi pambangkit listrik?
2. Bagaimana prinsip kerja Sel Surya?
3. Bagaimana efisiensi dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya?

I.3. Tujuan Penulisan


Tujuan ditulisnya makalah ini selain untuk memenuhi tugas, makalah ini juga bertujuan untuk
mempelajari tentang pembangkit listrik tenaga surya, agar kita para mahasiswa mengetahui lebih tentang
pembangkit listrik tenaga surya.

I.4. Metodologi Penelitian


Metodologi penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah berupa study
literature. Pada makalah ini literature yang digunakan berasal dari internet, dengan cara melakukan
pencarian pada Search Engine (Google) mengenai pembangkit listrik tenaga surya.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Sejarah Solar Cell

Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre – Edmund Becquerel
seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini merupakan cikal bakal teknologi solar cell.
Percobaannya dilakukan dengan menyinari 2 elektrode dengan berbagai macam cahaya. Elektrode
tersebut di balut (coated) dengan bahan yang sensitif terhadapcahaya, yaitu AgCl dan AgBr dan dilakukan
pada kotak hitam yang dikelilingi dengan campuran asam. Dalam percobaanya ternyata tenaga listrik
meningkat manakala intensitascahaya meningkat. Selanjutnya penelitian dari Bacquerel dilanjutkan oleh
peneliti-peneliti lain. Tahun 1873 seorang insinyur Inggris Willoughby Smith menemukan Selenium
sebagai suatu elemen photo conductivity. Kemudian tahun 1876, William Grylls dan Richard Evans Day

3
membuktikan bahwa Selenium menghasilkan arus listrik apabila disinari dengan cahaya matahari. Hasil
penemuan mereka menyatakan bahwa Selenium dapat mengubah tenaga matahari secara langsung
menjadi listrik tanpa ada bagian bergerak atau panas. Sehingga disimpulkan bahwa solar cell sangat tidak
efisien dan tidak dapat digunakan untuk menggerakkan peralatan listrik.

Tahun 1894 Charles Fritts membuat Solar Cell pertama yang sesungguhnya yaitu suatu bahan
semi-conductor (selenium) dibalut dengan lapisan tipis emas. Tingkat efisiensi yang dicapai baru 1%
sehingga belum juga dapat dipakai sebagai sumber energi, namun kemudian dipakai sebagai
sensor cahaya. Tahun 1905 Albert Einstein mempublikasikan tulisannya mengenai photoelectric effect.
Tulisannya ini mengungkapkan bahwa cahaya terdiri dari paket-paket atau “quanta of energi” yang
sekarang ini lazim disebut “photon.” Teorinya ini sangat sederhana tetapi revolusioner. Kemudian tahun
1916 pendapat Einstein mengenai photoelectric effect dibuktikan oleh percobaan Robert Andrew Millikan
seorang ahli fisika berkebangsaan Amerika dan ia mendapatkan Nobel Prize untuk karya photoelectric
effect. Tahun 1923 Albert Einstein akhirnya juga mendapatkan Nobel Prize untuk teorinya yang
menerangkan photoelectric effect yang dipublikasikan 18 tahun sebelumnya.

Hingga tahun 1980 an efisiensi dari hasil penelitian terhadap solar cell masih sangat rendah
sehingga belum dapat digunakan sebagai sumber daya listrik. Tahun 1982, Hans Tholstrup seorang
Australia mengendarai mobil bertenaga surya pertama untuk jarak 4000 km dalam waktu 20 hari dengan
kecepatan maksimum 72 km/jam. Tahun 1985 University of South Wales Australia memecahkan rekor
efisiensi solar cell mencapai 20% dibawah kondisi satu cahaya matahari. Tahun 2007 University of
Delaware berhasil menemukan solar cell technology yang efisiensinya mencapai 42.8% Hal ini
merupakan rekor terbaru untuk “thin film photovoltaicsolar cell.” Perkembangan dalam riset solar
cell telah mendorong komersialisasi dan produksi solar cell untuk penggunaannya sebagai sumber daya
listrik.

II.2. Prinsip Kerja Solar Cell

Ilmu mengubah sinar matahari langsung menjadi listrik dikenal sebagai fotovoltaik (PV),
mengacu pada foton cahaya dan volt listrik. Inilah pelajaran 10 detik Anda tentang cara kerja PV:
Panel surya, yang disebut dengan modul PV (lihat Anda Mengatakan “Panel”; Kami Mengatakan
“Modul,”), mengandung sel surya, yang biasanya terbuat dari lapisan silikon, semikonduktor bahan
terbuat dari pasir (juga senama Silicon Valley). Ketika foton cahaya memasuki sel surya, mereka
diserap dan membangkitkan elektron di lapisan silikon, menyebabkan mereka bergerak dan, pada
akhirnya, mengalir terus menerus melalui rangkaian kabel yang masuk ke sistem PV. Memanfaatkan
aliran elektron inilah yang memberi Anda daya listrik.

Listrik yang dihasilkan oleh modul PV (dan digunakan oleh semua baterai) adalah arus searah
(DC), di mana semua elektron bergerak dalam satu arah saja. Sistem kelistrikan rumah Anda dan
sebagian besar peralatan menggunakan daya arus bolak-balik (AC), di mana elektron bergerak maju
mundur, arah bolak-balik sekitar 60 kali per detik. Oleh karena itu, sistem PV menyertakan satu atau
lebih inverter yang mengubah listrik DC yang dihasilkan surya menjadi daya AC yang dapat

4
digunakan untuk rumah Anda (dan, dengan sistem yang terikat jaringan, untuk dijual kembali ke
jaringan utilitas).

Semua sistem PV rumah dimulai dengan kumpulan modul surya-listrik, yang disebut susunan PV. Array
dapat dipasang di atap atau di tanah. Modul dalam array biasanya dihubungkan bersama dalam kelompok,
masing-masing disebut seri-string. Senar-seri disambung di dekat larik pada kotak penggabung atau
perangkat lain, dan pengkabelan dari kotak membawa daya ke komponen sistem lainnya di permukaan
tanah. Komponen pertama yang terhubung dengan jalur suplai ini bergantung pada jenis sistem. Halaman
berikut memberi Anda gambaran tentang tiga sistem utama.

Gambar 2.1 Detail Sel Surya

Gambar 2.2 Modul PV

5
Modul PV standar tidak lebih dari bingkai logam yang mengelilingi board yang terbuat dari bahan
pendukung yang kaku, lapisan tipis sel surya silikon, lembaran ikatan transparan, dan bagian atas kaca
tempered. Sel adalah tempat keajaiban terjadi. Setiap sel biasanya berukuran sekitar 4 hingga 6 inci
persegi, dan modul ukuran penuh biasanya berisi 60 atau 72 sel yang saling berhubungan yang ditata
dalam pola kotak. Sel yang paling umum terbuat dari silikon kristal (c-Si), bahan semikonduktor yang
mampu menghasilkan sekitar 0,5 volt listrik. (Jumlah arus, atau arus listrik, yang dihasilkan oleh sel surya
tergantung pada ukurannya.) 3 Instalasi Panel Listrik Surya (Dr. Agus Wibowo) Ketika Anda
menyambungkan sel-sel secara seri, tegangan bertambah sehingga modul 60 sel menghasilkan sekitar 30
volt, dan 72 sel modul sekitar 36 volt.

Gambar 2.3 Sistem PV Grid-Tied

Gambar 2.3 menyatakan bahwa Sistem PV terikat jaringan selalu terhubung ke jaringan listrik
dan tidak memiliki sarana untuk menyimpan energi di lokasi. Sistem inverter string ditampilkan di
sini. Sistem mikroinverter akan memiliki beberapa inverter mikro yang dipasang di bawah larik (dan
tidak ada inverter string) dan tidak akan memiliki sistem kontrol terpisah untuk shutdown cepat.

6
Sel surya dirakit menjadi modul PV karena dua alasan yang sangat bagus:
1. Anda membutuhkan banyak sel yang dihubungkan bersama untuk menghasilkan jumlah
listrik yang berguna yang dihasilkan pada tegangan yang relatif tinggi.
2. Sel silikon kristal rapuh. Struktur modul dan kaca atas melindungi pembuat sihir kecil dari
hal-hal seperti hujan, salju, angin, hujan es, burung doo-doo, dan efek jangka panjang dari
perubahan suhu dan kelembaban. Ya, modul dapat rusak jika Anda menjatuhkannya dengan
cara yang salah, tetapi selain itu modul ini dirancang untuk tahan terhadap paparan luar
ruangan selama beberapa dekade.
Sistem Grid-Tied
Sistem grid-tied sejauh ini merupakan jenis sistem PV perumahan yang paling umum, serta
yang paling sederhana dan paling murah. Ini terhubung ke jaringan utilitas listrik dan menggunakan
jaringan untuk "penyimpanan" dan cadangan. Ketika susunan menghasilkan lebih banyak daya
daripada yang digunakan rumah, kelebihan daya diumpankan kembali ke jaringan — memutar
meteran utilitas ke belakang — dan Anda mendapatkan kredit untuk itu. Ketika rumah membutuhkan
lebih dari yang disediakan oleh panel surya, rumah secara otomatis menarik listrik dari jaringan.

Keuntungan dari sistem grid-tied termasuk kesederhanaan, biaya rendah, dan perawatan yang
rendah, menjadikannya pilihan yang jelas bagi pemilik rumah yang sudah menggunakan daya utilitas,
yang merupakan sebagian besar pemilik rumah. Tetapi jaringan listrik juga merupakan kelemahan
utama: ketika mati, begitu juga sistem PV. Fungsi mati otomatis ini, yang disebut self-islanding,
diperlukan oleh utilitas untuk penyambungan jaringan untuk keselamatan personel utilitas yang
bekerja di saluran listrik.

