Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ETIKA BISNIS

“ ETIKA BISNIS DALAM MSDM DAN HAK-HAK PEKERJA “

OLEH

Nama Anggota Kelompok :


1. Niche Lestary Kapitan (1810030187)
2. Maria Yuliandri I. Kula (1810030009)
3. Kanisius jago Soo (1610030183)
Kelas : VII E

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah Etika Bisnis tentang “Etika Bisnis dalam MSDM dan Hak-Hak Pekerja” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik berupa materi maupun pikiran.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI
KOVER............................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika Bisnis.........................................................................
2.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia....................................
2.3 Konsekuensi Dari Perilaku Yang Tidak Etis........................................
2.4 Sebab Perilaku Yang Tidak Etis...........................................................
2.5 Implementasi Konsep Etika Sumber Daya Manusia............................
2.6 Integrasi Konsep Etika Dengan
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia..........................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia bisnis etika memiliki peranan yang sangat penting ketika
keuntungan bukan lagi menjadi satu-satunya tujuan organisasi. Dalam hal ini
manajemen sumber daya manusia mempunyai peran penting untuk menjamin
bahwa organisasi bertindak secara fair dan etis karyawan, klien, serta stakeholder
lainnya. Manajemen sumber daya manusia memainkan peran penting dalam
membantu organisasi untuk meningkatkan nilai-nilai etika organisasi. Manajemen
sumber daya manusia juga bertanggung jawab dalam usaha-usaha organisasi
untuk menangani etika perilaku, dapat mampu menjadi penggerak dalam
organisasi dalam menangani isu-isu etika, serta bertanggung jawab dalam
pengembangan dan pelatihan mengenai pentingnya peningkatan moral karyawan.
Hak pekerja merupakan topik yang perlu dan relevan untuk dibicarakan dalam
rangka etika bisnis. Penghargaan dan jaminan terhadap hak pekerja merupakan
salah satu penerapan dari prinsip keadilan dalam bisnis. Dalam hal ini keadilan
menuntut agar semua pekerja diperlakukan sesuai dengan haknya masing-masing.
Baik sebagai pekerja maupun sebagai manusia, mereka tidak boleh dirugikan, dan
perlu diperlakukan secara sama tanpa diskriminasi yang tidak rasional. Karena
pelaksanaan dan penegakan keadilan, sangat menentukan praktik bisnis yang baik
dan etis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan dibahas adalah bagaimana etika bisnis dalam manajemen sumber daya
manusia dan hak-hak pekerja ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui etika bisnis dalam manajemen sumber daya manusia dan
hak-hak pekerja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika Bisnis 
Etika Bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat.
Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat
dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, dan masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika,
yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan
dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang
berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan
sikap yang profesional.
2.2 Pengertian Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses menangani
berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh,manajer dan
tenaga kerja lainnya, untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan
demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya
mengurusi SDM adalah departemen sumber daya manusia atau HRD (human
resource department).
Menurut A. F. Stoner, manajemen SDM merupakan suatu prosedur yang
berkelanjutan, yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan
dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang
tepat pada saat organisasi memerlukannya.
2.3 Konsekuensi dari perilaku yang tidak etis.
Perilaku etis sangat penting dalam kesuksesan bisnis jangka panjang. Tapi
apabila yang timbul dan tumbuh adalah perilaku yang tidak etis maka akan
