DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
DOSEN PENGAMPU
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................i
Daftar Isi.................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
4.Elektrolit
Menurut Kumara (2012), Elektrolit berfungsi untuk meregenerasi dye.
Elektrolit yang digunakan pada DSSC terdiri dari iodine (I -) dan triiodide (I3-)
sebagai pasangan redoks dalam pelarut. Karakteristik ideal dari pasangan
redoks untuk elektrolit DSSC yaitu:
1. Potensial redoksnya secara termodinamika berlangsung sesuai dengan
potensial redoks dari dye untuk tegangan sel yang maksimal.
2. Tingginya kelarutan terhadap pelarut untuk mendukung konsentrasi yang
tinggi dari muatan pada elektrolit.
5.Counter elektroda
Katalis dibutuhkan untuk merpercepat kinetika reaksi proses reduksi
triiodide pada TCO. Platina, material yang umum digunakan sebagai katalis
pada berbagai aplikasi, juga sangat efisien dalam aplikasinya pada DSSC.
Sebagai alternatif, Kay & Grtzel mengembangkan desain DSSC dengan
menggunakan counter-elektroda karbon sebagai film katalis. Karena luas
permukaanya yang tinggi, counter-elektroda karbon mempunyai keaktifan
reduksi triiodide yang menyerupai elektroda platina(Kumara, 2012).
Ketika foton dari sinar matahari menimpa elektroda kerja pada DSSC,
energi foton tersebut diserap oleh partikel dye yang melekat pada permukaan
partikel TiO2. Sehingga elektron valensi dari dye mendapatkan energi untuk
dapat tereksitasi.Elektron yang tereksitasi dari molekul dye tersebut akan
diinjeksikan ke pita konduksi TiO2 dimana TiO2bertindak sebagai
akseptor/kolektor elektron. Molekul dyeyang ditinggalkannya kemudian dalam
keadaan teroksidasi. Elektron foton yang diinjeksikan ke molekul TiO 2 akan
bergerak secara difusi ke sepanjang bagian atas dari elektroda kerja berupa
lapisan konduktif transparan ITO (Indium TinOxide). Selanjutnya elektron akan
ditransfer melewatirangkaian luar menuju elektroda pembanding
(elektrodakarbon). Elektrolit redoks biasanya berupa pasangan iodide dan
triiodide (I-/I3-) yang bertindak sebagai mediator elektron sehingga dapat
menghasilkan proses siklus dalam sel. Triiodida dari elektrolit yang terbentuk
akan menangkap elektron yang berasal dari rangkaian luar dengan bantuan
molekul karbon sebagai katalis. Elektron yang tereksitasi masuk kembali ke
dalam sel dan bereaksi dengan elektrolit menuju dye teroksidasi. Elektrolit
menyediakan elektron pengganti untuk molekul dye teroksidasi (Nasukhah dan
Gontjang., 2012).
Jika digunakan gunakan fill factor maka mksimum daya dari sel surya didapat
dari persamaan (2), ...............(2)
Sehingga efisiensi sel surya yang didefinisikan sebagai daya yang diahsilkan
dari sel (Pmax) dibagi dengan daya dari cahaya yang datang (Pcahaya) disajikan
pada persamaan (3),
...............(3)
2.4 Grafit
Grafit merupakan salah satu jenis bentuk alotropi dari karbon. Dari
Gambar 3. struktur grafit terdiri atas susunan atom-atom karbon yang
berbentukheksagonal yang membentuk kisi planar dengan ikatan antar lapisan
yang lemah.Kulit elektron terluar pada karbon sebanyak empat buah elektron
valensi, tigadiantaranya digunakan dalam ikatan kovalen, sedangkan elektron
keempat dapatmudah berpindah dan membentuk medan listrik. Dengan
struktur seperti ini, grafitakan menghasilkan sifat unik seperti kekakuan yang
tinggi namun mudahmengalami pergeseran antar lapisan, konduktifitas panas
dan listrik yang baik, sifat lubrikasi yang baik pada tekanan dan temperatur
yang tinggi, ketahanan oksidasi dan ketahanan kimia yang tinggi, dan
kemampuan untuk mengikat molekul kimia di antara lapisan grafit. Grafit
dalam matriks polimer dapat berfungsi sebagai aditif konduktif yang dapat
mengurangi resistansi listrik dari komposit (Wijayanti, 2012).
