(Materiil)
1. Hukum Tata Usaha Negara menjadi sebab maka negara berfungsi dan beraksi.
2. Hukum Tata Usaha Negara mengatur hubungan antara warga negara dengan pemerintah.
Hukum Tata Usaha Negara ini menjadi dasar dari segala perbuatan pemerintah atau badan
administrasi negara. Bagian kedua menunjukkan bahwa Hukum Tata Usaha Negara itu
termasuk hukum publik, karena mengatur hubungan antara warga negara dengan
pemerintahnya. Dengan perkataan lain hubungan yang diatur oleh Hukum Tata Usaha Negara
adalah hubungan yang bersifat Publiek Rechtelijk, yaitu suatu hubungan hukum, di mana yang
diutamakan adalah kepentingan umum (publik) dan hubungan ini berbeda dengan hubungan
perdata.
Dari berbagai definisi di atas dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa Hukum Tata Usaha Negara
adalah serangkaian peraturan yang mengatur dan menentukan cara-cara pemerintah atau
aparat administrasi negara menjalankan tugasnya.
BAB 2 : LAPANGAN HTUN DALAM BERBAGAI NEGARA
1. Negara Monarki Absolut
Dalam negara yang berbentuk Monarki Absolut ini sistem pemerintahan yang dipakai adalah
sistem pemerintahan sentralisasi dan konsentrasi. Pada sistem pemerintahan yang sentralisasi
ini semua kekuasaan terpusat pada tangan raja, sedangkan sistem konsentrasi berarti bahwa
aparat negara yang lain hanyalah sebagai pembantu raja.
Dalam sistem pemerintahan sentralisasi dan konsentrasi ini, raja sekaligus menjadi
pembuat undang-undang, menjalankan dan mempertahankan undang-undang. Biasanya
dalam melaksanakan tugas, raja dibantu oleh para pembantunya yang bersifat birokratis. Akan
tetapi dalam pemerintahan yang bersifat birokratis ini belum dikenal sistem pembagian kekuasaan,
seperti yang kita kenal sekarang ini yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif, sehingga
aparat pemerintah tersebut merupakan pegawai raja yang berbuat dan bertindak selalu atas nama
raja. Untuk melaksanakan tugasnya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi maka raja
mengeluarkan peraturan-peraturan/keputusan-keputusan yang harus dilaksanakan oleh aparat
pembantu raja tersebut.
Dengan adanya desentralisasi kekuasaan pada tiga lembaga yang terpisah-pisah ini maka
kemerdekaan individu akan terjamin dari tindakan raja yang sewenang-wenang. Ajaran
Montesquieu ini dikenal dengan istilah Trias Politica yang berasal dari Immanuel Kant.
Setelah Perang Dunia II, konsep Welfare State dapat diterima secara luas. Indonesia bisa
digolongkan pada negara yang menggunakan tipe welfare state ini. Hal ini dapat dibuktikan dari:
a. Salah satu sila dari Pancasila sebagai dasar falsafah negara, yaitu sila Keadilan Sosial.
b. Dalam pembukaan UUD 1945, alinea ke empat dikatakan bahwa tujuan pembentukan negara
Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
BAB 3 : HTUN SEBAGAI HIMPUNAN PERATURAN ISTIMEWA
1. Pengertian Administrasi Negara
Administrasi Negara itu adalah gabungan jabatan, aparat (alat) administrasi di bawah
pimpinan pemerintah melakukan sebagian tugas pemerintah, yang tidak ditugaskan kepada badan
legislatif dan yudikatif.
Administrasi negara memerlukan kekuasaan istimewa, oleh karena dalam hal dijalankannya
hukum biasa maka belum tentu semua penduduk wilayah negara akan tunduk pada
perintahnya, karena tidak semua penduduk di wilayah negara cenderung atau dengan suka rela
mau tunduk pada peraturan hukum biasa.
Dari penjelasan di atas dapatlah disimpulkan bahwa Hukum Tata Usaha Negara atau Hukum
Administrasi Negara merupakan himpunan peraturan istimewa, sebab memiliki berbagai
keistimewaan, di antaranya:
1. Memberikan kebebasan (freies ermessen) kepada badan administrasi negara dalam bertindak.
2. Mempunyai kekuatan memaksa yang tidak dipunyai oleh hukum-hukum lainnya, kecuali
hukum pidana.
