Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ISU SIGNIFIKAN DALAM BIDANG ETIKA DAN PROFESI

(BENTURAN KEPENTINGAN, MANAJEMEN RESIKO DAN PENGENDALIAN


INTERN)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Etika Bisnis dan Profesi yang diampu oleh:
Dr. Sri Rahayu, S.E., M.Si.

Disusun Oleh:

KELOMPOK III
 Anggun Satria Jaya : P2C319003
 Desty Puji Rahmi : P2C319008
 Rina Nurarifah : P2C319017
 Ulfa Mawaddah : P2C319013
 Sukarda : P2C319023

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2019

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...............................................................................................................1

Daftar Isi ........................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .........................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................5

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Benturan Kepentingan…………….……………………………………………...6

2.2 Upaya dalam menghindari Benturan Kepentinga.....................................................11

2.3 Penerpan Manajemen risiko dan system pengendalian intern…………….……...12

2.4 Penyediaan dana kepada pihak terkait……………….…………………………...16

2.5 Etika dalam tempat kerja…..……………………………………………………...17

2.6 Aktivitas bisis internasional- masalah budaya…………………………………....19

2.7 Akuntabilitas social………………………….……………………………………20

2.8 Manajemen krisis…………………………………………………………………21

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan............................................................................................................31

Daftar Pustaka ..............................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika Bisnis perusahaan harus mengikuti aturan yang diatur oleh tata cara undang-

undang. Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk

menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business atau dirty business.

Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang

baik (etis) agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya

dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis

sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai

implikasi etis, dan oleh karenanya membawa serta tanggungjawab etis bagi pelakunya

Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sangsi. Jika semua tingkah laku

salah dibiarkan, maka lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Pada akhirnya, norma

yang salah ini akan menjadi budaya. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk

menegakkan budaya transparansi antara lain: a. Penegakkan budaya berani bertanggung

jawab atas segala tingkah lakunya, b. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur

kinerja jelas, c. Pengelolaan sumber daya manusia harus baik, d. Visi dan misi

perusahaan jelas yang mencerminkan tingkah laku organisasi. Etika Bisnis dapat menjadi

standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya

sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang

luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional. Tiga pendekatan dasar dalam

merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu: Utilitarian Approach, setiap tindakan harus

3
didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya

mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat,

dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya. Individual

Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang

harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila

diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain. Justice

Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak

adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun

secara kelompok.

Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika, yaitu: 1. Sistematik Masalah-

masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul mengenai

sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi; 2.

Korporasi Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-

pertanyaan yang dalam perusahaanperusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup

pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional

perusahaan individual sebagai keseluruhan; 3. Individu Permasalahan individual dalam

etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan.

Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter

individual. Ciri bisnis yang beretika berdasarkan hasil diskusi kelompok dalam mata

kuliah etika bisnis dapat disimpulkan mengenai ciri-ciri bisnis yang beretika yaitu tidak

merugikan siapapun, tidak menyalahi aturan-aturan dan norma yang ada., tidak

melanggar hukum, tidak menjelek-jelekan saingan bisnis, serta mempunyai surat izin

usaha.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa sajakah isu-isu signifikan yang ada dalam Etika Bisnis?

2. Bagaimana cara perusahaan menanggapi benturan kepentingan?

3. Bagaimana Etika bisnis yang baik dalam sebuah perusahaan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa sajakan isu-isu signifikan yang ada dalam Etika Bisnis

2. Untuk mengetahui bagaimana cara perusahaan menanggapi benturan kepentingan

3. Untuk mengetahui bagaimana Etika bisnis yang baik dalam sebuah perusahaan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Benturan Kepentingan

Benturan kepentingan adalah suatu perbedaan antara kepentingan ekonomis

perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau pemegang

saham utama perusahaan. Perusahaan menerapkan kebijakan bahwa karyawannya harus

menghindari investasi, asosiasi atau hubungan lain yang akan mengganggu, atau terlihat

dapat mengganggu, dengan penilaian baik mereka berkenaan dengan kepentingan terbaik

perusahaan.

Arifin (2005) menyatakan bahwa para akuntan adalah salah satu profesi yang

terlibat secara langsung dalam pengelolaan perusahaan (corporate governance). Dalam

hubungannya dengan prinsip good corporate governance (GCG), peran akuntan secara

signifikan terlibat dalam berbagai aktivitas penerapan prinsip-prinsip GCG.

Terbongkarnya kasus–kasus khususnya ilmu akuntansi yang terlibat dalam praktik

manajemen laba memberikan kesadaran tentang betapa pentingnya peran dunia

pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang cerdas dan bermoral.

Ungkapan tersebut mengisyaratkan bahwa sikap dan perilaku moral (akuntan) dapat

terbentuk melalui proses pendidikan yang terjadi dalam lembaga pendidikan akuntansi,

dimana mahasiswa sebagai input, sedikit banyaknya akan memiliki keterkaitan dengan

akuntan yang dihasilkan sebagai output.

Situasi konflik dapat timbul jika karyawan mengambil tindakan yang dapat

menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk melaksanakan pekerjaannya secara obyektif

6
dan efektif. Apabila situasi semacam itu muncul maka harus segera melaporkan hal-hal

yang terkait dengan situasi tersebut kepada petugas kepatuhan perusahaan. Apabila

manajemen senior perusahaan menetapkan bahwa situasi tersebut menimbulkan benturan

kepentingan, mereka harus segera melaporkan benturan kepentingan tersebut kepada

komite pemeriksa. Benturan kepentingan juga muncul manakala seorang karyawan,

petugas atau direktur, atau seorang anggota dari keluarganya, menerima tunjangan

pribadi yang tidak layak sebagai akibat dari kedudukannya dalam perusahaan.

