Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

OLEH :

Nama : A.A Ngurah Jambe Amerta Pradnya

NPM : 202210121399

Kelas : BB2

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WARMADEWA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hukum administrasi Negara adalah mata kuliah yang membantu mahasiswa untuk
memahami sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara administrasi Negara
dengan warga masyarakat. Kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
antara administrasi Negara dengan warga masyarakat ini dimaksudkan sebagai peraturan-
peraturan yang memungkinkan administrasi Negara melakukan tindakan operasionalnya
atau dengan kata lain memberi wewenang administrasi Negara untuk mengatur
masyarakat. Dalam kaitannya dengan hal ini, harus diketahui siapa yang dimaksudkan
dengan administrasi Negara" dan mengapa tidak dipergunakan saja istilah pemerintahan.

Dalam istilah Hukum Administrasi Negara, maka komponen yang utama adalah
administrasi Negara. Karena HAN adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan
antara administrasi Negara dengan warga masyarakat, dimana administrasi Negara diberi
wewenang untuk melakukan tindakan hukumnya sebagai implementasi dari policy suatu
pemerintahan. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 menyebutkan: Tata
Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan baik pusat maupun di daerah.

Oleh karena itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu saja ditemukan taik ulur
antara kekuasaan, hukum, dan demokrasi yang bersumber pada keserakahan terhadap
kekuasaan, padahal keserakahan akan kekuasaan tersebut tidak saja dapat melanggar
prinsip-prinsip negara hukum, demokrasi, dan hak-hak asasi manusia, namun juga dapat
melanggar prinsip-prinsip hukum administrasi dan asas-asas umum pemerintahan yang
layak. Maka dari itu, salah satu aspek penting dan menarik adanya titik temu atau jalinan
antara sisi hukum demokrasi dan hukum administrasi.

Dari optik hukum administrasi, kiranya di era reformasi inilah seharusnya mulai
ditumbuhkan dan dikembangkan pemikiran-pemikiran tentang perlunya
merekonseptualiasi dan mereposisi serta merefungsionalisasi kedudukan hukum
administrasi dalam penyelenggaraan pemerintah yang layak, baik dipusat maupun di
daerah sehingga secara perlahan dan pasti diharapkan akan mengubah tatanan,
instrumentasi, dan orientasi kehidupan penyelenggaraan pemerintah. Dengan demikian
dikemudian hari tidak lagi ditemukan praktik penyelenggaraan pemerintahan yang tanpa
kontrol.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Saja Yang Menjadi Landasan Hukum Administrasi Negara?


2. Bagaimana Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui apa saja yang menjadi Landasan Hukum Administrasi Negara.
2. Untuk Mengetahui Hubungan Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata
Negara.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Hukum Administrasi Negara

2.1.1 Pengertian Negara Hukum (Rechstaat)

Dewasa ini, hampir semua negara menyebut dirinya Negara Hukum sehingga
adalah tidak popular lagi mengaku negaranya sebagai Negara totaliter atau
Negara kekuasaan. Sekalipun bentuk Negara itu adalah monarki konstitusional,
misalnya Britania Raya, Negara Belanda. Lalu apakah ciri suatu negara itu
memiliki hukum? Tentunya suatu selera dan keinginannya dan kemudian
pemerintah itu bertindak sesuai hukum yang telah dibuatnya sendiri dan yang
mengawasi adalah dirinya sendiri pula, apakah Negara itu dapat dikatakn
Negara hukum? Tentu saja hukum itu yang dimaksud dengan Negara Hukum.

Ada beberapa ciri Negara yang dapat disebut sebagai Negara Hukum. Ciri –
cirinya yaitu :

1. Supremacy of the law.

2. Equality before the law.

3. Constitution based on the human rights.

Menurut penjelasan UUD 1945, Negara Republik Indonesia adalah Negara yang
berdasarkan atas hukum ( rechstaat ), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (
machstaat ). Dengan pernyataan yang ada tertera pada penjelasan UUD 1945
itu dan melihat ciri pertama dari Negara Hukum, yaitu supremacy of the law,
hal ini berarti bahwa setiap tindakan administrasi Negara haruslah berdasarkan
hukum yang berlaku atau yang disebut asas legalitas. Namun, adanya asas
legalitas saja tidak cukup untuk menyebutkan suatu negara adalah Negara
Hukum ( Sundargo Gautama, 1974 ). Asas legalitas hanya merupakan satu
unsur dari Negara Hukum, selain itu masih perlu diperhatikan unsur-unsur
lainnya, seperti kesadaran hukum, perasaan keadilan dan perikemanusiaan,
baik dari rakyat maupun dari pemimpinnya ( Rochmat Soemitro, peradilan
Administrasi dalam Hukum Pajak di Indonesia, hal, 24 ). Hal yang terakhir ini
merupakan ciri kedua dan ketiga dari negara hukum, yaitu equality before the
law and constitution based on the human rights.

Untuk itu, dalam suatu Negara Hukum diperlukan asas perlindungan, artinya
dalam UUD ada ketentuan yang menjamin hak – hak asasi manusia. UUD
1945 memuat beberapa asas yang memberikan perlindungan tersebut, yaitu:

1. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (pasal 28)

2. Kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan (pasal 28)

3. Berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27)

4. Kemerdekan memeluk agama (pasal 29)


5. Berhak ikut mempertahankan Negara (pasal 30)

Dari uraian diatas itu dapat disimpulkan bahwa suatu Negara hukum yang
mempunyai ciri – ciri seperti yang disebutkan tadi dimuka, maka lagi Hukum
Administrasi Negara, hal itu berarti :

1. Adanya pembatasan kekuasaan Negara (asas legalitas)

2. Adanya pengakuan terhadap hak asasi

3. Adanya pengawasan terhadap tindakan penguasa.

Prins dan Scholten mengatakan bahwa Negara Hukum bukan diliat dari bentuk,
tapi isinya. Hal itu berarti:

1. Bagaimana kekusaan dijalankan.

2. Siapa yang mengawasinya. Kedua hal ini yang membedakannya dengan


Negara kekuasaan dan bila ingin mengetahui apakah suatu Negara itu adalah
Negara Hukum, maka yang harus diperhatikan adalah hukum Administrasinya.

2.1.2 Klasifikasi Negara Hukum

Negara hukum dapat dibedakan menjadi:

a. Negara hukum klasik

b. Negara hukum modern

2.1.3 Negara Hukum Klasik

Negara hukum disebut Negara hukum klasik karena hukum timbul pada saat
sesudah terjadinya reformasi terhadap Negara totaliter pada zaman
absolutisme, dimana semua kekuasaan Negara berada dalam satu tangan.
Artinya kekuasaan eksekutif (melaksanakan UU), kekuasaan legislatif
(membuat UU), dan kekuasaan yudikatif (pengawasan) berada pada satu
tangan, yaitu penguasa tunggal. Untuk menghindari hal itu, setelah terjad
revolusi, Monstesquieu sampai kepada doktrinnya yang terkenal, yakni doktrin
trias politica yang memisahkan secara mutlak ketiga kekuasaan yang disebut
tadi. Demi mencegah kekuasaan yang absolut itulah timbul Negara Hukum,
dimana dengan asas legalitasnya menyatakan bahwa penguasahanya dapat
bertindak atas dasar hukum yang berlaku. Oleh karena pada saat itu yang
berkuasa adalah aliran legisme yang menyatakan bahwa yang dinamakan
hukum adalah UU yang tertulis, maka hal itu berarti penguasa hanya dapat
bertindak berdasarkan UU yang mengaturnya terlebih dahulu dan penguasa
eksekutif hanya melaksanakan UU yang telah dibuat legislatif. Bila untuk
masalah itu belum ada UU yang mengaturnya, maka eksekutif tidak dapat
bertindak. Negara Hukum klasik ini disebut Negara Hukum sempit karena
eksekutif benar – benar terbatas tindakannya. Hal ini sesuai dengan zamannya,
karena pada ketika itu tujuan Negara hanyalah menjaga keamanan dan
ketertiban. Jadi, Negara tugasnya hanya memelihara keamanan rakyatnya
sehingga Negara Hukum yang demikian disebut pula Negara Penjaga malam
(nachtwakkerstaat). Akibatnya, Negara tidak aktif mengatur kehidupan
rakyatnya. Dengan demikian, Hukum Administrasi Negara dalam arti hukum
yang mengatur hubungan penguasa dan rakyat juga terbatas sekali.

