Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kondisi bumi kita kian lama kian mengenaskan karena tercemarnya lingkungan
dari efek rumah kaca (greenhouse effect) yang menyebabkan global warming, hujan
asam, rusaknya lapisan ozon hingga hilangnya hutan tropis. Semua jenis polusi itu rata-
rata akibat dari penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, uranium, plutonium,
batu bara dan lainnya yang tiada hentinya. Padahal kita tahu bahwa bahan bakar dari
fosil tidak dapat diperbaharui, tidak seperti bahan bakar non-fosil.
Dengan kondisi yang sudah sedemikian memprihatinkan, gerakan hemat energi sudah
merupakan keharusan di seluruh dunia. Salah satunya dengan hemat bahan bakar dan
menggunakan bahan bakar dari non-fosil yang dapat diperbaharui seperti tenaga angin,
tenaga air, energi panas bumi, tenaga matahari, dan lainnya. Duniapun sudah mulai
merubah tren produksi dan penggunaan bahan bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih
ke bahan bakar non-fosil, terutama tenaga surya yang tidak terbatas. .
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan lebih diminati karena
dapat digunakan untuk keperluan apa saja dan di mana saja : bangunan besar, pabrik,
perumahan, dan lainnya. Selain persediaannya tanpa batas, tenaga surya nyaris tanpa
dampak buruk terhadap lingkungan dibandingkan bahan bakar lainnya.Di negara-negara
industri maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa dengan
bantuan subsidi dari pemerintah telah diluncurkan program-program untuk
memasyarakatkan listrik tenaga surya ini. Tidak itu saja di negara-negara sedang
berkembang seperti India, Mongol promosi pemakaian sumber energi yang dapat
diperbaharui ini terus dilakukan. Untuk lebih mengetahui apa itu pembangkit listrik
tenaga surya atau kami singkat dengan PLTS maka dalam tulisan ini akan dijelaskan
secara singkat komponen-komponen yang membentuk PLTS, sistim kelistrikan tenaga
surya dan trend teknologi yang ada.


2

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah ide pembuatan dari solar sel itu ?
2. Bagaimana cara kerja dari solar sel ?
3. Bagaimanakah penggunaan PLTS di Indonesia dan di dunia ?
4. Seberapa pentingkah photovoltaic itu dalam PLTS ?
5. Keuntungan dan kerugian apa saja yang dimiliki oleh PLTS ?

1.3 TUJUAN
1. Dapat mengetahui sejarah singkat tentang ide pembuatan PLTS.
2. Dapat mengetahui prinsip kerja dari PLTS itu sendiri.
3. Dapat mengetahui seberapa besarkah penggunaan PLTS di Indonesia dan di
dunia.
4. Dapat mengetahui peranan photovoltaic dalam PLTS.
5. Dapat mengetahui keuntungan dan kekurangan PLTS dibandingkan dengan
pembangkit non PLTS.

3

BAB II
LANDASAN TEORI
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah
cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk
energi dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan
untuk memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat
menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari
matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga
sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan.
Badingkan dengan sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan
memerlukan bahan bakar untuk dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising. Selain itu
gas buang yang dihasilkan dapat menimbulkan efek gas rumah kaca (green house gas)
yang pengaruhnya dapat merusak ekosistem planet bumi kita.
Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri dari panel sel surya,
rangkaian kontroler pengisian (charge controller), dan aki (batere) 12 volt yang
maintenance free. Panel sel surya merupakan modul yang terdiri beberapa sel surya
yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel tergantung ukuran dan kapasitas yang
diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul sel surya 20 watt atau 30 watt. Modul
sel surya itu menghasilkan energi listrik yang proporsional dengan luas permukaan
panel yang terkena sinar matahari.
Rangkaian kontroler pengisian aki dalam sistem sel surya itu merupakan
rangkaian elektronik yang mengatur proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat
mengatur tegangan aki dalam selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen. Bila
tegangan turun sampai 10,8 volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan panel surya
sebagai sumber dayanya. Tentu saja proses pengisian itu akan terjadi bila berlangsung
pada saat ada cahaya matahari. Jika penurunan tegangan itu terjadi pada malam hari,
maka kontroler akan memutus pemasokan energi listrik. Setelah proses pengisian itu
berlangsung selama beberapa jam, tegangan aki itu akan naik. Bila tegangan aki itu
mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan menghentikan proses pengisian aki itu.
4

Rangkaian kontroler pengisian itu sebenarnya mudah untuk dirakit sendiri. Tapi,
biasanya rangkaian kontroler ini sudah tersedia dalam keadaan jadi di pasaran. Memang
harga kontroler itu cukup mahal kalau dibeli sebagai unit tersendiri. Kebanyakan sistem
sel surya itu hanya dijual dalam bentuk paket lengkap yang siap pakai. Jadi, sistem sel
surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah dibandingkan dengan bila
merakit sendiri.
Biasanya panel surya itu letakkan dengan posisi statis menghadap matahari.
Padahal bumi itu bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang ditempuh bumi berbentuk
elip dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya. Karena matahari bergerak
membentuk sudut selalu berubah, maka dengan posisi panel surya itu yang statis itu
tidak akan diperoleh energi listrik yang optimal. Agar dapat terserap secara maksimum,
maka sinar matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak lurus pada permukaan panel
surya. Jadi, untuk mendapatkan energi listrik yang optimal, sistem sel surya itu masih
harus dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional untuk mengatur arah
permukaan panel surya agar selalu menghadap matahari sedemikian rupa sehingga sinar
mahatari jatuh hampir tegak lurus pada panel suryanya. Kontroler seperti ini dapat
dibangun, misalnya, dengan menggunakan mikrokontroler 8031. Kontroler ini tidak
sederhana, karena terdiri dari bagian perangkat keras dan bagian perangkat lunak.
Biasanya, paket sistem sel surya yang lengkap belum termasuk kontroler untuk
menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar matahari jatuh tegak lurus.
Karena itu, kontroler macam ini cukup mahal.







5

BAB III
PEMBAHASAN


3.1. Sejarah Soral Cell

Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre
Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini
merupakan cikal bakal teknologi solar cell. Percobaannya dilakukan dengan menyinari
2 elektrode dengan berbagai macam cahaya. Elektrode tersebut di balut (coated) dengan
bahan yang sensitif terhadapcahaya, yaitu AgCl dan AgBr dan dilakukan pada kotak
hitam yang dikelilingi dengan campuran asam. Dalam percobaanya ternyata tenaga
listrik meningkat manakala intensitascahaya meningkat. Selanjutnya penelitian dari
Bacquerel dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain. Tahun 1873 seorang insinyur Inggris
Willoughby Smith menemukan Selenium sebagai suatu elemen photo conductivity.
Kemudian tahun 1876, William Grylls dan Richard Evans Day membuktikan bahwa
Selenium menghasilkan arus listrik apabila disinari dengan cahaya matahari. Hasil
penemuan mereka menyatakan bahwa Selenium dapat mengubah tenaga matahari
secara langsung menjadi listrik tanpa ada bagian bergerak atau panas. Sehingga
disimpulkan bahwa solar cell sangat tidak efisien dan tidak dapat digunakan untuk
menggerakkan peralatan listrik.