Perseroan mendefinisikan benturan kepentingan sebagai situasi di mana seseorang

(anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau Pegawai) karena kedudukan atau wewenang

yang dimiliki di Perseroan mempunyai kepentingan pribadi yang dapat mempengaruhi

pelaksanaan tugas yang diamanatkan oleh Perseroan secara objektif. Benturan

kepentingan tersebut menimbulkan adanya pertentangan antara kepentingan ekonomis

pribadi, kelompok atau keluarga dengan kepentingan ekonomis Perseroan. Dalam banyak

kasus, seseorang tidak mungkin memenuhi kedua kepentingan yang bertentangan tersebut

tanpa melakukan kompromi pada satu atau yang lain, dan oleh karena itu maka setiap

benturan kepentingan harus diungkapkan kapan pun terjadi.

Kategori situasi benturan kepentingan (conflict of interest) tertentu, sebagai berikut:

1. Segala konsultasi atau hubungan lain yang signifikan dengan atau berkeinginan

mengambil andil didalam aktivitas pemasok, pelanggan atau pesaing (competitor).

Contoh: Seorang karyawan disebuah perusahaan memeliki usaha dibidang penyedian

bahan baku, dan kemudian karyawan tersebut berusaha menggantikan aktifitas

7
pemasok lain dengan memasukkan pasokan bahan baku dari usaha yang dia miliki

tersebut ke perusahaan tempat dia bekerja.

2. Segala kepentingan pribadi yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan.

Contoh: Ketika seorang karyawan mendapatkan tugas keluar kota dari perusahaan

tempat dia berkerja dia memanfaatkan sebagian dari waktu tersebut untuk sekalian

berlibur dengan anggota keluarganya.

3. Segala hubungan bisnis atas nama perusahaan dengan personal yang masih ada

hubungan keluarga (family) atau dengan perusahaan yang dikontrol oleh personal

tersebut. Contoh: Seorang karyawan di suatu perusahaan memasukkan anggota

keluarganya untuk dapat menempati suatu posisi di perusahaan tersebut tanpa harus

melewati tahapan recruitment seperti para pencari kerja lainnya.

4. Segala posisi dimana karyawan dan pimpinan perusahaan mempunyai pengaruh atau

control terhadap evaluasi hasil pekerjaan atau kompensasi dari personal yang masih

ada hubungan keluarga. Contoh: Seorang manajer memberikan evaluasi hasil kerja

yang baik terhadap anggota keluarganya yang bekerja di perusahaan itu juga, padahal

kinerja dari anggota keluarganya itu tidak sesuai dengan hasil laporan yang dilaporkan

oleh manajer tersebut.

5. Segala penggunaan pribadi maupun berbagai atas informasi rahasia perusahaan demi

suatu keuntungan pribadi, seperti anjuran untuk membeli atau menjual barang milik

perusahaan atau produk, yang didasarkan atas informasi rahasia tersebut. Contoh:

Seorang karyawan disuatu perusahaan memberikan atau membocorkan rahasia

8
perusahaan kepada temannya yang berkerja disuatu perusahaan yang bergerak

dibidang usaha yang sama.

6. Segala penjualan pada atau pembelian dari perusahaan yang menguntungkan pribadi.

Contoh: Perusahaan membeli kendaraan untuk menunjang kegiatan operasional

perusahaan, tetapi salah satu karyawan diperusahaan tersebut menggunakan kendaraan

tersebut untuk berekreasi ke suatu tempat.

7. Segala penerimaan dari keuntungan, dari seseorang / organisasi / pihak ketiga yang

berhubungan dengan perusahaan. Contoh: Perusahaan menjual salah satu asetnya

kepada perusahaan lain dengan harga yang telah dimanipulasi sehingga perusahaan

memperoleh keuntungan yang besar.

8. Segala aktivitas yang berkaitan dengan insider trading atas perusahaan yang telah go

public yang merugikan pihak lain. Contoh: Seorang karyawan dalam memberikan

informasi kepada manajer investainya tentang efek yang diperdagangkan yang dimana

informasi tersebut tidak disediakan oleh emiten, dan orang dalam tersebut melakukan

transaksi atas efek perusahaan tersebut.

Berdasarkan pasal 12 PKB, terdapat Larangan kepada pegawai yang melakukan hal-

hal berikut: 1. Bekerja di perusahaan/Instansi / Lembaga lain dalam waktu yang sama; 2.

Tempat khusus untuk merokok; 3. Larangan melakukan kewajiban lain yang telah

ditetapkan di dalam PKB; 4. Sanksi pelanggaran yang diberikan kepada karyawan bila

melanggar ketentuan aturan di PKB Prinsip utama yang dianut oleh Perseroan yang harus

diikuti untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dan implikasi lanjutan yang

sering ditimbulkannya antara lain adalah:

9
1. Bahwa Good Corporate Governance merupakan dasar acuan dalam pengelolaan

Perseroan Dewan Komisaris dan Direksi harus mengungkapkan kepemilikan

saham di Perseroan/ di perusahaan lain dalam Daftar Khusus sebagaimana

dipersyaratkan dalam perundang-undangan;

2. Bahwa dengan adanya perubahan Susunan Organisasi Dewan Komisaris dan

Direksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dipandang perlu untuk penyesuaian

terhadap Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan Perseroan PT Wijaya

Karya Tbk (persero) Dewan Komisaris, Direksi dan pegawai tidak memanfaatkan

jabatan untuk kepentingan pribadi atau untuk kepentingan orang lain atau pihak

lain yang terkait;

3. Bahwa pedoman Penanganan Benturan Kepentingan yang memuat panduan bagi

Dewan Komisaris dan Direksi dalam melaksanakan pengawasan dan pengurusan

Perseroan berdasarkan prinsip – prinsip Good Corporate Governance terutama

terkait pada deteksi dini pelaksanaan bisnis perusahaan yang terindikasi

mengandung benturan kepentingan Dewan Komisaris, Direksi dan pegawai harus

menghindari setiap aktivitas luar dinasyang dapat berpengaruh secara negatif

terhadap independensi dan objektivitas pertimbangan dalam pengambilan

keputusan.