2.5 Antosianin
Antosianin adalah kelompok besar pigmen tanaman yang berwarna
merah-biru. Anthocyanin Terdapat pada semua tumbuhan tingkat tinggi,
terutama di bunga dan buah-buahan tetapi juga di daun, batang, dan akar.
Warna anthocyanin tergantung pada struktur, dan juga pada keasaman buah.
Antocyanins Banyak berwarna merah pada kondisi asam dan membiru pada
kondisi asam sedikit. Mereka semua didasarkan pada struktur inti tunggal
dasar, ion flavyllium. Zat warna ini larut dalam air dan warnanya oranye, merah
dan biru. Secara alami terdapat dalam anggur, bunga telang, stawberry,
rasberry, apel, bunga ros, kembang sepatu, buah duwet, buah naga dan
tumbuhan lainnya. Biasanya buah-buahan dan sayuran warnanya tidak hanya
ditimbulkan oleh satu macam pigmen antosianin saja, tetapi kadang-kadang
sampai 15 macam pigmen seperti pelargonidin, sianidin, peonidin dan lain-lain
yang tergolong glikosida-glikosida antosianidin. Antosianin tidak tahan terhadap
asam askorbat, metal-metal dan cahaya. Pada pH rendah (asam) pigmen
berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi violet dan kemudian
menjadi biru (Nugraheni, 2012)
Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid. Senyawa golongan
flavonoid termasuk senyawa polar dan dapat diekstraksi dengan pelarut yang
bersifat polar pula. Beberapa pelarut yang bersifat polar diantaranya etanol, air
dan etil asetat. Kondisi asam akan mempengaruhi hasil ekstraksi. Keadaan
yang semakin asam apalagi mendekati pH 1 akan menyebabkan semakin
banyaknya pigmen antosianin berada dalam bentuk kation flavilium atau
oksonium yang berwarna dan pengukuran absorbansi akan menunjukkan
jumlah antosianin yang semakin besar. Disamping itu keadaan yang semakin
asam menyebabkan semakin banyak dinding sel vakuola yang pecah sehingga
pigmen antosianin semakin banyak yang terekstrak (Tensiska etal 2006).
Kestabilan warna senyawa antosianin dipengaruhi oleh pH atau tingkat
keasaman, dan akan lebih stabil apabila dalan suasana asam atau pH yang
rendah. Kestabilan antosianin juga dipengaruhi oleh suhu. Laju kerusakan
(degradasi) antosianin cenderung meningkat selama proses penyimpanan yang
diiringi dengan kenaikan suhu. Degradasi termal menyebabkan hilangnya
warna pada antosianin yang akhirnya terjadi pencoklatan (Hayati, 2012).
Berikut merupakan bentuk struktur dari antosianin :
Karbohidrat 11,5 g
Serat 0,71 g
Kalsium 8,6 mg
Fosfor 9,4 mg
Magnesium 60,4 mg
Vitamin B1 0,28 mg
Vitamin B2 0,043 mg
Vitamin C 9,4 mg
Sumber : Taiwan Food Industry Develop & Research Authoriti dalam Patwary
(2013)
2.7 Karotenoid
Karotenoid merupakan zat warna (pigmen) berwarna kuning, merah dan
orange yang secara alami terdapat dalam tumbuhan dan hewan, seperti dalam
wortel, tomat, jeruk, algae, lobster, dan lain-lain. Lebih dari 100 macam
karotenoid terdapat di alam, tetapi hanya beberapa macam yang telah dapat
diisolasi atau disintesa untuk bahan pewarna makanan. Diantaranya ialah
beta-karotein, canthaxantin, bixin dan xantofil. Karotenoid merupakan senyawa
yang tidak larut dalam air dan sedikit larut dalam minyak atau lemak (Rao et
al., 2007). Karotenoid terdapat dalam buah pepaya, kulit pisang, tomat, cabai
merah, mangga, wortel, ubi jalar, labu kuning, jagung dan pada beberapa bunga
yang berwarna kuning dan merah. Diperkirakan lebih dari 100 juta ton
karotenoid diproduksi setiap tahun di alam. Senyawa ini baik untuk mewarnai
margarin, keju, sop, pudding, es krim dan mie dengan pemakaian 1 sampai 10
ppm. Beberapa jenis karotenoid yang banyak terdapat di alam dan bahan
makanan adalah -karoten (berbagai buah-buahan yang kuning dan merah),
likopen (tomat), kapxantin (cabai merah), dan biksin (annatis). Karotenoid yang
mempunyai gugus hidroksil disebut xantofil. Salah satu pigmen yang termasuk
kelompok xantofil adalah kriptoxantin yang mempunyai rumus mirip sekali
dengan -karoten. Perbedaannya hanya bahwa kriptoxantin mempunyai gugus
hidroksil. Pigmen tersebut merupakan pigmen utama pada jagung yang
berwarna kuning, lada, pepaya, dan jeruk keprok (Nugraheni, 2012).
Karotenoid yang dapat berfungsi sebagai prekursor vitamin A setidaknya
harus memiliki satu cincin beta (-ring) yang tidak tersubtitusi dengan 11
karbon rantai poliena. -karoten dan -karoten merupakan karotenoid
provitamin A yang banyak tersebar dalam asupan makanan sehari-hari. -
karoten merupakan sumber yang sangat potensial dari vitamin A dan memiliki
aktivitas vitamin A tertinggi dari semua karotenoid yang diketahui (Suparmi,
2013). Berikut ini merupakan bentuk dari struktur -karotenmenurut Rao
(2007).
Prinsip kerja dari DSSC mencakup 3 proses yang berbeda yaitu eksitasi
fotosensitizer oleh foton , pemanfaatan pita konduksi dan reaksi redoks pada
larutan elektrolit
Penelitian dilakukan dengan variasi dye (100 gr daging buah naga merah
ditambah 10 ml aquades dan 100 gr daging buah naga merah ditambah 5 ml
aquades) dan variasi elektrolit (3 gr KI ditambah 3 ml Iodin Solution 10%, 3 gr
KI ditambah 6 ml Iodin Solution 10%, dan 6 gr KI ditambah 3 ml Iodin Solution
10%). Dengan pengukuran tegangan dan arus dengan ketinggian antara DSSC
dengan lampu halogen yang digunakan (6V 30 watt) adalah 5 cm dan 10 cm.
Digunakan lampu halogen karena memancarkan cahaya polikromatik dengan
rentang panjang gelombang 360-500 nm, juga karena intensitas cahaya dari
halogen yang konstan jika dibandingkan dengan cahaya matahari yang
intensitasnya selalu berubah ubah tergantung kondisi cuaca.
Dari hasil pengukuran tegangan dan arus diamati bahwa pada
ketinggian 5 dan 10 cm, nilai tegangan dan arus yang dihasilkan dari variasi
dye 100 gr daging buah naga merah + 5 ml aquades lebih tinggi dan lebih stabil
dari pada dengan variasi dye 100 gr daging buah naga merah + 10 ml aquades.
Begitu juga pada ketinggian 10 cm, nilai tegangan dan arus yang dihasilkan
dari variasi dye 100 gr daging buah naga merah + 5 ml aquades lebih tinggi dan
lebih stabil dari pada dengan variasi dye 100 gr daging buah naga merah + 10
ml aquades. Semakin jauh dari sumber cahaya, maka semakin kecil nilai
karakterisasinya karena intensitas yang diterima semakin berkurang.
Untuk variasi elektrolit pada penggunaan 5 ml aquades untuk
ketinggian 5 dan 10 cm, nilai tegangan dan arus yang dihasilkan oleh DSSC
dengan elektrolit 6 gr KI ditambah 3 ml Iodin Solution 10% lebih stabil jika
dibandingkan DSSC dengan elektrolit 3 gr KI ditambah 3 ml Iodin Solution 10%
dan DSSC dengan elektrolit 3 gr KI ditambah 6 ml Iodin Solution 10%. Semakin
kental elektrolit yang digunakan, maka tegangan dan arus yang dihasilkan lebih
stabil, tetapi semakin cair elektrolit yang digunakan maka arus dan tegangan
yang dihasilkan kurang stabil(stabilitasnya rendah) dan cepat drop, hal ini
dikarenakan elektrolit cair mudah menguap atau terdegradasi.