Tahun 1894 Charles Fritts membuat Solar Cell pertama yang sesungguhnya yaitu
suatu bahan semi conductor (selenium) dibalut dengan lapisan tipis emas. Tingkat
efisiensi yang dicapai baru 1% sehingga belum juga dapat dipakai sebagai sumber
energi, namun kemudian dipakai sebagai sensor cahaya. Tahun 1905 Albert Einstein
mempublikasikan tulisannya mengenai photoelectric effect. Tulisannya ini
mengungkapkan bahwa cahaya terdiri dari paket-paket atau quanta of energi yang
sekarang ini lazim disebut photon. Teorinya ini sangat sederhana tetapi revolusioner.
Kemudian tahun 1916 pendapat Einstein mengenai photoelectric effect dibuktikan oleh
percobaan Robert Andrew Millikan seorang ahli fisika berkebangsaan Amerika dan ia
6

mendapatkan Nobel Prize untuk karya photoelectric effect. Tahun 1923 Albert Einstein
akhirnya juga mendapatkan Nobel Prize untuk teorinya yang menerangkan photoelectric
effect yang dipublikasikan 18tahun sebelumnya.
Hingga tahun 1980 an efisiensi dari hasil penelitian terhadap solar cell masih sangat
rendah sehingga belum dapat digunakan sebagai sumber daya listrik.
Tahun 1982, Hans Tholstrup seorang Australia mengendarai mobil bertenaga surya
pertama untuk jarak 4000 km dalam waktu 20 hari dengan kecepatan maksimum 72
km/jam. Tahun 1985 University of South Wales Australia memecahkan rekor
efisiensi solar cell mencapai 20% dibawah kondisi satu cahaya matahari. Tahun 2007
University of Delaware berhasil menemukan solar cell technology yang efisiensinya
mencapai 42.8% Hal ini merupakan rekor terbaru untuk thin film
photovoltaicsolar cell. Perkembangan dalam riset solar cell telah mendorong
komersialisasi dan produksi solar cell untuk penggunaannya sebagai sumber daya
listrik.

3.2. Cara Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk Dapat Menghasilkan Energi
Listrik
3.2.1 Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants) Dalam
pembangkit ini, energi cahaya matahari akan digunakan untuk memanaskan suatu fluida
yang kemudian fluida tersebut akan memanaskan air. Air yang panas akan
menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar turbin sehingga dapat menghasilkan
energi listrik.
Pembangkit Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam berbagai cara. Pembangkit ini
juga biasa dikenal sebagai pembangkit listrik surya terkonsentrasi (concentrated solar
power plants). Tipe yang paling banyak digunakan adalah desain parabola cekung.
Cermin parabola dirancang untuk menangkap dan memfokuskan berkas cahaya ke satu
titik fokus, seperti seorang anak yang menggunakan kaca pembesar untuk membakar
kertas. Pada titik fokus tersebut terdapat pipa hitam yang panjangnya sepanjang cermin
tersebut. Didalam pipa tersebut terdapat fluida yang dipanaskan hingga temperatur yang
sangat tinggi, seringkali diatas 300 derajad fahrenheit (150 derajad celcius). Fluida
panas tersebut dialirkan dalam pipa menuju ke ruang pembangkitan energi listrik untuk
memasak air, menghasilkan uap air dan menghasilkan energi listrik.
7



Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)


Diagram Alir Pembangkit Listrik Termal Surya
Versi lain dari pembangkit listrik surya termal adalah penggunaan tower listrik
(power tower). Tower listrik ini membuat pembangkit listrik surya termal menuju ke
arah baru. Cermin disituasikan untuk memfokuskan radiasi cahaya ke satu titik fokus,
yaitu sebuah menara tinggi yang mana menara ini menerima cahaya untuk mendidihkan
air dan menghasilkan uap air. Cermin-cermin yang digunakan biasanya dikoneksikan ke
sebuah sistem penjejakan (tracking system) cahaya dimana sistem tersebut mengatur
8

cermin agar selalu menghadap matahari. Tower listrik ini memiliki beberapa
keuntungan, seperti waktu pembangunan yang relatif cepat.


Power Tower

3.2.2 Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants) Pembangkit jenis ini
memanfaatkan sel surya (solar cell) untuk mengkonversi radiasi cahaya menjadi energi
listrik secara langsung.
Pembangkit fotovoltaik ini sangatlah sederhana. Beberapa panel surya dipasang
sehingga membentuk array. Masing-masing panel akan mengumpulkan energi cahaya
dan mengkonversikannya secara langsung menjadi energi listrik. Energi listrik ini dapat
dialirkan ke jaringan listrik. Saat ini, pembangkit surya fotovoltaik masih jarang
ditemukan. Hal ini dikarenakan pembangkit listrik surya termal saat ini lebih efisien
untuk memproduksi energi listrik dalam skala besar.

9


Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants)


3.3. Matahari Untuk PLTS di Indonesia
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis
energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat perhatian
yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Di samping jumlahnya yang tidak
terbatas, pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak
lingkungan. Cahaya atau sinar matahari dapat dikonversi menjadi listrik dengan
menggunakan teknologi sel surya atau fotovoltaik.
Komponen utama sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan
menggunakan teknologi fotovoltaik adalah sel surya. Saat ini terdapat banyak teknologi
pembuatan sel surya. Sel surya konvensional yang sudah komersil saat ini
menggunakan teknologi wafer silikon kristalin yang proses produksinya cukup
kompleks dan mahal. Secara umum, pembuatan sel surya konvensional diawali dengan
proses pemurnian silika untuk menghasilkan silika solar grade (ingot), dilanjutkan
dengan pemotongan silika menjadi wafer silika. Selanjutnya wafer silika diproses
menjadi sel surya, kemudian sel-sel surya disusun membentuk modul surya. Tahap
terakhir adalah mengintegrasi modul surya dengan BOS (Balance of System) menjadi
sistem PLTS. BOS adalah komponen pendukung yang digunakan dalam sistem PLTS
seperti inverter, batere, sistem kontrol, dan lain-lain.
Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat
10

dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia
baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan
mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel
surya adalah komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang
masih tinggi menjadi isu penting dalam perkembangan industri sel surya. Berbagai
teknologi pembuatan sel surya terus diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya
penurunan harga produksi sel surya agar mampu bersaing dengan sumber energi lain.
Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60 % dan hampir
seluruh daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat
pembangkit listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi merupakan
alternatif sangat tepat untuk dikembangkan. Dalam kurun waktu tahun 2005-2025,
pemerintah telah merencanakan menyediakan 1 juta Solar Home System berkapasitas 50
Wp untuk masyarakat berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS hibrid untuk
daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan ada sekitar 0,87
GW kapasitas PLTS terpasang.
Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50%, pasar energi surya di Indonesia sudah
cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas hingga 25
MWp per tahun. Hal ini tentu merupakan peluang besar bagi industri lokal untuk
mengembangkan bisnisnya ke pabrikasi sel surya.
3.4. Pengertian Photovoltaic Cell.