Sistem grid-tied dapat menggunakan satu atau lebih inverter string, yang mengubah daya dari
DC ke AC untuk sekelompok modul sekaligus, atau microinverter, yang mengubah daya dari DC ke
AC pada setiap modul individu atau sepasang modul. Opsi ketiga adalah menambahkan pengoptimal
DC ke sistem inverter string. Pengoptimal DC (lihat di sini) menambahkan beberapa pengoptimalan
kinerja dan fitur pemantauan yang ditawarkan oleh inverter mikro, tetapi mereka tidak mengubah DC
ke AC pada modul.

Sistem Off-Grid
Sistem swasembada, sistem off-grid tidak memiliki koneksi ke jaringan utilitas dan oleh
karena itu merupakan pilihan terbaik untuk rumah yang jauh dari jalur utilitas. Mereka termasuk bank
baterai untuk menyimpan tenaga surya di siang hari dan memberi makan rumah dengan listrik di
malam hari. Sistem ini juga dapat memperoleh daya cadangan tambahan dari generator bertenaga
bahan bakar (biasanya gas, diesel, atau propana), yang harus dipasang oleh ahli listrik. Semua listrik
tenaga surya melewati baterai; itu tidak memberi daya rumah langsung dari array. Baterai diisi oleh
daya DC dari array dan dipantau dan dikendalikan oleh perangkat yang disebut pengontrol muatan.
Daya baterai diubah menjadi AC (melalui inverter DC-AC) sebelum memasok rumah.

7
Gambar 2.4 Sistem PV Grid-off

Gambar 1.5 diatas sistem PV Grid-off bersifat otonom atau “berdiri sendiri” karena dapat
menyimpan energi di lokasi. Sebagian besar sistem off-grid menyertakan generator konvensional
untuk menyediakan daya cadangan ketika tingkat penyimpanan baterai terlalu rendah dan energi
matahari tidak mencukupi untuk mengisi ulang baterai dan/atau mengakomodasi penggunaan rumah
tangga.

Sistem Grid-tied dengan Cadangan Baterai


Pengaturan yang terikat jaringan dapat dikombinasikan dengan cadangan baterai sehingga
tenaga surya mengisi baterai dan memberi umpan balik ke jaringan bila ada kelebihan. Ketika rumah
membutuhkan lebih banyak daya daripada yang dihasilkan oleh panel surya, ia dapat menarik dari

8
grid atau baterai. Saat jaringan mati, baterai memasok daya ke subpanel beban kritis, yang melayani
beberapa sirkuit rumah tangga. Hal ini memungkinkan

Anda untuk menjaga hal-hal penting seperti lemari es, penerangan, komputer, dan mungkin tungku
gas tetap menyala saat listrik padam. Baterai biasanya tidak memberi daya ke seluruh rumah, karena
ini akan membutuhkan bank baterai yang lebih besar dan lebih mahal.

Gambar 2.5 Sistem PV Grid-tied Dengan Baterai Cadangan

Gambar 1.6 diatas Sistem yang diikat dengan jaringan dengan cadangan baterai dapat
mengalirkan ke, dan menarik dari, jaringan utilitas saat jaringan beroperasi. Mereka juga dapat
menyimpan energi di tempat untuk digunakan saat jaringan mati atau, opsional, selama periode
tingkat puncak ketika energi jaringan paling mahal. Baterai dapat diisi ulang oleh array surya serta
grid. Sebuah sistem AC-coupled ditampilkan di sini.

9
Sistem grid-off dengan cadangan baterai relatif kompleks, canggih secara teknis, dan mahal,
jauh lebih mahal daripada sistem terikat-jaringan standar. Ada dua jenis utama sistem cadangan
baterai: DC-coupled dan AC-coupled. Sistem berpasangan DC adalah standar historis, sedangkan
sistem berpasangan AC menjadi lebih umum dan merupakan satu-satunya jenis yang diizinkan oleh
beberapa perusahaan utilitas, karena memudahkan pelacakan produksi surya.