berakibat yang tidak inginkan. Dilihat dari dua perspektif yaitu perspektif mikro
dan perspektif makro. Perspektif mikro etika diasosiasikan dengan adanya
kepercayaan-kepercayaan yang dibangun melalui perilaku etika akan
mempengaruhi hubungan perusahaan dengan supplier, customer maupun dengan
karyawan. Apabila kepercayaan dibangun melalui perilaku yang tidak etis maka
kepercayaan customer akan berkurang kepada karyawan maupun organisasi.
Sedangkan perspektif makro etika meliputi suap-menyuap, paksaan,
penyalahgunaan informasi, pencurian dan diskriminasi akan mengakibatkan
inefisiensi dalam pengalokasian sumberdaya.
2.4 Sebab perilaku yang tidak etis
Penyebab perilaku tidak etis meliputi tiga aspek yaitu karyawan memiliki
kemampuan kognitif yang rendah, menyebabkan tingkat penerimaan yang kurang
baik. Adanya pengaruh orang lain, keluarga ataupun norma sosial menjadi lebih
menentukan dalam mempengaruhi perilaku karyawan. Adanya ethical dilemma,
yaitu situasi yang menyebabkan adanya pilihan-pilihan yang muncul yang
berpotensi menghasilkan perilaku yang tidak dapat diterima, ethical dilemma
muncul karena adanya ketidaksesuaian antara personel, organisasional dan
profesional.
2.5 Implementasi Konsep Etika Sumber Daya Manusia
Konsep etika dapat di implementasikan dalam bentuk pengawasan
organisasional yang didasarkan pada sosialisasi aturan-aturan, memonitor
perilaku dan disiplin karyawan, serta mempengaruhi perilaku melalui pemberian
hukuman bagi mereka yang sering melanggar etika. Tujuan utama dalam konsep
penanaman nilai-nilai etika ini bukan untuk kedisiplinan, tetapi lebih pada usaha-
usaha untuk meningkatkan kepedulian karyawan terhadap perkembangan nilai-
nilai etika yang lebih berarti. Tujuan tersebut disosialisasikan dengan adanya
sharing nilai-nilai etika dalam organisasi. Dalam hal ini setiap anggota organisasi
mempunyai status yang sama. Dengan begitu organisasi membawa komitmen
bersama yang diaplikasikan secara sama pada semua anggota. Karena karyawan
mendapat perhatian atas kontribusinya, maka mereka akan merasa bangga dengan
nilai-nilai etika dalam organisasi.
Konsep penanaman nilai-nilai etika lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas
yang membantu karyawan dalam pembuatan keputusan, menyediakan nasihat-
nasihat dan konsultasi etika, serta mendukung consensus mengenai etika bisnis.
Manajemen sumber daya manusia mempunyai peran penting dalam menjaga
keseimbangan antara penanaman nilai-nilai etika dan pemenuhan etika tersebut.
Implementasi konsep etika harus mampu diintegrasikan dalam setiap aktivitas
manajemen sumber daya manusia. Adanya konsistensi antara kebijakan dan
praktek diharapkan dapat menghindari persepsi yang ambigu yang diterima
karyawan. Sebagai contoh, jika karyawan didorong untuk melaksanakan suatu
standar penilaian kinerja, reward, sistem kompensasi serta sistem manajemen
sumber daya manusia lainnya, maka akan menimbulkan perasaan ketidakadilan
bagi karyawan. Dengan mengintegrasikan program etika ke dalam fungsi-fungsi
organisasional diharapkan akan menjadikan pelaksanaan konsep etika menjadi
lebih efektif.
Hak-hak yang harus dipenuhi sebagai seorang karyawan agar konsep etika
dapat menghasilkan keputusan yang etis setiap level manajemen sumber daya
manusia adalah:
1. Hak atas pekerjaan.
Hak atas pekerjaan merupakan suatu hak asasi manusia. Karena,
sebagai mana dikatakan John Locke, kerja melekat pada tubuh manusia.
Kerja adalah aktivitas tubuh dan karena itu  tidak bisa dilepaskan atau
dipikirkan lepas dari tubuh manusia. Karena tubuh adalah milik kodrati
atau asasi setiap orang, dan karena itu tidak bisa dicabut, dirampas, atau
diambil darinya, maka kerja pun tidak bisa dicabut, dirampas, atau diambil
dari seseorang. Maka, sebagaimana halnya tubuh dan kehidupan
merupakan salah satu hak asasi manusia, kerja pun merupakan salah satu
hak asasi manusia. Bersama hak atas hidup dan tubuh, hak atas kerja
dimiliki manusia hanya karena dia adalah manusia. Ia melekat pada
manusia sebagai manusia sejak lahir dan seorangpun tak dapat
merampasnya.

