Anda di halaman 1dari 11

Mari Mengabdi

Minggu, 06 November 2016

MAKALAH PLTS

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA


(PLTS)                              MAKALAH
DI SUSUN OLEH : AGUS PRIYANTO
PEMBAWA : ANDRIANA
WAKTU DAN TEMPAT : SMK PGRI 2 PALEMBANG

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat
serta hidayahnya kami bisa menyelesaikan tugas Makalah Konversi Energi  ini.
Dalam penyusunanya, kami menngucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah
Konversi Energi  yang telah memberikan dukungan, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan
dan menutun pada langkah yang lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa  Makalah Konversi Energi ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar tugas makalah
ini dapat lebih baik lagi.
Semoga makalah yang berjudul “Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)” ini
bermanfaat. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.
                                                                                                                                                                        
            
        Bandung,  November 2016
     Penulis 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................  i
DAFTAR ISI ................................................................................................  ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................  1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................  5
A.  Pembangkit Listrik Tenaga Surya ......................................................  5
     B.  Prinsip Kerja dan Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya .......  7
     C.  Komponen-Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya ................  12
     D.  Keuntungan dan Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Surya ..........  15

BAB III PENUTUP .....................................................................................  17


      KESIMPULAN ......................................................................................  17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................  18

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dimasa yang akan datang, penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar fosil, seperti
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), semakin lama akan semakin berkurang dan digantikan
dengan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan yang lebih bersih dan ramah
lingkungan. Salah satu energi terbarukan yang dapat kita temui sehari-hari adalah cahaya
matahari. Energi cahaya matahari kedepannya memainkan peranan yang sangat penting dalam
bidang kelistrikan, utamanya dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik berskala rumah tangga.
Seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki karunia sinar matahari yang lebih. dimana
di setiap pelosok Indonesia yang memiliki iklim tropis, matahari bersinar dengan terik sehingga
sangat panas, setiap hari matahari bersinar mulai dari pagi sampai sore. Oleh karna itu Energi
matahari yang dipancarkan dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan panel surya
/ solar cell.
Berbagai penelitian pun dilakukan untuk mendapatkan energi listrik dari sumber energi
cahaya matahari. Sumber energi alternatif ini pun mulai populer di seluruh dunia, menggantikan
sumber energi fosil yang perlahan-lahan mulai habis dan pada umumnya, sumber energi
alternatif ini lebih ramah lingkungan.
B.     RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu PLTS ?
2. Apa  saja komponen yang digunakan ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan yang didapat ?
