Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETIKA

DAN TANGGUNG JAWAB DALAM WIRAUSAHA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

pada Mata Kuliah Entrepreneurship dan Business Ethics

Oleh:

Kelas EA

CYNTHIA AMELIA TEDJA 206020200011003

RACHEL NITROGENA VIRDANI 206020200011007

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2

2.1 Definisi Etika ............................................................................................................. 2

2.2 Definisi Moral ............................................................................................................ 2

2.3 Pandangan Ekonomi terhadap Bisnis ..................................................................... 2

2.4 Pandangan Moral terhadap Bisnis .......................................................................... 3

2.5 Pandangan Hukum terhadap Bisnis ....................................................................... 5

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika .............................................................. 5

2.7 Tanggung Jawab dalam Wirausaha ........................................................................ 6

REVIEW JURNAL I ................................................................. Error! Bookmark not defined.

REVIEW JURNAL II ............................................................................................................. 9

REFERENSI........................................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Etika dan bisnis saling terkait dalam berbagai cara, dan penting bagi keberhasilan bisnis
dan kesejahteraan masyarakat bahwa etika dan bisnis berkorelasi dengan benar. Kurangnya etika
merupakan risiko serius bagi bisnis dan dapat mengakibatkan kerusakan besar baik bagi bisnis
maupun masyarakat. Tugas etika bisnis adalah mengembangkan perangkat etika yang mendukung
kesuksesan bisnis dan memberikan pengetahuan tentang cara mengimplementasikan perangkat
tersebut secara optimal ke dalam strategi bisnis, operasi, dan desain organisasi.

Saat ini penting juga untuk memahami bahwa bisnis merupakan tantangan yang sangat
dinamis dan semakin kompleks. Selain etika, bisnis terus-menerus menghadapi tantangan dalam
sektor ekonomi, hukum maupun moral sehingga perlu dilakukan pemantauan terus menerus agar
mampu mengimbangi atas perubahan yang terjadi dengan efektif.

Pada makalah ini, akan dilakukan pembahasan yang berkonsentrasi pada definisi etika dan
moral, pandangan ekonomi terhadap bisnis, pandangan moral terhadap bisnis, pandangan hukum
terhadap bisnis dan faktor-faktor yang mempengaruhi etika. Selain itu, juga dilakukan pembahasan
terkait tanggung jawab perusahaan dan tanggung jawab konsumen.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika


a. Bowie dan Schneider (2011) mendefinisikan etika sebagai kode standar moral dimana
orang menilai tindakan dan perilaku diri mereka sendiri dan orang lain.
b. Becker (2019) mengatakan etika umumnya berkaitan dengan norma dan nilai, dengan
pertanyaan tentang apa yang benar dan apa yang baik, apa yang harus dilakukan dan tidak
boleh dilakukan, dan apa yang dimaksud dengan orang atau kehidupan yang baik. Norma
dan nilai memiliki fungsi penting bagi individu dan masyarakat. Mereka memberikan
panduan untuk tindakan individu dan interaksi sosial.
c. Crane dan Matten (2016) menyatakan etika berkaitan dengan studi tentang moralitas dan
penerapan alasan untuk menjelaskan aturan dan prinsip khusus yang menentukan
tindakan yang dapat diterima secara moral. Etika merupakan upaya untuk
mensistematisasikan dan merasionalisasi moralitas, biasanya menjadi aturan normatif
umum yang seharusnya menawarkan solusi untuk situasi ketidakpastian moral.

2.2 Definisi Moral


a. Shaw dan Barry (2016) mendefinisikan moral secara sempit dan luas. Dalam arti sempit,
moralitas adalah aturan atau prinsip yang mengatur perilaku seseorang terhadap orang
lain. Sedangkan dalam arti luas, moral lebih dari itu dimana mencakup nilai-nilai, cita-
cita, aspirasi yang membentuk kehidupan seseorang.
b. Mcdonald (2015) mengatakan moral adalah prinsip benar dan salah. Moralitas terdiri dari
apa yang harus dilakukan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
perilaku masyarakat.
c. Crane dan Matten (2016) menyatakan moral berkaitan dengan norma, nilai, dan
keyakinan yang tertanam dalam proses sosial yang menentukan benar dan salah bagi
individu atau komunitas. Menurut cara berpikir ini, moralitas mendahului etika. Semua
individu dan komunitas memiliki moralitas, rasa dasar benar atau salah dalam kaitannya
dengan aktivitas tertentu.

2.3 Pandangan Ekonomi terhadap Bisnis


Penting untuk melakukan analisis ekonomi terhadap masalah etika dalam bisnis. Etika
bisnis berdasarkan pandangan ekonomi dapat didefinisikan sebagai disiplin filsafat praktis
yang mengkaji norma-norma mana yang dapat ditetapkan dan dijalankan di bawah kondisi
masyarakat modern (Lutge dan Uhl, 2021). Ahli etika kadang-kadang bergantung pada
ekonom karena berurusan dengan perancangan institusi atau aturan untuk hidup bersama serta
membutuhkan bantuan dalam implementasinya. Ketika merencanakan sebuah institusi atau

2
aturan, etika pertama-tama menanyakan tentang nilai atau norma yang harus dipromosikan
oleh institusi tersebut dan bagaimana ide-ide ini dapat dibuktikan. Untuk implementasinya,
perlu dilakukan perhitungan bagaimana struktur insentif lembaga harus ditetapkan sehingga
tujuan lembaga juga akhirnya tercapai.
Namun, pekerjaan ekonom juga dapat mengambil komponen moral di luar implementasi
itu sendiri, khususnya jika masalah baru pertama kali ditemukan selama fase penataan. Ini
bisa menjadi celah dan kemungkinan penyalahgunaan, misalnya, yang diidentifikasi oleh
ekonom dengan bantuan modelnya, menganalisis alasannya, dan menyarankan solusi. Dengan
cara ini, hanya dalam interaksi refleksi etis dan implementasi yang diinformasikan secara
ekonomi, aturan dan institusi dapat dibuat yang tahan terhadap eksploitasi dan saling
menguntungkan.
Terdapat beberapa konsep dan alat ekonomi dasar yang relevan dengan etika bisnis dan
perusahaan. Konsep tersebut dapat digunakan untuk menganalisis pengambilan keputusan
manusia dan, di sisi lain, untuk menilai secara normatif keadaan atau proses alternatif.
a. Konsep Rasionalitas Ekonomi
Konsep ini sebagai alat yang membentuk inti dari teori keputusan ekonomi. Prinsip
rasionalitas ekonomi didasarkan pada perilaku individu dengan cara yang rasional dan
mempertimbangkan pilihan dan keputusan dalam struktur pemikiran logis, yang
bertentangan dengan melibatkan elemen emosional, moral, atau psikologis (DiRita,
2014).
b. Konsep Individualisme Metodologis
Individualisme metodologis menggambarkan doktrin untuk memulai setiap analisis
masyarakat dengan individu dan melanjutkan dari sana ke penjelasan fenomena sosial.
Titik tolak utamanya adalah kenyataan bahwa semua interaksi sosial didasarkan pada
interaksi individu.
c. Konsep Struktur Dilema
Struktur dilemma mewakili aspek sentral dari etika bisnis modern. Struktur dilematis
dicirikan oleh fakta bahwa keuntungan kerjasama, yang secara teoritis mungkin dan
diinginkan oleh semua pihak, tidak dapat diwujudkan. Salah satu konsep struktur
dilemma yaitu “A Prisoner’s Dilemma” dimana merupakan situasi pengambil keputusan
individu selalu memiliki insentif untuk memilih dengan cara yang menciptakan hasil yang
kurang optimal bagi individu sebagai sebuah kelompok. Dilema ini terjadi di banyak
aspek ekonomi.

2.4 Pandangan Moral terhadap Bisnis


Etika bisnis sering menjadi bahan diskusi dan perdebatan, terutama setelah kasus-kasus
pelanggaran etika yang terkenal. Beberapa prinsip etika, atau standar perilaku moral, telah

3
dikodifikasikan ke dalam undang-undang. Berikut adalah beberapa kode etik yang dibutuhkan
untuk bisnis yang sukses dari sudut pandang moral:
a. Golden Rule
Memperlakukan orang lain seperti yang Anda ingin mereka lakukan kepada Anda adalah
standar etika yang terkenal. Prinsip moral pribadi ini juga berlaku untuk bagaimana bisnis
memperlakukan pemangku kepentingan mereka, termasuk karyawan, pemasok, dan
pelanggan. Jika karyawan diperlakukan dengan baik, misalnya, semangat kerja tinggi dan
mereka bersemangat untuk berkontribusi dan menjadi produktif. Sebaliknya, berbohong
kepada karyawan atau menyalahgunakan mereka dapat menyebabkan semangat kerja
yang rendah dan pergantian yang tinggi. Demikian juga, jika Anda membayar pemasok
Anda terlambat, ini dapat menempatkan mereka pada posisi terlambat membayar tagihan
mereka, yang tidak etis -- dan dalam beberapa kasus, pelanggaran kontrak hukum. Agar
bisnis berhasil, karyawan yang produktif dan pemasok yang loyal adalah penting.
b. Meletakkan konsumen pada posisi pertama
Terkadang kuota, sasaran penjualan, atau kebutuhan akan laba triwulanan menggoda
pemilik dan manajer penjualan untuk menjual lebih banyak kepada klien. Contoh lain dari
praktik tidak etis adalah tekanan tinggi atau taktik penjualan yang menipu. Menempatkan
keuntungan di atas pelanggan -- walaupun mungkin menguntungkan dalam jangka
pendek -- pada akhirnya mempengaruhi reputasi jangka panjang merek dan merusak
loyalitas pelanggan.
c. Jujur
Berbohong tentang pesaing atau produknya juga tidak etis dan dapat merusak reputasi
bisnis di mata pemasok dan pelanggan. Melebih-lebihkan ukuran bisnis untuk
mendapatkan kontrak besar mungkin tampak dapat dipertahankan dalam jangka pendek,
tetapi dapat menyebabkan masalah dalam jangka panjang. Setelah pelanggan menemukan
kebenaran, mereka mungkin tidak mempercayai klaim lain yang dibuat. Mendapatkan
dan menjaga kepercayaan pelanggan sangat penting untuk kesuksesan bisnis.
d. Menjadi masyarakat yang baik
Terlibat dalam komunitas dan menggunakan cara yang etis dapat dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan publik. Salah satu cara untuk terlibat adalah dengan memprakarsai
program sukarela di antara pekerja, memungkinkan mereka beberapa jam dari tempat
kerja untuk menjadi sukarelawan untuk amal komunitas. Manfaat bisnis dari citra yang
lebih baik dan eksposur yang lebih luas di masyarakat, dan karyawan mungkin akan lebih
terlibat dan berkomitmen untuk perusahaan. Karyawan yang terlibat dan citra komunitas
yang kuat meningkatkan kesuksesan bisnis.

4
2.5 Pandangan Hukum terhadap Bisnis
Etika dan hukum ditemukan di hampir semua bidang masyarakat. Mereka mengatur
tindakan individu di seluruh dunia setiap hari. Ketika dihadapkan dengan masalah moral,
kebanyakan orang akan melihat ke hukum untuk menentukan hal yang benar untuk dilakukan.
Pada dasarnya, hukum menegakkan perilaku yang diharapkan untuk kita ikuti, sementara etika
menyarankan apa yang harus kita ikuti, dan membantu kita mengeksplorasi pilihan untuk
meningkatkan pengambilan keputusan kita.
Hukum mengatur banyak aspek transaksi bisnis termasuk kontrak, hak kekayaan
intelektual, sumber daya manusia, pendanaan dan hubungan debitur-kreditur seperti
kepailitan. Di sisi lain, undang-undang juga membatasi jenis usaha tertentu misalnya
penjualan organ tubuh manusia yang merupakan pelanggaran dan salah secara etika. Dengan
demikian, hukum dan etika saling melengkapi untuk memastikan keberhasilan jangka panjang
suatu entitas bisnis berdasarkan nilai dan reputasi (Said, 2018). Dengan demikian, terlepas
dari ukuran, industri, atau tingkat profitabilitas suatu organisasi, etika bisnis adalah salah satu
aspek terpenting dari kesuksesan jangka panjang.

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika


Menurut Crane dan Matten (2016), etika dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
faktor individu itu sendiri (internal) dan dan faktor organisasi (eksternal).
a. Faktor Individu
Faktor ini merupakan karakterisitik unik dari individu dimana bisa didapat sejak lahir
ataupun diperoleh melalui pengalaman dan sosialiasi.
• Usia dan Jenis Kelamin
Untuk pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap etika seseorang, masih terdapat
hasil yang beragam dan kontradiktif. Namun terdapat beberapa penelitian yang
menyatakan cara pria dan wanita berpikir dan bertindak dalam hal etika mungkin
berbeda.
• Kebangsaan
Orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda dapat memiliki keyakinan
yang berbeda tentang benar dan salah, nilai-nilai yang berbeda, dan ini pasti akan
menyebabkan variasi dalam etika yang dimiliki.
• Keluarga
Individu mulai membentuk standar etika sebagai anak-anak dalam menanggapi
persepsi mereka tentang perilaku orang tua mereka. Anak-anak lebih mungkin
untuk mengadopsi standar etika yang tinggi jika mereka melihat bahwa anggota
keluarga mereka mematuhi standar etika yang tinggi. Jika anggota keluarga terlibat
dalam perilaku tidak etis dan membiarkan anak-anak mereka melakukan hal yang
sama, sehingga cenderung mengembangkan standar etika yang lebih rendah.

