Disusun oleh:
W-2
Checkshot Correction type : Spline
Frequency Dominan : 27
Wavelet Length : 86
Time Window Target : 1070-1250 ms
5. Selanjutnya, untuk import data langkahnya adalah dengan klik kanan well, lalu import on
selection.
6. Cari file bertipe .las dengan mengganti file of type menjadi .las
7. Selanjutnya ganti matching menjadi specified, setelah itu pastikan semua parameter
tercentang semua
8. Buka window lalu buka well section window untuk menampilkan window dari well lalu
klik ok
9. Muncul well section window setelah mencentang global well logs seperti gambar berikut
ini
10. Pilih menu template setting lalu pada bagian limits diatur min value dan max value untuk
Log NPHI dan RHOB sesuai dengan data lalu direction dari NPHI ganti menjadi reverse.
11. Lalu, klik template objects dari NPHI/RHOB kemudian ke curve filling lalu add new curve
filling lalu ganti fill edge From Curve To Curve lalu ubah RHOB berada di atas NPHI untuk
menentukan zona crossover
12. Setelah itu ubah style warna dari NPHI berwarna merah dan RHOB berwarna biru
13. Selanjutnya untuk menambahkan data seismik klik kanan pada section input lalu klik import
lalu ubah files of type menjadi SEG Y (.)
14. Untuk menampilkan data seismik secara 3D klik section window lalu 3D Window dan akan
muncul tampilan seperti berikut
15. Untuk mengetahui titik layout dari data seismik tersebut, nyalakan seismic dan well dengan
cara di checklist
16. Selanjutnya untuk memasukkan data checkshot klik kanan pada well 01 lalu pilih import on
selection lalu ganti type of file menjadi checkshot format ASCII
17. Setelah itu ganti pengaturan kolom pertama pada unit menjadi feet, kolom kedua menjadi
TWT dan ganti unitnya menjadi millisecond dan kolom ketiga menjadi MD dan ubah
unitnya menjadi feet setelah itu pilih connect to trace dari well 01. Setelah muncul input
data yang kedua biarkan default.
18. Langkah selanjutnya adalah melakukan pewarnaan pada Log GR dengan pergi ke setting
for well section lalu pergi ke GR selanjutnya color fill setelah itu add new color filling,
setelah itu ubah Fill edge dengan From Curve To Level
19. Kemudian, lihat data terinput dari penampang well seismic tie yang sudah di picking horizon
pada langkah sebelumnya. Dengan cara klik kanan pada well top lalu pilih spreadsheet.
20. Terakhir, import data hasil pengolahan well seismic tie tersebut dengan cara klik kanan pada
well top lalu pilih “import (on selection)”. Data hasil import an nantinya digunakan untuk
pengolahan selanjutnya di software HRS.
3.2.2. Langkah Pengolahan HRS
1. Buka aplikasi HRS, akan muncul tampilan sebagai berikut.
2. New project > pilih lokasi penyimpanan dan beri nama project > OK. Akan muncul kotak
dialog specify a database for this project, klik use database below > OK.
Akan muncul kotak dialog SEG-Y loading / Trace Header Specification. Trace data format: IBM
dan trace header format: IBM. Pada table disesuaikan dengan data dari header editor. Untuk inline
(melihat baris C24) dimana start menggunakan angka awal bytes dan # of bytes menggunakan
rentang dari bytes dan xline (melihat baris C25) dimana start menggunakan angka awal bytes dan
# of bytes menggunakan rentang dari bytes. Untuk crosscheck value hasil dari pengisian kolom start
dan # of bytes dapat dilihat dari header editor (baris C4 dan C5).
6. Selanjutnya, memasukkan data well. Klik menu well pada project manager > import well >
logs, check shots, tops, deviated geometry from files… > pilih dan klik data well.las > select.
Pastikan log file format: LAS dan tidak mencentang exclude tops. Klik advanced options.
8. Setelah di next, muncul kotak dialog seperti gambar dibawah. Klik centang pada use
mnemonics for naming logs dan klik un-centang pada log densitas (no. 4 pada tabel).
Pastikan checkshot depth are measured from: kelly bushing dan depths are measured from:
kelly bushing. Jika sudah, klik OK. Muncul kotak dialog confirmation required > klik Yes
dan akan tampil Well Map Table yang merupakan data dimana posisi well kita di data
seismik. Klik Apply > OK.
9. Merapikan tampilan well, dengan klik Display option > menu layout, menata log seperti
gambar berikut > apply.
Setelah itu, merapikan RHOB dan NPHI pada menu curves, jika sudah klik Apply.
Sebelum melakukan reverse NPHI, ke menu seismic view > kolom seis 1: data seismik > centang
plot color trace > apply > OK.