2. Performansi DSSC
Susunan layer pigmen warna dari Dye terbagi atas 2 yaitu single layer
dan multilayer. Sebelum pengujian, larutan pewarna tersebut diencerkan
sebanyak 10 kali agar dapat dibaca oleh alat uji karena UV1100
Spectrophotometer tidak dapat membaca nilai spektrum absorbansi apabila
larutan pewarna terlalu keruh maupun terlalu pekat.
Variasi dengan tambahan pigmen betalain hanya menghasilkan efisiensi
yang rendah disebabkan oleh cepatnya laju degradasi pewarna. Sehingg pada
susunan layer yang lebih baik tanpa betalain. Susunan multi layer memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap eisiensi DSSC. Dimana semakin tebal layer
maka akan semakin baik nilai absorbansinya dikarenakan semakin banyak
foton yang dapat diserap oleh Dye tersebut. Efisiensi yang terbaik dihasilkan
oleh susunan multi layer dengan nilai sebesar 0,047% dengan sampel AC
90:10. Sedangkan untuk susunan single layer memiliki nilai efisiensi tertinggi
sebesar 0,039% dengan sampel AC 90:10. Dimana A adalah anthocyanin dan C
adalah carotenoid.
B. Perbandingan pada material Semikonduktor
Pada DSSC, absorbsi cahaya dilakukan oleh molekul dye, dan separasi
muatan dilakukan oleh inorganik semikonduktor nanokristal yang mempunyai
band gap lebar. Semikonduktor dengan band gap lebar akan memperbanyak
elektron yang mengalir dari pita konduksi ke pita valensi, yang membuat ruang
reaksi fotokatalis dan absorpsi oleh dye akan menjadi lebih banyak, sehingga
spektrum menjadi lebih lebar.
ZnO (Zinc Oxide) adalah semikonduktor yang memiliki band gap yang
cukup lebar yaitu 3,37eV sehingga sesuai untuk diaplikasikan sebagai sel
surya. Band gap ZnO lebih besar dibandingkan TiO2 Titanium dioksida
merupakan salah satu semikonduktor oksida yang memiliki energi celah pita
yang sangat lebar (3,2 eV 3,8 eV).
Selain pengaruh band gap, ZnO lebih baik daripada TiO 2 sebagai
semikomnduktor dikarenakan photostability dari ZnO lebih tinggi dan masa
hidup dari elektron tereksitasi ZnO lebih tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Prinsip kerja dari DSSC mencakup 3 proses yang berbeda yaitu eksitasi
fotosensitizer oleh foton , pemanfaatan pita konduksi dan reaksi redoks pada
larutan elektrolit
2. Terdapat puncak absorbansi pada panjang gelombang dibawah 400 nm, hal
ini berarti larutan dye daging buah naga merah juga bekerja pada sinar UV yang
terletak pada rentang 100-400 nm
3. TiO2 terlalu tinggi sedangkan material cairnya rendah maka akan
menyebabkan pasta TiO2 yang dihasilkan terlalu kental dan nantinya bisa
membuat lapisan tipis TiO2 yang dihasilkan terlalu tebal.
4. Semakin kental elektrolit yang digunakan, maka tegangan dan arus yang
dihasilkan lebih stabil, tetapi semakin cair elektrolit yang digunakan maka arus
dan tegangan yang dihasilkan kurang stabil(stabilitasnya rendah) dan cepat
drop
5. sel DSSC menggunakan TiO2 sebagai semi konduktor dan ekstraksi daging
buah naga merah sebagai dye sensitizer yang dapat mengkonversi energi
cahaya menjadi energi listrik.
6. Selain pengaruh band gap, ZnO lebih baik daripada TiO 2 sebagai
semikomnduktor dikarenakan photostability dari ZnO lebih tinggi dan masa
hidup dari elektron tereksitasi ZnO lebih tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi, O. S and A. T. Oladiji. 2009. Compositional Changes in Banana
(Musa spp.) Fruits During Ripening. Journal of Biotechnologi. 8(5):
858- 859.
Amelia, R., Risanti, D, D., dan Sawitri, D., 2014. Fabrikasi Dye
Sensitized Solar Cell (DSSC) dengan Sintesis Dye Komposit dari
Garcinia mangostana, Celosia cristata, Beta vulgaris rubra dan
Musaaromatica pada Fraksi Volume TiO2 Optimum. Jurnal Teknik
Pomits. Vol. 1(1) : 1-5.
Bahtiar, H., Wibowo, N, A.,dan Ferdy S., 2015. Konstruksi Sel Surya Bio
menggunakan Campuran Klorol-Karotenoid sebagai
Sensitizer.Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Vol. 11(1).
Fahyuan, H.D., Farid, F., Heriyanti., S. Nopitupula, Samsidar dan S.
Pakpahan. 2015. Disain Prototipe Sel Surya DSSC (Dye
Sensitized Solar Cell) Lapisan Grafit/Tio2. Jurnal Fisika, Vol.
1(1):5-11.
Hayati, E. K., 2012. Konsentrasi Total Senyawa Antosianin Ekstrak
Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) : Pengaruh
Temperatur dan pH. Jurnal Kimia, vol.6(2) : 138-147.
Hardeli, S., Riky, Fernando T, Maulidis, Silvia, R., 2013. Dye Sensitized
Solar Cells (DSSC) Berbasis Nanopori TiO2Menggunakan
Antosianin dari Berbagai Sumber Alami. Prosiding Semirata,
FMIPA Universitas Lampung.
Kristanto. 2008. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun..
Jakarata : Penebar Swadaya.
Kumara, M, S, W., dan Prajitno, G., 2012. Studi Awal Fabrikasi Dye
Sensitized Solar Cell (DSSC) Dengan Menggunakan Ekstraksi
Daun Bayam (Amaranthus Hybridus L.) Sebagai Dye Sensitizer
Dengan Variasi Jarak Sumber Cahaya Pada DSSC. Jurnal Fisika.
Muliani, L., Rosa, Rosa, E., dan Hidayat, J., 2012. Pembuatan Sel Surya
Berbasis Dye-Sensitized Menggunakan Substrat Fleksibel.
Seminar Prosiding InSINas, Teknik Fisika Fakultas Teknik
Industri ITB.
Munadjim. 1988. Teknologi Pengolahan Pisang. Jakarta : PT Gramedia.
Nadeak, S. M. Reynard. 2012. Variasi Temperatur dan Waktu Tahan
Kalsinasi terhadap Unjuk Kerja Semikonduktor TiO 2 sebagai Dye
Sensitized Solar Cell (DSSC) dengan Dye dari Ekstrak Buah Naga
Merah. Jurnal Teknik Its Vol.1. ISSN : 2301-9271.
Nafi , M dan Susanti, D., 2013. Aplikasi Semikonduktor TiO 2 dengan
Variasi Temperatur dan Waktu Tahan Kalsinasi sebagai Dye
Sensitized Solar Cell (DSSC) dengan Dye dari Ekstrak Buah
Terung Belanda (Solanum betaceum). Jurnal Teknik Pomits, Vol. 2
(1), ISSN: 2337-3539.
Nasukhah, A, T., dan Prajitno, G., 2012. Fabrikasi Dan Karakterisasi Dye
Sensitized SolarCell (DSSC) Dengan Menggunakan Ektraksi
Daging Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) SebagaiDye
Sensitizer . Jurnal Sains Dan Seni Pomit. Vol. 1 (1) : 1-6.
Nugraheni, M., 2012 Pewarna Alami Makanan dan Potensi
Fungsionalnya Seminar Nasional Peningkatan Kompetensi Guru
Dalam Menghadapi UKG, Fakultas Teknik Univesitas Negeri
Yogyakarta.
Prananto, H.D., A.Tyaswuri., C.Stefphanie dan Y.Bahriariarto.
2013 .Dye Sensitize Solar Cell (DSSC) Berbahan Dasar Klorofil
Daun Cincau
Sebagai Fotosensitiser. Jurnal Seminar Nasional Fisika .
Prasetyowati, R., 2012.Sel Surya Berbasis Titania Sebagai Sumber Energi
Listrik Alternatif. Prosiding Seminar Nasional Penelitian.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Prayogo, A, F., Pramono, S, H., dan Eka, M., 2014. Pengujian dan
Analisis Performansi Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) Terhadap
Cahaya. Jurnal Teknik Elektro.
Rao, A.V., dan Rao, L.G., 2007. Carotenoids and human health.
Pharmacological Research, Vol. 55: 207-216.
Rohi, Daniel. Alternatif Pembangkit Tenaga Listrikyang Ramah yang
Lingkungan di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional. Malang, 3
Juni 2008.
Saati, E, A., 2012.Identifikasi Dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga
Merah (Hylocareus Costaricensis) Pada Beberapa Umur
Simpandengan Perbedaan Jenis Pelarut.Jurnal Gamma, Vol.6(1) :
25-34.
Sengkhamparn, N., Chanshotikul, N., Assawajitpukdee, C. and Khamjae,
T. 2013. Effects Of Blanching And Drying On Fiber Rich Powder
From Pitaya (Hylocereus Undatus) Peel. International Food
Research Journal 20 (4) : 1595-1600.
Setiawan, N., Giriantari, I, A, D., W.Gede Ariastina dan Nyoman S, K.,
2015.Sel Surya Berbasis Pewarna Alami dan
PotensiPengembangannya di Indonesia sebagai Sumber Energi
Alternatif yang Ramah Lingkungan. Seminar Nasional
Ketenagalistrikan dan Aplikasinya, Universitas Udayana Bali.
Simanjuntak, L.,Sinaga, C., dan Fatimah., 2014. Ekstraksi Pigmen
Antosianin Dari Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus).
Jurnal teknik kimia, vol.3(2).
Suparmi, 2013. Kulit Pisang Ambon Kuning: Sumber Vitamin APotensial.
Sultan Agung [majalah ilmiah]. Vol. L NO. 130. ISSN : 0852-1035.
Tarigan,Y, M, S., Suhaidi, I.,dan Era, Y., 2015. Pengaruh Perbandingan
Buah Naga Merah Dengan Sirsak Dan Konsentrasi Agar-Agar
Terhadap Mutu Selai Lembaran. Jurnal Rekayasa Pangan Dan
Pertanian, Vol.3 (2).
Taiwan Food Industry Develop & Research Authoritis. (2005) dalam
Patwary, M., Rahman, M., Barua., Sarkar., Alam, M. (2013) Study
on the growth and development of twodragon fruit (Hylocereus
undatus) genotypes. The Agriculturists 11(2): 52-57 (2013)ISSN
2304-7321 [Online] A Scientific Journal of Krishi Foundation.
Tensiska, E, S., dan Natalia, D., 2006. Ekstraksi Pewarna Dari Buah
Arben dan Aplikasinya dalam Sistem Pangan, Jurnal Teknologi
Pangan Fakultas Pertanian, Vol 6.
Tjitrosoepomo, G.. 2000, Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Wijayanti, H., 2012 . Pengaruh penambahan serbuk tembaga dan grafit
terhadap sifat mekanik unsaturated polyester. Skripsi. Fakultas
Teknik, Teknik metalurgi dan material, Universitas indonesia.
Wulandari, H, E.,dan Prajitno, G., 2012, Studi Awal Fabrikasi Dye
Sensitized Solar Cell (Dssc) MenggunakanEkstraksi Bunga
Sepatu(Hibiscus Rosa Sinensis L) Sebagai Dye Sensitizer Dengan
Variasi Lama Absorpsi Dye. Jurnal Fisika.
Yulika, D., Kusumandari dan Risa S., 2014. Pelapisan TiO2di atas FTO
dengan Teknik Slip Casting dan Spin Coatinguntuk Aplikasi
DSSC. Jurnal Fisika Indonesia, Vol. 18 (53), ISSN : 1410-2994.
Zahera, R., 2012. Pemanfaatan Beta-Karoten Dalam Tepung KulitPisang
Sebagai Pengganti Sebagian Jagung Untuk Menghasilkan Telur
Ayam Arab Rendah Kolesterol. Skripsi, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.