2. Hak atas upah yang adil


Hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang diterima dan
dituntut seseorang sejak ia mengikat diri untuk bekerja pada suatu
perusahaan. Karena itu perusahaan yang bersangkutan mempunyai
kewajiban untuk memberikan upah yang adil. Dalam hak atas upah yang
adil ada tiga hal yang harus ditegaskan:
 Pertama, bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan upah. Artinya,
setiap pekerja berhak untuk dibayar. Ini merupakan tuntutan yang
harus dipenuhi. Dalam kerangka keadilan komutatif ini merupakan
hak sempurna, yaitu hak yang dituntut untuk dipenuhi perusahaan
dan bahkan setiap pekerja berhak memaksa perusahaan untuk
memenuhinya.
 Kedua, setiap orang tidak hanya berhak memperoleh upah, tetapi
juga berhak untuk memperoleh upah yang adil, yaitu upah yang
sebanding dengan tenaga yang telah disumbangkannya.
 Ketiga, hak atas upah yang adil adalah bahwa pada prinsipnya
tidak boleh ada perlakuan yang berbeda atau diskriminatif dalam
soal pemberian upah kepada semua karyawan.

3. Hak untuk berserikat dan berkumpul


Ada dua dasar moral yang penting dari hak untuk berserikat dan
berkumpul ini. Pertama,ini merupakan salah satu wujud utama dari hak
atas kebebasan yang merupakan salah satu hak asasi manusia. Dasar
filosofisnya, manusia adalah makhluk sosial yang selalu menurut dan
berdasarkan kodratnya cenderung berkumpul dan berserikat dengan
sesamanya. Karena itulah hak pekerja untuk berserikat dan berkumpul
merupakan salah satu hak asasi manusia yang harus dijamin. Melarang
dan melanggar hak ini berarti merendahkan martabat manusia, khususnya
sebagai makhluk sosial. Kedua, sebagaimana telah dikatakan diatas,
dengan hak untuk berserikat dan berkumpul, pekerja dapat bersama-sama
secara kompak memperjuangkan hak mereka yang lain, khususnya hak
atas upah yang adil.
Dengan berserikat dan berkumpul, posisi mereka menjadi kuat dan
karena itu tuntutan wajar mereka dapat lebih diperhatikan, yang pada
gilirannya berarti hak mereka akan lebih bias dijamin. Tanpa hak
berserikat dan berkumpul, mereka akan sulit bersatu dan itu berarti posisi
mereka menjadi lemah. Konsekuensinya, hak-hak mereka sulit
ditegakkan. Karena itu, setiap pekerja berhak dan dijamin haknya untuk
bergabung dengan sesama pekerjaan lainnya dalam sebuah serikat pekerja
dan secara bersama berhak mengadakan tawar-menawar dengan pihak
perusahaan.

4. Hak untuk perlindungan keamanan dan kesehatan.


Setiap perusahaan/organisasi wajib menyediakan jaminan kesehatan
dan melindungi setiap pekerjanya, terutama untuk perusahaan yang
mengandung risiko cukup tinggi. Upaya perusahaan dapat berupa
penyediaan masker dan helm pelindung, memelihara lingkungan tempat
kerja, penyediaan alat pemadam kebakaran serta memberikan jaminan
asuransi kesehatan.
5. Hak untuk diproses hukum secara sah.

Hak ini terutama berlaku ketika seseorang pekerja dituduh dan diancam
dengan hukuman tertentu karena diduga melakukan pelanggaran atau
kesalahan tertentu. Dalam hal ini, pekerja tersebut wajib diberi
kesempatan untuk mempertanggung jawabkan tindakannya. Ia wajib
diberi kesempatan untuk membuktikan apakah ia melakukan kesalahan
seperti dituduhkan atau tidak. Konkretnya, kalau ia tidak bersalah ia wajib
diberi kesempatan untuk membela diri. Jadi, dia harus di dengar
pertimbangannya, alasannya, saksi yang mungkin bisa dihadapkannya,
atau kalau dia bersalah dia harus diberi kesempatan untuk mengaku secara
jujur dan minta maaf.

Ini berarti, baik secara legal maupun moral perusahaan tidak


diperkenankan untuk menindak seseorang karyawan secara sepihak tanpa
mencek atau mendengarkan pekerja itu sendiri. Tindakan sepihak dengan
memecat pekerja itu misalnya, merupakan tindakan yang sewenang-
wenang dan melanggar hak dan martabat setiap pekerja, setiap manusia.
Siapapun karyawan itu, dia harus didengar dan harus pula bisa
membuktikan posisinya dengan saksi dan bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan.