10. Reverse NPHI dengan klik NPHI > klik increasing from left to right > Apply > OK.
11. Memasukkan marker, klik menu well pada project manager > import well > logs, check
shots, tops, deviated geometry from files… > pilih dan klik data marker.txt > select. Pastikan
log file format: General ASCII dan type of data: Tops. Klik next
12. Akan muncul kotak dialog seperti berikut. Untuk number of lines to skip: 1 (header txt) dan
number of columns: 4. Klik OK.
13. Memasukkan data checkshot, klik menu well pada project manager > import well > logs,
check shots, tops, deviated geometry from files… > pilih dan klik data checkshot.txt.
Pastikan log file format: General ASCII dan centang logs. Klik next.
14. Muncul kotak dialog berikut, input sampling units diganti ft dan number of header lines to
skip diisi 1 dimana 1 ini baris pertama sebagai header > next.
Seperti gambar dibawah, destination well name diganti sesuai nama well dan otomatis keisi semua
> next.
Muncul kotak dialog seperti gambar berikut. Untuk HRS Log Type, baris 1 diganti Check Shot
dengan Amp.Units: s (Two way time). Klik OK.
15. Membuat arbitary line, klik processes pada project manager. Pada filter, ketik create
arbitrary line. Klik 2 kali pada arbitrary line. Untuk input merupakan data seismik,
sedangkan output bebas menamainya. Lalu, klik edit.
Buat garis yang menghubungkan kedua well, jika sudah klik save > OK. Lalu pada select arbitrary
line akan muncul Line1. Klik OK.
17. Untuk mendapatkan koreksi checkshot yang baik maka kurva berwarna hitam dan merah
berdekatan, kurva berwarna biru memiliki nilai antar titiknya yang rendah atau seminimal
mungkin. Setelah didapatkan hasil koreksi checkshot, selanjutnya klik Apply > OK.
Hasil koreksi checkshot well 2.
Muncul kotak dialog seperti gambar dibawah dan beri nama sesuai well. Misal DT_chk_w1 serta
lanjutkan untuk well 2.
18. Menentukan frekuensi dominan, klik processes pada project manager > ketik pada filter:
amplitude spectrum.
Akan muncul kotak dialog seperti gambar berikut. Untuk input menggunakan data seismik, trace
range diganti single xline dan simbol segitiga diganti sesuai well. Sedangkan, time window diganti
range from serta untuk angka disesuaikan dengan top dan bottom pada data
marker.txt. Dimana untuk top dikurangi 100 dan untuk bottom ditambah 100 yang berguna
memperlebar time window agar time window dapat mencakup zona prospek. Untuk output diberi
nama sesuai well. Klik OK
Pada grafik spektrum, pick puncak tertinggi dari grafik tersebut. Lalu, catat X sebagai frekuensi
dominan dan pindahkan nilai tersebut di Microsoft Excel.
19. Kembali ke project data > data explorer > pilih well > klik angka pada DT > log options >
duplicate selected log.
blok dt_copy > log options > log unit conversion. Pilih amplitude unit > to unit diubah menjadi m/s
> Apply. Lalu, mengaktifkan log dt_copy dengan klik kanan pada dt_log > set as active log.
Selanjutnya, klik data explorer > pilih tanda panah pada dt_copy > klik amplitude > log options >
copy selection to clipboard. Buka Microsoft Excel yang telah dibuka sebelumnya > paste hasil copy
tersebut pada Excel tersebut.
Rata-rata nilai amplitude tersebut > lakukan pembagian antara rata-rata nilai amplitude dengan
frekuensi dominan sehingga mendapatkan nilai wavelength. Lakukan hal yang sama pada well 2.
20. Membuat wavelet ricker, klik processes > ketik pada filter: ricker > klik 2 kali pada ricker.
Lalu, akan muncul kotak dialog seperti gambar berikut.
Untuk wavelet name diganti sesuai nama well, dominant frequency disesuaikan dengan frekuensi
dominan yang telah didapatkan, dan wavelength disesuaikan dengan nilai yang telah didapatkan
sebelumnya. Klik redraw > save.
Lakukan hal yang sama pada well 2.
21. Membuat wavelet statistical, klik processes > ketik pada filter: statistical > klik 2 kali pada
statictical.
Setelahnya, untuk start klik tanda panah kebawah dan pilih top paling atas serta untuk end klik
tanah panah kebawah dan pilih bottom paling bawah > apply > apply shift. Usahakan time shift
bernilai 0.
Apabila time shift tidak sama dengan 0, maka dapat dilakukan stretch dengan pick pada data
seismik yang tidak sama. Lalu, klik stretch. Selanjutnya, pada start klik tanda panah kebawah
dan pilih top paling atas serta untuk end klik tanda panah kebawah dan pilih bottom paling
bawah > apply > apply shift. Ulangi langkah pada start klik tanda panah kebawah > end paling
atas > apply > apply shift.
