Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN RANGKAIAN MAGNETIS DENGAN

PERANGKAT LUNAK FEMM

Medan Elektromagnetik

Dosen Pembimbing:
Adeguna Ridlo Pramurti, S.Pd., M.Eng.

Kelompok:
Nama/NIM : Aditya Rizal Pramudya / 3.31.23.1.01
Nama/NIM : Bondan Ario Susmito / 3.31.23.1.06
Nama/NIM : Rismanto Sagita Putra / 3.31.23.2.15
Nama/NIM : Ogy Aditya / 3.31.23.2.23

D3-Teknik Listrik
TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2023
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Tujuan.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4

C. Langkah Kerja ....................................................................................4

D. Hasil Perhitungan................................................................................4

E. Analisis...............................................................................................5

BAB III KESIMPULAN...................................................................................4


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

FEMM adalah sebuah aplikasi yang dirancang untuk memecahkan masalah


menggunakan finite element analysis. Aplikasi ini bersifat open source dan dapat
diunduh secara gratis di www.femm.info. Versi terbaru dari FEMM adalah versi 4.2.
Versi ini telah mempunyai beberapa pengembangan dibandingkan versi sebelumnya
(versi 4.0). FEMM dapat memodelkan beberapa fenomena, seperti fenomena
magnetis/elektromagnetis, elektrostatis, aliran kalor/panas, dan aliran arus. Seperti
yang telah disampaikan sebelumnya, FEMM memecahkan permasalahan dari
fenomena tersebut dengan konsep analisis elemen hingga (FEM). Konsep dasar FEM
adalah menyelesaikan suatu masalah dengan cara membagi obyek analisis menjadi
bagian-bagian kecil yang terhingga (finite). Bagian-bagian kecil ini kemudian
dianalisis dan hasilnya disatukan kembali untuk mendapatkan penyelesaian secara
menyeluruh. Kata “finite” atau hingga digunakan untuk menegaskan bahwa bagian-
bagian kecil tersebut tak terbatas, seperti yang lazim digunakan pada metode integral
analitik (Infometrik, 2009):

1. Membagi obyek analisis ke dalam elemen-elemen kecil.


2. Melakukan pemodelan sederhana yang berlaku untuk setiap elemen.
3. Membuat formula sederhana untuk setiap element tersebut. Pada langkah ini kita
akan memperoleh sebuah persamaan yang disebut “element stiffness matrix” atau
matriks kekakuan elemen.
4. Mengkombinasikan seluruh elemen dan membuat persamaan simultan yang
mencakup semua variabel. Biasanya pada langkah ini kita akan memperoleh
sebuah persamaan yang disebut “global stiffness matrix” atau matriks kekakuan
global. Aplikasi FEMM ini dapat berjalan di Windows 95, 98, ME, NT, 2000 dan
XP. Melalui aplikasi ini, dapat disimulasikan distribusi dan besaran fluks magnet
yang dihasilkan dari suatu model. FEMM juga dilengkapi pula dengan bahasa
pemrograman Lua 4.0 script. Lua ini dapat menjalankan proses optimasi dan
dapat digunakan untuk memasukkan input formula sesuai keinginan.
B. Tujuan

Aplikasi FEMM (Finite Element Method Magnetics) adalah perangkat lunak


simulasi yang digunakan untuk menganalisis masalah elektromagnetik dalam bidang
seperti listrik, magnetisme, dan peralatan elektronik. FEMM memanfaatkan metode
elemen hingga (finite element method) untuk memecahkan persamaan fisika yang
terkait dengan medan elektromagnetik.

Beberapa fungsi utama dari aplikasi FEMM meliputi:

1. Simulasi Medan Elektromagnetik: FEMM memungkinkan pengguna untuk


memodelkan medan elektromagnetik yang kompleks dari berbagai perangkat dan
sistem. Ini bisa mencakup transformator, motor listrik, sensor, generator, dan
banyak lagi.
2. Analisis Magnetostatik dan Elektrostatik: FEMM dapat digunakan untuk
menganalisis distribusi medan magnet statik atau medan listrik statik dalam suatu
sistem.
3. Desain dan Pengoptimalan: Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk
merancang, menguji, dan mengoptimalkan desain perangkat elektromagnetik,
membantu dalam pengembangan produk baru atau perbaikan desain yang ada.
4. Pendidikan dan Penelitian: FEMM juga digunakan dalam lingkungan
pendidikan dan penelitian untuk mempelajari prinsip-prinsip fisika
elektromagnetik dan melakukan penelitian dalam bidang tersebut.
5. Penyelidikan Kinerja Sistem: Dengan memodelkan medan elektromagnetik,
FEMM memungkinkan analisis kinerja sistem seperti motor listrik,
transformator, atau peralatan elektromagnetik lainnya untuk memahami
bagaimana mereka beroperasi dalam berbagai kondisi.
6. Optimasi Parameter: FEMM juga memungkinkan pengguna untuk menguji
berbagai parameter yang berbeda untuk memahami bagaimana perubahan tersebut
memengaruhi kinerja sistem elektromagnetik.
BAB II
PEMBAHASAN

C. Langkah Kerja

A. Menggambar Obyek

1. Buka Femm 4.2


2. Klik Problem pada menu bar. Akan muncul dialog box lalu isikan persisi
seperti arahan dosen, lalu klik OK.
3. Untuk menyusun obyek, mula-mula klik node operator pada toolbar.
4. Klik Tab pada keyboard, lalu isikan nilai koordinat berikut. Jika ada node
yang tidak terlihat, ukuran halaman dapat diperkecil dengan tombol Zoom
Out
(x,y) = (0,0); (20,0); (20,9.5); (15,9.5); (15,5); (5,5); (5,15); (15,15);
(15,10.5); (20,10.5); (20,20); (0,20); (-3,8); (0,8); (5,8); (8,8); (8,12);
(5,12); (0,12); (-3,12).
5. Klik segment operator, lalu hubungkan node-node menjadi sebuah bentuk.

B. Mengatur Boundary

1. Langkah selanjutnya adalah mengatur boundary yang akan menjadi batas


analisis. Klik kembali tombol nodal operator, lalu klik Tab pada keyboard
dan masukkan koordinat berikut: (x,y) = (-4,-2); (22,-2); (22,22); (-4,22)
2. Sekali lagi, hubungkan node-node di atas dengan segment operator
C. Mendefinisikan Boundary dan Circuit
1. Karena pada obyek ini juga terdapat belitan, kita perlu mendefinisikannya
terlebih dahulu. Klik Properties Circuits. Lalu klik Add Property. Isikan
seperti berikut pada dialog box. Klik OK.
2. Selanjutnya mendefinisikan boundary dari obyek. Klik Properties
Boundary, lalu isikan seperti di bawah ini. Klik OK
3. Klik segment operator. Lalu klik semua kanan garis boundary atau garis
terluar hingga berwarna merah. Tekan dan isikan.
D) Menentukan Material/Bahan dari Bagian-Bagian Obyek

1. Setelah obyek terbentuk, selanjutnya yaitu menentukan material dari


masing-masing bagian obyek tersebut. Bahan yang dibutuhkan: besi
silikon, kawat AWG, dan udara. Karena besi silikon belum ada di database
Femm, kita akan mendefinisikannya secara manual. Klik tombol
Properties Materials
2. Klik Add Property. Lalu pada dialog box yang muncul, isikan seperti
Gambar 10. Klik OK.
3. Klik Edit B-H Curve dan masukkan nilai B dan H di bawah ini : B = 0;
0.1; 0.2; 0.3; 0.4; 0.5; 0.6; 0.7; 0.8; 0.9; 1; 1.1; 1.2; 1.3; H= 0; 50; 70; 80;
90; 95; 100; 120; 140; 175; 200; 290; 400; 1000
4. Klik OK. Kita dapat melihat hasil plot kurva B-H dengan meng-klik Plot
B-H Curve. Jika kita ingin melihat dalam grafik log, dapat meng-klik Log
Plot B-H. Femm akan menampilkan grafik berdasarkan input nilai B dan
H
5. Material udara dan kawat AWG telah ada di database. Klik
PropertiesMaterials Library. Drag Air pada Library Materials di sebelah
kiri ke Model Materials di sebelah kanan. Lalu drag juga Copper AWG
Magnet Wire  12 AWG ke sebelah kanan (Model Materials). Klik OK
6. Untuk menentukan material tiap bagian obyek, mula-mula klik tombol
Block Labels lalu klik pada masing-masing bagian obyek seperti berikut.
Setiap bagian obyek akan memiliki sebuah label
7. Pada posisi tombol masih tertekan, klik kanan pada masing-masing label
hingga berwarna merah, lalu klik tombol
8. Untuk bagian 1 isikan Block type = Silicon iron.
9. Untuk bagian 2 isikan Block type = 12 AWG, In Circuit = Coil, Number
of Turns = 360.
10. Untuk bagian 3 isikan Block type = 12 AWG, In Circuit = Coil, Number
of Turns = -360.
11. Untuk bagian 4 isikan Block type = AIR. Klik OK
E. Running Simulasi

1. Save pekerjaan ini. Lalu lakukan running


2. Dengan asumsi nilai fluks konstan di sepanjang rangkaian (karena
rangkaian magnetis seri), maka fluks juga bisa diukur di salah satu ujung
celah udara. Lalu buat garis pada salah satu ujung celah udara, lalu klik
tombol intergral, Pilih besaran B.n, maka akan ditampilkan nilai fluks dan
rata-rata densitas medan magnet pada bagian tersebut.
D. Hasil Perhitungan

Gambar 1 hasil running celah udara 0,5cm

Gambar 2 hasil perhitungan celah udara 0,5cm


Gambar 3 hasil running celah udara 1cm

Gambar 4 hasil perhitungan celah udara 1cm


Gambar 5 hasil running celah udara 1,5cm

Gambar 6 hasil perhitungan celah udara 1,5cm

Ketiga hasil dari penghitungan manual dan hasil simulasi memang tidak sama.
Karena kami sedikit lupa mengenai besaran “N” dan “I” nya. Seingat kami, besaran
“N” nya adalah 800 t dan “I” adalah 8 ampere. Namun nilai ini dapat dikatakan sama
dan benar, karena pada kenyataan (hasil simulasi) akan selalu ada kebocoran fluks.
Dapat diamati bahwa saat celah diperpendek, nilai fluks yang muncul lebih besar
daripada saat celah diperlebar. Nilai rerata flux density juga lebih besar saat celah
diperpendek daripada saat celah diperlebar. Hal tersebut membuktikan bahwa
semakin pendek celah udara maka semakin besar kerapatan fluksnya begitu pula
sebaliknya semakin lebar celah udara maka semakin kecil kerapatan fluksnya.

E. Analisis
1. Analisis Arah Distribusi Flux

Pada tugas ketiga akan dilihat sebaran nilai-nilai besaran magnet pada obyek yang
diuji. Warna yang mendekati ungu tua menjelaskan bahwa densitas fluks di area
tersebut bernilai tinggi, sedangkan semakin pudar warnanya (kuning atau mendekati
putih) berarti densitas fluks di area tersebut bernilai rendah. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai karena kerapatan fluks magnetik (magnetic flux density) adalah fluks
magnetik per satuan luas pada bidang yang tegak lurus dengan fluks magnet tersebut.
Maka, semakin besar luas area penampangnya, maka akan semakin lemah nilai
kerapatan fluks magnet pada area tersebut. Efektivitas medan magnetik dalam
pemakaian sering ditentukan oleh besarnya

"kerapatan fluks magnetik", artinya fluks magnetik yang berada pada permukaan
yang lebih luas kerapatannya rendah dan intensitas medannya lebih lemah, sedangkan
pada permukaan yang lebih sempit kerapatan fluks magnetik akan kuat dan intensitas
medannya lebih tinggi.

2. Analisis Arah Distribusi Flux

Pada percobaan ini, ingin diamati bagaimana arah distribusi fluks pada obyek
persegi yang sedang diuji. Pengujian dilakukan dengan cara menjalankan simulasi
dalam bentuk "Vector Plot". Hasil yang diperoleh adalah arah distribui fluks dengan
arah melawan jarum jam (counter clock wise). Hal ini benar karena saat mengatur
setting lilitan kawat pada obyek ini, bagian kiri diatur bernilai -360 sedangkan bagian
kanan diatur bernilai +360. Dengan nilai ini, arah aliran fluks dapat diprediksi
dengan menggunakan aturan tangan kanan.

Dengan mengaplikasikan aturan ini, maka dapat diketahui fluks akan mengalir
dengan arah berlawanan jarum jam atau counter clock wise. Hukum Lens
mengatakan bahwa arus induksi mengalir pada penghantar atau kumparan dengan
arah berlawanan dengan gerakan yang menghasilkannya, atau medan magnet yang
ditimbulkannya melawan perubahan fluks magnet yang menimbulkannya.
BAB III

KESIMPULAN

1. Sebuah magnet memiliki sifat histeresis, yaitu mash adanya sisa sifat
kemagnetan pada suatu bahan (feromagnetik) setelah gaya magnet
dihilangkan.
2. Selalu ada perbedaan saat menghitung fluks antara kalkulasi matematis
dengan percobaan. Hal ini terjadi karena adanya kebocoran fluks.
3. Nilai kerapatan fluks dipengaruhi oleh luas area penampang. Semakin
besar luas area penampangnya, maka akan semakin lemah nilai kerapatan
fluks magnet pada area tersebut.
4. Nilai kuat medan berbanding lurus dengan banyak lilitan dan besarnya
arus, dan juga berbanding terbalik dengan panjang.
5. Sesuai hukum Lenz, nilai total fluks akan selalu konstan karena setiap ada
perubahan akan selalu dikuti oleh timbulnya garis gaya magnet dari arah
yang berkebalikan untuk menghilangkan perubahan tersebut.
6. Arah aliran fluks dapat diprediksi dengan menggunakan aturan tangan
kanan (right hand's rule).
7. Saat celah udara diperpendek, nilai fluks yang muncul lebih besar.
Sebaliknya jika celah udara diperlebar, nilai fluks yang muncul lebih kecil.
8. Saat celah udara diperpendek nilai rerata flux densitas lebih besar.
Sebaliknya jika celah udara diperlebar, nilai rerata flux densitas lebih
kecil.
9. Semakin besar celah udara, semakin tinggi nilai resistansi yang muncul,
semakin tinggi kemungkinan terjadi kebocoran fluks, sehingga nilai fluks
yang terukur semakin rendah

Anda mungkin juga menyukai