4. Seperti Apa Pengembangan dari Teknologi tersebut ?
C.    TUJUAN
Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Pengertan Pembangkit Listrik Tenaga Surya(PLTS) adalah pembangkit listrik yang
mengubah energi surya menjadi energi listrik. Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua
cara, yaitu secara langsung menggunakan photovoltaic dan secara tidak langsung dengan
pemusatan energi surya. Photovoltaic mengubah secara langsung energi cahaya menjadi listrik
menggunakan efek elektrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa atau cermin
dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari ke satu titik untuk
menggerakan mesin kalor.
Sistem pemusatan energi surya (concentrated solar power, CSP) menggunakan lensa atau
cermin dan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari dari luasan area tertentu ke satu
titik. Panas yang terkonsentrasikan lalu digunakan sebagai sumber panas untuk pembangkitan
listrik biasa yang memanfaatkan panas untuk menggerakkan generator. Sistem cermin parabola,
lensa reflektor Fresnel, dan menara surya adalah teknologi yang paling banyak digunakan. Fluida
kerja yang dipanaskan bisa digunakan untuk menggerakan generator (turbin uap konvensional
hingga mesin Stirling) atau menjadi media penyimpan panas.
Sejarah penemuan sel surya
Sel surya atau sel fotovoltaik adalah sebuah alat yang mengubah cahaya menjadi arus listrik
dengan menggunakan efek fotolistrik. Sel surya pertama diciptakan oleh Charles Fritts pada
tahun 1880. Pada tahun 1931 seorang insinyur Jerman, Dr Bruno Lange, mengembangkan sel
fotovoltaik menggunakan selenida perak di tempat oksida tembaga. Meskipun sel prototipe
selenium mengkonversi kurang dari 1% dari cahaya menjadi listrik, Ernst Werner von Siemens
dan James Clerk Maxwell mengakui penemuan ini sangatlah penting. Setelah karya Russell Ohl
pada 1940-an, peneliti Gerald Pearson, Calvin Fuller dan Daryl Chapin menciptakan sel surya
silikon pada tahun 1954. Sel-sel surya awal biaya 286 USD/watt dan mencapai efisiensi dari 4,5-
6%.
Sejarah PLTS tidak terlepas dari penemuan teknologi sel surya berbasis silikon pada
tahun 1941. Ketika itu Russell Ohl dari Bell Laboratory mengamati silikon polikristalin akan
membentuk buit in junction , karena adanya efek segregasi pengotor yang terdapat pada leburan
silikon. Jika berkas foton mengenai salah satu sisi junction, maka akan terbentuk beda potensial
di antara junction , dimana elektron dapat mengalir bebas. Sejak itu penelitian untuk
meningkatkan efisiensi konversi energi foton menjadi energi listrik semakin intensif dilakukan.
Berbagai tipe sel surya dengan beraneka bahan dan konfigurasi geometri pun berhasil dibuat
Ivanpah Solar Plant yang terleak di Gurun Mojave akan menjadi pembangkit listrik
tenaga surya tipe pemusatan energi surya terbesar dengan daya mencapai 377 MegaWatt. Sel
surya atau sel photovoltaic adalah alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik
menggunakan efek fotoelektrik. Dibuat pertama kali pada tahun 1880 oleh Charles Fritts.
Pembangkit listrik tenaga surya tipe photovoltaic adalah pembangkit listrik yang
menggunakan perbedaan tegangan akibat efek fotoelektrik untuk menghasilkan listrik. Solar
panel terdiri dari 3 lapisan, lapisan panel P di bagian atas, lapisan pembatas di tengah, dan
lapisan panel N di bagian bawah. Efek fotoelektrik adalah dimana sinar matahari menyebabkan
elektron di lapisan panel P terlepas, sehingga hal ini menyebabkan proton mengalir ke lapisan
panel N di bagian bawah dan perpindahan arus proton ini adalah arus listrik.
B.     Prinsip Kerja dan Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