Beberapa catatan penting tentang sistem yang terikat jaringan dengan cadangan baterai:
1. Mengingat kerumitan sistem ini, yang terbaik adalah menyewa seorang profesional untuk
desain dan pemasangan sistem. (Hanya pemasangan perangkat keras larik yang sama dengan
pemasangan untuk sistem jaringan-terikat dan luar-jaringan yang ditunjukkan dalam buku
ini.)
2. Anda dapat menambahkan cadangan baterai ke sistem terikat jaringan yang ada, tergantung
pada jenis dan desain sistem. Jika Anda menginstal sistem grid-tied standar sekarang dan
nanti memutuskan Anda ingin baterai cadangan, Anda dapat dengan mudah menambahkan
komponen di lain waktu, asalkan Anda menggunakan konfigurasi AC-coupled. Sistem yang
digabungkan dengan DC kemungkinan akan memerlukan pelepasan dan pemasangan ulang
modul untuk mengakomodasi pengontrol muatan tegangan rendah sistem cadangan.
Sistem jaringan-terikat memiliki keuntungan dan kenyamanan menggunakan jaringan listrik sebagai
sumber daya cadangan, sehingga sistem PV ini tidak harus menyediakan semua daya untuk menutupi
penggunaan listrik rumah tangga Anda. Sistem off-grid sangat berbeda. Karena tidak ada layanan
utilitas untuk menyediakan daya cadangan, Anda harus mengukur susunan PV dan bank baterai
secara akurat untuk penggunaan listrik rumah tangga Anda.

Berikut adalah panduan singkat untuk terminologi dasar sistem tenaga surya. Karena Anda
akan bekerja seperti seorang profesional, Anda mungkin juga terdengar seperti seorang profesional.
• PV: Fotovoltaik atau fotovoltaik; ilmu, atau perangkat untuk, menciptakan listrik DC dengan
energi matahari (yaitu, foton, paket energi cahaya dari matahari).
• Modul: Panel atau kolektor PV. Pro menggunakan kata modul ketika mengacu pada sistem
PV untuk membedakannya dari panel atau kolektor yang digunakan untuk sistem panas
matahari untuk air panas atau pemanas ruangan.
• Perangkat Keras: Komponen utama sistem PV, termasuk modul dan struktur
pemasangannya, inverter, pemutus, meter, saluran, kabel, kotak listrik, dan baterai,
sebagaimana berlaku.
• Mekanik: Tahap instalasi sistem yang meliputi struktur pemasangan modul, modul, dan
pengkabelan modul.
• Struktur pemasangan: Perakitan perangkat keras yang mendukung modul PV dan
menambatkannya ke atap atau tanah.
• Listrik: Fase pemasangan untuk segala sesuatu di luar modul, termasuk pengkabelan,
pentanahan, inverter, meteran, pemutusan sambungan, dan baterai.

10
II.3. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Untuk instalasi listrik tenaga surya sebagai pembangkit listrik, diperlukan komponen sebagai
berikut:

II.3.1. Panel Surya (Solar Cell)

Gambar 2.6 Panel Surya

Solar panel mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Sel silikon (disebut juga solar
cells) yang disinari matahari/ surya, membuat photon yang menghasilkan arus listrik. Sebuah solar cells
menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36
sel (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan maksimun)
Apa arti Solar Cell 50 WP ?
Solar cell 50 wp artinya solar cell tersebut mempunyai 50 watt peak ( pada saat matahari terik )
Peak 1 hari di asumsikan 4,5 jam (hitungan aman adalah 4 jam)
sehingga 50 x 4,5 = 225 watt hour / day
itu kapasitas maksimal untuk pemakaian 1 hari.

Contoh
Total penggunaan daya per day adalah 225 watt hour
Lampu teras 5 watt x 12 jam = 60 watt hour/ day
Lampu kamar tidur 11 watt x 5 jam = 55 watt hour hour / day
Lampu ruang tamu 11 watt x 5 jam = 65 watt hour / day
Lampu kamar mandi 5 watt x 4 jam = 20 watt hour / day
—————————
total = 200 watt / day

11
masih ada sisa 225 – 200 = 25 watt / day

II.3.2. Charge Control

Gambar 2.7 Charge Control

Cara kerja charger controller:


Pada waktu solar panel mendapatkan energy dari cahaya matahari di siang hari, rangkaian charger
controller ini otomatis bekerja dan mengisi (charge ) battery dan menjaga tegangan battery agar tetap
stabil .Contoh.

Bila kita menggunakan battery 12V, maka rangkaian ini akan menjaga agar tegangan charger 12
10% , tegangan charger yang di butuhkan antara 13,2 – 13,4 Volt.
dan bila sudah mencapai tegangan tersebut, rangkaian ini otomatis akan menghentikan proses pengisian
battery tersebut.

Sebaliknya apabila tegangan battery turun / drop hingga 11 Volt , maka controller akan memutus
tegangan sehingga battery tidak sampai habis.
Secara keseluruhan Fungsi dari Controller ini yaitu dapat menjaga agar battery tidak kelebihan (over
charger) dan kehabisan tegangan (under charger) dengan begitu maka umur dari battery bertambah lama.

II.3.3. Battery

Gambar 2.8 Battery


Fungsi battery adalah sebagai tempat untuk menyimpan daya (power storage).
Untuk battery yang digunakan sebaiknya menggunakan battery gel atau yang selama ini kita kenal dengan
istilah battery kering.
Battery gel ini adalah yang paling direkomendasikan untuk digunakan pada applikasi solar system.
Kelemahannya adalah harganya yang mahal.