3. Peraturan-peraturan administrasi negara dipertahankan oleh sanksi biasa maupun sanksi
istimewa
BAB 4 : ASAS-ASAS HTUN DAN SUMBER HTUN
1. Asas-Asas Hukum TUN
HTUN merupakan kaidah-kaidah atau norma yang menentukan bagaimana seharusnya alat
perlengkapan tata usaha negara bertingkah laku dalam melaksanakan tugas-tugas. Norma atau
kaidah-kaidah ini berkaitan sekali dengan asas. Menurut Bachsan Mustafa (1982;42-43) asas-asas
HTUN tersebut terdiri dari:
1. Asas legalitas, bahwa setiap perbuatan administrasi berdasarkan hukum.
2. Asas tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan atau asas detournement de pouvoir.
3. Asas tidak boleh menyerobot wewenang badan administrasi negara yang satu oleh yang
lainnya atau asas exes de pouvoiur.
4. Asas kesamaan hak bagi setiap penduduk negara atau asas non diskriminatif.
5. Asas upaya pemaksa atau bersanksi sebagai jaminan penaatan kepada hukum administrasi
negara
Asas-asas hukum ini juga terdapat dalam peraturan perundangan. Untuk lebih jelasnya:
a. Asas-asas Peraturan Perundang-undangan
Menurut Prof. Purnadi Purbacaraka S.H. dalam bukunya yang berjudul Perundang-undangan
dan Yurisprudensi (Drs. C.S.T. Kansil SH;1992;79-83) bahwa Tentang berlakunya suatu undang-
undang dalam arti materiil, dikenal beberapa asas. Asas peraturan perundangan tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Undang-undang tidak berlaku surut, ini berarti bahwa undang-undang hanya boleh
dipergunakan terhadap peristiwa yang disebut dalam undang-undang tersebut, dan terjadi setelah
undang-undang itu dinyatakan berlaku.
2. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang yang bersifat
umum jika pembuatnya sama (Lex Specialis Derogat Lex Generalis).
3. Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan undang-undang yang berlaku
terdahulu (Lex Posteriore derogat Lex Periore).
4. Undang-undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan
spiritual dan material bagi masyarakat maupun individu melalui pembaharuan atau pelestarian.
5. Asas presumption of innosence yang berarti bahwa orang harus dianggap tidak bersalah
selama pengadilan tidak membuktikan dan menyatakan ia bersalah dalam satu putusan yang
menyebabkannya dihukum.
b. Fungsi Asas-Asas Hukum TUN
Semua asas HTUN tersebut di atas mempunyai fungsi sebagai berikut.
Agar lebih memahami maksud dari asas-asas umum pemerintahan yang baik di atas, coba
Anda ikuti penjelasan-penjelasan sebagai berikut.
i. Asas perlindungan atas pandangan hidup (cara hidup) pribadi (principle of protecting the
personal way of life)
Badan pemerintah harus memberikan perlindungan atas pandangan atau cara hidup seorang
pegawai.
1) Peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara berubah lebih cepat dan Bering secara
mendadak.
2) Pembuatan peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara tidak berada dalam satu tangan.
Hampir semua Departemen dan semua pemerintah daerah swatantra membuat juga peraturan-
peraturan Hukum Administrasi Negara.
Peraturan Perundangan yang dapat menjadi sumber Hukum Administrasi) Negara (HAN)
Indonesia, ada yang berasal dari zaman penjajahan Belanda, ada yang diatur dalam UUD 1945.
Peraturan perundang-undangan berdasarkan UUD 1945, terdiri dari:
1. Undang-undang
2) Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-undang
3) Peraturan Pemerintah
b. Praktik administrasi negara (HAN yang merupakan hukum kebiasaan).
Dalam melaksanakan fungsinya ini maka alat administrasi memprodusir keputusan-
keputusan guna menyelesaikan suatu masalah konkret yang terjadi berdasarkan peraturan
hukum yang abstrak sifatnya. Dalam memprodusir keputusan-keputusan inilah timbul praktik
administrasi negara yang membentuk hukum administrasi negara kebiasaan (HAN yang tidak
tertulis).
c. Yurisprudensi.
Jurisprudensi adalah keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Keputusan hakim ini pun merupakan sumber hukum yang faktual, oleh karena mengikat para pihak
yang bersengketa. Dengan adanya keputusan hakim tersebut dapat menimbulkan hukum positif
pada mereka yang bersangkutan, yakni timbulnya, berubahnya atau hapusnya hak dan kewajiban
baru bagi masing-masing pihak.
d. Anggapan Para Ahli Hukum Administrasi Negara
Anggapan atau pendapat para ahli Hukum Administrasi Negara dapat merupakan sumber
faktual dari HAN. Hal ini karena anggapan tersebut dapat melahirkan teori-teori baru dalam
HAN itu sendiri;
BAB 5 : WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN
1. Warga Negara dan Penduduk
Syarat berdirinya sebuah negara yang merdeka adalah adanya wilayah, adanya pemerintahan
yang berdaulat, serta adanya rakyat. Rakyat yang menetap di suatu wilayah negara tertentu
disebut warga negara
Warga negara adalah anggota penuh dari suatu negara, serta mempunyai kedudukan
penting dan khusus terhadap negara, yaitu ada hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik
antara warga negara dengan negara.
2. Prinsip Dasar Kewarganegaraan
Secara universal dikenal dua prinsip atau asas dasar dalam penentuan kewarganegaraan
seseorang. Kedua prinsip atau asas dasar tersebut adalah sebagai berikut:
a. Asas ius soli (law of the soil atau asas daerah kelahiran)
kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat kelahiran. Seseorang menjadi
warga negara dari suatu negara karena ia dilahirkan di negara tersebut
b. Asas ius sanguinis (law of the blood atau asas keturunan atau asas darah)
kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh garis keturunan orang yang bersangkutan.
Seseorang menjadi warga negara dari suatu negara karena orang tuanya adalah warga negara dari
negara tersebut
b. Negara Federasi
Negara federasi adalah negara yang bersusunan jamak karena tersusun dari beberapa negara
yang semula telah berdiri sendiri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, mempunyai undang-
undang dasar sendiri serta pemerintahan sendiri tetapi karena suatu kepentingan (baik kepentingan
politik, ekonomi atau kepentingan lainnya) negara-negara tersebut kemudian menggabungkan diri
untuk membentuk suatu ikatan kerja sama yang efektif. ex: Malaysia
c. Negara Konfederasi
Negara konfederasi adalah persekutuan antar negara-negara yang berdaulat dan independen
yang karena kebutuhan tertentu mempersekutukan diri dalam organisasi kerja sama yang longgar/
d. Negara Superstruktural
Gabungan negara-negara yang ada di Eropa yg sifatnya sangat kuat
3. Sistem Pemerintahan
a. Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem pemerintahan presidensial adalah sistem pemerintahan yang menempatkan presiden
sebagai kepala negara (head of state) sekaligus kepala pemerintahan (head of government).
Dengan demikian kedudukan presiden menjadi sangat kuat. Negara yang menerapkan sistem
pemerintahan presidensial tidak mengenal jabatan kepala eksekutif di luar presiden.
Dalam sistem pemerintahan presidensial ada pemisahan yang tegas antara lembaga legislatif
(parlemen) dengan lembaga eksekutif dan lembaga yudikatif. Presiden adalah kepala negara yang
sekaligus kepala eksekutif. Presiden tidak dipilih oleh parlemen. Presiden dan parlemen sama-
sama dipilih langsung oleh rakyat melalui suatu pemilihan umum, oleh karena itu presiden tidak
bertanggung jawab kepada parlemen, dan dengan demikian presiden beserta kabinetnya
tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen. Sebaliknya Presiden juga tidak dapat membubarkan
parlemen.
dan tiga macam cara yang menyebabkan seseorang kehilangan kewarganegaraan yaitu:
a. Menanggalkan salah satu dari kewarganegaraan yang dimilikinya
b. Memperoleh kewarganegaraan negara lain
c. Penghentian paksa karena terbukti tidak setia atau berkhianat kepada negara dan konstitusi
5. Sistem Pemerintahan Indonesia
a. Periode 17 Agustus 1945-11 November 1945: Sistem Pemerintahan Quasi Presidensial
Menempatkan presiden sebagai kepala pemerintahan, ditentukan tunduk dan bertanggung
jawab kepada MPR sebagai lembaga permusyawaratan rakyat adalah sistem pemerintahan kuasi
presidensial/sistem.
Maksud dari peradilan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas negara
menegakkan hukum dan keadilan. Dengan demikian peradilan merupakan fungsi atau proses
untuk memberikan keadilan dalam rangka menegakkan hukum. Sebagai suatu proses, peradilan
harus terdiri dari unsur-unsur tertentu, yaitu:
a. Adanya aturan hukum yang abstrak yang mengikat umum yang dapat diterapkan pada suatu
persoalan;
b. Adanya suatu perselisihan hukum yang konkret;
c. Ada sekurang-kurangnya dua pihak; dan
d. Adanya suatu aparatur peradilan yang berwenang memutuskan perselisihan
sedangkan badan yang melakukan peradilan, yaitu yang memeriksa dan memutus sengketa-
sengketa hukum dan pelanggaran-pelanggaran hukum atau undang-undang adalah pengadilan.
Pada tahun 2005 terbit Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 01/ PMK/2005 tentang Kode Etik
Hakim Konstitusi. Selain itu, pada tahun 2009 terbit Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung
RI dan Ketua Komisi Yudisial RI No. 047/KMA/SKB./IV/2009 – No. 02/SKB/P. KY/IV/2009
tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
a. Mahkamah Konstitusi
MK diatur dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang
kemudian diubah dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut UU MK). MK
diberi kewenangan untuk melakukan pengujian atas peraturan pemerintah pengganti undang-
undang (perppu) terhadap undang-undang dasar. Kewenangan ini dinyatakan dalam Putusan MK
Nomor 138/PUU-VII/2009.
Sebagai konsekuensi dari kewenangan konstitusional yang dimilikinya, MK memiliki lima
fungsi yaitu sebagai pengawal konstitusi, penafsir konstitusi, pelindung hak konstitusi, pengawal
demokrasi, dan pelindung ham. Selain itu juga memiliki fungsi sebagai pengawal konstitusi.
b. Mahkamah Agung
MA diatur dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, dan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 14 Tahun 1985 (selanjutnya
disebut UU MA). MA adalah pengadilan negara tertinggi dari semua lingkungan peradilan
(peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara), yang dalam
melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain
Mahkamah Agung berwenang:
a. mengadili pada tingkat kasasi;
b. menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang (judicial review); dan
c. wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang
Selain tugas di bidang peradilan, MA dapat memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat
masalah hukum kepada lembaga negara dan lembaga pemerintahan
6. Komisi Yudisial
Dari ketentuan Pasal 24A ayat (3) dan Pasal 24B yang dimasukkan ke dalam Bab IX
Kekuasaan Kehakiman pada Perubahan Ketiga UUD 1945 dapat diketahui adanya sebuah lembaga
baru yang disebut Komisi Yudisial (KY). Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24B ayat (4) terbit
Undang-Undang No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 22 Tahun 2004
tentang Komisi Yudisial (UU KY). KY BUKAN PELAKU KEKUASAAN KEHAKIMAN,
TETAPI SEBAGAI PENGAWAS.
KY yang bersifat mandiri ini mempunyai wewenang:
(a) mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan; dan
(b) wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim.
Dalam melaksanakan wewenang tersebut, KY mempunyai tugas:
Selain itu, dalam melaksanakan wewenang berupa menegakkan kehormatan dan keluhuran
martabat serta menjaga perilaku hakim, KY mempunyai tugas:
1. melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim dalam rangka menegakkan kehormatan dan
keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim; dan
2. mengajukan usul penjatuhan sanksi terhadap hakim kepada pimpinan MA dan/atau MK.
Dalam melaksanakan pengawasan terhadap perilaku hakim dalam rangka menegakkan
kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim, KY: