Disusun Oleh :
SEMESTER IV B
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika, Relasi Karyawan,
dan Perlakuan Adil di Tempat Kerja ” ini sesuai dengan waktu yang ditentukan .
Penulis ini menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik
maupun Saran yang dapat membantu dalam memperbaiki makalah ini agar lebih baik. Apabila
terdapat Kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini, penulis memohon
maaf. Akhir Kata penulis mengucapkan terima kasih.
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
ii
2.4.1 Apa itu relasi karyawan? ............................................................................... 9
2.4.2 Memperbaiki dan menilai relasi karyawan melalui komunikasi yang lebih baik. .10
BAB 3 ............................................................................................................... 12
PENUTUP ......................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset penting untuk menunjang keberhasilan
suatu organisasi. SDM adalah pelaksana seluruh kebijakan organisasi sehingga perlu
dibekali dengan pengetahuan yang memadai. Pentingnya sumber daya manusia ini perlu
disadari oleh semua tingkatan manajemen diperusahaan. Bagaimanapun majunya teknologi
saat ini, namun faktor manusia tetap memegang peranan penting bagi keberhasilan suatu
organisasi.
Sebagai inti dari manajemen sumber daya manusia, sebagian besar karyawan
mengaharapkan lebih. Sebagai contoh, mereka mengharapkan pemberi kerja
memperlakukan mereka secara adil dan mendapat kan lingkungan kerja yang aman. Oleh
karena itu pada pembahasan kali ini kita berfokus pada etika, keadilan karyawan, dan relasi
pekerja. Tujuan utama dari pembahasan ini adalah memahami etika, hak-hak karyawan,
dan perlakuan adil, semuanya merupakan pembentuk dari relasi karyawan yang positif.
Topik kita meliputi dasar- dasar etika dan perlakuan adil di tempat kerja; apa yang
membentuk perilaku etis di tempat kerja; menggunakan alat-alat manajemen sumberdaya
manusia untuk mempromosikan etika dan perlakuan adil; mengelola pendisiplinan
karyawan; dan mengelola relasi karyawan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang dasar-dasar etika dan perlakuan adil di tempat kerja
2. Untuk mengetahui tentang bagaimana meningkatkan kinerja dan praktek SDM di
seluruh dunia.
3. Untuk mengetahui tentang apa saja alat-alat SDM untuk manajer lini dan
wirausahawan.
4. Untuk mengetahui tentang relasi karyawan
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Hukum mungkin bukan pedoman yang sangat mudah memutuskan mengenai apa yang
etis untuk dilakukan, tetapi beberapa beberapa manajer memperlakukannya seperti itu.
Bisnis ada untuk menghasilkan laba, jadi profitabilitas cendrung menjadi penyaring awal
yang digunakan manajer dalam mengambil keputusan. Setelah laba diperoleh. "apakah
ini etis?" hanya setelah merenungkannya kembali itu pun jika mereka mau
memikirkannya.
Title VII dari Civil Rights Act memberikan hak kepada karyawan untuk mengajukan
tuntutan hukum terhadap pemberi kerja jika ia meyakini telah dideskriminasi karena
rasnya. Berikut hak-hak pekerja tersebut :
2
5. Hak pendisiplinan
9. Hak referensi
Namun, tidak semua hak berasal dari hukum. Banyak hak yang mengalir dari
hak "asasi manusia" atau "hak yang tidak dapat dirampas". Keyakinan tidak tertulis
yang Yang dianut masyarakat secara luas.
3
karyawan ketika penyelia yang kasar tersebut tampak mempunyai dukungan dari
atasan.Sering kali, ketidakadilan di tempat kerja bersifat halus dan tidak kentara.
a) Kelonggaran moral
Kelonggaran moral merupakan faktor yang besar, orang yang longgar secara
moral lebih berkemungkinan melakukan hal-hal yang tidak etis tanpa merasa
tertekan, mereka dapat berkata “orang yang di perlakukan secara buruk biasanya
4
telah melakukan sesuatu yang membuat mereka mengalaminya” lebih
berkemungkinan terlibat dalam perilaku tidak etis.
b) Usia pekerja
Usia pekerja juga menjadi faktor penting dalam membentuk perilaku etis di
tempat kerja, sebuah survei membuktikan bahwa pekerja yang lebih tua(senior)
umumnya mempunyai interpretasi yang lebih ketat mengenai standar etika dan
mengambil keputusan yang lebih etis dibanding yang lebih muda.
c) Tekanan pekerjaan
Jika orang melakukan hal-hal tidak etis di tempat kerja hanya untuk keuntungan
pribadi, mungkin dapat di pahami (meskipun tidak dapat di maafkan). Hal yang
di takutkan adalah jika seorang pekerja melakukan hal tidak etis didasari oleh
tekanan dalam pekerjaannya yang membuat para pekerja melakukan hal-hal yang
tidak seharusnya di lakukan.
d) Tekanan dari atasan
Dalam pekerjaan sangat sulit bagi kita untuk menolak tekanan yang halus
sekalipun dari atasan. Menurut sebuah laporan “tingkat perbuatan salah di tempat
menurun secara drastis ketika karyawan mengatakan penyelia mereka berprilaku
etis Penyelia sering memberi tahu anggota stať untuk melakukan apa yang
diperlukan untuk mencapai hasil, dan membebani secara berlebihan untuk
memastikan bahwa pekerjaan mereka terselesaikan dari semua tindakan penyelia
tersebut tidak jarang para staf merasa terbebani dan tertekan dalam melakukan
pekerjaannya sehingga banyak yang tidak nyaman dalam bekerja.
Kebijakan dan kode etika adalah kekuatan luar yang dapat di gunakan pemberi
kerja untuk memberikan sinyal bahwa perusahaan mereka serius terhadap etika.
Beberapa perusahaan juga mendorong karyawan untuk menerapkan” tes etika”
khilaf untuk mengevaluasi apakah tindakan yang akan mereka lakukan sesuai
dengan kode perilaku perusahaan.
f) Penegakan
Membuat kode aturan tanpa menegakkannya merupakan hal yang sia-sia, seperti
yang di simpulkan oleh sebuah studi mengenai etika “pernyataan kuat oleh
manajer dapat mengurangi risiko pelanggaran hukum dan etika oleh angkatan
kerja mereka, tetapi penegakan standar mempunyai dampak yang terbesar”, oleh
karena itu, sebagian perusahaan audit etika menangani topik seperti konflik
kepentingan, memberi dan menerima hadiah, diskriminasi karyawan, dan akses
terhadap informasi perusahaan.
5
Beberapa perusahaan mendorong karyawan untuk menggunakan hotline dan cara
lain untuk “mengungkap dugaan pelanggaran pada perusahaan ketika mereka
menemukan adanya kecurangan. Mereka juga melacak kemungkinan insiden
pembalusan terhadap whistleblower.
h) Kultur organisasi
Karyawan menerima sinyal mengenai hal-hal yang dapat diterima tidak hanya
dari yang dikatakan manajer saja, tetapi juga dari hal-hal yang mereka lakukan.
Kultur adalah nilai karakteristik, tradisi, dan perilaku yang di miliki bersama oleh
karyawan sebuah perusahaan. Nilai adalah keyakinan dasar mengenai apa yang
benar atau salah, atau mengenai apa yang seharusnya dan tidak seharusnya anda
lakukan.
2.3 Meningkatkan Kinerja (Alat-alat SDM Untuk Manajer Lini dan Wirausahawan)
2.3.1 Menggunakan alat-alat manajemen SDM untuk mempromosikan etika dan pelakuan
adil.
Manajer mempunyai berbagai alat manajemen sumber daya manusia yang dapat
ia gunakan untuk memelihara etika dan perlakuan adil. Kita akan membahas hal-hal
tersebut.
a) Alat seleksi
Cara yang paling sederhana untuk menyetel sebuah organisasi, secara etika, adalah
dengan memperkerjakan lebih banyak orang etis. "Penyaringan etika" harus dimulai
bahkan sebelum pelamar melamar, gunakan materi perekrutan yang menekankan
komitmen perusahaan terhadap etika.
b) Alat-alat pelatihan
Untuk mengelola suatu program etika tidaklah mudah atau murah, Untuk
melakukannya, dibutuhkan perhatian yang hampir terus-menerus dari manajer
puncak perusahaan, serta investasi dalam menetapkan dan memantau kode etik dan
melatih karyawan.
Penilaian yang tidak adil dapat mengirimkan sinyal bahwa pemberi kerja akan
memaafkan perilaku tidak etis. Minimumnya:
6
• Standar karyawan harus jelas.
• Karyawan harus memahami dasar penilaian mereka.
• Penyelia harus melakukan penilaian secara objektif dan adil.
• Pemberi kerja harus memasukan sasaran etika dalam penilaian terhadap para
pemimpinnya, khususnya pemimpin senior.
Sebuah survei SHRM menemukan bahwa 40% dari pemberi kerja yang disurvei
mempunyai kebijakan formal yang mengatur media sosial yang digunakan karyawan.
Akan tetapi, pemberi kerja perlu merumuskan kebijakan tersebut dengan hati-hati.
Sebagai contoh, pembatasan yang terlampau luas pada “komentar yang menghina
mengenai perusahaan melalui media apapun, termasuk daring” mungkin secara hukum
tidak dapat dibenarkan di bawah hukum tenaga kerja. Sebaliknya, melarang. “perilaku
yang benar-benar buruk seperti komentar yang tidak pantas, mengintimidasi, atau
diskriminatif yang melanggar hukum mungkin diperoleh. Oleh karena itu, tidak
mengejutkan jika dalam sebuah survei 40% dari pemberi kerja dengan lebih dari 20.000
karyawan mempekerjakan seseorang yang bertugas membaca surel karyawan 96%
memblokir akses ke situs jejaring dewasa, 61% memblokir akses ke situs permainan.
Beberapa dari mereka mengecek situs blog pribadi atau facebook karyawan untuk
melihat apakah mereka mempublikasikan materi yang berkaitan dengan pekerjaan.
Bahkan twiter telah menjadi masalah pengawasan. Namun, pengawasan secara luas
seperti ini dapat menjadi dilema bagi pemberi kerja, seperti yang diilustrasikan oleh fitur
pusat laba.
2.3.3 Imbalan dan Sistem Disipliner
Berdasarkan langkah-langkah SDM yang dapat diambil manajer untuk
mempromosikan etika dan perilaku adil, karyawan mengharapkan pemberi kerja
menghukum perilaku tidak etis dan memberi imbalan untuk perilaku etis. Selain itu,
pemberi kerja harus mendisiplinkan esksekutif, tidak hanya bawahan, yang berkelakuan
buruk.
7
2.3.5 Tiga Pilar
Manajer membangun proses pendisiplinan yang adil pada tiga pilar: peraturan dan
regulasi, system hukuman progresif, dan proses banding.
Peraturan dan regulasi disipliner yang jelas adalah pilar yang pertama. Peraturannya
harus mengenai masalah-masalah seperti pencurian, perusakan Property perusahaan,
minum-minuman saat kerja, dan pembangkangan. Contoh: kinerja yang buruk tidak
dapat diterima. Setiap karyawan diharapkan melakukan pekerjaannya dengan baik dan
efisien serta memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Alkohol dan obat-obatan tidak
diperbolehkan pada saat bekerja. Penggunaan keduanya selama jam kerja dan masuk
kerja di bawah pengaruh keduanya merupakan hal yang terlarang.
System hukuman progresif adalah pilar kedua dari pendisiplinan yang efektif. kerasnya
hukuman biasanya bergantung pada pelanggaran dan jumlah terjadinya. Contoh:
sebagian besar perusahaan memberikan peringatan untuk keterlambatan yang tidak
dapat dimaafkan untuk pertama kali. Namun, untuk pelanggaran yang keempat,
tindakan disipliner yang biasa dilakukan adalah pemberhentian.
c) Proses Banding
Ketiga, proses banding harus menjadi bagian dari proses disipliner tujuannya adalah
untuk memastikan bahwa penyelia memberikan pendisiplinan secara adil.
8
• Lakukan investigasi yang adil dan memadai terhadap perkara tersebut sebelum
menerapkan pendisiplinan.
• Perhatikan hak karyawan untuk mendapatkan nasihat hukum. Sebagai contoh:
semua karyawan serikat pekerja biasanya mempunyai hak untuk membawa
perwakilan ke dalam wawancara yang cukup mereka yakini akan menimbulkan
tindakan disipliner.
• Jangan merampas martabat bawahan anda.
• Ingatlah bahwa beban buktinya ada pada anda. Dalam masyarakat Amerika Serikat
seseorang dianggap tidak bersalah hingga terbukti bersalah.
• Dapatkan faktanya. Jangan menggunakan bukti desa-desus atau kesan umum anda
sebagai dasar keputusan.
• Jangan bertindak selagi marah. Gunakan ombudsman. Mereka adalah kenselor
netral di luar rantai komando kepada siapa karyawan yang mereka yakini telah
diperlakukan secara adil dapat berpaling untuk mendapatkan nasihat.
9
meminta karyawan untuk bekerja lembur, maupun sedang melakukan tugas lainnya,
masuk akal untuk membuat karyawan "berada di pihak anda." Oleh karena itu, sebagian
besar pemberi kerja berusaha keras untuk membangun relasi karyawan yang positif
dengan asumsi logis bahwa melakukannya lebih baik dari pada membangun yang
negative. Mengelola relasi karyawan biasanya merupakan tugas dari SDM, dan
merupakan topic yang dibahas oleh basis pengetahuan SHRM. Dalam bagian ini, kita
akan membahas relasi karyawan berdasarkan tiga topic utama memperbaiki dan menilai
relasi karyawan melalui komunikasi yang lebih baik, mengembangkan program
pengakuan/relasi karyawan, dan menggunakan strategi keterlibatan karyawan.
2.4.2 Memperbaiki dan menilai relasi karyawan melalui komunikasi yang lebih baik.
Pemberi kerja menggunakan berbagai alat komunikasi untuk mendukung upaya
relasi karyawan mereka sebagai contoh sebuah situs jejaring univ mengatakan, “kami
percaya kami harus membuat karyawan kami mendapatkan informasi sepenuhnya
mengenai kebijakan, prosedur, praktik dan tunjangan kami”. Penyelia secara
individual tentu saja dapat mengakan metode seperti kebijakan pintu terbuka dan
“manajemen dengan berkeliling” untuk secara informal memantau bagaimana
jalannya keadaan”.
a) Menggunakan survei iklim organisasi
Survei sikap, moral atau iklim karyawan memainkan peran dalam upaya relasi
karyawan di banyak perusahaan. Mereka menggunakan survei tersebut untuk
“merasakan denyut nadi” sikap karyawan mereka terhadap berbagai masalah organisasi
termasuk kepemimpinan, keselamatan, kejelasan peran, keadilan, dan bayaran.
Pemberi kerja juga menggunakan berbagai jenis tim untuk mendapatkan keterlibatan
karyawan dalam menangani masalah-masalah organisasi. Tim saran adalah tim
temporer yang anggotanya mengerjakan tugas analitis spesifik, seperti bagaimana
memangkas biaya atau meningkatkan produktivitas. Beberapa pemberi kerja
memformalisasikan proses ini dengan menunjuk tim pemecah masalah. Tim ini
mengidentifikasi dan meriset proses kerja dan mengembangkan solusi terhadap
permasalahan terkait pekerjaan.
10
Sebagian besar pemberi kerja memahami bahwa saran karyawan dapat menghasilkan
penghematan yang signifikan. Kepala sebuah perusahaan yang mendesain dan
memasang system saran menyebutkan elemen-elemen esensial dari system saran
karyawan yang efektif, sebagai berikut:
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika dalam konteks ini melibatkan penghargaan terhadap integritas, kejujuran, dan
tanggung jawab dalam semua interaksi di tempat kerja. Perlakuan adil memastikan bahwa
setiap individu diperlakukan dengan seimbang, tanpa adanya diskriminasi atau perlakuan tidak
adil berdasarkan faktor seperti jenis kelamin, ras, agama, atau latar belakang lainnya. Dalam
konteks relasi karyawan, pentingnya membangun hubungan yang kuat antara manajemen dan
karyawan menjadi kunci. Komunikasi terbuka, saling percaya, dan kolaborasi adalah unsur-
unsur penting dalam memastikan bahwa setiap karyawan merasa dihargai dan didukung dalam
mencapai tujuan individu dan organisasi. Manajemen yang mendengarkan, merespons, dan
memperhatikan kebutuhan serta masukan karyawan cenderung menciptakan lingkungan kerja
yang lebih inklusif dan memotivasi.
Perlakuan adil di tempat kerja juga mencakup aspek pengembangan karir yang merata
dan evaluasi kinerja yang objektif. Setiap karyawan harus memiliki kesempatan yang sama
untuk pertumbuhan dan pengembangan karir berdasarkan kualifikasi, kemampuan, dan
kontribusi mereka. Proses penilaian kinerja yang transparan dan objektif membantu
memastikan bahwa setiap individu dihargai dan dihormati atas kontribusi mereka. Dalam
rangka menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, produktif, dan berdaya saing, perusahaan
harus terus memperkuat budaya etika, memperkuat relasi antara karyawan dan manajemen,
serta menegakkan prinsip-prinsip perlakuan adil di setiap level organisasi. Hal ini tidak hanya
mendukung kesejahteraan karyawan, tetapi juga memperkuat reputasi perusahaan dan
meningkatkan kinerja keseluruhan.
3.2 Saran
Untuk memastikan lingkungan kerja yang etis dan inklusif, perusahaan dapat
mengimplementasikan langkah-langkah seperti menyelenggarakan pelatihan etika rutin,
memperbarui kebijakan perlakuan adil, dan meningkatkan komunikasi terbuka antara
manajemen dan karyawan. Selain itu, penting juga untuk menegakkan penilaian kinerja yang
objektif dan membangun budaya organisasi yang didukung oleh nilai-nilai etika. Dengan
demikian, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan dan
kesejahteraan karyawan, serta meningkatkan kinerja keseluruhan
12
DAFTAR PUSTAKA
13