1.      Prinsip Kerja Sel Surya


 

Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material adhesive transparan yang
melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan, material anti-refleksi untuk menyerap lebih
banyak cahaya dan mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan, semi-konduktor P-type dan N-
type (terbuat dari campuran Silikon) untuk menghasilkan medan listrik, saluran awal dan saluran
akhir (tebuat dari logam tipis) untuk mengirim elektron ke perabot listrik.
2.      Cara kerja sel surya
Panel surya identik dengan piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya bersentuhan
dengan sel surya dan diserap oleh bahan semi-konduktor, terjadi pelepasan elektron. Apabila
elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju bahan semikonduktor pada lapisan yang
berbeda, terjadi perubahan sigma gaya-gaya pada bahan. Gaya tolakan antar bahan semi-
konduktor, menyebabkan aliran medan listrik. Dan menyebabkan elektron dapat disalurkan ke
saluran awal dan akhir untuk digunakan pada perabot listrik.
 

Pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS)
merupakan jenis
pembangkit energi listrik
alternatif yang dapat
mengkonversi energi
cahaya menjadi energi listrik. Secara umum, ada dua cara pembangkit listrik tenaga surya untuk
dapat menghasilkan energi listrik, yaitu :
1.      Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)
 

Dalam pembangkit
ini, energi cahaya
matahari akan
digunakan untuk
memanaskan suatu fluida yang kemudian fluida tersebut akan memanaskan air. Air yang panas
akan menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar turbin sehingga dapat menghasilkan
energi listrik.
Pembangkit Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam berbagai cara. Pembangkit ini juga
biasa dikenal sebagai pembangkit listrik surya terkonsentrasi (concentrated solar power plants).
Tipe yang paling banyak digunakan adalah desain parabola cekung. Cermin parabola dirancang
untuk menangkap dan memfokuskan berkas cahaya ke satu titik fokus, seperti seorang anak yang
menggunakan kaca pembesar untuk membakar kertas. Pada titik fokus tersebut terdapat pipa
hitam yang panjangnya sepanjang cermin tersebut. Didalam pipa tersebut terdapat fluida yang
dipanaskan hingga temperatur yang sangat tinggi, seringkali diatas 300 derajad fahrenheit (150
derajad celcius). Fluida panas tersebut dialirkan dalam pipa menuju ke ruang pembangkitan
energi listrik untuk memasak air, menghasilkan uap air dan menghasilkan energi listrik.

Versi lain dari pembangkit listrik surya termal adalah


penggunaan tower listrik(power tower). Tower listrik ini membuat pembangkit listrik surya
termal menuju ke arah baru. Cermin disituasikan untuk memfokuskan radiasi cahaya ke satu titik
fokus, yaitu sebuah menara tinggi yang mana menara ini menerima cahaya untuk mendidihkan
air dan menghasilkan uap air. Cermin-cermin yang digunakan biasanya dikoneksikan ke sebuah
sistem penjejakan(tracking system) cahaya dimana sistem tersebut mengatur cermin agar selalu
menghadap matahari.

Tower listrik ini memiliki beberapa keuntungan, seperti waktu pembangunan yang relatif cepat.
2.      Pembangkit Surya Fotovoltaik ( Solar Photovoltaic Plants )
Pembangkit jenis ini memanfaatkan sel surya (solar cell) untuk mengkonversi radiasi cahaya
menjadi energi listrik secara langsung. Pembangkit fotovoltaik ini sangatlah sederhana. Beberapa
panel surya dipasang sehingga membentuk array. Masing-masing panel akan mengumpulkan
energi cahaya dan mengkonversikannya secara langsung menjadi energi listrik. Energi listrik ini
dapat dialirkan ke jaringan listrik. Saat ini, pembangkit surya fotovoltaik masih jarang
ditemukan. Hal ini dikarenakan pembangkit listrik surya termal saat ini lebih efisien untuk
memproduksi energi listrik dalam skala besar.

3.      Klasifikasi Tipe Sel Surya


Ditinjau dari konsep struktur kristal bahannya, terdapat tiga tipe utama sel surya, yaitu sel
surya berbahan dasar monokristalin, poli (multi) kristalin, dan amorf. Ketiga tipe ini telah
dikembangkan dengan berbagai macam variasi bahan, misalnya silikon, CIGS, dan CdTe.
Berdasarkan kronologis perkembangannya, sel surya dibedakan menjadi sel surya generasi
pertama, kedua, dan ketiga.
                   I.            Generasi pertama dicirikan dengan pemanfaatan wafer silikon sebagai struktur dasar sel surya
II.            Generasi kedua memanfaatkan teknologi deposisi bahan untuk menghasilkan lapisan tipis ( thin
                
film ) yang dapat berperilaku sebagai sel surya
             III.            Generasi ketiga dicirikan oleh pemanfaatan teknologi bandgap engineering untuk menghasilkan
sel surya berefisiensi tinggi dengan konsep tandem atau multiple stackes.
Kebanyakan sel surya yang diproduksi adalah sel surya generasi pertama, yakni sekitar 90%
(2008). Di masa depan, generasi kedua akan makin populer, dan kelak akan mendapatkan pangsa
pasar yang makin besar. European Photovoltaic Industry Association (EPIA) memperkirakan
pangsa pasar thin film akan mencapai 20% pada tahun 2010. Sel surya generasi ketiga hingga
saat ini masih dalam tahap riset dan pengembangan, belum mampu bersaing dalam skala
komersial.

C.    Komponen-Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah Tangga


Untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tanggal,
komponen-komponen yang digunakan adalah :
1.      Solar Panel / Panel Surya : alat untuk mengkonversi energi cahaya matahari menjadi energi
listrik. Sebuah sel surya dapat menghasilkan tegangan kurang lebih 0.5 volt. Jadi sebuah panel
surya / solar cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel.
2.      Charge Controller : alat untuk mengatur arus dan tegangan yang akan masuk ke baterai.
Tegangan dan arus yang masuk ke baterai harus sesuai dengan yang diinginkan. Bila lebih besar
atau lebih kecil dari range yang ditentukan, maka baterai atau peralatan yang lain akan
mengalami kerusakan. Selain itu, charge controller juga berfungsi sebagai penjaga agar daya
keluaran yang dihasilkan tetap optimal. Sehingga dapat tercapai Maximum Power Point Tracking
(MPPT). Charge controller secara umum melindungi dari gangguan-gangguan seperti
diterangkan berikut :
a.       LVD Low voltage disconnect, apabila tegangan dalam battery rendah, ~11.2 V, maka untuk
sementara beban tidak dapat dinyalakan. Apabila tegangan battery sudah melewati 12V, setelah
di charge oleh modul surya, maka beban akan otomatis dapat dinyalakan lagi (reconnect).
b.      HVD, High Voltage disconnect, memutus listrik dari modul surya jika battery/accu sudah penuh.
Listrik dari modul surya akan dimasukkan kembali ke battery jika voltage battery kembali turun.
c.       Short circuit protection, menggunakan electronic fuse (sekering) sehingga tidak memerlukan
fuse pengganti. Berfungsi untuk melindungi sistem PLTS apabila terjadi arus hubung singkat
baik di modul surya maupun pada beban. Apabila terjadi short circuit maka jalur ke beban akan
dimatikan sementara, dalam beberapa detik akan otomatis menyambung kembali.
d.      Reverse Polarity, melindungi dari kesalahan pemasangan kutub (+) atau (-).
e.       Reverse Current, melindungi agar listrik dari baterai atau aki tidak mengalir ke modul surya
pada malam hari.
f.       PV Voltage Spike, melindungi tegangan tinggi dari modul pada saat baterai tidak disambungkan
ke controller.
3.      Lightning Protection, melindungi terhadap sambaran petir (s/d 20,000 volt).
4.      Inverter : alat elektronika daya yang dapat mengkonversi tegangan searah (DC, direct current)
menjadi tegangan bolak-balik (AC, alternating current).
5.      Baterai , adalah perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik dari tenaga surya. Tanpa
baterai, energi surya hanya dapat digunakan pada saat ada sinar matahari.
Berikut adalah diagram instalasi pembangkit listrik tenaga surya skala rumah tangga

Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas dapat diketahui bahwa beberapa
panel surya di paralel untuk menghasilkan arus yang lebih besar. Combiner digunakan untuk
menghubungkan kaki positif panel surya satu dengan yang lainnya. Begitu pula untuk kaki
negatifnya. Ujung kaki positif panel surya dihubungkan ke kaki positif charge controller dan
begitu pula untuk kaki negatifnya. Tegangan panel surya yang dihasilkan akan digunakan oleh
charge controller untuk mengisi baterai. Untuk menghidupkan beban perangkat dengan arus AC,
seperti : Televisi, Radio, komputer, dll, arus baterai yang merupakan arus DC harus diubah
terlebih dahulu menjadi AC dengan menggunakan inverter. Untuk mengukur jumlah energi
listrik yang telah dihasilkan oleh panel surya dapat digunakan kWh meter. Untuk melindungi
panel surya dan perangkat lainnya dari gangguan, maka digunakanlah panel pemutus AC.
Pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tangga, biasanya sering terjadi
Islanding.
Islanding adalah terjadinya pemutusan aliran listrik pada jaringan distribusi yang dimiliki
oleh perusahaan listrik ketika PLTS tetap bekerja. Hal ini dapat terjadi karena adanya kerusakan
pada jaringan distribusi listrik. Agar tidak merusak PLTS, digunakanlah power conditioner . Alat
ini berfungsi untuk mendeteksi terjadinya Islanding dan dengan segera menghentikan kerja
PLTS. Power conditioner biasanya menjadi satu dengan inverter.
D.    Keuntungan dan Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Kelebihan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) adalah :
1.      Cahaya matahari merupakan energi yang dapat diperbaharui dan tidak akan habis. Oleh karena
melimpahnya ketersediaan cahaya inilah, pembangkit listrik tenaga surya dapat menjadi
pembangkit listrik alternatif yang dapat menggantikan energi-energi lainnya yang tidak dapat
diperbarui, seperti gas alam, batubara, minyak, nuklir dll.
2.      Pembangkit listrik tenaga surya merupakan pembangkit listrik yang bersih dan ramah
lingkungan. Pembangkit ini hanya membutuhkan cahaya matahari sebagai komponen utama
penghasil energi listriknya. Selain itu, tidak ada limbah keluaran dari hasil proses
pembangkitannya. Oleh karena itu, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dapat menggantikan
pembangkit listrik lain untuk mengurangi jumlah limbah keluaran yang memiliki dampak negatif
bagi lingkungan, seperti nuklir dan batubara.
3.      Umur pemakaian dari komponen penyusunnya, seperti sel surya, relatif panjang. Sehingga dapat
dikatakan bahwa membangun pembangkit listrik tenaga surya merupakan suatu investasi jangka
panjang.
4.      Karena bentuknya yang sederhana dan ringkas, maka pembangkit listrik tenaga surya mudah
dalam pemasangan dan juga mudah dalam perawatannya.
5.      Jika dipasang secara individual (satu rumah satu sistem). Rumah yang berjauhan sekalipun tidak
memerlukan jaringan kabel distribusi. Selin itu, gangguan pada satu sistem tidak mengganggu
sistem lainnya.
Kerugian pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) :
1.      Proses pembangkitan hanya dapat dilakukan pada siang hari. Lebih buruk lagi bila proses
pembangkitan dilakukan pada musim penghujan. Langit sering kali ditutupi oleh awan. Sehingga
besarnya cahaya matahari yang akan dikonversi ke energi listrik tidak optimal.
2.      Bahan pembuatan komponen pembangkit listrik tenaga surya masih berharga mahal. Terutama
untuk tipe sel fotovoltaik.

Dampak PLTS Terhadap Lingkungan


1.      Gas Rumah Kaca
Siklus hidup emisi gas rumah kaca pembangkit listrik tenaga surya saat ini berada di
kisaran 25-32 g/kWh dan ini bisa turun menjadi 15 g/kWh di masa yang akan datang. Sebagai
perbandingan, PLTGU batubara menghasilkan 400-599 g/kWh, pembangkit listrik berbahan
bakar minyak menghasilkan 893 g/kWh, pembangkit listrik batu bara menghasilkan 915-994
g/kWh atau dengan penangkapan dan penyimpanan karbon sekitar 200 g/kWh, dan pembangkit
listrik panas bumi temperatur tinggi menghasilkan 91-122 g/kWh. Hanya pembangkit listrik
tenaga angin dan panas bumi temperatur rendah yang menghasilkan lebih baik, yaitu 11 g/kWh
dan 0-1 g/kWh. Untuk beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir, siklus hidup beberapa emisi
gas rumah kaca yang dihasilkan, termasuk energi yang dibutuhkan untuk menambang uranium
dan energi pembangunan pembangkit listrik serta dekomisioning, adalah di bawah 40 g/kWh,
namun beberapa pembangkit nuklir lainnya menghasilkan jauh lebih tinggi.