4. Keputusan bersama Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan Perseroan

(Persero) PT Wijaya Karya Tbk. Tentang Pedoman Penanganan.

10
2.2 Upaya perusahaan dalam menghindari benturan kepentingan

Beberapa upaya perusahaan dalam menghindari benturan kepentingan diantaranya:

1. Menghindarkan diri dari tindakan dan situasi yang dapat menimbulkan benturan

kepentingan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.

2. Mengusahakan lahan pribadi untuk digunakan sebagai kebun perusahaan yang dapat

menimbulkan potensi penyimpangan kegiatan pemupukan.

3. Menyewakan properti pribadi kepada perusahaan yang dapat menimbulkan potensi

penyimpangan kegiatan pemeliharaan.

4. Memiliki bisnis pribadi yang sama dengan perusahaan.

5. Menghormati hak setiap insan perusahaan untuk memiliki kegiatan di luar jam kerja,

yang sah, di luar pekerjaan dari perusahaan, dan yang bebas dari benturan dengan

kepentingan.

6. Mengungkapkan dan melaporkan setiap kepentingan dan atau kegiatan-kegiatan di luar

pekerjaan dari perusahaan.

7. Menghindarkan diri dari memiliki suatu kepentingan baik keuangan maupun non-

keuangan pada perusahaan yang merupakan pesaing.

8. Tidak memegang jabatan pada lembaga-lembaga atau institusi lain di luar perusahaan

dalam bentuk apapun, kecuali telah mendapat persetujuan tertulis dari yang

berwenang.

11
2.3 Penerapan Manajemen Risiko dan Sistem Pengendalian Intern

Pengelolaan resiko etika pada praktik bisnis kini mulai menyadari bahwa meskipun

manajemen resiko cenderung berfokus kepada masalah-masalah non-etis, bukti yang ada

menunjukkan bahwa penghindaran bencana dan kegagalan juga memerlukan perhatian

kepada masalah risiko etika.Dengan adanya resiko etika tersebut, maka manajemen perlu

menerapkan pengelolaan atau manajemen yang berfokus pada pemenuhan kepentingan

stakeholder. Manajemen resiko etika berarti suatu tindakan untuk meminimalisir suatu

hal yang tidak diinginkan atau bencana yang dihasilkan dari prinsip-prinsip etika yang

diabaikan oleh suatu kelompok/entitas. Dalam menerapkan manajemen resiko etika,

terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan oleh para investigator perusahaan, yaitu:

a. Mengidentifikasi dan Menilai Resiko Etika


Identifikasi Penilaian resiko etika dibagi menjadi beberapa tahap:
1) Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder perusahaan.
Dalam tahap ini manajemen membuat daftar mengenai apa saja dan siapa saja para
stakeholder yang berkepentingan dan apa harapan mereka. Setelah melengkapi tahap ini
semua, investigator hendaknya memiliki pemahaman mengenai bentuk kepentingan
stakeholder mana saja yang sensitif dan penting, dan mengapa hal itu penting bagi
stakeholder. Kemudian inevstigator harus mengkonfirmasikan penilaian mereka ini dengan
berinteraksi dengan sebuah panel stakeholder representatif dan dengan sekelompok penting
stakeholder. Dengan demikian, maka akan menunjukkan adanya perhatian perusahaan
terhadap kepentingan stakeholder dan dapat membuka sebuah dialog yang dapat
membangun rasa saling percaya, yang nantinya juga dapat membantu jika suatu hari nanti
muncul masalah yang tidak menguntungkan.

12
2) Mempertimbangkan kemampuan aktivitas perusahaan dengan ekspektasi
stakeholder, dan menilai risiko ketidak sanggupan dalam memenuhi
ekspektasi stakeholder atau menilai adanya kemungkinan peluang untuk
berprestasi lebih dari yang diharapkan.
Saat mempertimbangkan apakah ekspektasi telah terpenuhi, maka
manajemen wajib membuat perbandingan di antara input, output, kualitas
relevan dan variabel kinerja lainnya.Penilaian ketidaksanggupan perusahaan ini
melalui memperbandingkan kemampuan aktivitas perusahaan dengan harapan yang
diinginkan oleh stakeholders. Dari hasil penilaian tersebut didapatkan penilaian resiko
terhadap ketidaksanggupan dalam memenuhi harapan stakeholder. Namun, perusahaan
juga bisa mendapatkan peluang yang mungkin bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk
memenuhi harapan stakeholder itu secara lebih, sehingga dapat memberikan respon positif
dari stakeholder tersebut. Di dalam melaksanakan penilaian tersebut harus menggunakan 6
aspek, yaitu kejujuran, keadilan, simpati, integritas, prediktabilitas, dan tanggung jawab.

3) Meninjau ulang perbandingan akitivitas dan ekspektasi perusahaan dari


perspektif dampak reputasi perusahaan.
Reputasi tergantung pada empat faktor, yaitu kejujuran, kredibilitas,
reliabilitas, dan tanggung jawab. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi kerangka
kerja dalam melakukan perbandingan.

4) Melakukan pelaporan.
Setelah tahap ketiga selesai, maka manajemen dapat menyiapkan
laporan kepada masing-masing stakeholder. Laporan tersebut harus dibuat
dengan mempertimbangkan kelompok stakeholder, produk atau jasa, tujuan
perusahaan, nilai-nilai hypernorm, dan elemen-elemen penentu
reputasi. Empat tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan direktur dan
eksekutif dapat mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara
untuk menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara strategis
mengambil keuntungan dari kesempatan tersebut. Berdasarkan SOX, menyatakan bahwa
auditor eksternal tidak diharapkan melacak hal-hal immaterial, peluang dan resiko non-

13
finansial. Auditor eksternal bertanggung jawab untuk melakukan pengujian terhadap sistem
pengendalian internal perusahaan, tetapi tidak diwajibkan untuk menemukan setiap masalah
yang ada di dalam perusahaan klien.

Empat tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan direktur dan
eksekutif dapat mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat
ditemukan cara untuk menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat
secara strategis mengambil keuntungan dari kesempatan tersebut.

b. Penerapan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan


stakeholder. 
Pendekatan yang dapat diterapkan adalah berfokus pada kemungkinan
apakah para stakeholder tersebut bisa dengan mudah bekerja sama dengan
perusahaan ataukah cenderung sulit bekerja sama dan menjadi ancaman bagi
perusahaan.

c. Akuntabilitas sosial dan audit.


Audit dan akuntabilitas sosial dimaksudkan untuk mereview
perkembangan yang harusnya terbukti benar dalam memutuskan apa yang harus
diukur, pelaporan pihak lain, dan langkah audit yang mungkin diambil untuk
memastikan akurasi informasi yang dihasilkan dan dilaporkan.

Manajemen risiko tradisional terfokus pada masalah dari perspektif dampak


keuangan mereka pada pemegang saham, dan bukan pada stakeholder impactsmon
keuangan.Dalam tambahan, bahkan dalam dampak keuangan, pendekatan ERM
tradisional telah terjadi salah bergantung pada auditor eksternal. Beberapa direksi dan
eksekutif telah diduga bahwa mereka auditor eksternal, yang sedang meninjau untuk
resiko, akan membawa risiko yang ditemukan menjadi perhatian manajemen dan / atau
direksi. Namun kepercayaan ini adalah dan tidak pada tempatnya.

14
Secara rinci, SAS 99 mengharuskan:

1. Mendiskusikan dan menyumbangkan saran diantara tim audit dan kesanggupan


dan penyebab dari penyataan yang salah tentang material dalam laporan keuangan
yang sebelumnya untuk menipu dan pada waktu audit.
2. Pedoman yang dapat diikuti dalm penyilangan data dan prosedur audit untuk
menidentifikasi risiko penipuan.
3. Menduga risiko penipuan berdasarkan faktor risiko yang telah ditemukan, dan
peninjauan kembali asumsi tidek bersalah manajemen menjadi bersalah
4. Peningkatan standar untuk pemeriksaan, dokumentasi, dan pelaporan audit
langkah yang diambil untuk memastikan bahwa tidak terjadi manipulasi.

Efektivitas penerapan manajemen risiko di Bank telah berjalan dengan cukup


efektif. Penerapan manajemen risiko telah sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku,
dengan memperhatikan pilar-pilar pengawasan, antara lain dalam pengawasan aktif
Dewan Komisaris dan Direksi telah dilakukan koordinasi dan rapat rutin. Juga melakukan
evaluasi atas kecukupan kebijakan dan prosedur serta penetapan limit, melakukan proses
identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta peningkatan
penerapan manajemen risiko dan sistem pengendalian intern seiring dengan pertumbuhan
bisnis Bank. Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance ‐ 15 PT. Bank Panin
Syariah.

Manajemen Risiko pada PT.Wijaya Karya menyadari bahwa risiko telah menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap proses bisnisnya. Risiko-risiko tersebut

melekat pada semua aktifitas dan pengambilan keputusan serta dampak dari risiko

tersebut secara signifikan dapat mempengaruhi kestabilan perusahaan. Manajemen Risiko

adalah suatu budaya, dimana proses-proses dan struktur diarahkan untuk mengelola

manajemen yang tepat guna, terhadap peluang yang potensial dan dampak yang

merugikan. PT. Wijaya Karya membutuhkan sistem manajemen risiko yang mampu

mengelola segala bentuk ketidakpastian menjadi fokus perusahaan. Manajemen Risiko

15
menjadi semakin penting keberadaannya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

oleh perusahaan demi memastikan roda bisnis perusahaan terus berputar. Peraturan

Menteri Negara BUMN No. Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata kelola

perusahaanyang baik (GCG), dalam pelaksanaan program Manajemen Risiko terhitung

sejak 31 Mei 2018, dibentuk Departemen Manajemen Risiko yang yang berada di bawah

Direksi. Fungsi utama Departemen Manajemen Risiko dalampenerapan, pengembangan

dan asesmen sistem manajemen risiko di tingkat perusahaan yang terintegrasi darisemua

fungsi manajemen berdasarkan Visi/Misi perusahaan dan pengendalian implementasi

sistem manajemen risiko dalam rangka mendukung pencapaian produktivitas perusahaan.

2.4 Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait dan Penyediaan Dana dalam Jumlah

Besar

PBS memiliki pedoman kebijakan dan prosedur penyediaan dana kepada pihak terkait

dan tidak pernah melanggar ketentuan mengenai BMPD Batas Maksimum Penyaluran

Dana. Penyaluran dana oleh PBS mengacu kepada kemampuan permodalan Bank,

ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM dan memperhitungkan diversifikasi portofolio

aktiva produktif. Bank tidak menyalurkan dana kepada pihak terkait dalam jumlah besar

selama periode tahun 2011. Nomor Penyaluran Dana Jumlah Debitur Nominal Rp

1.000.000 kepada pihak terkait 6 orang karyawan dan pengurus 1.105.

Pemberian remunerasi dan fasilitas lainnya kepada seluruh anggota Dewan

Komisaris, Direksi dan Dewan Pengawas Syariah ditetapkan dalam Rapat Umum

Pemegang Saham dengan memperhatikan rekomendasi yang diberikan oleh Komite

Remunerasi dan Nominasi.

16
2.5 Etika dalam Tempat Kerja

Dalam pandangan rasional tentang perusahaan, kewajiban moral utama pegawai

adalah untuk bekerja mencapai tujuan perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatan

yang mungkin mengancam tujuan tersebut. Ada dua hal yang terkandung dalam etika

bisnis yaitu kepercayaan dan tanggung jawab.Kepercayaan diterjemahkan kepada

bagaimana mengembalikan kejujuran dalam dunia kerja dan menolak stigma lama bahwa

kepintaran berbisnis diukur dari kelihaian memperdayasaingan. Sedangkan tanggung

jawab diarahkan atas mutu output sehingga insan bisnis jangan puas hanya terhadap

kualitas kerja yang asal – asalan.

Adapun beberapa praktik di dalam suatu pekerjaan yang dilandasi dengan etika

dengan berinteraksi di dalam suatu perusahaan, misalnya:

1. Etika Hubungan dengan Karyawan

Di dalam perusahaan ada aturan-aturan dan batas-batas etika yang mengatur

hubungan atasan dan bawahan, Atasan harus ramah dan menghormati hak-hak

bawahan, Karyawan diberi kesempatan naik pangkat, dan memperoleh

penghargaan.

2. Etika dalam hubungan dengan public

Hubungan dengan publik harus dujaga sebaik mungkin, agar selalu terpelihara

hubungan harmonis. Hubungan dengan public ini menyangkut pemeliharaan

ekologi, lingkungan hidup. Hal ini meliputi konservasi alam, daur ulang dan

polusi. Menjaga kelestarian alam, recycling (daur ulang) produk adalah uasha-

17
usaha yang dapat dilakukan perusahaan dalam rangka mencegah polusi, dan

menghemat sumber daya alam.

Sikap baik menurut suatu tata krama bukan berarti bersikap sebagai seorang yang

tahu segalanya atau mengoreksi kesalahan orang lain. namun suatu usaha untuk

menghormati pihak lain dan memperlakukan mereka dengan sopan dan baik.

Beberapa etika yang berlaku di tempat kerja

1. Menghormati Budaya Kerja Perusahaan

Bila budaya kerja perusahaan tempat Anda bekerja bersifat santai dan kasual, jangan

mengenakan suits mahal dari butik perancang italia. Hal ini disamping akan

membuat Anda „berbeda‟ juga dimungkinkan menimbulkan kecemburuan sosial dari

rekan-rekan sejawat Anda. Jadi bagian dari mereka.

2. Hormat Senior

Banyak perusahaan punya tingkat hierarki sendiri, pelajari dan sesuaikan sikap Anda

pada tiap tingkatan. Misal: Jangan anggap bos seperti teman bermain atau bercanda.

3. Hormati Privasi Orang Lain

Meski Anda bekerja dengan banyak orang, anda harus tahu secara pasti batas-batas

pribadi mereka Jangan sok akrab dengan melakukan pendekatan yang tidak perlu.

4. Hormati Cara Pandang Orang Lain

Selesaikan pertentangan yang terjadi dengan luwes. Kenali perbedaan pendapat

tentang agama, politik, moral serta gaya hidup masing-masing orang, tapi jangan

paksakan apa yang menjadi keyakinan Anda. Tangani Beban Kerja AndaTanpa perlu

melimpahkannya pada orang lain. Stres memang tidak dapat dihindari, namun saat

18
mengalaminya Anda harus menyalurkannya pada hal yang lebih positif, tanpa perlu

marah atau membentak rekan kerja Anda.

5. Bersikap Sopan Pada Semua Orang Di Kantor

Bahkan jika posisi sudah lumayan tinggi sekalipun, bukan berarti Anda dapat

memerintah bawahan dengan sewenang-wenang. Karena semua orang berhak

dihormati dan didengar pendapatnya.

6. Tidak Semena-mena Menggunakan Fasilitas Kantor

Perlu Anda ketahui bahwa peralatan kantor disediakan untuk memudahkan kerja

banyak pihak, jadi rawatlah baik-baik semua fasilitas yang Anda pakai. Dan hindari

penggunaan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi. Misalnya, menggunakan

mobil dinas untuk keperluan-keperluan kantor dan sebagainya.

2.6 Aktivitas Bisnis Internasional – Masalah Budaya

Seorang pemimpin memiliki peranan penting dalam membentuk budaya

perusahaan. Hal itu bukanlah sesuatu yang kabur dan hambar, melainkan sebuah

gambaran jelas dan konkrit. Jadi, budaya itu adalah tingkah laku, yaitu cara individu

bertingkah laku dalam mereka melakukan sesuatu. Tidaklah mengherankan, bila sama-

sama kita telaah kebanyakan perusahaan sekarang ini. Para pemimpin yang bergelimang

dengan fasilitas dan berbagai kondisi kemudahan. Giliran situasinya dibalik dengan

perjuangan dan persaingan, mereka mengeluh dan malah sering mengumpat bahwa itu

semua karena SDM kita yang tidak kompeten dan tidak mampu.

19
2.7 Akuntabilitas Sosial

Akuntabilitas sosial merupakan proses keterlibatan yang konstruktif antara warga

negara dengan pemerintah dalam memeriksa pelaku dan kinerja pejabat publik, politisi

dan penyelenggara pemerintah. Tujuan Akuntanbilitas Sosial, antara lain :

a. Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat

bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan

produksi suatu perusahaan

b. Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap

lingkungannya, mencakup financial dan managerial social accounting, social

auditing.

c. Untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan

suatu hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial

suatu perusahaan.

Prosesnya terdiri dari atas tiga langkah, diantaranya:

1. Menentukan biaya dan manfaat sosialSistem nilai masyarakat merupakan faktor

penting dari manfaat dan biaya sosial. Masalah nilai diasumsikan dapat diatasi

dengan menggunakan beberapa jenis standar masyarakat dan mengidentifikasikan

kontribusi dan kerugian secara spesifik

2. Kuantifikasi terhadap biaya dan manfaat saat aktivitas yang menimbulkan biaya

dan manfaat sosial ditentukan dan kerugian serta kontribusi

20
3. Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir. Tanggung Jawab Sosial Bisnis

Dunia bisnis hidup ditengah-tengah masyarakat, kehidupannya tidak bisa lepas dari

kehidupan masyarakat.

Oleh karena itu ada suatu tanggung jawab sosial yang dipikul oleh bisnis. Banyak

kritik dilancarkan oleh masyarakat terhadap bisnis yang kurang memperhatikan

lingkungan. Banyak timbul perbedaan pendapat mengenai bahwa tanggungjawab

bisnis hanya terbatas sampai menghasilakan barang dan jasa buat konsumen dengan

harga yang murah, atau juga ada yang mengatakan tanggungjawab bisnis adalah jangan

mengambil keuntungan besar, tetapi yang sewajarnya. Dalam dunia bisnis juga semua

orang tidak mengharapkan memperoleh perlakuan tidak jujur dari sesamanya, banyak

praktik manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral tinggi.

Moral dan tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis itu

sendiri, karena masalahnya nilai etika hanya ada di dalam hati nurani seseorang. Etika

mempunyai kendali intern dalam hati, berbeda dengan hokum yang mempunyai unsur

paksaan ekstern. Akan tetapi bagi orang-orang yang berkecimpung dalam bidang

bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam akan mengetahui bahwa perilaku

jujur akan memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupannya baik dalam duniawi

maupun akhirat.

2.8 Manajemen Krisis

Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang

dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal. Artinya terjadi

gangguan pada proses bisnis ‘normal’ yang menyebabkan perusahaan mengalami

21
kesulitan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat

dikategorikan sebagai krisis. Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia bisnis dapat

mengambil beragam bentuk. Mulai dari bencana alam seperti Tsunami, musibah

teknologi (kebakaran, kebocoran zat- zat berbahaya) sampai kepada karyawan yang

mogok kerja. Segala kejadian buruk dan krisis, berpotensi menghentikan proses normal

bisnis yang telah dan sedang berjalan, membutuhkan penanganan yang segera

(immediate) dari pihak manajemen. Penanganan yang segera ini kita kenal sebagai

manajemen krisis (crisis management).

Saat ini, manajemen krisis dinobatkan sebagai new corporate discipline.

Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang

dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal. Pendekatan yang

dikelola dengan baik sebagai respon terhadap kejadian itu terbukti secara signifikan

sangat membantu meyakinkan para pekerja, pelanggan, mitra, investor, dan masyarakat

luas akan kemampuan organisasi melewati masa krisis

Aspek dalam Penyusunan Rencana Bisnis

Setidaknya terdapat enam aspek yang perlu diperhatikan jika kita ingin menyusun

rencana bisnis yang lengkap yaitu tindakan untuk menghadapi :

1. Situasi darurat (Emergency Respon).

2. Skenario untuk pemulihan dari bencana (Disaster Recovery)

3. Skenario untuk pemulihan bisnis (Business Recovery)

4. Strategi untuk memulai bisnis kembali (Business Resumption)

5. Menyusun rencana-rencana kemungkinan (Contingency Planning), dan

22
6. Manajemen Krisis (Crisis Management).

Penanganan krisis pada hakekatnya dalam setiap penanganan krisis, perusahaan perlu

membentuk tim khusus. Tugas utama tim manajemen krisis ini terutama adalah

mendukung para karyawan perusahaan selama masa krisis terjadi. Kemudian menentukan

dampak dari krisis yang terjadi terhadap operasi bisnis yang berjalan normal, dan

menjalin hubungan yang baik dengan media untuk mendapatkan informasi tentang krisis

yang terjadi.Sekaligus menginformasikan kepada pihak-pihak yang terkait terhadap aksi

– aksi yang diambil perusahaan sehubungan dengan krisis yang terjadi.

Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana

dalam diri para elit profesional tersebut adakesadaran kuat untuk mengindahkan etika

profesi pada saat mereka inginmemberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang

memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah profesi

yang terhormat akansegera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah

biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-

ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan yang

pantas diberikan kepada para elite profesional ini.

Contoh Kasus

Perusahaan Ajinomoto kasus penyedap makanan Ajinomoto yang diduga terbuat

dari bahan berasalah dari binatang tidak halal. Sebelumnya pernah juga terjadi krisis yang

melanda pabrik biskuit dari pabrik susu yang terkait dengan isu biskuit beracun dan isu

pengunaan lemak babi. Kedua masalah tersebut telah berkembang menjadi isu nasional

dan telah melibatkan banyak pihak di dalam penanganannya. Implikasi dari kedua

23
masalah tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap perusahaan besar, tetapi juga telah

membuat perusahaan kecil dan pedagang kecil ikut merasakan akibatnya.Sekian banyak

pengangguran yang terjadi, dan sekian banyak produk yang tidak laku dijual. Kasus obat

anti nyamuk Hit pada kasus Hit, meskipun perusahaan telah meminta maaf dan berjanji

untuk menarik produknya, ada kesan permintaan maaf itu klise. Penarikan produk yang

kandungannya bisa menyebabkan kanker tersebut terkesan tidak sungguh-sungguh

dilakukan.Produk berbahaya itu masih beredar di pasaran.

Disamping masalah yang sangat besar seperti contoh di atas, tidak jarang

perusahaan dilanda oleh masalah yang implikasinya hanya terbatas pada ruang lingkup

satu perusahaan saja. Beberapa contoh krisis yang dihadapi perusahaan adalah :

1) masalah pencemaran lingkungan oleh pabrik.

2) masalah unjuk rasa oleh pekerja.

3) masalah produk yang tidak bisa dipasarkan.

4) masalah kericuhan dengan pemerintah dalam hal peraturan yang berkaitan dengan izin

usaha.

Dari ketiga kasus di atas, Hit merupakan contoh yang kurang baik dalam menangani

masalahnya. Paradigma yang benar yaitu seharusnya perusahaan memperhatikan adanya

hubungan sinergi antara etika dan laba. Di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik

merupakan sebuah competitive advantage yang harus dipertahankan. Dalam jangka

panjang, apabila perusahaan meletakkan keselamatan konsumen di atas kepentingan

perusahaan maka akan berbuah keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.

24
Contoh Kasus

Penanganan Benturan Kepentingan Penerapan Manajemen Risiko dan Sistem

Pengendalian Intern.

Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance 13 PT. Bank Panin Syariah v.

Memastikan ketersediaan informasi ketentuan yang baru maupun perubahannya dan

melakukan sosialisasi secara berkala atas setiap ketentuan tersebut, serta memastikan

pemahaman setiap satuan kerja atas komitmen Bank yang timbul. vi. Membantu

memenuhi permintaan data dari instansi terkait seperti PPATK dan KPK. vii. Penerapan

Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme APU dan PPT dilakukan

dengan pelatihan berkala kepada petugas dan pejabat Bank, pemantauan dan pengkinian

nasabah dan transaksi keuangan, serta melakukan kewajiban pelaporan sesuai ketentuan

berlaku. viii. Melengkapi dan memperbarui ketentuan dan prosedur satuan kerja

Kepatuhan termasuk prosedur penerapan APU dan PPT. ix. Menjadi petugas penghubung

liason officer antara satuan-satuan kerja terkait dengan DPS.

Penerapan Fungsi Audit Intern

Sesuai PBI no.16 PB I1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan

Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank

Umum, SKAI sebagai satuan kerja yang independen dan bertanggung jawab langsung

kepada Direktur Utama, telah melakukan tugas dan fungsi sebagai berikut : i. Melakukan

pemeriksaan secara langsung dan tidak langsung secara rutin kepada satuan-satuan kerja

di kantor-kantor Cabang dan Cabang Pembantu PBS serta memberikan rekomendasi

perbaikan atas beberapa kelemahan yang ada. ii. Menyampaikan laporan hasil

25
pemeriksaan kepada Direktur Utama, Komite Audit, Direktur Kepatuhan, DPS terkait

pemenuhan prinsip syariah dan Unit Kerja terkait. iii. Melakukan pemantauan tindak

lanjut perbaikan terhadap temuan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Laporan

Pelaksanaan Good Corporate Governance 14 PT. Bank Panin Syariah iv. Secara

semesteran menyampaikan pokok-pokok hasil audit kepada Bank Indonesia, melakukan

monitoring tindak lanjut penyelesaian atas temuan pemeriksaan SKAI dan Bank

Indonesia serta mengkinikan pedoman audit. v. Melakukan evaluasi pedoman

pemeriksaan internal sebagai standar pemeriksaan setiap satuan kerja maupun kantor

cabang dan cabang pembantu. vi. Menambah SDI sebanyak 3 orang karyawan dengan

latar belakang sebagai pemeriksa di Kantor Akuntan Publik.

Penerapan Audit Ekstern

Atas rekomendasi dari Komite Audit, PBS menggunakan jasa Kantor Akuntan

Publik Osman Bing Satrio Rekan untuk pemeriksaan tahun buku 2011. Pelaksanaan audit

oleh KAP telah memenuhi aspek kapasitas, legalitas dan sesuai standar profesi akuntan

publik.

Kasus Penarikan Produk Obat Anti-Nyamuk HIT

Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan


akan ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia, sementara yang di pabrik
akan dimusnahkan. Sebelumnya Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi Pestisida,
telah melakukan inspeksi mendadak di pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida
yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf,

26
gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker
lambung.

HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata
sangat berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat
turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat anti-
nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT
17 L (cair isi ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT
Megarsari Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni
2006.Korbannya yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual
dan muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat
anti-nyamuk HIT.

Penjelasan:

Dalam kasus ini pelanggaran Prinsip Etika Bisnis yang dilakukan oleh PT.
Megarsari Makmur yaitu Prinsip Kejujuran dimana perusahaan tidak memberikan
peringatan kepada konsumennya mengenai kandungan yang ada pada produk mereka
yang sangat berbahaya untuk kesehatan dan perusahaan juga tidak memberi tahu
penggunaan dari produk tersebut yaitu setelah suatu ruangan disemprot oleh produk itu
semestinya ditunggu 30 menit terlebih dahulu baru kemudian dapat dimasuki /digunakan
ruangan tersebut.PT Megarsari juga melanggar prindip Kepedulian, Melakukan apa saja
untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh dilakukan asal tidak merugikan
pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini perusahaan seharusnya lebih
mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan produknya karena dengan
meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu
sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas
konsumen terhadap produk itu sendiri.

Solusi:

1. Pihak produsen dalam hal ini PT Megarsari Makmur harus menarik seluruh produk
mereka dan melakukan evaluasi lagi terhadap seluruh produk nya.

27
2. Memberikan sanksi terhadap produsen tersebut agar tidak terulang ke produsen yang
lainnya.

3. Sebagai produsen, PT Megarsari Makmur harus bertanggung jawab terhadap


konsumen yang telah menjadi korban dengan memberikan kompensasi dan
menjamin kesehatan korban yang diakibatkan dari penggunaan produk.

4. Lebih teliti dalam memeriksa izin penggunaan bahan-bahan yang dijadikan sebagai
bahan baku untuk produk yang akan diproduksi.

5. Pemerintan mengatur bahan baku yang boleh/tidak boleh digunakan dalam


memproduksi suatu barang.

6. Pemerintah rutin mengadakan pemeriksaan berjangka terhadap produsen-produsen.

Kasus Akuntansi Keuangan pada PT KAI Tahun 2006

Transparasi serta kejujuran dalam pengelolahan lembaga yang merupakan salah


satu derivasi amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh salah satu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam laporan
kinerja keuangan tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, pihak KAI
mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp 6,90 Milyar telah diraihnya. Padahal
apabila dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan menderita kerugian sebesar Rp 63
Milyar.
Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat
menagih pajak pihak ketiga. Tetapi dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga
dinyatakan sebagai pendapatan.Padahal berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, ia
tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau aset.
Komisaris PT KAI (Kereta Api Indonesia) mengungkapkan bahwa ada
manipulasi laporan keuangan dalam PT KAI yang seharusnya perusahaan mengalami
kerugian tetapi dilaporkan mendapatkan keuntungan. Komisaris PT KAI mengetahui
bahwa ada sejumlah pos-pos yang seharusnya dilaporkan sebagai beban bagi perusahaan

28
tetapi malah dinyatakan sebagai aset perusahaan.Jadi disini ada permainan atau trik-trik
akuntansi yang sedang dijalankan.
Di lain pihak PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan
tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang tidak
tertagih, terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada pihak ketiga yang tak tertagih
itu bukan pendapatan. Sehingga sebagai konsekuensinya, PT KAI seharusnya mengakui
menderita kerugian.

Kasus Akuntansi Keuangan pada PT Indofarma, Tbk Pada Tahun 2005

PT. Indofarma (Persero) Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang berada di bawah Departemen Kesehatan.Indofarma memproduksi obat – obat
esensial dan merupakan produsen obat generik berlogo terbesar di Indonesia. Diawali
dengan melihat tinjauan keuangan kurun waktu 1999-2003, kondisi perusahaan memiliki
growth sales yang sangat baik akan tetapi pencapaian yang baik tidak diimbangi oleh
laba yang dihasilkan. Terbukti adanya kerugian yang sangat ekstrim di periode 2002-
2003 yang tak luput sebagai akibat kesalahan-kesalahan direksi dalam pelaporan
keuangannya.

Sebut saja, overstated pada penilaian persediaan barang “work in process”.


Kejadian ini merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap ketentuan Pasar Modal
(UUPM dan peraturan Bapepam) dan Pedoman Standar Akuntan Akuntansi Keuangan
(PSAK). Berdasarkan peraturan Bapepam Nomor VIII.G7 tentang Pedoman Penyajian
Laporan Keuangan yang bertanggung jawab dalam penyajian Laporan Keuangan adalah
manajemen dari Emiten atau Perusahaan Publik (Direksi). Oleh karenanya tindakan ini
sepenuhnyamerupakan tanggung jawab dari Direksi yang menjabat pada saat Laporan
Keuangan tersebut dikeluarkan.
Sanksi yang diberikan oleh Bapepam merupakan kewajiban dari Direksi yang
menjabat pada waktu itu secara bersama-sama (tanggung renteng). Tidak jelas apa yang
menjadi latar belakang dari Bapepam hanya memberikan sanksi administrative berupa
membayar denda pada kasus ini. Dalam press release-nya, Bapepam hanya menyebutkan
bahwa telah terjadi penilaian barang yang lebih tinggi dari harga seharusnya. Dengan

29
demikian tidak diketahui apakah tindakan tersebut merupakan suatu kesengajaan atau
tidak dari manajemen untuk memberikan Laporan Keuangan dengan kinerja yang bagus
kepada publik. Sehingga publik akan menanamkan atau tidak modalnya terhadap
perusahaan farmasi tersebut. Kalau tindakan ini merupakan satu hal yang disengaja dan
diketahui oleh manajemen Indofarma jelas merupakan suatu kejahatan di Pasar Modal.

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk

menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business atau dirty business.

Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis

yang baik (etis) agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai

adanya dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia

bisnis sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis

mempunyai implikasi etis, dan oleh karenanya membawa serta tanggungjawab etis

bagi pelakunya Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sangsi. Jika semua

tingkah laku salah dibiarkan, maka lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Pada

akhirnya, norma yang salah ini akan menjadi budaya.

Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika, yaitu: 1. Sistematik Masalah-

masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul

mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis

beroperasi; 2. Korporasi Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah

pertanyaan-pertanyaan yang dalam perusahaanperusahaan tertentu. Permasalahan ini

mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur

organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan; 3. Individu Permasalahan

31
individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar individu tertentu

dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan,

tindakan dan karakter individual. Ciri bisnis yang beretika berdasarkan hasil diskusi

kelompok dalam mata kuliah etika bisnis dapat disimpulkan mengenai ciri-ciri bisnis

yang beretika yaitu tidak merugikan siapapun, tidak menyalahi aturan-aturan dan

norma yang ada., tidak melanggar hukum, tidak menjelek-jelekan saingan bisnis, serta

mempunyai surat izin usaha.

32

Anda mungkin juga menyukai