Medan Elektromagnetik
Dosen Pembimbing:
Adeguna Ridlo Pramurti, S.Pd., M.Eng.
Kelompok:
Nama/NIM : Aditya Rizal Pramudya / 3.31.23.1.01
Nama/NIM : Bondan Ario Susmito / 3.31.23.1.06
Nama/NIM : Rismanto Sagita Putra / 3.31.23.2.15
Nama/NIM : Ogy Aditya / 3.31.23.2.23
D3-Teknik Listrik
TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2023
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
D. Hasil Perhitungan................................................................................4
E. Analisis...............................................................................................5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Langkah Kerja
A. Menggambar Obyek
B. Mengatur Boundary
Ketiga hasil dari penghitungan manual dan hasil simulasi memang tidak sama.
Karena kami sedikit lupa mengenai besaran “N” dan “I” nya. Seingat kami, besaran
“N” nya adalah 800 t dan “I” adalah 8 ampere. Namun nilai ini dapat dikatakan sama
dan benar, karena pada kenyataan (hasil simulasi) akan selalu ada kebocoran fluks.
Dapat diamati bahwa saat celah diperpendek, nilai fluks yang muncul lebih besar
daripada saat celah diperlebar. Nilai rerata flux density juga lebih besar saat celah
diperpendek daripada saat celah diperlebar. Hal tersebut membuktikan bahwa
semakin pendek celah udara maka semakin besar kerapatan fluksnya begitu pula
sebaliknya semakin lebar celah udara maka semakin kecil kerapatan fluksnya.
E. Analisis
1. Analisis Arah Distribusi Flux
Pada tugas ketiga akan dilihat sebaran nilai-nilai besaran magnet pada obyek yang
diuji. Warna yang mendekati ungu tua menjelaskan bahwa densitas fluks di area
tersebut bernilai tinggi, sedangkan semakin pudar warnanya (kuning atau mendekati
putih) berarti densitas fluks di area tersebut bernilai rendah. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai karena kerapatan fluks magnetik (magnetic flux density) adalah fluks
magnetik per satuan luas pada bidang yang tegak lurus dengan fluks magnet tersebut.
Maka, semakin besar luas area penampangnya, maka akan semakin lemah nilai
kerapatan fluks magnet pada area tersebut. Efektivitas medan magnetik dalam
pemakaian sering ditentukan oleh besarnya
"kerapatan fluks magnetik", artinya fluks magnetik yang berada pada permukaan
yang lebih luas kerapatannya rendah dan intensitas medannya lebih lemah, sedangkan
pada permukaan yang lebih sempit kerapatan fluks magnetik akan kuat dan intensitas
medannya lebih tinggi.
Pada percobaan ini, ingin diamati bagaimana arah distribusi fluks pada obyek
persegi yang sedang diuji. Pengujian dilakukan dengan cara menjalankan simulasi
dalam bentuk "Vector Plot". Hasil yang diperoleh adalah arah distribui fluks dengan
arah melawan jarum jam (counter clock wise). Hal ini benar karena saat mengatur
setting lilitan kawat pada obyek ini, bagian kiri diatur bernilai -360 sedangkan bagian
kanan diatur bernilai +360. Dengan nilai ini, arah aliran fluks dapat diprediksi
dengan menggunakan aturan tangan kanan.
Dengan mengaplikasikan aturan ini, maka dapat diketahui fluks akan mengalir
dengan arah berlawanan jarum jam atau counter clock wise. Hukum Lens
mengatakan bahwa arus induksi mengalir pada penghantar atau kumparan dengan
arah berlawanan dengan gerakan yang menghasilkannya, atau medan magnet yang
ditimbulkannya melawan perubahan fluks magnet yang menimbulkannya.
BAB III
KESIMPULAN
1. Sebuah magnet memiliki sifat histeresis, yaitu mash adanya sisa sifat
kemagnetan pada suatu bahan (feromagnetik) setelah gaya magnet
dihilangkan.
2. Selalu ada perbedaan saat menghitung fluks antara kalkulasi matematis
dengan percobaan. Hal ini terjadi karena adanya kebocoran fluks.
3. Nilai kerapatan fluks dipengaruhi oleh luas area penampang. Semakin
besar luas area penampangnya, maka akan semakin lemah nilai kerapatan
fluks magnet pada area tersebut.
4. Nilai kuat medan berbanding lurus dengan banyak lilitan dan besarnya
arus, dan juga berbanding terbalik dengan panjang.
5. Sesuai hukum Lenz, nilai total fluks akan selalu konstan karena setiap ada
perubahan akan selalu dikuti oleh timbulnya garis gaya magnet dari arah
yang berkebalikan untuk menghilangkan perubahan tersebut.
6. Arah aliran fluks dapat diprediksi dengan menggunakan aturan tangan
kanan (right hand's rule).
7. Saat celah udara diperpendek, nilai fluks yang muncul lebih besar.
Sebaliknya jika celah udara diperlebar, nilai fluks yang muncul lebih kecil.
8. Saat celah udara diperpendek nilai rerata flux densitas lebih besar.
Sebaliknya jika celah udara diperlebar, nilai rerata flux densitas lebih
kecil.
9. Semakin besar celah udara, semakin tinggi nilai resistansi yang muncul,
semakin tinggi kemungkinan terjadi kebocoran fluks, sehingga nilai fluks
yang terukur semakin rendah