5
• Pendidikan
Jenis dan kualitas pendidikan yang diterima oleh individu, serta pelatihan dan
pengalaman professional seseorang dapat mempengaruhi etika seseorang.
• Nilai pribadi
Nilai pribadi merupakan keyakinan individu tentang perilaku yang diinginkan dan
tujuan yang stabil dari waktu ke waktu dan mempengaruhi etika individu tersebut.
• Integritas
Integritas merupakan ketaatan seseorang pada seperangkat prinsip atau nilai moral
yang konsisten. Etika yang dimiliki seseorang juga akan didorong oleh integritas
pribadi yang dimilikinya.
b. Faktor Organisasi
Salah satu sumber utama faktor organisasi adalah tingkat komitmen pemimpin organisasi
terhadap perilaku etis. Komitmen ini dapat dikomunikasikan melalui kode etik,
pernyataan kebijakan, pidato, publikasi, dll.

2.7 Tanggung Jawab dalam Wirausaha


Selain bisnis bertujuan untuk memenuhi fungsi ekonomi tertentu dalam masyarakat, bisnis
adalah bagian atau anggota masyarakat dimana menjadi anggota masyarakat tentunya tidak
lepas dengan tanggung jawab tertentu. Disini terdapat dua jenis tanggung jawab yang
dilakukan dalam bisnis atau wirausaha yaitu sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab Perusahaan / Corporate Responsibility (CR)
Tanggung jawab perusahaan adalah konsep manajemen dimana perusahaan
mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan
interaksi dengan pemangku kepentingan mereka. CR umumnya dipahami sebagai cara di
mana perusahaan mencapai keseimbangan imperatif ekonomi, lingkungan dan sosial,
sementara pada saat yang sama menangani harapan pemegang saham dan pemangku
kepentingan (Becker, 2019). Tanggung jawab perusahaan secara proaktif menawarkan
manfaat sosial atau layanan publik, dan secara sukarela meminimalkan praktik yang
merugikan masyarakat, terlepas dari persyaratan hukum apa pun (Arli dan Tjiptono,
2018).
Tanggung jawab perusahaan dapat digambarkan dengan menggunakan “Pillar
Model of Corporate Responsibility”. Model pilar CR menunjukkan pemahaman dan
definisi yang luas tentang CR dan tanggung jawab keseluruhan bisnis modern.

6
• Pilar kiri menggambarkan tanggung jawab sosial secara umum sebagai anggota
masyarakat seperti mengikuti aturan dan hokum serta menjadi warga negara yang
baik.
• Pilar tengah menggambarkan tanggung jawab ekonomi seperti menyediakan barang
dan jasa, menguntungkan dan berkelanjutan serta menciptakan nilai bagi semua
pemangku kepentingan.
• Pilar kanan menggambarkan tanggung jawab spesifik bisnis seperti
mempertimbangkan dampak lingkungan, sosial, global, dan masa depan dari
operasi bisnis.
• Bagian atap menggambarkan filantropi yang menyumbang atau memberi kembali
kepada masyarakat. Contohnya seperti seperti sumbangan amal, pembangunan
fasilitas rekreasi untuk karyawan dan keluarga mereka, dukungan untuk sekolah
lokal, atau mensponsori acara seni dan olahraga.
Model pilar CR pada dasarnya mengklaim bahwa bisnis perlu memiliki ketiga pilar
untuk disebut bisnis yang bertanggung jawab. Atap (filantropi) akan menjadi tambahan
tetapi bukan keharusan. Jika salah satu pilarnya tertinggal, akan dianggap bisnis tidak
bertanggung jawab.

b. Tanggung Jawab Konsumen / Consumer Social Responsibility (CnSR)


Tanggung jawab konsumen didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi
pada pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan, keluarga
konsumen, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup
konsumen (Arli dan Tjiptono, 2018). Berikut adalah beberapa tanggung jawab yang perlu
dilakukan oleh konsumen:

7
• Kesadaran Kritis - tanggung jawab untuk lebih waspada dan mempertanyakan
tentang harga dan kualitas barang dan jasa yang digunakan.
• Tindakan - tanggung jawab untuk menegaskan dan bertindak untuk memastikan
bahwa konsumen mendapatkan kesepakatan yang adil.
• Kepedulian sosial - tanggung jawab untuk menyadari dampak konsumsi terhadap
warga negara lain, terutama kelompok yang kurang beruntung atau tidak berdaya
baik di komunitas lokal, nasional atau internasional.
• Kesadaran Lingkungan - tanggung jawab untuk memahami lingkungan dan
konsekuensi lain dari konsumsi. Konsumen harus mengakui tanggung jawab
individu dan sosial untuk melestarikan sumber daya alam dan melindungi bumi
untuk generasi mendatang.
• Solidaritas - tanggung jawab untuk berorganisasi bersama sebagai konsumen untuk
mengembangkan kekuatan dan pengaruh untuk mempromosikan dan melindungi
kepentingan konsumen.

8
REVIEW JURNAL I

Judul : Exploring business ethics research in the context of international


business
Nama Jurnal : Management Research News
Vol dan Halaman : Vol. 32 No. 12, 2009. pp. 1130-1146
Tahun : 2009
Penulis : Christopher J. Robertson and Nicholas Athanassiou
URL : http://dx.doi.org/10.1108/01409170911006894
Tanggal review : 31 Oktober 2021

Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengkaji ruang lingkup, tingkat dan isi penelitian etika
bisnis di tiga jurnal bisnis internasional (IB) terkemuka: Journal of International Business Studies
(JIBS), Journal of World Business (JWB) dan Management International Review (MIR). ).
Pemeriksaan selanjutnya dari tema-tema yang sebanding yang diterbitkan dalam Journal of
Business Ethics (JBE) dilakukan untuk menetapkan kesamaan dan kesenjangan topik etika IB
antara jurnal IB terkemuka dan jurnal etika bisnis terkemuka. (Robertson & Athanassiou, 2009)

Metode Penelitian
Sebanyak 42 artikel diidentifikasi dalam JIBS, JWB dan MIR yang dianggap penelitian etika IB,
dan 62 artikel di JBE dalam jangka waktu yang sama. Sebuah analisis isi dari artikel ini dilakukan.

Variabel Penelitian
Ada beberapa variable yang diteliti di jurnal ini diantaranya adalah: Etika Bisnis, Bisnis
Internasional, Riset.

Hasil Penelitian
Klaster tematik utama dalam tiga jurnal IB adalah analisis penilaian etis, pelanggaran hukum dan
peraturan, lingkungan moral nasional, dan tata kelola perusahaan. Kode etik adalah masalah
mendasar di banyak tema ini tetapi ini tidak dipelajari secara eksplisit. Artikel yang diterbitkan
di JBE menampilkan tema yang lebih luas daripada yang dipublikasikan di tiga jurnal IB.

Kelebihan
Studi ini menetapkan tema-tema yang menarik bagi penulis dan editor artikel akademis di jurnal
IB terkemuka. Apa yang muncul di jurnal-jurnal tersebut secara langsung mempengaruhi
penelitian, pengajaran, dan akhirnya praktik IB. Perspektif seperti itu belum pernah dipelajari di

9
masa lalu. Tema etika yang diidentifikasi dapat membantu manajer dalam upaya mereka untuk
memberikan pelatihan etika yang terfokus dan berkelompok.

Kelemahan
Pilihan yang lebih luas dari jurnal etika bisnis dan jurnal manajemen terkemuka yang tidak
berfokus secara eksklusif pada IB dapat menghasilkan tema penting tambahan. Meski begitu, ada
peluang bagi penelitian etika IB untuk masuk ke tema-tema penting yang belum diteliti.

10
REVIEW JURNAL II

Judul : The impact of corporate social responsibility (CSR) performance and


perceived brand quality on customer-based brand preference
Nama Jurnal : Journal of Services Marketing
Vol dan Halaman : Vol. 28/3 (2014) pp. 181–194
Tahun : 2014
Penulis : Matthew Tingchi Liu, Ipkin Anthony Wong, Guicheng Shi, Rongwei
Chu, James L. Brock,
URL : https://doi.org/10.1108/JSM-09-2012-0171
Tanggal review : 31 Oktober 2021

Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana kinerja tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR) (yaitu terhadap lingkungan, masyarakat dan pemangku kepentingan) dan kualitas merek
yang dirasakan mempengaruhi preferensi merek. Efek mediasi kualitas merek yang dirasakan pada
hubungan antara kinerja CSR dan preferensi merek juga dipelajari. (Liu et al., 2014)

Metode Penelitian
Pada tahun 2011, 243 tanggapan yang valid terhadap survei kuesioner dikumpulkan dari sampel
kenyamanan di Cina. Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis.

Variabel Penelitian
Ada beberapa variable yang diteliti di jurnal ini diantaranya adalah: Hotel, Preferensi merek,
kinerja CSR, Kualitas merek yang dirasakan.

Hasil Penelitian
Preferensi merek pelanggan dapat ditingkatkan dengan kinerja CSR. Kinerja di masing-masing
dari tiga domain CSR (yaitu lingkungan, masyarakat dan pemangku kepentingan) berdampak
positif pada preferensi merek, meskipun pada derajat yang berbeda. Dampak CSR pada
pemangku kepentingan memiliki pengaruh terkuat pada preferensi merek pelanggan Cina di
antara tiga domain CSR. Kualitas merek yang dirasakan ditemukan menjadi mediator hubungan
antara kinerja CSR dan preferensi merek.

Kelebihan
Penelitian saat ini berkontribusi pada literatur dengan menemukan bahwa tidak semua kegiatan
CSR sama efektifnya. Pelanggan di pasar negara berkembang tampaknya masih lebih fokus pada
kualitas merek dan, sampai batas tertentu, praktik CSR pemangku kepentingan, karena ini

11
memberikan manfaat langsung kepada pelanggan. Temuan penelitian ini juga mendukung
gagasan bahwa konsumen Cina mulai menggunakan informasi CSR untuk mengevaluasi merek.
Merek dapat lebih menarik bagi konsumen Cina ketika merek mengambil investasi yang sesuai
dalam kegiatan CSR. Merek yang bertanggung jawab secara sosial tidak dijamin menghasilkan
keunggulan kompetitif. Sebaliknya, keunggulan kompetitif akan lebih mungkin dihasilkan
melalui penerapan strategi CSR yang tepat, dengan fokus pada kepentingan pemangku
kepentingan.

Kelemahan
Penelitian ini mempelajari hubungan antara kinerja CSR dengan preferensi merek. Hasil
menunjukkan kinerja CSR bukanlah prediktor terkuat dari hasil branding, kekuatan penjelasnya
relatif lebih lemah daripada kualitas brand yang dirasakan. Selain itu, kami menemukan efek
mediasi kualitas merek yang dirasakan pada hubungan antara kinerja CSR dan preferensi merek.

12
REFERENSI

Arli, D. I., Tjiptono, F. 2018. Consumer Ethics, Religiosity, and Consumer Social Responsibility:
Are They Related?. Social Responsibility Journal 14(2): 302-320

Becker, C. U. 2019. Business Ethics Methods and Application. New York: Routledge

Bowie, N. E., Schneider, M. 2011. Business Ethics for Dummies. Indianapolis: Wiley Publishing,
Inc.

Crane, A., Matten, D. 2016. Business Ethics Fourth Edition. Oxford: Oxford University Press

DiRita, P. 2014. Economic Rationality Assumption. Encyclopedia of Quality of Life and Well-
Being Research, 1803–1806

Lutge, C., Uhl, M. 2021. Business Ethics: An Economically Informed Perspective. Oxford: Oxford
University Press

Mcdonald, G. 2015. Business Ethics: A contemporary approach. Melbourne: Cambridge


University Press

Said, S. M. 2018. Law and Ethics in Entrepreneurship: Some Thoughts. South East Asia Journal
of Contemporary Business, Economics and Law 15(2): 1-5

Shaw, W. H., Barry, V. 2016. Moral Issues in Business, Thirteenth Edition. Boston: Cengage
Learning

Liu, M. T., Wong, I. A., Shi, G., Chu, R., & Brock, J. L. (2014). The impact of corporate social
responsibility (CSR) performance and perceived brand quality on customer-based brand
preference. Journal of Services Marketing, 28(3), 181–194. https://doi.org/10.1108/JSM-09-
2012-0171

Robertson, C. J., & Athanassiou, N. (2009). Exploring business ethics research in the context of
international business. Management Research News, 32(12), 1130–1146.
https://doi.org/10.1108/01409170911006894

13

Anda mungkin juga menyukai