6. Hak untuk diperlakukan secara sama.


Dengan hak ini mau ditegaskan bahwa semua pekerja, pada prinsipnya,
harus diperlakukan secara sama. Artinya, tidak boleh ada diskriminasi
dalam perusahaan entah berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, etnis,
agama, dan semacamnya, baik dalam sikap dan perlakuan, gaji, maupun
peluang untuk jabatan, pelatihan atau pendidikan lebih lanjut. Tentu tetap
saja ada perbedaan di sana sini, tetapi perbedaan dalam gaji dan peluang
misalnya, harus didasarkan pada criteria dan pertimbangan yang rasional,
objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka, misalnya atas
dasar kemampuan, pengalaman, prestasi, kondite, dan semacamnya.
Diskriminasi yang didasarkan pada jenis kelamin, etnis, agama, dan
semacamnya adalah perlakuan yang tidak adil.

7. Hak atas rahasia pribadi.


Merupakan hak individu untuk menentukan seberapa banyak informasi
mengenai dirinya yang boleh diungkapkan kepada pihak lain, artinya
pekerja dijamin haknya untuk tidak mengungkapkan sesuatu yang
dianggap sangat pribadi, namun dengan catatan tidak membahayakan
kepentingan orang lain.
8. Hak atas kebebasan suara hati.
Hak ini menuntut agar setiap pekerja harus dihargai kesadaran
moralnya. Ia harus dibiarkan bebas mengikuti apa yang menurut suara
hatinya adalah hal yang baik. Konkretnya, pekerja tidak boleh dipaksa
untuk melakukan tindakan tertentu yang dianggapnya tidak baik.
Walaupun hak-hak pekerja telah dipenuhi kadang terjadi permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh para pekerja yaitu:
1. Kolusi bentuk penyogokan yang terjadi pada calon karyawan yang ingin
naik jabatan (promosi jabatan).
2. Lamaran peluang kerja yang mencantukan agama dan ras suku pada
media massa.
3. Pelatihan-pelatihan (training) yang dilakukan hanya berdasarkan untuk
mendapatkan proyek teater saja. Jadi pelatihan dilaksanakan tidak
berdasarkan kebutuhan yang ada.
4. Pemberian hasil penilaian psikologis kepada seseorang yang berada di luar
bidang yang berwenang.
5. Pembentukan besaran nominal jumlah gaji kepada pihak yan tidak
berwenang.

Cara yang dilakukan oleh manajer untuk menyelesaikan permasalahan diatas


dengan cara menciptakan hubungan kerja yang sukses diantaranya:

1. Membentuk komite karyawan dan manajemen.


2. Membuat buku pegangan karyawan.
3. Sistem pengupahan yang professional.
4. Menciptakan suasana kerja yang kondunsif,
5. Menampung keluhan, saran, dan kritik karyawan.

2.6 Integrasi Konsep Etika Dengan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Implementasi konsep etika ke dalam fungsi-fungsi manajemen sumber daya
manusia yaitu:
1) Seleksi, perilaku karyawan tidak terlepas pada karakter pribadi yang
dibawanya. Seperti contoh karyawan dengan kemampuan perkembangan
moral yang tinggi akan menunjukkan perilaku dan pemikiran yang lebih etis.
Hal ini menjadi penting dalam proses seleksi karyawan karena jika calon
karyawan memiliki kemampuan perkembangan moral yang tinggi maka akan
lebih mudah menerima prinsip-prinsip moral universal dibanding karyawan
yang memiliki kemampuan perkembangan moral yang rendah. Dalam hal ini
biasanya manajemen menggunakan tes untuk mengukur kemampuan
perkembangan moral untuk menentukan kejujuran dan personalitas serta
sebagai alat untuk melihat karakteristik karyawan. Hal yang penting juga
dalam proses seleksi karyawan yang lebih menitik beratkan pada penanaman
nilai-nilai etika. Karyawan harus mempunyai komitmen pada etika dan
menjadi nyaman berbicara mengenai etika. Jika konsep etika diintegrasikan
dalam organisasi, maka calon karyawan yang dibutuhkan adalah orang-orang
yang menginginkan standar etika dapat diaplikasikan dalam pekerjaan.
2) Orientasi Karyawan, tujuan yang penting dalam konsep orientasi karyawan
adalah mengajarkan mereka norma-norma, attitude, dan beliefs yang berlaku
dalam organisasi. Nilai-nilai organisasi dapat dikomunikasikan melalui
presentasi formal dan secara implisit melalui sejarah dan mitos organisasi.
3) Training, dalam integrasi training menanamkan nilai-nilai etika agar karyawan
memiliki lebih luas pengembangannya dan aktivitas training untuk karyawan
memiliki fokus yang berbeda-beda. Karena karyawan diharuskan untuk tahu
mengenai aturan- aturan regulasi maupun kebajikan, maka penanaman nilai-
nilai etika juga harus memfokuskan pada sharing etika antar organisasi.
Training juga dapat digunakan untuk memperluas pengetahuan karyawan dan
manajer mengenai kemampuan dalam mengaplikasikan framework etika
dalam pemecahan masalah.
4) Penilaian kinerja, proses penilaian kinerja juga dapat diartikan sebagai
perwujudan proses keadilan yang mempunyai kriteria seperti konsisten, bebas
dari bias, didasarkan pada informasi yang akurat, dapat dikoreksi dan
merupakan representasi dari kinerja yang sebenarnya. Penilaian kinerja
seharusnya dikomunikasikan dalam cara penyampaian informasi mengenai
keadilan antar individu. Karyawan seharusnya diberikan keterangan,
khususnya untuk hasil yang negatif dan mereka seharusnya diperlukan sesuai
martabat dan rasa hormat.
5) Reward dan Hukuman, pendekatan yang kompleks dapat dilakukan dengan
pemberian reward untuk perlakuan yang etis dan hukuman untuk perlakukan
kurang etis. Dengan adanya reward, diharapkan bahwa tuntunan adanya
perilaku yang lebih beretika tidak dianggap sebagai suatu tambahan beban.
Tentunya reward untuk perilaku yang etis dapat menjadi sesuatu yang
berlebih-lebihan. Manajemen sumber daya manusia harus menunjukkan
dukungan kepada karyawan yang menginginkan standar etika yang tinggi.
Sehingga melalui dukungan tersebut aspirasi program penanaman nilai-nilai
etika dapat dibicarakan sungguh-sungguh dan lebih berarti. Hukuman
menyediakan pembelajaraan sosial yang penting bagi karyawan untuk
menjadi lebih sadar dan mempunyai kemauan dalam menegakkan nilai-nilai
dan etika organisasi. Jika perlu tidak etis tidak perlu diberikan sanksi, maka
karyawan akan beranggapan bahwa mereka juga dapat terhindar dari
hukuman.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika sumber daya manusia merupakan ilmu yamg menerapkan prinsip-prinsip
etika dalam hubungannya dengan manusia dan kegiatannya. Perlu adanya suatu
konsep etika yang terintegrasi ke dalam fungsi-fungsi dalam organisasi.
Manajemen sumber daya manusia dalam hal ini mempunyai peranan yang sangat
penting, mengingat manajemen sumber daya manusia bukan bertanggung jawab
dalam mencegah perilaku yang tidak etis tetapi juga bertanggung jawab dalam
pengembangan moralitas karyawan dan pembentukkan nilai-nilai etika organisasi.
Melalui konsep etika ,manajemen sumber daya manusia harus bertindak sebagai
ethic worke tetapi juga sebagai ethic broker. Dengan terintegrasikan konsep etika
ke dalam fungsi seleksi, orientasi karyawan, penilaian kinerja, pemberian reward
dan hukuman, diharapkan bahwa konsep etika tidak hanya terlihat sebagai usaha
sesaat saja tetapi lebih pada upaya peningkatan nilai-nilai etika organisasi yang
terus-menerus dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/5224724/etika_dalam_manajemen_sumber_daya_manusia
Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, DR. A. SONNY KERAF, Edisi Baru.

Anda mungkin juga menyukai