2.      Kadmium
Salah satu isu yang sering menjadi keprihatinan adalah penggunaan kadmium dalam sel
surya cadmium telurida (CdTe). Kadmium dalam bentuk logam adalah zat beracun yang
memiliki kecenderungan untuk terakumulasi dalam rantai makanan ekologi. Jumlah kadmium
yang digunakan pada film tipis modul Photovoltaic (PV) relatif kecil, yaitu 5-10 g/m². Dengan
teknik kontrol emisi yang tepat, emisi kadmium dari produksi modul dapat ditekan menjadi nol.
Saat ini teknologi PV menyebabkan emisi kadmium sebesar 0,3-0,9 mikrogram/kWh dalam satu
siklus hidup. Sebagian besar emisi tersebut muncul melalui penggunaan pembangkit listrik
tenaga batubara dalam pembuatan modul. Pembakaran batubara dan lignit menyebabkan emisi
kadmium jauh lebih tinggi. Kadmium dari batubara adalah 3,1 mikrogram/kWh, lignit 6,2
mikrogram/ kWh dan gas alam 0,2 mikrogram/kWh. Jika listrik yang dihasilkan oleh panel
fotovoltaik digunakan untuk pembuatan modul, bukan listrik yang berasal dari pembakaran
batubara, emisi kadmium dari penggunaan batu bara dalam proses produksi dapat dihilangkan
seluruhnya.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dengan mengunakan sistem energi pembangkit tenaga surya, bisa mengurangi akan
ketergantungan dunia dengan bahan bakar hasil tambang (fosil), coba kita bayangkan energi
gratis dan terus-menerus yang bersumber dari bumi kita, dengan berjalanya waktu persediaan
energi yang kita butuhkan akan selalu tersedia berlimpah ruah. Maka kita bisa mengambil
keuntungan dengan mengunakan tenaga matahari (solar cell) untuk kebutuhan energi dan dapat
dihandalkan dengan untuk mengurangi pengeluaran daya dan ramah lingkungan. Selain
itu, dengan inovasi penggunaan panel surya ini, selain tingkat energi yang dihasilkan, tak ada zat
sisa yang ada sehingga tidak menimbulkan limbah. Dan yang terpenting dalam setiap usaha,
hakekatnya adalah bagaimana kita dapat bermanfaat dan menjadi tauladan yang baik bagi yang
sangat memerhatikan kelestarian lingkungan. Semoga inovasi yang luar biasa ini dapat ditiru
oleh berbagai pihak untuk kemaslahatan umat manusia bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Perdana, Nur Pradana. 2012. Pembangkit Listrik Tenaga surya. [online]. Tersedia:
http://www.nexteraenergyresources.com
http://solar.calfinder.com
http://solarsuryaindonesia.com
http://www.panelsurya.com
http://www.litbang.esdm.go.id
http://jendeladenngabei.blogspot.com/2012/11/pembangkit-listrik-tenaga-suryaplts.html?m=1
[Sabtu, 03 November 2012]
Tarmizi, Chandra. 2015. Artikel. Panel Surya Pembangkit Listrik Tenaga Matahari Dan Solar
Cell di Indonesia. [online]. Tersedia: http://www.energi-alam.com/artikel/panel-surya-
pembangkit-listrik-tenaga-matahari-dan-solar-cell-diindonesia.html [17 Desember 2015]
Suseno, Ipung. 2014. Pengertian Pembangkit Tenaga Surya PLTS. [online].
Tersedia: http://pembangkitlistriki.blogspot.com/2014/10/pembangkit-tenaga-surya-pengertian-
plts.html?m=1 [Senin, 27 Oktober 2014]
Diposting oleh Ridwan Sopyan di 08.54 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Ridwan Sopyan
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼  2016 (5)
o ▼  November (1)
 MAKALAH PLTS
o ►  Oktober (4)
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai