Anda di halaman 1dari 17

ETIKA BERBISNIS DALAM PERSAINGAN USAHA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Hukum Dagang

Dosen Pengampu:

Mohammad Ridwan, S.HI., MH

Disusun Oleh:

Mey Shinta Nur A


A. (931206618)
Adinda Febriana K. (931207618)
Vifin Agustina D. (931209018)
Rizki Fajar Isnani (931212518)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia, nikmat serta hidayah-
Nya yang tiada terkira, sehingga kami biasa menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW, pembawa risalah keselamatan
dan teladan umat dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Penyusunan makalah Etika Berbisnis Dalam Persaingan Usaha. Sebagaimana mata


kuliah Hukum Dagang, ditujukan untuk menjadi pengantar bagi mahasiswa Hukum
Ekonomi Syariah dan dibuat secara sederhana.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu segala
komentar, kritik maupun tanggapan mengenai makalah ini akan diterima dengan senang
hati. Upaya perbaikan akan selalu kami lakukan dalam rangka pembelajaran yang tidak
akan selesai sepanjang hayat.

Akhirnya, segala kesalahan dan kekurangan adalah datang dari kami pribadi,
sedangkan segala kebenaran tidak datang kecuali karena hidayah dari Allah SWT semata.
Semoga makalah ini bermanfaat, semoga Allah SWT meridhai setiap kerja dan ibadah kita,
dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang sukses di dunia dan di akhirat,

Kediri, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Etika, Bisnis, dan Etika Bisnis ................................................................................ 3


B. Prinsip-prinsip Etika Bisnis .................................................................................... 4
C. Persaingan Usaha .................................................................................................... 7
D. Etika Bisnis Dalam Persaingan Usaha .................................................................... 8
E. Sanksi Perusahaan Jika Tidak Menerapkan Etika Bisnis ....................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 12

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika memiliki banyak makna berbeda. Ada yang menyebutkan bahwa etika
adalah semacam penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun hasil penelaahan itu
sendiri. Pendapat lain menyebutkan bahwa etika adalah kajian moralitas. Sedangkan
moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu
benar dan salah, atau baik dan jahat suatu perbuatan. Meskipun etika berkaitan
dengan moralitas, namun tidak sama persis dengan moralitas. Etika merupakan studi
standar moral yang tujuan utamanya adalah menentukan standar yang benar atau
yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba
mencapai kesimpulan tentang moral yang benar dan salah.
Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi
pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi,
transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis. Etika bisnis merupakan studi
standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi
yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan
barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada didalam
organisasi.Etika seharusnya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa
etika mengatur semua aktifitas manusia yang disengaja, dan karena bisnis aktivitas
manusia yang disengaja, etika juga hendaknya berperan dalam bisnis. Argument lain
berpandangan bahwa, aktivitas bisnis, seperti juga aktivitas manusia lainnya, tidak
dapat eksist kecuali orang yang terlibat dalam bisnis dan komunitas sekitarnya taat
terhadap standar minimal etika.
Bisnis merupakan aktifitas kooperatif yang eksistensinya mensyaratkan
perilakueksis.Dalam masyarakat tanpa etika, ketidakpercayaan dan kepentingan diri
yang tidak terbatas akan menciptakan “perang antar manusia terhadap manusia lain”,
dan dalam situasi seperti itu hidup akan menjadi “kotor, brutal, dan dangkal”.
Karenanya dalam masyarakat seperti itu, tidak mungkin dapat melakukan aktivitas
bisnis, dan bisnis akan hancur. Karena bisnis tidak dapat bertahan hidup tanpa etika,
maka kepentingan bisnis yang paling utama adalah mempromosikan prilaku etika

1
kepada anggotanya dan juga masyarakat luas.Ringkasnya, etika merupakan
komponen kunci manajemen yang efektif. Dengan demikian, ada sejumlah argument
yang kuat, yang mendukung pandangan bahwa etika hendaknya diterapkan dalam
bisnis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari etika, bisnis, dan etika bisnis?
2. Apa prinsip-prinsip etika bisnis?
3. Apa definisi persaingan usaha?
4. Bagaimana etika bisnis dalam persaingan usaha?
5. Bagaimana sanksi pelanggaran jika perusahaan tidak menerapkan etika bisnis?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi dari etika, bisnis, dan etika bisnis.
2. Mengetahui prinsip-prinsip etika bisnis.
3. Mengetahui definisi persaingan usaha.
4. Mengetahui etika bisnis dalam persaingan usaha.
5. Mengetahui sanksi pelanggaran jika perusahaan tidak menerapkan etika bisnis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika, Bisnis, dan Etika Bisnis


Etika berasal dari kata yunani “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”. Etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada
suatu msyarakat. Menurut Wahyu dan Ostaria etika adalah cabang utama filsafat
yang mempelajari nilai dan kualitas. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tangung jawab. Etika adalah ilmu yang
berkenaan tentang yang buruk dan tentang yang hak dan kewajiban moral. Menurut
Bekum etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang
membedakan yang baik dari yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat
normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan oleh seorang Individu.
Bisnis adalah suatu aktivitas yang mengerahkan pada peningkatan nilai tambah
melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi).
Menurut Griffin dan Ebert bisnis adalah oraganisasi yang menyediakan barang atau
jasa untuk dijual dengan maksud agar mendapatkan laba. Sedangkan menurut
Sukirno, bisnis adalah kegiatan untuk memperoleh keuntungan. Semua orang atau
individu meupun kelompok melakukan kegiatan bisnis pastinya untuk mencarai
keuntungan agar kebutuhan hidupnya terpenuhi. Tidak ada orang yang melakukan
bisnis untuk kerugian. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Madura, bahwa bisnis
adalah suatu badan yang diciptakan untuk menghasilkan produk barang dan jasa
kepada pelanggan. Setiap bisnis mengadakan transaksi dengan orang-orang, orang-
orang itu juga menaggung akibat karena bisnis tersebut. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bisnis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan menjalankan investasi
terhdap sumber daya yang ada yang dapat dilakukan baik secara individu maupun
secara kelompok, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan meningkatkan taraf
hidup dengan menciptakan barang atau jasa guna mendapatkan laba/ keuntungan
yang sebesar-besarnya.1

1
Aswand Hasoloan, Peranan Etika Bisnis Dalam Perusahaan Bisnis, Universitas Dharmawangsa, 2018

3
Etika bisnis menurut Bertens adalah pemikiran atau refleksi kritis tentang
moralitas dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Moralitas selalu berkiatan dengan apa
yang dilakukan manusia, dan kegiatan bisnis merupakan salah satu bentuk kegiatan
manusia. Bisnis memang seharusnya dinilai dari sudut pandang moral, sama seperti
semua kegiatan manusia lainnya juga dinilai dari sudut pandang moral. Hal ini
seperti yang dikatakan oleh Richard De George yang intinya “bisnis seperti kegiatan
sosial lainnya, mengandalkan suatu latar belakang moral dan mustahil bisa
dijalankan tanpa ada latar belakang moral seperti itu, jika setiap orang yang terlibat
dalam bisnis bertindak secara immoral atau bahkan amoral, maka bisnis akan segera
terhenti. Moralitas adalah minyak yang menghidupkan serta lem yang merekatkan
seluruh masyarakat, termasuk juga bisnis”. Dari pernyataan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa etika bisnis merupakan alat bagi pelaku bisnis untuk
menjalankan bisnis merekadengan lebih bertanggung jawab secara moral. Para
pemilik perusahan mengharapkan bahkan menuntut para karyawannya bekerja
dengan baik sesuai dengan perjanjian kerja yang telah disepakati, agar tidak
merugikan perusahaan. Para pemilik perusahaan juga mengharapkan agar relasi
bisnis mereka tidak menipu dan bekerja sesuai dengan perjanjian kerjasama yang
telah disepakati. Sebaliknya, para pemilik perusahaan sendiri mengikat dirinya untuk
bertindak adil terhadap karyawannya, dengan memberikan gaji yang seharusnya
menjadi milik para karyawan. Para pemilik perusahaan juga mengikat dirinya agar
menjalankan bisnis mereka dengan baik dan tidak berbuat curang kepada relasi
bisnis mereka.2
B. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
Prinsip-prinsip etika bisnis yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik
sesunguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia. Artinya,
prinsip-prinsip etika bisnis tersebut erat terkait dengan system nilai yang dianut oleh
masing-masing masyarakat.3 Namun, prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam
bisnis sesungguhnya adalah penerapan dari prinsip etika pada umumnya. Tanpa

2
Sorta Riana Pakpahan, Etika Bisnis, FIB, UI, 2008
3
A. Sonny Keraf, Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1998), hal
17

4
mengabaikan kekhasan sistem nilai dari setiap masyarakat bisnis, Sonny Keraf
menyebutkan secara umum terdapat lima prinsip etika bisnis, yaitu :
1. Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukannya. Pelaku bisnis yang otonom berarti orang
yang tahu dan sadar sepenuhnya mengenai keputusan dan tindakan yang
diambilnya akan sesuai atau bertentangan dengan nilai atau norma moral tertentu.
Ia tahu dan sadar mengapa ia tetap mengambil suatu keputusan dan tindakan
sekalipun bertentangan dengan nilai dan norma moral tertentu. Karena itu, pelaku
bisnis yang otonom adalah orang yang tahu dan sadar akan keputusan dan
tindakan yang diambilnya, serta resiko atau akibat yang akan timbul baik bagi
dirinya dan perusahaannya maupun bagi pihak lain.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran sangat relevan dan mutlak diperlukan dalam dunia
bisnis. Kejujuran merupakan kunci keberhasilan para pelaku bisnis untuk
mempertahankan bisnisnya dalam jangka panjang di dalam dunia bisnis yang
penuh persaingan ketat. Keraf menyatakan setidaknya ada tiga alas an mengapa
prinsip kejujuran sangat relevan dalam dunia bisnis.
Alasan yang pertama adalah kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-
syarat perjanjian dan kontrak bisnis. Kejujuran sangat penting artinya bagi
masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian, dalam menentukan relasi dan
kelangsungan bisnis masing-masing pihak selanjutnya.
Alasan kedua adalah kejujuran relevan dalam penawaran barang dan jasa
dengan mutu dan harga sebanding. Di dalam bisnis modern yang penuh
persaingan, kepercayaan konsumen adalah hal yang paling pokok bagi
pengusaha. Sekali saja para pengusaha tersebut menipu konsumen, konsumen
akan dengan mudah mengganti produk yang biasa ia konsumsi ke produk
lainnya.
Alasan ketiga adalah kejujuran juga relevan dalam hubungan kerja intern
dalam suatu perusahaan. Suatu perusahaan tidak akan bisa bertahan jika

5
hubungan kerja di dalam perusahaan tidak dilandasi oleh prinsip kejujuran.
Pemilik perusahaan selalu menipu karyawan dengan memotong gaji mereka
tanpa alasan yang jelas. Atau sebaliknya, karyawan selalu melakukan perbuatan
yang merugikan perusahaan dengan mengambil barang-barang milik perusahaan.
Perusahaan akan hancur jika suasana kerja penuh dengan tipu-menipu seperti itu.
Ketiga alasan di atas menunjukkan dengan jelas bahwa prinsip kejujuran adalah
prinsip yang sangat penting dan diperlukan bagi para pelaku bisnis yang
menginginkan bisnisnya sukses dan bertahan lama.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan
dapat dipertanggungjawabkan.Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Adam
Smith mengenai prinsip keadilan. Keraf mengutip Adam Smith menyatakan
bahwa prinsip paling pokok dari keadilan adalah prinsip yang tidak merugikan
orang lain (prinsip no harm), khususnya tidak merugikan hak dan kepentingan
orang lain. Tanpa prinsip ini sulit diharapkan akan dapat terwujud kegiatan bisnis
yang baik dan etis. Hal ini berarti, dalam kegiatan bisnis tidak boleh ada pihak
yang dirugikan hak dan kepentingannya, baik sebagai karyawan, pemasok,
penyalur, konsumen, investor maupun masyarakat luas. Semua pihak dalam
relasi bisnis apapun tidak boleh saling merugikan satu sama lain. Karena begitu
ada pihak tertentu yang merugikan pihak lainnya, tentu tidak aka nada pelaku
bisnis yang mau menjalin relasi bisnis dengan pihak tersebut.
4. Prinsip saling menguntungkan
Prinsip keadilan menuntut agar tidak ada pihak yang dirugikan hak dan
kepentingannya, maka prinsip saling menguntungkan secara positif menuntut hal
yang sama, yaitu agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu
sama lain. Prinsip ini terutama mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis. Tujuan
utama dari kegiatan bisnis adalah untuk memperoleh keuntungan. Produsen ingin
agar banyak orang membeli atau menggunakan produk-produknya. Konsumen
ingin mendapatkan barang dan jasa yang menguntungkan dalam bentuk harga
dan kualitas yang baik. Karena itu bisnis memang seharusnya dijalankan dengan

6
saling menguntungkan, menguntungkan produsendan sekaligus menguntunngkan
konsumen. Dengan kata lain, prinsip saling menguntungkan menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak yang terlibat
di dalam kegiatan bisnis tersebut.
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip integritas moral diihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis agar ia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya dan
nama baik perusahaannya. Prinsip ini mengandung imperative moral yang
berlaku bagi diri pelaku bisnis dan perusahaannya untuk berbisnis sedemikian
rupa agar tetap menjadi unggul dan tetap dapat dipercaya. Dengan kata lain,
prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan dari dalam diri pelaku bisnis dan
perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan.4 Hal tersebut
tercermun dalam seluruh perilaku bisnis dengan semua pihak baik pihak di dalam
perusahaan maupun di luar perusahaan.
C. Definisi Persaingan Usaha
Dalam perundang-undangan di Indonesia definisi yang terdapat di dalamnya
adalah mengenai persaingan usaha tidak sehat. Definisi tersebut berada dalam
rumusan istilah Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha tidak sehat, yang berbunyi
sebagai berikut :
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antarpelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksui dan pemasaran barang atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
Dari definisi persaingan usaha tidak sehat tersebut dapat dipilah dan diambil
definisi persaingan usaha saja. Persaingan usaha adalah persaingan antar pelaku
usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan pemasaran barang atau jasa.
Masyarakat Indonesia khususnya para pelaku bisnis sangat merindukan sebuah
undang-undang yang secara komprehensif mengatur tentang persaingan sehat.
Keinginan itu muncul karena adanya praktik-praktik persaingan usaha yang tidak

4
A. Sonny Keraf, Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1998), hal
80

7
sehat, terutama karena penguasa sering memberikan perlindungan khusus atau
previleges kepada para pelaku bisnis tertentu, sebagai bagian dari praktik-praktik
kolusi, korupsi, kroni, dan nepotisme.Sebenarnya batasan-batasan yuridis yang
terhadap praktik-praktik bisnis yang tidak sehat atau curang telah dapat ditemukan
secara tersebar di berbagai hukum positif. Namun hal ini menjadi kurang efektif
untuk memenuhi berbagai indikator sasaran yang ingin dicapai oleh undang-undang
persaingan sehat karena sifatnya yang sektoral tersebut. Praktik monopoli dan
persaingan usaha harus diatur sedemikian mungkin agar tidak menjadi sarana praktik
monopoli dalam system perekonomian nasional yang berdasarkan asas demokrasi
ekonomi. Oleh karena itu untuk mengaturnya menurut hukum, cara yang paling
sederhana dan sesuai dengan mekanisme hukum adalah para pelaku usaha dalam
menjalankan usahanya hendaklah bersaing secara sehat dengan berpedoman kepada
undang-undang yang berlaku.5
D. Etika Bisnis Dalam Persaingan Usaha
Dalam zaman keterbukaan dan luasnya informasi saat ini, baik-buruknya sebuah
dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan luas. Memposisikan karyawan,
konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis dan jujur adalah
satu-satunya cara supaya dapat bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya
persaingan bisnis menyebabkan beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan
etika dalam bisnis. Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari
masing-masing elemen dalam lingkaran bisnis. Pemasok (supplier), perusahaan, dan
konsumen, adalah elemen yang saling mempengaruhi. Masing-masing
elementersebut harus menjaga etika, sehingga kepercayaan yang menjadi prinsip
kerja dapat terjaga dengan baik. Menurut Richard De George, apabila perusahaan
ingin sukses/berhasil memerlukan 3 hal pokok yaitu memiliki produk yang baik,
memiliki managemen yang baik dan memiliki etika.6
Etika berbisnis ini bisa dilakukan dalam segala aspek, yaitu dengan saling
menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi

5
Suhasril, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2012).
6
Pandji Anoraga, Pengantar Bisnis Modern, Kajian Dasar Manajemen Perusahaan, (Jakarta: PT. Dunia
Pustaka Jaya, 1996), hlm 47.

8
perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun makro. Tentunya ini tidak
akan memberikan keuntungan dengan segera, namun ini adalah wujud investasi
jangka panjang bagi seluruh elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika
dalam berbisnis sangatlah penting. Etika bisnis dalam persaingan usaha diperlukan
karena bisnis tidak hanya bertujuan untuk profit, melainkan perlu
mempertimbangkan nilai-nilai manusiawi, sehingga tidak akan mengorbankan hidup
banyak orang dan masyarakat pun berkepentingan agar bisnis dilaksanakan secara
etis. Bisnis dilakukan diantara manusia satu dengan yang lainnya, sehingga
membutuhkan etika sebagai pedoman dan orientasi bagi pengambilan keputusan,
kegiatan, dan tindak tanduk manusia dalam berhubungan (bisnis) satu dengan yang
lainnya.7 Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang sangat ketat, maka dalam
persaingan bisnis tersebut, orang yang bersaing dengan tetap memperhatikan norma-
norma etis pada iklim yang semakin profesional justru akan menang dalam
persaingan bisnis tersebut.
Adapun peran etika dalam bisnis adalah sebagai berikut:8
a. Untuk membangun kultur bisnis yang sehat, idealnya dimulai dari perumusan
etika yang akan digunakan sebagai norma perilaku sebelum aturan (hukum)
perilaku tersebut dibuat dan dilaksanakan, atau aturan (norma) etika tersebut
diwujudkan dalam bentuk aturan hukum.
b. Sebagai kontrol terhadap individu pelaku dalam bisnis, yaitu melalui penerapan
kebiasaan atau budaya moral atas pemahaman dan penghayatan nilai-nilai dalam
prinsip moral sebagai inti kekuatan suatu perusahaan dengan mengutamakan
kejujuran, bertanggung jawab, disiplin, dan berperilaku tanpa diskriminasi.
c. Etika bisnis hanya bisa berperan dalam suatu komunitas moral, tidak merupakan
komitmen individual saja, tetapi tercantum dalam suatu kerangka sosial.
d. Etika bisnis menjamin bergulirnya kegiatan bisnis dalam jangka panjang, tidak
terfokus pada keuntungan jangka pendek saja.

7
Sadono Sukirno, Makroekonomi: Teori Pengantar, edisi ketiga, (Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada,
2010), hlm 38.
8
Ibid., hlm 48-49.

9
e. Etika bisnis akan meningkatkan kepuasan pegawai yang merupakan stakeholders
yang penting untuk diperhatikan.
f. Etika bisnis membawa pelaku bisnis untuk masuk dalam bisnis internasional.
Adapun pengelolaan bisnis secara profesional meliputi: mempunyai keahlian
dan ketrampilan khusus, menjalankan usahanya berdasarkan profesi/keahlian
dan mempunyai komitmen moral yang tinggi.
E. Sanksi Pelanggaran Jika Perusahaan Tidak Menerapkan Etika Bisnis
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk
meraih keuntungan, yang sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 yang berbunyi
“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat”. Pasal ini menjelaskan tentang Tender adalah tawaran
mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-
barang, atau untuk menyediakan jasa. Dan unsur dari bersekongkol itu sendiri adalah
kerjasama antara dua pihak atau lebih, secara terang-terangan maupun diam-diam
melakukan tindakan penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya, membandingkan
dokumen tender sebelum penyerahan, menciptakan persaingan semu, menyetujui dan
atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan, tidak menolak melakukan suatu
tindakan meskipun mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut
dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu,
pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau pihak terkait secara
langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang mengikuti tender,
dengan cara melawan hukum. Hal diatas adalah pelanggaran yang akan diterima
kepada perusahaan yang tidak menerapkan etika didalam bisnisnya karena memiliki
unsur kecurangan. Hal lain yang menjadikan pelanggaran terhadap perusahaan yang
tidak menerapkan etika didalam bisnisnya adalah pegawai perusahaan yang
melakukan pelanggaran Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja (Code of Conduct)
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengenaan sanksi atas bentuk-bentuk
pelanggaran yang dilakukan oleh Komisaris dan Direksi, berpedoman pada anggaran
dasar perusahaan dan keputusan RUPS. Sedangkan pengenaan sanksi terhadap
pegawai perusahaan dilakukan sesuai dengan kesepakatan dalam Peraturan Disiplin

10
Pegawai (PDP) maupun aturan kepegawaian yang berlaku. Pelaporan adanya dugaan
pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai tanpa disertai dengan bukti-bukti
pelanggaran dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dari
contoh pelanggaran diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang menjadikan
perusahaan untuk menerapkan etika di dalam bisnisnya bukanlah dari perusahaan itu
sendiri melainkan adanya kejujuran dari para pegawai yang bekerja di perusahaan
tersebut sehingga dapat menciptakan suasana kerja yang damai serta menjadikan
perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang menerapkan etika didalam bisnisnya.9

9
Aswand Hasoloan, Peranan EtikaBisnis Dalam Perusahaan Bisnis, Jurnal Warta Edisi: 57, 2018, hlm. 8-
9

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika bisnis merupakan alat bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis mereka
dengan lebih bertanggung jawab secara moral. Etika bisnis adalah pemikiran atau
refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Moralitas selalu
berkiatan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan bisnis merupakan salah
satu bentuk kegiatan manusia. Bisnis memang seharusnya dinilai dari sudut pandang
moral, sama seperti semua kegiatan manusia lainnya juga dinilai dari sudut pandang
moral.
Secara umum terdapat lima prinsip etika bisnis, yaitu prinsip otonomi, prinsip
kejujuran, prinsip keadilan, prinsip saling menguntungkan, prinsip integritas moral.
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antarpelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksui dan pemasaran barang atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
Sedangkan persaingan usaha adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan pemasaran barang atau jasa.
Etika berbisnis ini bisa dilakukan dalam segala aspek, yaitu dengan saling
menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi
perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun makro. Tentunya ini tidak
akan memberikan keuntungan dengan segera, namun ini adalah wujud investasi
jangka panjang bagi seluruh elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika
dalam berbisnis sangatlah penting. Etika bisnis dalam persaingan usaha diperlukan
karena bisnis tidak hanya bertujuan untuk profit, melainkan perlu
mempertimbangkan nilai-nilai manusiawi, sehingga tidak akan mengorbankan hidup
banyak orang dan masyarakat pun berkepentingan agar bisnis dilaksanakan secara
etis.
Pelanggaran yang akan diterima kepada perusahaan yang tidak menerapkan etika
didalam bisnisnya karena memiliki unsur kecurangan yaitu persekongkolan
melakukan tindakan penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya, membandingkan
dokumen tender sebelum penyerahan, menciptakan persaingan semu, menyetujui dan

12
atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan, tidak menolak melakukan suatu
tindakan meskipun mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut
dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu,
pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau pihak terkait secara
langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang mengikuti tender,
dengan cara melawan hukum. Hal lain yang menjadikan pelanggaran terhadap
perusahaan yang tidak menerapkan etika didalam bisnisnya adalah pegawai
perusahaan yang melakukan pelanggaran Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja
(Code of Conduct) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

13
DAFTAR PUSTAKA

Pakpahan, Sorta Riana. 2008. Etika Bisnis. FIB UI.

Keraf, A. Sonny. 1998. Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya. (Yogyakarta : Penerbit
Kanisius)

Suhasril. 2012. Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
di Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesia)

Anoraga, Pandji. 1996. Pengantar Bisnis Modern, Kajian Dasar Manajemen


Perusahaan, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya)

Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi: Teori Pengantar, edisi ketiga, (Jakarta: PT. Raja
Grasindo Persada)

Hasoloan, Aswand. 2018. Peranan Etika Bisnis Dalam Perusahaan Bisnis. Jurnal Warta
Edisi: 57. ISSN: 1829-7463.

14

Anda mungkin juga menyukai