Setelah didapatkan time shift 0. Lalu, klik OK dan muncul kotak dialog seperti gambar berikut.
Klik OK.
a) b)
Gambar 3. Tampilan a) langkah untuk mengaktifkan well seismic tie dan b) well seismic
tie yang telah aktif (terdapat titik hitam)
Selanjutnya, klik data explorer > pilih well yang akan dilakukan eksport > pilih depth-time
sesuai wavelet yang ingin dieksport > measured from: Kelly Bushing > Save.
a) b)
Gambar 3. Kotak dialog a) message dan b) confirmation required
Menghitung wavelet length pada excel dengan membagi rata-rata frequensi dengan
frequensi dominan
Atur calculation window start-end sesuai zona target > stretch and apply shift hingga
Current corelation mendekati 1 dan Time shift mendekati 0 > klik OK.
Lakukan pada well yang berbeda
6. Export DT hasil WST menggunakan semua wavelet satu per satu dengan klik data
explorer > pilih export well ties.
2. Atur Import WST pada software Petrel sesuai data marker WST > klik ok.
Lakukan hal yang sama pada well lainnya.untuk WST ricker dan statistical
3. Run hasil WST pada well dengan cara klik well 2 kali yang dipilih > ceklis WST dan
unceklis DT > klik run > apply dan ok.
Pada gambar 4.1 smapai 4.4 dapat dilihat nilai korelasinya yang tercantum pada table
4.1 Nilai korelasi yang paling mendekati angka 1 yaitu pada W-1 jenis wavelet ricker. Ini
menunjukkan nilai korelasi terbaik. Hasil ini diperoleh dengan mengkorelasikan kurva merah
pada gambar 4 yang mana merupakan seismogram riil dengan kurva biru dimana merupakan
seismogram sintetik. Untuk mendapatkan nilai korelasi terbaik dilakukan pengaturan window
zone area target. Dalam praktikum ini window zone yang ditargetkan adalah dari top horizon 3
hingga bottom horizon 5. Selain itu dalam mengatur timeshifting digunakan strecth-squeeze.
Tidak dianjurkan melakukan strecth-squeeze terlalu berlebihan karena akan mengubah data
log.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Untuk melakukan Well Seismic Tie
dilakukan korelasi antara kurva merah dan biru, dimana dapat dilihat kesesuaian antara
seismogram sintetik dengan seismogram riilnya, yaitu tren peak (puncak gelombang dan trough
(lembah gelombang) nya. Selanjutnya dilakukan quality control antar well yang sudah
dialkukan Well Seismic Tie pada data seismik. Jika lapisan sudah menerus, maka dapat
dilanjutkan pada proses picking horizon.
Pada proses picking horizon, Well Seismic Tie yang digunakan adalah jenis wavelet
ricker. Dapat dilihat pada W-1 nilai korelasi yang paling mendekati 1 adalah jenis wavelet ricker.
Akan tetapi, Wavelet ricker pada W-2 memiliki nilai korelasi yang lebih kecil dari wavelet
statistical. Meskipun demikian pada proses quality control antar well, wavelet ricker memiliki
perbedaan yang tidak terlalu jauh dan masih dalam satu kemenerusan dibandingkan dengan
wavelet statistical. Hal ini lah yang mendasari digunakannya wavlet ricker pada picking
horizon.
4.2.2 Time Structure Map
Pada proses picking horizon, didapatkan output berupa Time Structure Map yang dapat
dilihat pada gambar 4.5. W-1 dan W-2 terletak di tengah peta yang ditunjukkan dengan titik
merah. Warna kuning-merah menunjukkan elevasi waktu yang lebih tinggi, sedangkan biru
muda-hijau menunjukkan elevasi waktu yang lebih rendah. Berdasarkan gambar tersebut,
daerah yang menunjukkan ketinggian berada di Utara, sedangkan yang menunjukan daerah
lebih rendah berada di Tenggara dan Barat Daya. Di Selatan, menunjukkan daerah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah Tenggara dan Barat Daya. Hal ini dapat diinterpretasikan
sebagai struktur antiklin dengan arah Selatan ke Utara. Struktur antiklin berpotensi sebagai
penjebak hidrokarbon. Sehingga dapat dikatakan bahwa jebakan hidrokarbon di daerah ini
adalah jebakan dengan tipe struktural.
BAB V
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan, analisis yang telah dilakukan dan pembahasan didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil nilai log korelasi yang diperoleh dengan wavelet ricker dan statistical ditunjukkan pada
tabel 4.1.
2. Wavelet yang digunakan pada picking horizon berjenis ricker.
3. Hasil Time Structure Map menunjukkan adanya struktur antiklin dengan arah Selatan ke
Utara yang berpotensi menjebak hidrokarbon pada W-1 dan W-2.
Log Book
Pengerjaan
Tanggal Jam Deskripsi Kegiatan Dokumentasi
(WIB)