2.1.4 Negara Hukum Modern

Dalam perkembangan zaman aliran legisme yang menganggap hukum adalah


undang – undang sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Tidak semua masalah
di dalam masyarakat terakomodir di dalam undang – undang. Bila timbul
masalah yang belum ada aturannya tertulis di dalam undang – undang, maka
pemerintah, baik eksekutif maupun yudikatif tidak dapat menyelesaikannya
(waterleiding arrest). Sehingga timbulah pergeseran sekitar tahun 1919 bahwa
melanggar hukum bukan hanya melanggar undang – undang, tapi juga
melanggar tata susila, kebiasaan, tata sopan santun yang berlaku dalam
masyarakat (CohenLindenbaum arrest). Demikian juga bagi hukum
Administrasi Negara, penguasa tidak mungkin lagi diikat oleh undang – undang
atau peraturan tertulis semata. Negara Hukum modern, tujuannya bukan
hanya menjaga keamanan, tapi disebut oleh Lemaire bestuurszorg atau
menyelenggarakan kesejahteraan umum oleh pemerintah Negara modern pun
disebut sebagai negara kesejahteraan atau welfare state.

2.1.5 Asas Legalitas

Dalam suatu Negara, terutama yang menyebut dirinya Negara Hukum, unsur yang
pertama dan terutama adalah asas legalitas. Asas legalitas berbunyi “suatu
perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuan
perundangperundangan pidana yang telah ada” pasal 1 ayat (1). Lalu apakah
artinya asas ini bagi Hukum Administrasi Negara?

Hukum Administrasi Negara dalam arti hukum yang mengatur hubungan antara
penguasa dan masyarakat berarti pula mengatur bagaimana penguasa bertindak
terhadap masyarakat. Dengan adanya asas legalitas sebagai unsur yang utama
dalam suatu Negara hukum maka hal itu berarti setiap tindakan Administrasi
Negara atau penguasa harus berdasarkan hukum yang berlaku, bila seorang
penguasa bertindak atas nama pemerintah untuk mengatur masyarakat, tentunya
harus mempunyai dasar hukum agar tindakannya tidak sewenang – wenang. Selai
itu agar wewenangnya juga dibatasi sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

Bagi Hukum Administrasi Negara, penerapan asas legalitas itu berarti setiap
tindakan dan perbuatan penguasa haruslah berdasarkan hukum yang berlaku.
Ketika aliran legisme berkuasa, dimana hukum diartikan hanya sebagai UU atau
peraturan tertulis, maka penguasa atau Administrasi Negara dapat bertindak
mengatur masyarakat bila ada dasar hukumnya yang tertulis. Berarti bila sudah
ada UU yang mengatur masalah tersebut yang dapat dipergunakan oleh penguasa
sebagai dasar hukum dari tindakannya. Hal ini sah saja selama administrasi Negara
tugasnya tidak banyak sesuai dengan tujuan Negara, hanya untuk menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat.

2.1.6 Kebebasan Bertindak Administrasi Negara

Dengan adanya bestuurszorg, menjadi tugas pemerintah suatu Negara hukum


modern membawa suatu konsekuensi khusus bagi Administrasi Negara atau
penguasa. Sebagaimana kita lihat dalam Negara yang terancam dalam pemukaan
UUD 1945 Alinea Keempat, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini juga
dipertegas dalam GBHN Tahun 1999-2004 melalui TAP MPR No.IV / MPR / 1999
bahwa penyelenggaraan Negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional
dalam segala aspek kehidupan bangsa, oleh penyelenggara Negara dan
pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang dilaksanakan secara berkelanjutan berlandaskan
kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.

Hal ini membawa akibat pemerintah banyak turut campur dalam kehidupan rakyat
yabg mendalam di semua sector. Campur tangan tersebut diatur oleh atau
didasarkan pada UU maupun peraturan pelaksanaan lainnya yang dilaksanakan
oleh Administrasi Negara. Untuk menjalankan tugas – tugas public secara proaktif,
maka bagi administrasi Negara ada konsekuensi khusus yang disebut
“kemerdekaan bertindak”, yaitu kemerdekaan untuk dapat bertindk atas inisiatif
sendiri, terutama dalam penyelesaian masalah – masalah yang timbul dalam
keadaan kegentingan memaksa dan yang peraturan penyelesainnya belum ada.
Artinya belum dibuat oleh pemerintah UU. Hal ini disebut Freies Ernessen.