Matahari merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat berlimpah di
Indonesia. Dengan penyinaran matahari konstan sepanjang tahun selama 12 jam per
11

hari, tentu ini merupakan salah satu sumber energi yang sangat potensial dikembangkan
di negara kita. Disamping adanya bahan bakar yang berlimpah ruah, tentu saja sumber
energi ini sangat ramah lingkungan. Listrik dari sumber energi surya ini tentu saja akan
sangat berguna untuk pemerataan listrik ke daerah-daerah terpencil yang belum
terjangkau saluran transmisi PLN.
Sekarang bagaimana kita bisa mengkonversi energi surya menjadi energi listrik..??
Yup, jawabannya adalah menggunakan photovoltaic cell.. kalau dilihat dari asal
katanya photo : cahaya sedangkan voltaic: menghasilkan tegangan. Jadi kalau dari
arti katanya photovoltaic cell berarti sel yang menghasilkan tegangan listrik dari
cahaya, walaupun sebenarnya yang dihasilkan langsung bukanlah tegangan tetapi arus.
Mengapa bisa arus yang dihasilkan?? Mari kita lihat..

Satu buah photovoltaic cell terbuat dari bahan dasar silicon yang dilapis kaca. -
Silicon mudah sekali didapat di bumi ini dalam bentuk pasir silika- sehingga cahaya
bisa menembus masuk. Ketika cahaya matahari menembus masuk ke dalam sel, partikel
cahaya matahari yang disebut photon juga ikut masuk. Partikel photon ini kemudian
menumbuk elektron bermuatan negative di atom silikon penyusun photovoltaic cell.
Pada saat tumbukan, energinya photon ditransfer ke elektron sehingga elektron terlepas
dari atom silikonnya. Karena setiap detiknya ada tak terhingga photon yang menumbuk,
maka akan dihasilkan banyak sekali elektron-elektron bebas. Elektron bebas ini akan
didorong keluar photovoltaic cell karena adanya medan listrik di dalam cell. Apabila
photovoltaic cell ini kita hubungkan ke beban listrik, maka arus akan dapat mengalir ke
beban. ..Energi matahari telah diubah secara langsung menjadi energi
listrik..!!! Selama masih ada cahaya matahari yang masuk maka akan terus ada electron
12

bebas yang mengalir ke beban.
Satu buah photovoltaic cell sebenarnya terlalu kecil untuk menghasilkan energi
listrik. Satu buah photovoltaic cell hanya menghasilkan sekitar 0.5V, jadi untuk
menghasilkan tegangan 18V biasanya panel photovoltaic tersusun dari 36 buah
photovoltaic cell yang disusun seri. Selain itu biasanya juga 36 buah cell tersebut juga
disusun parallel dengan 36 buah cell yang lain supaya arus total yang dikeluarkan oleh
satu buah panel photovoltaic cukup besar. Untuk menghasilkan daya yang lebih besar
lagi, sejumlah banyak panel photovoltaic disusun menjadi array sehingga bisa melayani
keperluan listrik yang cukup besar.
3.5. Studi Kelayakan
Studi Kelayakan Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pulau
Biaro dengan Menggunakan Metode Real Option
Arde Nugroho Kristianto
Deskripsi Dokumen:
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=136176&lokasi=lokal
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Abstrak
Indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan Bali Road Map tahun 2007
dan Copenhagen. Protocol tahun 2009, dimana memiliki komitmen untuk mengurangi
emisi gas karbon setiap tahunnya. Pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di dalam menggantikan Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel dapat mengurangi emisi gas karbon. Penerapan PLTS memiliki kendala
seperti belum adanya peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
tentang harga beli energi listrik oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN). Peraturan
Menteri ESDM ini harus diawali oleh pengajuan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) oleh
PLN. Penelitian ini bertujuan untuk membantu PLN di dalam membuat HPS, yaitu
melalui studi kelayakan investasi PLTS di pulau Biaro dengan menggunakan metode
real option. Metode ini memudahakan pengambilan keputusan atas fleksibilitas arus kas
dimana memperhitungkan volatility didalam decision tree.
13

3.6. PLN Operasikan PLTS Terbesar di Indonesia
Tribunnews.com - Minggu, 15 April 2012 14:48 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PLN memanfaatkan potensi matahari dan
membangun Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk masyarakat pulau Morotai,
Kabupaten Kepulauan Morotai, propinsi Maluku Utara. Sejak Sabtu (14/4/2012),
masyarakat telah dapat menikmati layanan listrik yang dihasilkan dari pembangkit
listrik ramah lingkungan yaitu PLTS hybrid kapasitas 600 kilo Watt peak (kWp). PLTS
Morotai merupakan PLTS dengan kapasitas terbesar yang di operasikan oleh PLN
selama ini.
Ini adalah PLTS terbesar yang pernah dioperasikan PLN di seluruh Indonesia, dan
diharapkan dapat ikut mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat di Kabupaten
Kepulauan Morotai, sehingga sudah sepatutnya seluruh masyarakat pulau Morotai
bersama-sama ikut menjaga instalasi kelistrikan ini, demikian diutarakan Direktur
Operasi Indonesia Timur PLN, Vickner Sinaga, Minggu (15/4/2012).
Dengan beroperasinya PLTS ini, PLN mampu mengurangi penggunaan BBM setiap
harinya rata-rata dengan 800 liter atau ekuivalen penghematan senilai Rp 2,5 miliar per
tahun.
PLN terus membangun dan meningkatkan pelayanan kelistrikan di seluruh
Indonesia, dengan mengedepankan pembangunan pembangkit listrik yang
memanfaatkan energi alternatif non BBM, utamanya di kawasan timur Indonesia.
Sebelumnya, PLN berturut-turut baru saja mengoperasikan PLTS kapasitas 350
kWp di pulau Sebatik, Kalimantan Timur yang merupakan daerah perbatasan Indonesia
dengan Malaysia serta PLTS kapasitas 100 kWp di pulau Miangas, Sulawesi Utara,
yang merupakan pulau terdepan di utara Indonesia dan berbatasan dengan Philipina.




14

3.7. Prinsip Kerja PLTS

3.7.1 Prinsip Kerja PLTS
Pada siang hari modul surya menerima cahaya matahari yang kemudian diubahmenjadi
listrik melalui proses fotovoltaik. Listrik yang dihasilkan oleh modul dapatlangsung
disalurkan ke beban ataupun disimpan dalam baterai sebelum digunakan kebeban:
lampu, radio, dll. Pada malam hari, dimana modul surya tidak menghasilkan listrik,
beban sepenuhnya dicatu oleh battery. Demikian pula apabila hari mendung,dimana
modul surya menghasilkan listrik lebih rendah dibandingkan pada saat
mataharibenderang. Modul surya dengan kapasitas tertentu dapat menghasilkan jumlah
listrik yang berbeda-beda apabila ditempatkan pada daerah yang berlainan. Sumber :
Informasi umum PLTS PT. Azet Surya Lestari.

3.7.2 Keunggulan dan Kelemahan PLTS
Keunggulan-keunggulan PLTS :
Tidak memerlukan bahan bakar, karena menggunakan sumber energi matahari
yangdapat diperoleh dimana saja secara cuma-cuma sepanjang tahun, sehingga
hampir tidak memerlukan biaya operasi.
Tidak memerlukan konstruksi yang berat dan menetap, sehingga dapat dipasang
dimana saja dan dapat dipindahkan bilamana dibutuhkan.
Dapat diterapkan secara sentralisasi (PLTS ditempatkan di suatu area dan listrik yang
dihasilkan disalurkan melalui jaringan distribusi ke tempat-tempat yang
membutuhkan) maupun desentralisasi (sistem PLTS dipasang pada setiap rumah,
dengan demikian tidak diperlukan jaringan distribusi).
Pada pola desentralisasi, gangguan pada satu sistem tidak akan mempengaruhi sistem
yang lain dan tidak banyak energi yang terbuang pada jaringan distribusi.

15


Bersifat moduler; kapasitas listrik yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dengan cara merangkai modul secara seri dan paralel.
Dapat dioperasikan secara otomatis (unattendable) maupun menggunakan operator
(attendable).
Ramah lingkungan. Tidak menimbulkan polusi suara maupun polusi asap.
Tidak ada bagian yang bergerak, sehingga hampir tidak memerlukan biaya
pemeliharaan, yang diperlukan hanya membersihkan modul apabila kotor dan
menambah air accu (aquades).
Umur pakai (life time) lebih dari 25 tahun

Kelemahan kelemahan PLTS :
Modul surya memiliki efisiensi konversi yang rendah dibandingkan jenis pembangkit
lainnya.
Untuk bekerja dengan baik, modul surya harus cukup mendapatkan penyinaran
matahari (tergantung pada musim).
Memerlukan area yang luas untuk pemasangan modul surya untuk mendapatkan daya
keluaran yang tinggi.
Harga modul surya (skala kecil) masih mahal sehingga biaya pembangkitan yang
dihasilkan juga mahal.

3.8. Dampak PLTS Terhadap Lingkungan
3.8.1 Gas Rumah Kaca
16

Siklus hidup emisi gas rumah kaca pembangkit listrik tenaga surya saat ini berada di
kisaran 25-32 g/kWh dan ini bisa turun menjadi 15 g/kWh di masa yang akan datang.
Sebagai perbandingan, PLTGU batubara menghasilkan 400-599 g/kWh, pembangkit
listrik berbahan bakar minyak menghasilkan 893 g/kWh, pembangkit listrik batu bara
menghasilkan 915-994 g/kWh atau dengan penangkapan dan penyimpanan karbon
sekitar 200 g/kWh, dan pembangkit listrik panas bumi temperatur tinggi menghasilkan
91-122 g/kWh. Hanya pembangkit listrik tenaga angin dan panas bumi temperatur
rendah yang menghasilkan lebih baik, yaitu 11 g/kWh dan 0-1 g/kWh.
Untuk beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir, siklus hidup beberapa emisi gas
rumah kaca yang dihasilkan, termasuk energi yang dibutuhkan untuk menambang
uranium dan energi pembangunan pembangkit listrik serta dekomisioning, adalah di
bawah 40 g/kWh, namun beberapa pembangkit nuklir lainnya menghasilkan jauh lebih
tinggi.
3.8.2 Kadmium
Salah satu isu yang sering menjadi keprihatinan adalah penggunaan kadmium dalam
sel surya cadmium telurida (CdTe). Kadmium dalam bentuk logam adalah zat beracun
yang memiliki kecenderungan untuk terakumulasi dalam rantai makanan ekologi.
Jumlah kadmium yang digunakan pada film tipis modul Photovoltaic (PV) relatif kecil,
yaitu 5-10 g/m. Dengan teknik kontrol emisi yang tepat, emisi kadmium dari produksi
modul dapat ditekan menjadi nol. Saat ini teknologi PV menyebabkan emisi kadmium
sebesar 0,3-0,9 mikrogram/kWh dalam satu siklus hidup. Sebagian besar emisi tersebut
muncul melalui penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara dalam pembuatan
modul. Pembakaran batubara dan lignit menyebabkan emisi kadmium jauh lebih tinggi.
Kadmium dari batubara adalah 3,1 mikrogram/kWh, lignit 6,2 mikrogram/ kWh dan
gas alam 0,2 mikrogram/kWh.
Jika listrik yang dihasilkan oleh panel fotovoltaik digunakan untuk pembuatan
modul, bukan listrik yang berasal dari pembakaran batubara, emisi kadmium dari
penggunaan batu bara dalam proses produksi dapat dihilangkan seluruhnya.


17

3.9. CARA KERJA PLTS dan KONSEP KERJA SISTEM PLTS


Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah cahaya
matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi
dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk
memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat
menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari
matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga
sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Badingkan dengan
sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan memerlukan bahan bakar untuk
dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising. Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat
menimbulkan efek gas rumah kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak
ekosistem planet bumi kita. Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri
dari panel sel surya, rangkaian kontroler pengisian (charge controller),
dan aki (batere) 12 volt yang maintenance free. Panel sel surya merupakan modul yang
terdiri beberapa sel surya yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel tergantung
ukuran dan kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul sel
surya 20 watt atau 30 watt. Modul sel surya itu menghasilkan energi listrik yang
proporsional dengan luas permukaan panel yang terkena sinar matahari. Rangkaian
kontroler pengisian aki dalam sistem sel surya itu merupakan rangkaian elektronik
yang mengatur proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat mengatur tegangan aki
dalam selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen. Bila tegangan turun sampai 10,8
volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan panel surya sebagai sumber dayanya.
Tentu saja proses pengisian itu akan terjadi bila berlangsung pada saat ada cahaya
18

matahari. Jika penurunan tegangan itu terjadi pada malam hari, maka kontroler akan
memutus pemasokan energi listrik. Setelah proses pengisian itu berlangsung selama
beberapa jam, tegangan aki itu akan naik.
Bila tegangan aki itu mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan
menghentikan proses pengisian aki itu. Rangkaian kontroler pengisian itu sebenarnya
mudah untuk dirakit sendiri. Tapi, biasanya rangkaian kontroler ini sudah tersedia
dalam keadaan jadi di pasaran. Memang harga kontroler itu cukup mahal kalau dibeli
sebagai unit tersendiri. Kebanyakan sistem sel surya itu hanya dijual dalam bentuk
paket lengkap yang siap pakai.
Jadi, sistem sel surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah dibandingkan
dengan bila merakit sendiri. Biasanya panel surya itu letakkan dengan posisi statis
menghadap matahari. Padahal bumi itu bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang
ditempuh bumi berbentuk elip dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya.
Karena matahari bergerak membentuk sudut selalu berubah, maka dengan posisi panel
surya itu yang statis itu tidak akan diperoleh energi listrik yang optimal. Agar dapat
terserap secara maksimum, maka sinar matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak
lurus pada permukaan panel surya. Jadi, untuk mendapatkan energi listrik yang optimal,
sistem sel surya itu masih harus dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional
untuk mengatur arah permukaan panel surya agar selalu menghadap matahari
sedemikian rupa sehingga sinar mahatari jatuh hampir tegak lurus pada panel suryanya.
Kontroler seperti ini dapat dibangun, misalnya, dengan menggunakan mikrokontroler
8031. Kontroler ini tidak sederhana, karena terdiri dari bagian perangkat keras dan
bagian perangkat lunak. Biasanya, paket sistem sel surya yang lengkap belum termasuk
kontroler untuk menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar matahari jatuh
tegak lurus.
Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit
rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara
pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal
dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel
fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi.
Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara
seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu sebesar
19

60% dari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri
berarti akan bisa menghemat biaya pembangunan PLTS. Untuk itulah, modul
pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai (frame),
kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika permintaan pasar
banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena teknologi
pembuatan sel surya dengan bahan silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah
dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik yang digunakan pada PLTS, Indonesia ternyata
telah melewati tahapan penelitian dan pengembangan dan sekarang menuju tahapan
pelaksanaan dan instalasi
Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah, bersih,
mudah dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat. Sedangkan kendala utama yang
dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah investasi awal yang
besar dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan
subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan
kebutuhannya.

Gambar : Pengoperasian dari sebuah sel photovoltaic
Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material adhesive transparan yang
melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan, material anti-refleksi untuk
menyerap lebih banyak cahaya dan mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan, semi-
konduktor P-type dan N-type (terbuat dari campuran Silikon) untuk menghasilkan
medan listrik, saluran awal dan saluran akhir (tebuat dari logam tipis) untuk mengirim
elektron ke perabot listrik. Cara kerja sel surya sendiri sebenarnya identik dengan
piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya bersentuhan dengan sel surya dan diserap
20

oleh bahan semi-konduktor, terjadi pelepasan elektron. Apabila elektron tersebut bisa
menempuh perjalanan menuju bahan semi-konduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi
perubahan sigma gaya-gaya pada bahan. Gaya tolakan antar bahan semi-konduktor,
menyebabkan aliran medan listrik. Dan menyebabkan elektron dapat disalurkan ke
saluran awal dan akhir untuk digunakan pada perabot listrik.

Gambar : Pabrikasi Photovoltaic
3.10. Pembagian sistem PLTS
Secara garis besar sistim kelistrikan tenaga surya dapat dibagi menjadi :
3.10.1 Sistim Terintegrasi
Sistim ini dapat diterangkan secara visual pada Gb.3.5. Seperti terlihat pada
gambar ini, listrik yang dihasilkan oleh array dirubah menjadi listrik AC melalui power
conditioner, lalu dialirkan ke AC load. AC load disini dapat berupa listrik yang
diperlukan di perumahan atau kantor. Yang menjadi ciri utama dari sistim ini adalah
dihubungkannya AC load ke jaringan distribusi listrik yang dimiliki oleh perusahaan
listrik. Jadi apabila listrik yang dihasilkan oleh solar panel cukup banyak -melebihi yang
dibutuhkan oleh AC load- maka listrik tersebut dapat dialirkan ke jaringan distribusi
yang ada. Sebaliknya apabila listrik yang dihasilkan solar panel sedikit kurang dari
kebutuhan ac load- maka kekurangan itu dapat diambil dari listrik yang dihasilkan
perusahaan listrik. Hal ini di banyak negara-negara industri maju secara peraturan telah
memungkinkan.
21


Gb. 3.6 Contoh Sistim di Rumah (sumber : Sharp Co.Ltd)
Keterangan :
1. adalah solar panel; 2 adalah power conditioner ;3 adalah alat pendistribusi listrik ;4
adalah alat pengukur banyaknya listrik yang dijual atau dibeli.
Keuntungan dari sistim ini adalah tidak diperlukan lagi battery. Biaya battery dapat
dikurangi. Selain dari itu bagi rumah atau kantor yang memasang solar panel, mereka
akan mendapatkan keuntungan dengan penjualan listrik. Persoalan yang dihadapi
sekarang adalah soal teknis. Karena terhubungi dengan sistim distribusi, maka masalah
keselamatan menjadi perhatian yang utama.Dan salah satu dari pemecahannya adalah
membuat power conditioner yang mampu mendeteksi apabila terjadi kecelakaan dan
mampu mengkontrol tegangan apabila terjadi perubahan tegangan di AC load dan
beberapa soal teknis yang lain.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah Tangga
1. Komponen-Komponen
Untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tanggal,
komponen-komponen yang digunakan adalah :
22



Komponen-Komponen PLTS

- Solar Panel / Panel Surya : alat untuk mengkonversi energi cahaya matahari menjadi
energi listrik. Sebuah sel surya dapat menghasilkan tegangan kurang lebih 0.5 volt. Jadi
sebuah panel surya / solar cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel.
- Charge Controller : alat untuk mengatur arus dan tegangan yang akan masuk ke
baterai. Tegangan dan arus yang masuk ke baterai harus sesuai dengan yang diinginkan.
Bila lebih besar atau lebih kecil dari range yang ditentukan, maka baterai atau peralatan
yang lain akan mengalami kerusakan. Selain itu, charge controller juga berfungsi
sebagai penjaga agar daya keluaran yang dihasilkan tetap optimal. Sehingga dapat
tercapai Maximum Power Point Tracking (MPPT).
Charge controller secara umum melindungi dari gangguan-gangguan seperti
diterangkan berikut :
LVD, Low voltage disconnect, apabila tegangan dalam battery rendah, ~11.2 V,
maka untuk sementara beban tidak dapat dinyalakan. Apabila tegangan battery
sudah melewati 12V, setelah di charge oleh modul surya, maka beban akan
otomatis dapat dinyalakan lagi (reconnect).
23

HVD, High Voltage disconnect, memutus listrik dari modul surya jika
battery/accu sudah penuh. Listrik dari modul surya akan dimasukkan kembali ke
battery jika voltage battery kembali turun.
Short circuit protection, menggunakan electronic fuse (sekering) sehingga tidak
memerlukan fuse pengganti. Berfungsi untuk melindungi sistem PLTS apabila
terjadi arus hubung singkat baik di modul surya maupun pada beban. Apabila
terjadi short circuit maka jalur ke beban akan dimatikan sementara, dalam
beberapa detik akan otomatis menyambung kembali.
Reverse Polarity, melindungi dari kesalahan pemasangan kutub (+) atau (-).
Reverse Current, melindungi agar listrik dari baterai atau aki tidak mengalir ke
modul surya pada malam hari.
PV Voltage Spike, melindungi tegangan tinggi dari modul pada saat baterai tidak
disambungkan ke controller.
Lightning Protection, melindungi terhadap sambaran petir (s/d 20,000 volt).
- Inverter : alat elektronika daya yang dapat mengkonversi tegangan searah (DC
direct current) menjadi tegangan bolak-balik (AC alternating current).

- Baterai, adalah perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik dari tenaga surya.
Tanpa baterai, energi surya hanya dapat digunakan pada saat ada sinar matahari.
Berikut adalah diagram instalasi pembangkit listrik tenaga surya skala rumah tangga

Diagram Instalasi PLTS
24

Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas dapat diketahui bahwa
beberapa panel surya di paralel untuk menghasilkan arus yang lebih besar. Combiner
digunakan untuk menghubungkan kaki positif panel surya satu dengan yang lainnya.
Begitu pula untuk kaki negatifnya. Ujung kaki positif panel surya dihubungkan ke kaki
positif charge controller dan begitu pula untuk kaki negatifnya. Tegangan panel surya
yang dihasilkan akan digunakan oleh charge controller untuk mengisi baterai. Untuk
menghidupkan beban perangkat dengan arus AC, seperti : Televisi, Radio, komputer,
dll, arus baterai yang merupakan arus DC harus diubah terlebih dahulu menjadi AC
dengan menggunakan inverter. Untuk mengukur jumlah energi listrik yang telah
dihasilkan oleh panel surya dapat digunakan kWh meter. Untuk melindungi panel surya
dan perangkat lainnya dari gangguan, maka digunakanlah panel pemutus AC.
Pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tangga, biasanya
sering terjadi Islanding. Islanding adalah terjadinya pemutusan aliran listrik pada
jaringan distribusi yang dimiliki oleh perusahaan listrik ketika PLTS tetap bekerja. Hal
ini dapat terjadi karena adanya kerusakan pada jaringan distribusi listrik. Agar tidak
merusak PLTS, digunakanlah power conditioner. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi
terjadinya Islanding dan dengan segera menghentikan kerja PLTS. Power conditioner
biasanya menjadi satu dengan inverter.
2. Perhitungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah Tangga
Sebelum menentukan kapasitas sel surya yang sesuai dengan kebutuhan suatu
rumah, alangkah baiknya sebelumnya untuk melakukan perhitungan terlebih dahulu.
Langkah-langkah sebelum menentukan sel surya yang tepat untuk dibeli adalah
Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (watt).
Berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam ampere hour), dalam
hal ini memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang.
Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan
pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari. (ampere hour).
Berikut adalah contoh perhitungan untuk mendapatkan jumlah panel sel surya yang
sesuai dengan kebutuhan rumah tangga.
25

Perhitungan Keperluan Daya
Penerangan rumah: 10 lampu CFL @ 15 watt x 4 jam sehari = 600 watt hour.
Televisi 21: @ 100 watt x 5 jam sehari = 500 watt hour
Kulkas 360 liter : @ 135 watt x 24 jam x 1/3 (karena compressor kulkas tidak
selalu hidup, umumnya mereka bekerja lebih sering apabila kulkas lebih sering
dibuka pintu) = 1080 watt hour
Komputer : @ 150 Watt x 6 jam = 900 watt hour
Perangkat lainnya = 400 watt hour
Total kebutuhan daya = 3480 watt hour
Perhitungan Jumlah Panel Surya
Jumlah solar cells panel yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 100 watt
(perhitungan adalah 5 jam maksimum tenaga surya):
Kebutuhan solar cells panel : (3480 / 100 / 5) = 7 panel surya.
Perhitungan Jumlah Baterai
Jumlah kebutuhan baterai 12 Volt dengan masing-masing 100 Ah:
Kebutuhan baterai minimun (baterai hanya digunakan untuk 50% pemenuhan
kebutuhan listrik), dengan demikian kebutuhan daya kita kalikan 2 x lipat : 3480
x 2 = 6960 watt hour = 6960 / 12 volt / 100 Amp = 6 batere 100 Ah.
Kebutuhan baterai (dengan pertimbangan dapat melayani kebutuhan 3 hari tanpa
sinar matahari) : 3480 x 3 x 2 = 20880 watt hour = 20880 / 12 volt / 100 Amp =
17 batere 100 Ah.
3.10.2 Sistim Independensi
Selain sistim terintegrasi yang diterangkan diatas terdapat pula sistim independensi
yang merupakan sistim yang selama ini banyak dipakai. Seperti terlihat dalam gambar
di bawah ini sistim independensi dapat dibagi lagi yaitu yang dihubungkan dengan DC
load dan yang dihubungkan dengan AC load.
26

Contoh dari sistim yang dihubungkan dengan dc load adalah pembangkit listrik untuk
peralatan komunikasi. Misalnya peralatan komunikasi yang dipasang di pegunungan.
Sedangkan yang dihubungakan dengan AC load adalah sistim pembangkit listrik untuk
pulau-pulau yang terpencil.Dalam sistim ini, battery memainkan peranan yang sangat
vital. Bila ada kelebihan listrik yang dihasilkan, misalnya pada siang hari, listrik ini
disimpan di battery. Dan pada malam hari listrik yang disimpan ini dialirkan ke load.
Sistim seperti ini banyak dipakai di negara-negara berkembang seperti contoh pada Gb.
3.8., Gb. 3.8 adalah sebuah contoh proyek di Mongol. Yaitu proyek pemasangan
pembangkit listrik untuk keperluan rumah sakit dan lampu penerangan. Dalam gambar
ini terlihat PLTS dikombinasikan dengan pembangkit listrik tenaga angin. Kapasitas
terpasang PLTS adalah 3.4 kW sedangkan dari tenaga angin 1.8 kW

Gambar: 3.8
3.11. PLTS dilihat dari Perspektif
Gender
Target Konsumen PLTS: Masyarakat didaerah yang belum Dilayani Listrik PLN.
Umumnya rumah terpencil, pendapatan rendah, kondisi infrastruktur minim,
penerangan dengan Lampu minyak tanah.Target dari PLTS :
Meningkatkan Kualitas hidup masyarakat:
Memberikan penerangan (lampu), dg kualitas lebih baik, sehingga jam belajar
dan beraktifitas lebih panjang;
Membukakan akses pada informasi (radio, TV, internet);
27

Memberikan akses pada sumber air minum dan pertanian (surya untuk pompa
air);
Menciptakan bisnis baru didesa (jadi distributor/service center yang mampu
dilakukan oleh Koperasi Wanita/Nelayan/Tani/Desa), LSM;
Menciptakan Lapangan Kerja di desa (penjualan dan service center memerlukan
banyak tenaga lokal);
Menciptakan Tenaga Teknisi di desa.
3.12. PLTS untuk Perkotaan di beberapa Negara
Pembangkit listrik tenaga surya merupakan energi yang terbarukan dan tidak pernah
habis selama matahari bersinar. Di masa mendatang dengan ditemukannya teknologi
dan bahan yang semakin murah, diharapkan kota kota di dunia dapat memanfaatkan
energi listrik bersih ini secara optimal. Dimulai adanya aturan keharusan setiap
Mal,Industri dan bangunan pemerintah menggunakan PLTS mandiri.

1. PLTS di Spanyol


Spanyol salah satu negara di eropa ini ternyata memiliki sebuah pusat pembangkit
listrik dengan tenaga surya terbesar di dunia saat ini. Dengan menggunakan
120.000 solar cell di lahan seluas 100 hektar dapat menghasilkan kapasitas sebesar 20
megawatts atau setara dengan pembangkit listrik rumahan yang dapat "menghidupi"
20.000 rumah.
Total biaya yang dikeluarkan adalah sekitar 28 miliar dollar dan diharapkan dapat
mengurangi emisi gas CO2 sekitar 42.000 ton per tahun.
28

Satu lagi tindakan untuk peduli terhadap lingkungan walaupun ada saja yang komplain
bahwa pembukaan lahan ini telah "menghabisi" sebagian hutan.
2.PLTS di Kota Sakai-Jepang


Pemerintah Jepang melakukan kerjasama dengan perusahaan elektronik Jepang,
SHARP, pemerintah kota Sakai dan Kansai Electric Power akan membuat pembangkit
listrik tenaga surya (solar powered generation plan) di kota Sakai di bagian pinggir
pantai/ laut. Proyek telah selesai sekitar tahun 2010 yang dilakukan dengan 2 tahap
yaitu tahap pertama dibangun pembangkit listrik dengan kapasitas 10 Megawatts dan
tahap kedua dengan kapasitas 28 Megawatts. Manfaatnya?? rencananya semua pabrik
yang ada di daerah tersebut (termasuk SHARP) akan menggunakan pembangkit listrik
ini dan sudah pasti akan mengurangi pencemaran lingkungan serta hemat BBM (bahan
bakar minyak).sumber :http://www.metrogaya.com
3. PLTS di Australia

29

solar cell di Auastralia
Di tahun 2008, Pemerintah Federal Australia meluncurkan Program Australias Solar
City. Program ini merupakan program terbaru yang melibatkan secara aktif masyarakat
dan pemerintah lokal di tujuh kota. Pemerintah Federal Australia mengucurkan dana
AUSD 94 juta. Kota-kota yang terpilih untuk mengikuti program tersebut yaitu 7
kota: Alice Spring, Townsville, Perth, Blacktown, Coburg, Adelaide and Central
Victoria. Dari ketujuh kota tersebut, diharapkan sebanyak 76.000 ton CO2 per tahun
dapat diturunkan melalui pemasangan 3.200 panel fotovoltaik.
Pendekatan Pemerintah Federal Australia di dalam mengembangkan energi surya patut
ditiru. Pemerintah Federal tidak segan untuk mengucurkan dana subsidi kepada kota-
kota tersebut, asalkan masyarakat dan pemerintah setempat mampu menyediakan dana
tambahan. Seperti Kota Townsville yang menerima kucuran dana sebesar AUSD 15 juta
dari Pemerintah Federal. Konsorsium Townsville yang terdiri dari Pemerintah
Queensland, Perusahaan Energi Ergon,
Dewan Kota Townsville, Perusahaan Delfin Lend Lease, Honeysombes Property Group
serta Cafalo Pty Ltd, telah menyediakan dana tambahan sebesar AUSD 32 juta. Dengan
label Smart Living Style atau Green Living Style, pemerintah dan sektor industri
mengajak masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi di dalam kegiatan audit energi
secara gratis.
Masyarakat yang rumahnya telah diaudit dapat menerima peralatan hemat energi secara
gratis pula. Bukan hanya itu, masyarakat juga mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan peralatan energi surya dengan harga yang telah disubsidi.
Selanjutnya setiap kota yang termasuk ke dalam Program Solar City tersebut
dilengkapi dengan Smart Living Centre. Smart Living Centre merupakan one stop shop
yang menyediakan berbagai peralatan dan suku cadang dari teknologi energi surya,
seperti teknologi pemanas air, teknologi fotovoltaik, lampu hemat energi dan teknologi
alat ukur yang canggih.Ditambah pula, masyarakat diharuskan menggunakan lampu
hemat energi. Nah, jika masyarakat berhasil menurunkan pemakaian listriknya sebesar
10%-20%, maka Pemerintah akan memberikan diskon untuk tagihan listriknya sebesar
10%.
30

Jika pemakaian listrik dapat dirurunkan lebih dari 20%, maka Pemerintah akan
memberikan diskon sebesar 20%. Program Solar City ini juga merupakan sarana
untuk mengumpulkan data carbon footprint. Data tersebut akan dikelola dan dikaji oleh
perguruan tinggi yang telah ditunjuk. Data yang dikumpulkan akan digunakan sebagai
dasar kebijakan di bidang perencanaan pembangunan, energi dan air.
sumber :http://www.alpensteel.com
4. PLTS di Amerika
Siapakah pemilik pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terbesar di Amerika?
Jawabannya adalah Angkatan Udara (AU). Cukup mengherankan, karena institusi ini
sebelumnya tidak dikenal sebagai penyokong pengembangan energi terbatukan (ET)
yang aktif.
Angkatan Udara Amerika (the US Air Force) adalah lembaga milik pemerintah yang
paling besar kebutuhan energinya. Baru-baru ini mereka membuka PLTSdengan
kapasitas 14 MW, sekaligus menjadi system terbesar di Amerika. Sistem ini akan
menyediakan seperempat suplai energi bagi fasilitas militer di markas AU Nellis di
gurun Nevada. Markas tersebut memiliki populasi 12 ribu orang tentara dan keluarga.

31

PLTS Nellis milik Angkatan Udara Amerika di Nvada (Sumber: Departemen Energi
Amerika)
Gurun Nevada mendapatkan cahaya matahari kontinyu sepanjang tahun. Keuntungan
alamiah ini menjadi alasan pemilihan system energi surya untuk penyediaan energi di
kawasan tersebut.
Sebelum ini, Amerika telah memiliki Sistem energi surya termal raksasa. Di Nevada
terdapat system energi surya termal berkapasitas 64 MW dan 553 MW di gurun
Mojave.
Tapi yang satu ini adalah system photovoltaic (PV) untuk pembangkitan listrik. Untuk
mengerjakan proyek ini, AU Amerika mempercayakan kepada perusahaan SunPower.
Salah satu kelebihan system ini adalah karena dilengkapi dengan SunPower T20 Solar
Tracking System yang dapat mengikuti arah gerakan matahari sepanjang hari. Sistem
ini diperkirakan mengurangi emisi karbon hingga 24 ribu ton setiap tahun.
sumber dari worldofrenewables
5. PLTS di Jerman
Jerman adalah salah satu negara yang sudah berhasil melewati hambatan politis dan
birokrasi, khususnya di bidang energi surya (solar energy). Negeri itu kini menjadi
pasar photovoltaic (PV) terbesar dunia. Berita teranyar dari Jerman adalah
pembangunan 1,15 GWp PV system. Tidak tanggung-tanggung, sekitar 55% kapasitas
PV seluruh dunia dipasang di Jerman. Luar biasa. Tahun lalu, penjualan industri PV
Jerman mencapai 3,8 Milyar Euro.
Mengapa Jerman bisa mencapai prestasi seunggul itu? Jawabannya tidak hanya karena
Jerman percaya bahwa PV bisa menjadi jawaban atas masalah energi dan lingkungan
saat ini, tapi karena kepercayaan itu didorong oleh adanyapolitical will.
32


Trend pengembangan PV system di Jerman 1990-2002 (Sumber: International Energy
Agency)
Karena sudah ada niat, lalu dibuatlah instrumen kebijakannya bernamaRenewable
Energies Act. Peraturan ini mewajibkan perusahaan listrik Jerman membeli listrik dari
pemilik PV system selama 20 tahun. Harganye berkisar 37,96 hingga 54,21 Euro per
kWh. Bahkan, di Jerman bagian Timur ada insentif hingga 50% dari initial cost bagi
sesiapa yang memasang PV system. Mekanisme yang dikenal dengan istilah feed in
tariff ini telah menyokong produksi PV system. Sebagai hasilnya, investor PV pun
berebut masuk Jerman. Yang terbaru adalah ARISE Technologies
Corporation dari Canada. Sebelum itu, beberapa perusahaan besar seperti Nanosolar,
Signet Solar dan First Solar telah lebih dahulu menuai keuntungan di sana. Trend ini
diyakini akan bertahan.








33

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre
Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini
merupakan cikal bakal teknologi solar cell.
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis
energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat perhatian
yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Cahaya atau sinar matahari dapat
dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau photovoltaic.
Cara kerja dari PLTS yaitu : Energi matahari akan ditangkap oleh modul surya
dimana modul surya tersebut terdiri dari photovoltaic berupa sel surya yang tersusun
secara seri-paralel yang berfungsi sebagai penghasil energi listrik, energi listrik akan
mengalir melalui charge controller yang berfungsi sebagai pengisi ke baterai, baterai
akan menghasilkan tegangan DC untuk itu diperlukanlah sebuah inverter untuk
mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC.
Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat
dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia
baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan
mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel
surya adalah komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang
masih tinggi menjadi isu penting dalam perkembangan industri sel surya.
4.2 SARAN
Setelah kami menyusun makalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya, berikut adalah
saran yang dapat kami kemukakan :
34

a. Setiap rumah maupun industri diharapkan untuk memanfaatan sumber energi
terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di dalam menggantikan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel karena hal ini dapat mengurangi emisi gas karbon.
b. Sebaiknya pembuatan bahan-bahan PLTS dibuat didalam negeri tanpa harus
mengimport dari negara lain
c. Sebisa mungkin pembuatan modul surya dilakukan didalam negeri sebab jika modul
sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya
pembangunan PLTS.


35

DAFTAR PUSTAKA

http://ebtke.esdm.go.id/energi/energi-terbarukan/sinar-matahari/234-plts-untuk-
indonesia-timur.html 10:35
Tribunnews.com - Minggu, 15 April 2012 14:48 WIB
http://metrogaya.com, http://alpensteel.com, http://www.worldofrenewables.com
Departemen Energi Amerika dan International Energy Agency
National Geographic Indonesia
Makalah UI
Sumber : Informasi umum PLTS PT. Azet Surya Lestari
http://forum.isi-dps.ac.id
Anonimous, Photovoltaic (PV) Tutorial.pdf
Image Courtesy of
1. http://www.clean-energy-ideas.com
2. http://www.reihk.com
3. http://www.solarnavigator.net
apa-itu-listrik-tenaga-surya-3 (pdf) dan Study Kelayakan (pdf)
http://mokoraden.blogdetik.com/2011/09/12/98/
http://jendeladenngabei.blogspot.com/
http://walhijabar.wordpress.com/
http://anekasolusidaya.com/index.php/keuntungan-dan-keunggulan-serta-
dampak-positif-menggunakan-dan-memakai-pembangkit-listrik-tenaga-
matahari-solar-cell/


36

LAMPIRAN

Sesi tanya jawab :

1. Hendri Tri Lidarta

Apakah pengertian dari modul surya dan jenis modul surya
bagaimanakah yang paling cocok digunakan di Indonesia?
Jawaban : Pada dasarnya semua jenis modul surya dapat digunakan di
semua negara apalagi dinegara Indonesia yang memiliki musim tropis
yang sangat cocok bila dipasang sistem PLTS.
Untuk modul surya itu sendiri merupakan suatu bahan yang sangat vital
didalam sistem PLTS karena dengan modul surya itu sendiri energi
matahari dapat dikonversikan menjadi energi listrik.

2. Juang Haikal Pasha

Berapakah biaya yang dibutuhkan untuk membuat PLTS rumahan di
Indonesia?
Jawaban : Kita ambil acuan di negara Spanyol dimana untuk membuat
pembangkit listrik tenaga surya rumahan sekitar 20.000 rumah
membutuhkan biaya sebesar 28 miliar dollar, dan jika di konversikan
kedalam rupiah maka biayanya menjadi 280 triliyun sehingga tiap rumah
akan membutuhkan biaya sekitar 14 juta rupiah dimana tiap-tiap rumah
mendapatkan kapasitas daya sebesar 2000 watt dan arusya sebesar 10 A.

Anda mungkin juga menyukai