12
II.3.4. Inverter / Converter (Optional)

Gambar 2.9 Inverter

Inverter adalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC - direct current)
menjadi tegangan bolak balik (AC - alternating current).
Alat ini tidak diperlukan untuk beban yang hanya membutuhkan tegangan searah.

II.3.5. Jenis – jenis Solar Cell

Ditinjau dari konsep struktur kristal bahannya, terdapat tiga tipe utama sel surya, yaitu sel surya
berbahan dasar monokristalin, poli (multi) kristalin, dan amorf. Ketiga tipe ini telah dikembangkan
dengan berbagai macam variasi bahan, misalnya silikon, CIGS, dan CdTe.

Berdasarkan kronologis perkembangannya, sel surya dibedakan menjadi sel surya generasi
pertama, kedua, dan ketiga. Generasi pertama dicirikan dengan pemanfaatan wafer silikon sebagai
struktur dasar sel surya; generasi kedua memanfaatkan teknologi deposisi bahan untuk menghasilkan
lapisan tipis (thin film) yang dapat berperilaku sebagai sel surya; dan generasi ketiga dicirikan oleh
pemanfaatan teknologi bandgap engineering untuk menghasilkan sel surya berefisiensi tinggi dengan
konsep tandem atau multiple stackes.

Kebanyakan sel surya yang diproduksi adalah sel surya generasi pertama, yakni sekitar 90%
(2008). Di masa depan, generasi kedua akan makin populer, dan kelak akan mendapatkan pangsa pasar
yang makin besar. European Photovoltaic Industry Association (EPIA) memperkirakan pangsa pasar thin
film akan mencapai 20% pada tahun 2010. Sel surya generasi ketiga hingga saat ini masih dalam tahap
riset dan pengembangan, belum mampu bersaing dalam skala komersial.

Jenis-jenis sel surya digolongkan berdasarkan teknologi pembuatannya. Secara garis besar sel
surya dibagi dalam tiga jenis, yaitu:

13
II.3.5.1.Monocrystalline

Murni yang diiris tipis-tipis. Kira-kira hampir sama seperti pembuatan keripik singkong. Satu
singkong diiris tipis-tipis, untuk menghasilkan kepingan-kepingan keripik yang siap digoreng. (Ah...jadi
ngilerrrr ingat keripik singkong).

Itu singkong yang mudah diiris tipis-tipis, beda dengan kristal silikon murni yang membutuhkan
teknologi khusus untuk mengirisnya menjadi kepingan-kepingan kristal silikon yang tipis.Dengan
teknologi seperti ini, akan dihasilkan kepingan sel surya yang identik satu sama lain dan berkinerja tinggi.
Sehingga menjadi sel surya yang paling efisien dibandingkan jenis sel surya lainnya, sekitar 15% - 20%.

Mahalnya harga kristal silikon murni dan teknologi yang digunakan, menyebabkan mahalnya
harga jenis sel surya ini dibandingkan jenis sel surya yang lain di pasaran
Kelemahannya, sel surya jenis ini jika disusun membentuk solar modul (panel surya) akan menyisakan
banyak ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini umumnya berbentuk segi enam atau bulat,
tergantung dari bentuk batangan kristal silikonnya, seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2.10 Contoh Jenis Solar Cell

Keterangan gambar:

1. Batangan kristal silikon murni


2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis
3. Sebuah sel surya monocrystalline yang sudah jadi
4. Sebuah panel surya monocrystalline yang berisi susunan sel surya monocrystalline. Nampak area
kosong yang tidak tertutup karena bentuk sel surya jenis ini.

14
II.3.5.2. Polycrystalline

Gambar 2.11 Polycrystalline

Jenis ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dilebur / dicairkan kemudian dituangkan
dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kemurnian kristal silikonnya tidak semurni pada sel surya
monocrystalline, karenanya sel surya yang dihasilkan tidak identik satu sama lain dan efisiensinya lebih
rendah, sekitar 13% - 16% .
Tampilannya nampak seperti ada motif pecahan kaca di dalamnya. Bentuknya yang persegi, jika disusun
membentuk panel surya, akan rapat dan tidak akan ada ruangan kosong yang sia-sia seperti susunan pada
panel surya monocrystalline di atas. Proses pembuatannya lebih mudah dibanding monocrystalline,
karenanya harganya lebih murah. Jenis ini paling banyak dipakai saat ini.

II.3.5.3. Thin Film Solar Cell (TFSC)

Gambar 2.12 Thin Film Solar Cell (TFSC)

Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau beberapa lapisan material sel
surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Sel surya jenis ini sangat tipis karenanyasangat ringan dan
fleksibel. Jenis ini dikenal juga dengan nama TFPV (Thin Film Photovoltaic).

15
Berdasarkan materialnya, sel surya thin film ini digolongkan menjadi:

II.3.5.3.1. Amorphous Silicon (a-Si) Solar Cells.


Sel surya dengan bahan Amorphous Silicon ini, awalnya banyak diterapkan pada kalkulator dan
jam tangan. Namun seiring dengan perkembangan teknologi pembuatannya penerapannya menjadi
semakin luas. Dengan teknik produksi yang disebut "stacking" (susun lapis), dimana beberapa lapis
Amorphous Silicon ditumpuk membentuk sel surya, akan memberikan efisiensi yang lebih baik antara
6% - 8%.

II.3.5.3.2. Cadmium Telluride (CdTe) Solar Cells.


Sel surya jenis ini mengandung bahan Cadmium Telluride yang memiliki efisiensi lebih tinggi
dari sel surya Amorphous Silicon, yaitu sekitar: 9% - 11%.

II.3.5.3.3. Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) Solar Cells.


Dibandingkan kedua jenis sel surya thin film di atas, CIGS sel surya memiliki efisiensi paling
tinggi yaitu sekitar 10% - 12%. Selalin itu jenis ini tidak mengandung bahan berbahaya Cadmium seperti
pada sel surya CdTe.

Teknologi produksi sel surya thin film ini masih baru, masih banyak kemungkinan di masa mendatang.
Ongkos produksi yang murah serta bentuknya yang tipis, ringan dan fleksibel sehingga dapat dilekatkan
pada berbagai bentuk permukaan, seperti kaca, dinding gedung dan genteng rumah dan bahkan tidak
menutup kemungkinan kelak dapat dilekatkan pada bahan seperti baju kaos.

II.4. Sistem Perhitungan Solar Cell

Energi baru dan yang terbarukan mempunyai peran yang sangat penting dalam memenuhi
kebutuhan energi. Hal ini disebabkan penggunaan bahan bakar untuk pembangkit-pembangkit listrik
konvensional dalam jangka waktu yang panjang akan menguras sumber minyak bumi, gas dan batu bara
yang makin menipis dan juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Salah satunya upaya yang
telah dikembangkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS atau lebih dikenal dengan
sel surya (sel fotovoltaik) akan lebih diminati karena dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang
relevan dan di berbagai tempat seperti perkantoran, pabrik, perumahan, dan lainnya. Di Indonesia yang
merupakan daerah tropis mempunyai potensi energi matahari sangat besar dengan insolasi harian rata-rata
4,5 - 4,8 KWh/m² / hari. Akan tetapi energi listrik yang dihasilkan sel surya sangat dipengaruhi oleh
intensitas cahaya matahari yang diterima oleh sistem.

Dalam merencanakan pembangunan PLTS terlebih dahulu diperhitungkan beban dari PLTS
sehingga kita dapat menghitung kapasitas listrik tenaga surya yang akan dibangun. Berikut ini
merupakan contoh perhitungan beban pada perumahan tipe 36 sebanyak 10 unit rumah.
Asumsi Rencana Pembebanan

16
Gambar 2.13 Asumsi Rencana Pembebanan

Gambar 2.14 Diagram Asumsi Rugi

Asumsi rugi-rugi (losses) pada sistem dianggap sebesar 15%, karena keseluruhan komponen sistem yang
digunakan masih baru (Mark Hankins, 1991: 68).
Total energi sistem yang disyaratkan adalah sebesar:
ET = EA + rugi-rugi system ET : Energi total termasuk rugi-rugi yang diperhitungkan
= EA + (15% x EA) EA : Energi total tanpa rugi-rugi
= 51860 WH + (15% x 51860WH)
= 59639 WH
Jadi total energi sistem yang disyaratkan sebesar 59639 WH

17
II.5.A. Perhitungan Kapasitas Daya Modul Surya
Kapasitas daya modul sel surya dapat diperhitungkan dengan memperhatikan beberapa faktor,
yaitu kebutuhan energi sistem yang disyaratkan, insolasi matahari, dan faktor penyesuaian (adjustment
factor). Kebutuhan energi sistem hasil perhitungan, yaitu sebesar 59639 WH. Insolasi matahari bulanan
yang terendah adalah pada bulan Januari yaitu 3,91 (sumber BMG, BPPT). Diambil data insolasi matahari
yang terendah agar PLTS dapat memenuhi kebutuhan beban setiap saat. Berikut merupakan tabel insolasi
matahari untuk daerah Jakarta dalam kurun waktu satu tahun.

Tabel Insolasi Matahari


INSOLASI
No BULAN MATAHARI
1 JANUARI 3.91
2 FEBRUARI 4.03
3 MARET 4.48
4 APRIL 4.62
5 MEI 4.37
6 JUNI 4.17
7 JULI 4.44
8 AGUSTUS 4.48
9 SEPTEMBER 5.05
10 OKTOBER 4.85
11 NOVEMBER 4.43
12 DESEMBER 4.21
13 rata-rata 4.42

Faktor penyesuaian pada kebanyakan instalasi PLTS adalah 1,1 (Mark Hankins, 1991 Small Solar
Electric System for Africa page 68). Kapasitas daya modul surya yang dihasilkan adalah:

Kapasitas Daya Modul Surya = ( ET / insolasi matahari ) x faktor penyesuaian


= ( 59639 / 3.91 ) x 1.1

= 16702.27 ≈ 16800 WP

Besarnya kapasitas daya modul surya 16800 watt peak.


Satuan energi (dalam WH) dikonversikan menjadi Ah yang sesuai dengan satuan kapasitas
baterai sebagai berikut:
AH = ET/Vs AH : kapasitas AH yang dibutuhkan
= 59639 Wh / 24h ET : Energi total termasuk rugi-rugi
= 2484,95 AH yang diperhitungkan

18
Hari otonomi yang ditentukan adalah satu hari, jadi baterai hanya menyimpan energi dan
menyalurkannya pada hari itu juga. Besarnya deep of discharge (DOD) pada baterai adalah 80% (Mark
Hankins, 1991: 68).
Kapasitas baterai yang dibutuhkan adalah:

Cb = (AH x d) / DOD Cb : kapasitas batrei


= (2484.95 x 1) / 0.8 AH : kapasitas AH yang dibutuhkan
= 3107 AH d : day (hari)

II.5.B. Perhitungan Kapasitas Battery Charge Regulator (BCR)


Beban pada sistem PLTS mengambil energi dari BCR. Kapasitas arus yang mengalir pada BCR
dapat ditentukan dengan mengetahui beban maksimal yang terpasang. Beban maksimal yang terjadi pada
sore hari adalah 4750 watt pukul 17.00. Dengan beban maksimal tegangan sistem adalah 24 volt maka
kapasitas arus yang mengalir di BCR:
I maks = P maks / Vs
= 4750 W / 24V
= 197.9 A
Jadi kapasitas BCR yang digunakan harus lebih besar dari 197,9
II.5.C. Perhitungan Kapasitas Inverter
Spesifikasi inverter harus sesuai dengan Battery Charge Regulator (BCR) yang digunakan.
Berdasarkan tegangan sistem dan perhitungan BCR, maka tegangan masuk (input) dari inverter 24 V DC.
Tegangan keluaran (output) dari inverter yang tersambung ke beban adalah 220 V AC. Arus yang
mengalir melewati inverter juga harus sesuai dengan arus yang melalui BCR. Berdasarkan perhitungan
kapasitas BCR, arus maksimal yang dapat melewati BCR sebesar 197,9 ampere. Berarti kapasitas arus
Inverter yang digunakan harus lebih besar dari 197,9 ampere.

II.5.D. Kapasitas PLTS Terpasang

II.5.D.A. Modul Surya


Modul photovoltaik yang akan digunakan mempunyai spesifikasi sebagai
berikut:
Kapasitas Daya : 100 WP
Arus Maksimum : 6 Ampere
Tegangan maksimum : 16,5 Volt
Karena kapasitas daya modul surya dibutuhkan 16800 W dan kapasitas daya 1 unit photovoltaik 100 WP
dapat dibuat persamaan:
∑ m = kapasitas daya / kapasitas per unit
= 16800 / 100
= 168 unit.
Modul surya terdiri dari 168 modul PV yang dihubungkan secara seri dan paralel, 2 modul
dipasang secara seri, kemudian 84 kelompok seri dipasang dipasang secara paralel. Array PV
mempunyai Im = 504 A dan Vm = 33V yang setara dengan daya keluaran (Pm) 16632 watt.
II.5.A.B. Baterai

19
Kapasitas baterai yang digunakan adalah 200 AH dengan tegangan 12V. Karena tegangan sistem
yang digunakan adalah 24V, dan kapasitas baterai 3107 ≈ 3200 AH maka baterai sebanyak 16 buah
baterai, 2 buah dipasang secara seri dan 8 kelompok seri di paralelkan.
II.5.A.C. Battery Charge Regulator

Battery Charge Regulator (BCR) mempunyai dua fungsi utama. Fungsi utama sebagai titik pusat
sambungan ke beban, modul sel surya dan beterai. Fungsi yang kedua adalah sebagai pengatur system
agar penggunaan listriknya aman dan efektif, sehingga semua komponen-komponen system aman dari
bahaya perubahan level tegangan. BCR yang digunakan adalah BCR dengan kapasitas arus 200A, dan
tegangan 24V.

II.6. Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia

Indonesia, sebagai negara yang terletak di kawasan katulistiwa, memiliki potensi energi surya
yang melimpah. Dengan matahari yang bersinar sepanjang tahun, diperkirakan energi surya dapat
menghasilkan hingga 4.8 KWh/m2, atau setara dengan 112.000 GWp. Sayangnya pemanfaatan salah satu
jenis energi terbarukan ini masih belum maksimal. Indonesia baru mampu memanfaatkan sekitar 10
MWp.

Umumnya pemanfaatan energi matahari melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya digunakan
pada daerah pedesaan dengan skala kecil yakni menggunakan Solar Home System (SHS). Solar Home
System adalah pembangkit listrik skala kecil yang dipasang secara desentralisasi (satu rumah satu
pembangkit). Listrik harian yang dihasilkannya berkisar antara 150-300 Wp.

Sedangkan untuk untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya skala besar, jumlahnya masih sangat
sedikit. Dan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia yang telah beroperasi tersebut hanya
mampu memproduksi puluhan hingga ratusan kiloWattpeak (kWp) listrik. Dua Pembangkit Listrik
Tenaga Surya Terbesar di Indonesia, yakni di Karangasem dan Bangli (Bali) masing-masing kapasitasnya
hanya 1 MW.

Diantara beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia tersentralisasi yang memiliki skala
besar antara lain adalah :

1. PLTS di Kabupaten Karangasem, Bali dengan kapasitas 1 MW.


2. PLTS di Kabupaten Bangli, Bali dengan kapasitas 1 MW.
3. PLTS di Pulau Gili Trawangan (NTB) berkapasitas 600 kWp.
4. PLTS di Pulau Gili Air (NTB) dengan kapasitas 160 kWp.
5. PLTS di Pulau Gili Meno (NTB) dengan kapasitas 60 kWp.
6. PLTS di Pulau Medang, Sekotok, Moyo, Bajo Pulo, Maringkik, dan Lantung dengan total
kapasitas 900 kWp.
7. PLTS Raijua (Kabupaten Sabu Raijua, NTT) dengan kapasitas 150 kWp.
8. PLTS Nule (Kab. Alor, NTT) dengan kapasitas 250 kWp.
9. PLTS Pura (Kab. Alor, NTT) dengan kapasitas 175 kWp.
10. PLTS Solor Barat (Kab. Flores Timur, NTT) dengan kapasitas 275 kWp.

20
11. PLTS Morotai (Maluku Utara) dengan kapasitas 600 kWp.
12. PLTS Kelang (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
13. PLTS Pulau Tiga (Maluku) dengan kapasitas 75 kWp.
14. PLTS Banda Naira (Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
15. PLTS Pulau Panjang (Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.
16. PLTS Manawoka (Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.
17. PLTS Tioor (Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
18. PLTS Kur (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
19. Kisar (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
20. PLTS Wetar (Maluku) dengan total kapasitas 100 kWp.
21. PLTS Kabaena (Sulawesi Tenggara) dengan kapasitas 200 kWp.

Indonesia, melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) pun masih berusaha menambah jumlah Pembangkit
Listrik Tenaga Surya di Indonesia. Baik menambah jumlah pembangkitnya maupun kapasitas listrik yang
dihasilkannya. PLTS-PLTS baru tersebut akan dibangun di pulau-pulau kecil Indonesia.

BAB III

PENUTUP

21
KESIMPULAN

Sebenarnya Indonesia dapat mengurangi keterbelakangan masyarakat pedalaman yang


terisolasi dengan menyediakan sumber daya energy listrik ke pedalaman dan membangun
Pembangkit Listrik Tenaga Surya sendiri di pedalaman tersebut. Selain itu, Indonesia dapat
memproduksi sendiri modul surya karena sumber daya alam yang melimpah dapat diolah
menjadi modul surya.

DAFTAR PUSTAKA
http://alamendah.org/2014/12/08/pembangkit-listrik-tenaga-surya-di-indonesia/ . Diakses pada
tanggal 3 April 2015

22
http://renewable-solarcell.blogspot.com/2014/06/sistem-perhitungan-solar-cell.html . Diakses
pada tanggal 3 April 2015
http://sanfordlegenda.blogspot.com/2013/10/Solar-cells-Jenis-jenis-sel-surya.html . Diakses pada
tanggal 3 April 2015
http://katalognatopringsewu.blogspot.com/2014/04/cara-menghitung-daya-tenaga-surya.html.
Diakses pada tanggal 3 April 2015
http://www.litbang.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=540:plts-
plts&catid=129:plts-plts&Itemid=172 . Diakses pada tanggal 3 April 2015
http://www.amazine.co/27045/bagaimana-cara-kerja-panel-surya-kendala-kelemahannya/ .
Diakses pada tanggal 3 April 2015
https://tenagamatahari.wordpress.com/beranda/sejarah-solar-cell/ . Diakses pada tanggal 3 April
2015

23

Anda mungkin juga menyukai