Berbicara tentang kemerdekaan bertindak dari Administrasi Negara dalam teori


Hukum Administrasi Negara, dikenal tiga jenis kemerdekaan bertindak, yaitu :

A. Freies Ermessen

Freies Ermessen adalah kemerdekaan bertindak Administrasi Negara atau


pemerintah (eksekutif) untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam
keadaan kegentingan yang memaksa, dimana peraturan penyelesaian
untuk masalah ini belum ada.

B. Delegasi Perundang – Undangan

Delegasi perundang – undangan (delegasi van wetgeving) berarti


administrasi Negara diberi kekuasaan untuk membuat peraturan organik
pada undang – undang. Maksudnya, karena pembuat UU pusat tidak dapat
memperhatikan setiap masalah secara rinci yang timbul di seluruh wilayah
Negara, maka sesuai sifatnya suatu UU, pembuat UU pusat hanya
membuat peraturan secara garis besarnya saja. Jadi, berdasarkan delegasi
perundang – undangan, maka pemerintah atau administrasi Negara dapat
membuat peraturan pemerintah untuk menjalankan UU sebagaimana
mestinya (pasal 5 ayat 2 UUD 1945).

C. Droit Function

Droit function adalah kemerdekaan seseorang pejabat administrasi Negara


tidak berdasarkan delegasi yang tehas dalam menyelesaikan suatu
persoalan yang konkret. Kemerdekaan ini perlu agar administrasi Negara
dapat menjalankan pekerjaannya secara lancar, sesuai untuk memenuhi
kebutuhan masing – masing individu dan sekaligus mengoreksi hasil
pembuatan UU

2.2 Hubungan Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara

Menurut teori Residu, HAN adalah bagian dari HTN dalam arti luas. HAN merupakan
HTN dalam arti luas dikurangi dengan HTN dalam arti sempit (teori residu). Ada
dua golongan yang mempunyai pendapat tentang hubungan kedua bidang ilmu
hukum ini.

• Golongan Pertama
Golongan pertama yang berpendapat bahwa antara HAN dan HTN tidak terdapat
perbedaan yang hakiki atau tidak terdapat perbedaan yuridis yang prinsipiil. Pendapat ini
pada umumnya dianut oleh para sarjana hukum di Perancis, Inggris, Amerika Serikat dan
negara-negara sosialis. Prins berpendapat bahwa HTN mengenai hal yang pokok seperti
dasar susunan negara yang langsung mengenai setiap warga negara, sedangkan HAN
mengenai peraturan teknis. Di Indonesia yang menganut pendapat ini adalah Prajudiyang
berpendapat bahwa: tidak ada perbedaan-perbedaan yuridis prinsipiil antara HAN dan HTN.

HTN diartikan sebagai hukum konstitusi negara secara keseluruhan yang menyoroti hukum
dasar daripada negara secara keseluruhan sedangkan HAN: menitik beratkan perhatian kita
secara khas atau khusus kepada administrasi saja daripada negara. Jadi administrasi
merupakan salah satu bab yang terpenting dalam konstitusi negara disamping legislasi dan
yudikasi. Pada intinya Prajudi beranggapan bahwa HAN sebagai suatu pengkhususan atau
spesialisasi belaka dari salah satu bagian daripada HTN, yakni bagian hukum mengenai
administrasi daripada negara.

Menurut beliau yang membedakan HAN dan HTN adalah:


a. kesatuan obyek studi

b. metodologi pengkajian.

• Golongan Kedua
Golongan kedua yang mengatakan bahwa Terdapat perbedaan yang hakiki antara HAN dan
HTN. Pendapat ini banyak dianut di negara Belanda yang kemudian di ikuti oleh Sarjana
Hukum Indonesia. Para ahli hukum itu antara lain:

a. Oppenheim

HTN adalah: keseluruhan aturan-aturan hukum yang mengadakan alat-alat perlengkapan


negara dan mengatur kekuasaannya (negara dalam keadaan tidak bergerak). HAN adalah
sekumpulan peraturan hukum yang mengikat badan-badan negara baik yang tinggi
maupun yang rendah jika badan-badan itu mulai menggunakan wewenangnya yang
ditentukan dalam HTN (negara dalam keadaan bergerak).

b. Van Vollenhoven

Van Vollenhoven berpendapat. bahwa HTN berbicara tentang distribusi


kekuasaankekuasaan negara, sedangkan HAN adalah hukum mengenai pelaksanaan atau
penggunaan daripada kekuasaan-kekuasaan atau kewenangan-kewenangan tersebut.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa, HAN meliputi seluruh kegiatan negara dalam arti luas, jadi
tidak hanya terbatas pada tugas pemerintahan dalam arti sempit saja, tetapi juga meliputi
tugas peradilan, polisi dan tugas pembuat peraturan. Van Vollenhoven berpendapat bahwa,
badan-badan negara tanpa HTN itu bagaikan tanpa sayap, karena badan-badan itu tidak
mempunyai wewenang sehingga keadaannya tidak menentu Sebaliknya badan-badan
negara tanpa adanya HAN menjadi bebas tanpa batas, karena mereka dapat berbuat
menurut apa yang mereka inginkan.

c. Logeman

Menurut logemann, perbedaan antara HTN dan HAN adalah sebagai beñkut

1. persoonsleer yaitu yang mengenai persoon dalam arti hukum yang meliputi hak dan
kewajiban manusia, personifikasi, pertanggung-jawaban, lahir dan hilangnya hak dan
kewajiban tersebut, hak organisasi, batasan-batasan dan wewenang.
2. Gebiedsleer, yaitu yang menyangkut wilayah atau lingkungan dimana hukum itu berlaku
dan yang termasuk dalam lingkungan itu adalah waktu, tempat dan manusia atau kelompok
dan benda.
3. Hukum administrasi negara meliputi : ajaran mengenai hubungan hukum. HAN
mempelajari jenisnya, bentuk serta akibat hukum yang dilakukan oleh para pejabat dalam
melakukan tugasnya.
4. dalam melakukan tugasnya.

d. Vegting

Menurut Vegting, HTN dan HAN mempunyai lapangan pe nyelidikan yang sama, yang
membedakannya hanya dalam cara pendekatan yang digunakan. Cara pendekatan yang
dilakukan oleh HTN ialah untuk mengetahui organisasi dari negara, sera badan-badan lainnya,
sedangkan HAN menghendaki bagaimana caranya negara serta organ-organnya melakukan
tugasnya. Vegting berpendapat bahwa HTN mempunyai obyek penyelidikan hal-hal yang
pokok mengenai organisasi daripada negara, sedangkan bagi HAN obyek penyelidikannya
adalah mengenai peraturan-peraturan yang bersifat tertulis.

4. Sri Soemantri

Menurut Sri Soemantri Hubungan HTN dan HAN adalah sebagai berikut :

1. HTN mempelajari Negara dalam keadaan diam, HAN mempelajari negara dalam keadaan
bergerak
2. Kalau HTN dengan meminjam istilah kedokteran di ibaratkan anatomi, maka HAN
diibaratkan dengan fisiologi (ilmu faal)
3. HTN berkenaan dengan pembuatan kebijakan, HAN sebagai pelaksanaan kebijakan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Hukum Tata Negara pada pokoknya
mengatur pembagian kewenangan antara lembaga negra, termasuk lembaga
eksekutif. Sementara itu, Hukum Administrasi Negara mengatur cara kekuasaan
eksekutif melaksanakan fungsi dan kewenanangannya sehari-hari atau secara singkat
dapat dikatakan bahwa pembahasan Hukum Tata Negara berhenti pada saat
kewenangan yang diberikan oleh UUD diterima lembaga eksekutif. Sementara itu,
pembahasan Hukum Administrasi Negara dimulai pada saat kewenangan itu
dilaksanakan oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, Jum, 2012. Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu: Yogyakarta


Sukardja, Ahmad. 2012. Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Sinar
Grafika: Jakarta
https://id.scribd.com/document/431966802/Makalah-
HukumAdministrasi-Negara
https://www.studocu.com/id/document/universitas-
andalas/hukumadministrasi-negara/hubungan-hukum-administrasi-
negara-dan-hukumtata-negara/44072171
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-hukum-
administrasinegara/

Anda mungkin juga menyukai