Anda di halaman 1dari 26

sampul

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah

Perilaku Organisasi ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Tak lupa

pula, saya kirimkan salam dan salawat kepada junjungan kita semua, Rasulullah

Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh sahabatnya.

Makalah yang saya susun ini berjudul Etos Kerja. Makalah ini digunakan

untuk memenuhi tugas dari Panitia Seleksi Jabatan yang diadakan oleh lingkup

Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara, banyak pihak yang telah membantu dalam

proses penyelesaian makalah ini. Olehnya itu, saya ucapkan banyak terimakasih.

Saya menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran.

Besar harapan saya, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan

sumbangsih yang berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.

Kolaka Utara, 11 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................ i


Kata Pengantar ......................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................................. 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................................... 3

1.4 Manfaat penulisan ....................................................................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2. 1 Pengertian Etos Kerja ............................................................................................................... 5

..........................................................................................................................................................

2.2 Membangun Etos Kerja dalam Organisasi ................................................................................. 4

Pengertian nilai, Norma dan Moral ........................................................................................... 5

Hubungan antara nilai norma dan moral .................................................................................... 8

Nilai-nilai Dasar, Instrumental, Praksis ..................................................................................... 8

Aliran-aliran besar etika ........................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................................. 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam organisasi baik bisnis maupun publik terdapat komponen yang

tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, yang dikenal dengan istilah

6M (Man, Money, Methode, Material, Mechine dan Market). Dari ke enam

unsur tersebut semuanya sangat dibutuhkan dalam organisasi. Salah satu unsur

terpenting dalam organisasi sumber daya manusia (Man) atau yang lebih

dikenal pegawai/karyawan.

Pegawai adalah aset organisasi, tanpa adanya pegawai yang memiliki

etos kerja yang baik, organisasi pasti tidak akan maju, atau tidak akan

mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. Sebaliknya tidak ada

organisasi yang merugi jika memperlakukan pegawai dengan baik dan

menghargai prestasi mereka.

Pekerjaan dan kantor adalah tempat untuk belajar dan mengembangkan

potensi diri pegawai. Karir promosi jabatan menanti mereka yang bekerja dan

berkarya secara sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggungjawab.

Namun yang perlu dicermati adalah pegawai yang berhasil bukan

karena dalam melaksanakan pekerjaannya adalah buah hasil keringat sendiri,

tetapi lebih kepada sumber daya lain mendukung. Organisasi yang maju

dimana pegawainya dalam mengerjakan pekerjaannya selalu dalam bentuk tim

(team work). Pegawai yang bekerja sendiri tanpa meminta bantuan kepada
1
orang atau tidak menerima bantuan dari pegawai lain maka akan berdampak

pada sebuah egoisme atau kesombongan.

Untuk mancapai produktifitas kerja yang baik dibutuhkan etos kerja

pegawai yang unggul dan profesional dalam mengerjakan pekerjaanya. Etos

kerja harus didukung oleh sumber daya lain seperti fasilitas kerja, kesehatan,

penghargaan, jaminan hari tua, dan sebagainya yang mendorong pegawai untuk

melaksanakan pekerjaanya.

Apabila dari sumber daya tersebut terpenuhi tentu akan berpengaruh

terhadap perilaku pegawai. Pengaruh tersebut dapat bersifat positif dan ada

kalanya bersifat negatif. Pegawai yang memiliki pengaruh positif dari sumber

daya tersebut adalah pegawai memiliki etos kerja, sebaliknya yang menerima

pengaruh negatif, maka etos kejanya menurun.

Pegawai yang memiliki etos kerja yang unggul dan profesional dalam

melaksanakan pekerjaanya adalah pegawai yang dapat menilai dan menerima

bahwa kerja adalah rahmat (aku bekerja tulus penuh syukur), kerja adalah

amanah (aku bekerja benar penuh tanggungjawab), kerja adalah panggilan (aku

bekerja tuntas penuh integritas), kerja adalah aktualisasi (aku bekerja penuh

semangat), kerja adalah ibabah (aku bekerja serius penuh kecintaan), kerja

adalah seni (aku bekerja cerdas penuh kreativitas), kerja adalah kehormatan

(aku bekerja tekun penuh keunggulan) dan kerja adalah pelayanan (aku bekerja

paripurna penuh kerendahan hati).

2
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi masalah

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Etos Kerja Dalam organisasi

2. Menerapkan Etos Kerja di organisasi

1.2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan untuk memfokuskan tugas ini, maka

dibuat rumusan masalah. Hal ini dibuat agar tugas tidak

menyimpang dari arah dan tujuan penelitian, serta dapat diketahui sejauh

mana penelitian ini dapat digunakan. Rumusan masalah tersebut adalah :

1. Bagaimana Etos Kerja yang ada dalam organisasi

2. Penerapan Etos Kerja dalam organisasi

1.3 Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui :

1. Etos Kerja dalam organisasi

2. Penerapan Etos kerja dalam organisasi

3
1.4 Manfaat

Tugas ini mengkaji tentang Etos Kerja Dengan adanya pembahasan

mengenai tugas ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terutama

mengenai Etos Kerja yang ada pada organisasi.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Etos Kerja

Secara etimoligis, etos berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti

karakter, watak kesusilaan, adat istiadat atau kebiasaan. Sebagai suatu subyek dari

arti etos tersebut adalah etika yang berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh

individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah

dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

Setiap organisasi yang selalu ingin maju, akan melibatkan anggota untuk

meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya setiap organisasi harus memiliki etos

kerja.

Menurut Sinamo (2005:26) etos kerja profesional adalah seperangkat

perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang

fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral.

Selanjutnya dikatakan bahwa istilah paradigma disini berarti konsep utama

tentang kerja itu sendiri yang mencakup idealisme yang mendasari, prinsip-prinsip

yang mengatur, nilai-nilai yang menggerakkan, sikap-sikap yang dilahirkan,

standar-standar yang hendak dicapai, termasuk karakter utama, pikiran dasar, kode

etik, kode moral, dan kode perilaku bagi para pemeluknya.

Jadi, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komitmen menganut

paradigma kerja tertentu, percaya padanya secara tulus dan serius, serta

berkomitmen pada paradigma kerja tersebut maka kepercayaan itu akan

5
melahirkan sikap kerja dan perilaku kerja mereka secara khas. Itulah etos kerja

mereka, dan itu pula budaya kerja mereka.

Berpijak pada pengertian bahwa etos kerja menggambarkan suatu sikap,

maka dapat ditegaskan bahwa etos kerja mengandung makna sebagai aspek

evaluatif yang dimiliki oleh individu (kelompok) dalam memberikan penilaian

terhadap kegiatan kerja.

Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang

berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka

mencapai cita cita yang positif.

2.1.1 Fungsi dan tujuan etos kerja

Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetep perbuatan

dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah :

 Pendorong timbulnya perbuatan.

 Penggairah dalam aktivitas.

 Penggerak.

Kerja memiliki arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua

bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non materi

baik bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat.

Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan

mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah karakter seseorang atau

kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja yang

disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita.

Nilai kerja dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidup manusia yang

kebahagiaan hidup di dunia untuk akhirat, kebahagian hidup di akhirat adalah

6
kebahagiaan sejati, kekal untuk lebih dari kehidupan dunia, sementara kehidupan

di dunia dinyatakan sebagai permainan, perhiasan lading yang dapat membuat

lalai terhadap kehidupan di akhirat. Manusia sebelum mencapai akhirat harus

melewati dunia sebagai tempat hidup manusia untuk sebagai tempat untuk

mancari kebahagiaan di akhirat.

Pandangan Islam mengenai etos kerja, di mulai dari usaha mengangkap

sedalam-dalamnya sabda nabi yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk kerja

itu tergantung pada niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi

(mencari keridhaan Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi,

dan jika tujuannya rendah (seperti misalnya hanya bertujuan memperoleh simpati

sesama manusia belaka) maka setingkat pula nilai kerjanya.

2.2 Membangun Etos Kerja Dalam Organisasi

Etos kerja yang positif secara pasti akan menunjukkan kaitan yang sangat

erat antara modal organisasi dengan nilai kepercayaan untuk mencapai visi dan

misi secara konsisten melalui norma-norma nilai kerja yang menciptakan suasana

nyaman, aman, dan sejahtera bagi setiap stakeholdernya.

Organisasi bisnis memerlukan fleksibilitas yang tinggi dengan budaya kerja "high

trust". Tujuannya adalah untuk membangun kredibilitas yang memberikan rasa

percaya kepada setiap orang, bahwa budaya kerja organisasi dikerjakan dengan

etos kerja yang terukur dalam sebuah sistem, prosedur, dan kebijakan yang

memiliki tingkat keperdulian sosial bisnis untuk secara konsisten mampu

memberikan nilai-nilai kebutuhan para stakeholdernya secara optimal.

7
Etos kerja yang baik berasal dari hasil kesadaran sebuah organisasi untuk

secara tulus menggali semua potensi positifnya dalam rangka memberikan nilai-

nilai terbaiknya kepada para stakeholder. Jangan pernah berpikir untuk meniru

etos kerja budaya lain, sebab etos kerja itu ada di dalam DNA sebuah organisasi

yang secara fundamental telah dipengaruhi oleh etos kerja sang penggagas pendiri

organisasi melalui visi, misi, etika, budaya, serta cara berpikir dan bertindak sang

pendiri tersebut. Apabila tetap bersih keras meniru dan mengimplementasikan

sebuah etos kerja yang menjadi favorit, maka pastikan bahwa organisasi tersebut

mampu melewati masa-masa kritis akibat perubahan jati diri lama kedalam jati

diri yang diharapkan. Kekuatan aura sang pendiri organisasi akan tetap terasa

walaupun sudah mencoba menciptakan lingkungan dan suasana kerja berbudaya

etos kerja baru yang lebih dinamis dan kreatif.

Etos kerja sebenarnya mengajarkan kepada setiap sumber daya manusia

untuk secara tulus dan ikhlas dari lubuk hati terdalam membangun kebiasaan-

kebiasaan positif yang efektif dalam memberikan pelayanan berkualitas tinggi

kepada para stakeholder. Untuk itu diperlukan upaya terus-menerus dari

manajemen organisasi dalam memberikan contoh teladan dari perilaku etos kerja

yang ingin dimiliki oleh organisasi tersebut. Mengundang para coach dari luar

organisasi untuk belajar nilai-nilai positif secara berkelanjutan akan memberikan

wawasan dan pengetahuan yang akan berdampak besar bagi peningkatan kualitas

sumber daya manusia dalam menggali etos kerja terbaik dari sudut kaca mata

positif.

8
Etos kerja adalah suara hati yang tulus dan ikhlas dari setiap sumber daya

manusia organisasi untuk mau bekerja keras tanpa pamrih dalam memberikan

pelayanan terbaik yang lebih kepada setiap orang tanpa terkecuali.

Etos kerja yang baik lahir dari pribadi-pribadi yang proaktif dalam

mempersiapkan diri mereka untuk menjadi manusia-manusia organisasi yang siap

seratus persen menjalankan misi dan visi organisasi mereka dengan nilai-nilai

positif yang tidak dapat dikompromikan lagi. Nilai positif berarti setiap pikiran

dan tindakan selalu hanya berkosentrasi untuk memberikan pelayanan berkualitas

tinggi.

Bisnis, organisasi, dan sejenisnya ada hanya dengan satu tujuan mulia

yaitu memberikan pelayanan bernilai tambah tertinggi dengan manfaat ekonomi,

sosial, dan pisikologis yang membuat mudah dan nyaman setiap stakeholdernya.

Etos kerja yang baik harus selalu dibungkus dengan pengetahuan, keterampilan,

teknologi, dan keinginan untuk selalu berbuat baik. Etos kerja juga harus memiliki

kebiasaan-kebiasaan yang menjadi budaya rutin yang efektif dalam memberikan

sinar kebahagian, kenyamanan, keamanan, dan kepastian buat para stakeholder.

Semua prinsip positif pelayanan wajib dihayati secara optimal oleh semua

pimpinan dan staf organisasi tanpa terkecuali.

Setiap stimulus benih-benih positif kedalam pikiran sumber daya manusia

akan menghasilkan respons etos kerja yang berasal dari kesadaran hati dan pikiran

terdalam. Apapun jenis pekerjaan, apakah bersifat komersial untuk mencari

nafkah kehidupan, bersifat sosial yang membantu tanpa pamrih dengan uang, atau

hanya bersifat hobi yang melakukan pekerjaan sebagai kebahagian hidup. Apapun

yang Anda lakukan, pastikan Anda mengerjakannya dari hati terdalam yang tulus

9
dan ikhlas, serta pikiran positif dengan segala kerendahan hati dan perilaku.

Jangan sekalipun bekerja oleh sebab terpaksa, etos kerja yang baik tidak akan lahir

dari orang-orang yang merasa pekerjaan yang dilakukannya adalah karena

terpaksa oleh dorongan kebutuhan ekonomi atau kebutuhan lain yang tidak

dikehendakinya.

Belajar dan belajarlah selalu untuk merubah diri Anda dari pribadi tanpa

etos kerja menjadi pribadi yang unik, spesial, dan kaya akan etos kerja berkualitas

tinggi.

2.2.1 Etos Kerja Profesional

Menurut Sinamo (2005:29-189), bahwa terdapat delapan etos kerja

profesional yaitu:

1. Kerja adalah Rahmat

Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh

kasar sekalipun, adalah rahmat dari ALLAH SWT. Anugerah itu kita terima

tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser

pun. Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah.

Dengan bekerja, setiap tanggal muda kita menerima gaji untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman dan

kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan masih

banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika

kita merespon semua rahmat itu dengan kerja yang ogah-ogahan.

10
2. Kerja adalah Amanah

Apapun pekerjaan kita semua adalah Amanah. Seyogyanya kita

menjalankan amanah tersebut dengan sebaik mungkin. Kerja bukanlah sekedar

pengisi waktu tapi perintah Allah. "Amanat itu mendatangkan rezeki, sedangkan

khianat itu mendatangkan kemiskinan". Etos ini membuat kita bisa bekerja

sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai

bentuknya.

3. Kerja adalah Panggilan

Jika pekerjaan atau profesi kita disadari sebagai panggilan, kita bisa

berucap pada diri kita sendirim, "I'm do my best!" Dengan begitu kita tidak akan

merasa puas jika hasil karya ya kita kurang baik mutunya.

4. Kerja adalah Aktualisasi

Aktualisasi diri artinya pengungkapan atau penyataan diri kita, yang harus

kita aktualisasikan adalah :

a. Kemampuan kita untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab

b. Kejujuran

c. Disiplin

d. Kemauan untuk maju

e. Tunjukkanlah terlebih dulu kualitas pekerjaan yang Anda lakukan sebelum

Anda

f. Menuntut terlalu banyak untuk menerima imbalan yang besar karena kerja

adalah aktualisasi diri.

11
Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik

untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa "ada". Bekerja

jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan.

5. Kerja adalah Ibadah

Seperti halnya aktivitas keseharian seorang muslim, kerja juga harus

diniatkan dan berorentasi ibadah kepada Allah SWT. Dengan kata lain, setiap

aktivitas yang kita lakukan hakikatnya mencari keridhaan Allah semata.

Setiap ibadah kepada Allah harus direalisasikan dalam bentuk tindakan,

sehingga bagi seorang muslim aktivitas bekerja juga mengandung nilai ibadah.

Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas,

bukan demi mencari uang atau jabatan semata.

6. Kerja adalah Seni

Kesadaran ini membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya

melakukan hobi. Dengan mengungkapkannya melalui dan menggunakan

medium dan materi pekerjaan kita seperti komputer, kertas, pena, suara,

ruangan, papan tulis, meja, kursi, atau apapun alat materi kerja kita. Materi kerja

di atas diolah secara kreatif dan imajinatif dalam peristiwa kerja dengan

memanfaatkan tidak saja nilai warna, tetapi terutama nilai estetikanya.

7. Kerja adalah Kehormatan

Karena tidak semua orang bisa diberi kepercayaan untuk melakukan suatu

pekerjaan seperti yang Anda terima saat ini. Kerja bukanlah masalah uang

semata, namun lebih mendalam mempunyai sesuatu arti bagi hidup kita. Kadang

mata kita menjadi "hijau" melihat uang, sampai akhirnya melupakan apa arti

pentingnya kebanggaan profesi yang kita miliki.


12
Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi, namun

yang lebih penting adalah etos kerja, dalam arti penghargaan terhadap apa yang

kita kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan, sejauh itu memberikan rasa

bangga di dalam diri, maka itu akan memberikan arti besar. Seremeh apapun

pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan.

Jika kita bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan yang

lain yang lebih besar akan datang kepada kita.

8. Kerja adalah Pelayanan

Manusia diciptakan dengan dilengkapi oleh keinginan untuk berbuat baik.

Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya

bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.

Delapan etos kerja tersebut menunjukkan bahwa seorang pegawai dalam

melaksanakan pekerjaannya tidak didasarkan atas perintah atasan melainkan

keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu tanpa paksaan dan dilaksanakan

dengan penuh kejujuran.

13
14
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tolak Ukur Etos Kerja Yang Unggul Dan Profesional

Di dalam melakukan penilaian prestasi kerja pegawai tersebut, diperlukan

suatu sistem yang praktis, relevan, handal, dan dapat diterima, sehingga hasil yang

dicapai dari penilaian tersebut bisa bermanfaat baik untuk pegawai itu sendiri

maupun bagi administrasi kepegawaian organisasi

Suatu sistem penilaian prestasi kerja yang baik harus bisa menampung

berbagai tantangan eksternal yang dihadapi oleh para pegawai, terutama yang

mempunyai dampak kuat terhadap pelaksanaan tugasnya. Tidak dapat disangkal

bahwa berbagai situasi yang dihadapi oleh seseorang di luar pekerjaannya, seperti

masalah keluarga, keadaan keuangan, tanggung jawab sosial dan berbagai masalah

pribadi lainnya pasti berpengaruh terhadap prestasi kerja seseorang. Hal ini berarti

sistem penilaian tersebut harus memungkinkan para pegawai untuk

mengemukakan berbagai masalah yang dihadapinya itu. Organisasi seyogianya

memberikan bantuan kepada para anggotanya untuk mengatasi masalahnya itu.

Menurut Cascio (1995:270), ada enam syarat yang bisa dipakai untuk

mengukur efektif tidaknya suatu Sistem Penilaian Prestasi Kerja yaitu:

a. Supervisor (penilai), mengukur kemampuan dan motivasi penilai dalam

melakukan penilaian secara terus menerus, merumuskan prestasi kerja

pegawai secara objektif, dan memberikan umpan balik kepada pegawai.

b. Relevance (keterkaitan), mengukur keterkaitan langsung unsur-unsur

penilaian prestasi kerja dengan uraian pekerjaan.


15
c. Sensitivity (Kepekaan), mengukur keakuratan/kecermatan sistem penilaian

prestasi kerja yang dapat membedakan pegawai yang berprestasi dan yang

tidak berprestasi, serta sistem harus dapat digunakan untuk tujuan

administrasi kepegawaian.

d. Reliability (Keterandalan), mengukur keandalan dan konsistensi alat ukur

yang digunakan.

e. Practicality (kepraktisan), mengukur alat penilaian prestasi kerja yang

mudah digunakan dan dimengerti oleh penilai dan bawahannya.

f. Acceptability (dapat diterima), mengukur kemampuan penilai dalam

melakukan penilaian sesuai dengan kemampuan tugas dan tanggung jawab

bawahannya. Mengkomunikasikan dan mendefenisikan dengan jelas

standar dari unsur-unsur penilaian yang harus dicapai

Sedangkan Nawawi (2003:395) mengatakan bahwa untuk mengukur etos

kerja pegawai maka diperlukan unsur-unsur dalam penilaian pelaksanaan pekerjaan

yaitu:

1. Kesetiaan

Tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan dan mengamalkan

sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan

kesanggupan tersebut harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari

dalam perbuatan dalam melaksanakan tugas.

16
2. Prestasi Kerja

Suatu hasil kerja yang secara nyata dapat dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Prestasi kerja tersebut

akan dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan

pegawai yang bersangkutan.

3. Tanggung Jawab

Kesanggupan seorang pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan yang

diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta

berani memikul resiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang

dilakukannya.

4. Ketaatan

Kesanggupan seorang pegawai untuk mentaati segala peraturan

perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, mentaati perintah

kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang serta kesanggupan untuk

tidak melanggar larangan yang ditentukan.

5. Kejujuran

Ketulusan hati seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan

kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan

kepadanya.

6. Kerja sama

Kemampuan seorang pegawai untuk bekerja bersama-sama dengan orang

lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan, sehingga mencapai

daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

17
7. Prakarsa

Kemampuan seorang pegawai untuk mengambil keputusan, langkah-

langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam

melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan.

8. Kepemimpinan

Kemampuan seorang pegawai untuk meyakinkan orang lain sehingga

dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokoknya.

Manfaat dari perlunya dilakukan penilaian pelaksanaan pekerja yang dilakukan

secara berkala adalah sebagai bahan pertimbangan terhadap pegawai dalam hal;

kenaikan pangkat/golongan, penempatan dalam jabatan, kenaikan gaji berkala,

dan pemindahan (mutasi) atau bahkan sebagai pertimbangan untuk mendukuti

sebuah jabatan.

Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan.

Masalah yang paling sering dan menonjol adalah “Penolakan atas Perubahan itu

sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah Resistensi

Perubahan (Resistance To Change). Penolakan atas perubahan tidak selalu

negatif, justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa

dilakukan secara sembarangan.

Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk

yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (Eksplisit) dan segera, misalnya

mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa

juga tersirat (Implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi

berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi

meningkat, dan lain sebagainya.


18
3.1.1 Pegawai Yang Unggul

Prinsip untuk menjadi pegawai yang unggul menurut Botterman (2005:13-

24) yaitu:

1. Semua orang bisa melakukan sebuah perbedaan

Tidak ada seorangpun yang bisa menghalangi Anda untuk

memilih menjadi orang yang khusus, lain daripada yang lain. Tidak

ada pekerjaan yang tidak penting, hanya saja orang-orang yang

mengerjakanlah yang merasa tidak penting dalam mengerjakan

pekerjaan mereka.

2. Keberhasilan dibangun di atas hubungan

Semua pekerjaan atau bisnis, jalinan hubungan yang kuat adalah

tujuan yang paling penting karena mutu hubungan tersebut

menentukan mutu produk atau jasa. Itu sebabnya mengapa para

pemimpin berubah ketika mereka menyadari bahwa para pegawai

mereka juga manusia. Teknologi berubah ketika menyadari bahwa para

pengguna mereka adalah manusia yang memerlukan interaksi atau

hubungan.

3. Ciptakan nilai bagi orang lain secara terus menerus

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, menguasai kecakapan

bekerja adalah yang paling penting pada abad 21, bahwa kemampuan

untuk menciptakan nilai tambah bagi para pelanggannya tanpa harus

mengeluarkan tambahan biaya untuk melakukannya.

19
4. Temukan kembali jati diri Anda secara teratur

Saat Anda sedang mengerjakan segala hal yang mungkin bisa

Anda kerjakan untuk menghasilkan kesempurnaan pribadi, tetapi Anda

masih saja merasa kelelahan dan tidak bersemangat.

Ketika hidup Anda sedang berada pada posisi rendah saat komitmen

profesional Anda sedang bergejolak dan Anda hanya ingin segera

menyelesaikan pekerjaan Anda dan kemudian pekerjaan itu

ditinggalkan.

Pegawai yang unggul dapat dilihat dari kerja keras, selalu

terdepan, memiliki kelebihan dibanding lain, dan tidak pernah merasa

puas atas prestasi yang diraihnya. Tidak lagi berpikir bahwa apa yang

saya dapat dari hasil kerja saya, tetapi apa yang saya berikan terhadap

organisasi.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Etos kerja profesonal adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar

pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen

yang total pada paradigma kerja yang integral.

2. Etos kerja pegawai dimulai dari komitmen total dari dalam diri pegawai

mendalami visi dan misi organisasi, mematuhi dan tunduk terhadap aturan-

aturan yang berlaku, melaksanakan tugas sesuai dengan bidang dan keahlian

yang dimiliki, yang nantinya dapat dilihat pada produktivitas kerjanya, dan

mengerti tentang sistem penilaian pegawai yaitu; kesetiaan, prestasi kerja,

tanggungjawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kemimpinan.

3. Untuk dapat membangun etos kerja perlu ada motivasi diri sendiri dengan

berkomitmen bahwa kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja adalah

panggilan kerja adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja adalah seni,

kerja adalah kehormatan, kerja adalah pelayanan.

4. Etos kerja yang tinggi dapat ditentukan melalui proses penilaian pelaksanaan

pekerjaan. Nilai inilah nanti akan menentukan kepada pegawai dalam hal;

kenaikan pangkat/golongan, penempatan dalam jab tan, kenaikan gaji

berkala, dan pemindahan (mutasi) atau bahkan sebagai pertimbangan untuk

mendukuti sebuah jabatan.

21
5. Etos kerja berpandangan bahwa kualitas kerja pegawai pada hari ini harus

lebih baik daripada hari kemarin, dan kualitas kerja pegawai di hari esok

harus lebih baik daripada kualitas kerja hari ini.

4.2 Saran

Ketika Etos Kerja di berlakukan di organisasi memperhatikan

memperhatikan situasi dan kondisi dan kesesuaian antara organisasi dan

anggota organisasi, sehingga tidak akan muncul konflik di dalam

organisasi tersebut. Hendaknya bangsa Indonesia adalah negara yang

kaya dan merupakan bangsa yang besar. Indonesia dikarunia sumber

daya alam yang melimpah ruah dan jumlah penduduk yang besar. Dan

itu merupakan modal untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan

sejahtera.

Salah satu faktor rendahnya etos kerja yang dimiliki oleh

Indonesia yaitu negatifnya keteladanan yang ditunjukkan oleh para

pemimpin. Mereka merupakan model bagi masyarakat yang bukan hanya

memiliki kekuasaan formal, namun juga kekuasaan nonformal yang

justru sering disalahgunakan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Botterman, Fricker. 2005. Membentuk Pribadi Unggul: Empat Pilar Utama Membangun
Kompetensi Profesi dan pribadi. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Cascio, Wayne. 1995. Human Resouces Management and Information System Approach.
Virgnia: Publishing Company.

Cook, Marshall J. 2005. How to Be a Great Coach: 24 Poin Penting Seputar Peningkatan
Produtivitas Pekerja. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Komputer.

Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang


Pemerintahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sinamo, Jansen. 2005. Delapan Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Mahardik

23

Anda mungkin juga menyukai