Anda di halaman 1dari 15

KARYA ILMIAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
(Rule Of Law Dan Supremasi Hukum Di Indonesia)

Disusun Oleh:
Nama : Lidya Santi Margaretha
Nim : 119180010
Kelas : RD
Matakuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Dayu Perdana

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


2020/2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara hukum adalah negara yang menempatkan hukum pada tempat yang
tertinggi, yang meliputi perlindungan terhadap hak asasi manusia, pemisahan
kekuasaan, setiap tindakan pemerintah didasarkan pada peraturan perundang-
undangan, dan adanya peradilan yang berdiri sendiri. Negara dapat dikatakan
sebagai Negara Hukum (rule of law) bilamana superioritas hukum telah dijadikan
sebagai aturan main (fair play) dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara,
terutama dalam memelihara ketertiban dan perlindungan terhadap hak-hak
warganya.
Dalam Negara hukum menurut Jhon Lockce, warga masyarakat atau rakyat
tidak lagi diperintah oleh seorang raja atau apapun namanya, akan tetapi diperintah
berdasarkan hukum. Ide ini merupakan suatu isyarat bahwa bagi Negara hukum
mutlak adanya penghormatan terhadap supremasi hukum. Supremasi hukum hanya
akan berarti bila ada penegakan hukum, dan penegakan hukum hanya akan
mempunyai nilai evaluatif jika disertai dengan pemberlakuan hukum yang
responsif. Artinya superioritas hukum akan terjelma dengan suatu penegakan
hukum yang bersendikan dengan prinsip persamaan di hadapan hukum (equality
before the law) dengan dilandasi nilai dan rasa keadilan. Untuk dapatnya suatu
hukum berfungsi sebagai sarana penggerak, maka hukum harus dapat ditegakkan
dan untuk itu hukum harus diterima sebagai salah satu bagian dari system nilai
kemasyarakatan yang bermanfaat bagi warga masyarakat, sehingga keberlakuan
hukum benar-benar nyata pada rana empiris tanpa paksaan.
Penegakan hukum di suatu negara sangatlah penting, karena sangat pentingnya
hukum di suatu negara akan menciptakan masyarakat yang kondusif dan tenang
bagi warganya dan sekaligus warga akan sangat menghormati hukum itu sendiri.
Indonesia sendiri adalah negara hukum. Hal ini tertuang jelas dalam Pasal 1 ayat
(3) UUD 1945 Perubahan ketiga yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara
hukum”. UUD 1945 Sebagai konsekuensi dari Pasal 1 ayat (3) Amandemen ketiga
UUD 1945, 3 (tiga) prinsip dasar wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum, kesetaraan di hadapan hukum, dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum.
Simposium mengenai negara hukum Tahun 1966 di Jakarta, merumuskan sifat
dan ciri-ciri khas suatu negara hukum. Sifat negara hukum itu ialah bahwa alat
kelengkapannya hanya dapat bertindak menurut dan terikat kepada aturan-aturan
yang telah ditentukan lebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasakan
untuk mengadakan aturan itu atau singkatnya disebut prinsip rule of law.
Ciri-ciri khas bagi suatu negara hukum menurut simposium tersebut adalah:
1. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia, yang mengandung
persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
2. Peradilan yang bebas dan tidak memihak, serta tidak dipengaruhi oleh
kekuasaan atau kekuatan apapun juga.
3. Legalitas, dalam arti dalam semua bentuknya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada karya ilmiah saya adalah :
1. Apakah definisi Rule Of Law?
2. Apakah Latar belakang dari Rule Of Law?
3. Bagaimana perkembangan Rule Of Law?
4. Apakah penerapan Rule Of Law dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
secara tepat?
5. Apakah definisi Supremasi Hukum?
6. Apakah Tujuan Supremasi Hukum?
7. Apakah Fungsi Supremasi Hukum?
8. Bagaimana Pelaksanaan Supremasi Hukum Indonesia?
9. Bagaimana Hubungan antara Supremasi Hukum, HAM, dan Demokrasi?

1.3 Manfaat Penelitian


1. Untuk mengetahui definisi Rule Of Law
2. Untuk mengetahui latar belakang Rule Of Law
3. Untuk mengetahui perkembangan Rule Of Law
4. Untuk mengetahui penerapan Rule Of Law
5. Untuk mengetahui definisi Supremasi Hukum
6. Untuk mengetahui tujuan Supremasi Hukum
7. Untuk mengetahui fungsi Supremasi Hukum
8. Untuk mengetahui pelaksanaan Supremasi Hukum Indonesia
9. Untuk mengetahui hubungan antara Supremasi Hukum, HAM, dan
Demokrasi

1.4 Batasan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka ruang lingkup pembahasan karya
ilmiah ini meliputi ; pengertian, tujuan, fungsi, pelaksanaan, hubungan, dan
perkembangan Supremasi Hukum dan Rule Of Law yang ada di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Negara Hukum


Istilah negara hukum merupakan terjemahan dari istilah “rechtsstaat”.
10
Istilah lain yang digunakan dalam alam hukum Indonesia adalah the rule of
law,
yang juga digunakan untuk maksud “negara hukum”. Notohamidjojo
menggunakan kata-kata “...maka timbul juga istilah negara hukum atau
rechtsstaat.”11 Djokosoetono mengatakan bahwa “negara hukum yang
demokratis
sesungguhnya istilah ini adalah salah, sebab kalau kita hilangkan
democratische
rechtsstaat, yang penting dan primair adalah rechtsstaat.”12
Sementara itu, Muhammad Yamin menggunakan kata negara hukum sama
dengan rechtsstaat atau government of law, sebagaimana kutipan pendapat
berikut ini:
“polisi atau negara militer, tempat polisi dan prajurit memegang
pemerintah dan keadilan, bukanlah pula negara Republik Indonesia ialah
negara hukum (rechtsstaat, government of law) tempat keadilan yang
tertulis berlaku, bukanlah negara kekuasaan (machtsstaat) tempat tenaga
senjata dan kekuatan badan melakukan sewenang-wenang.”(kursif-
penulis).”
tersebut, kesemuanya bertujuan untuk mengendalikan negara atau pemerintah
dari
kemungkinan bertindak sewenang-wenang, tirani, atau penyalahgunaan
kekuasaan.
Pada zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropa Kontinental
dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl,
Fichte,
dan lain-lain dengan menggunakan istilah Jerman, yaitu “rechtsstaat‟.
Sedangkan
dalam tradisi Anglo Amerika, konsep Negara hukum dikembangkan atas
kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan “The Rule of Law”. Menurut Julius
Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah „rechtsstaat‟ itu
mencakup empat elemen penting, yaitu:
1. Perlindungan hak asasi manusia.
2. Pembagian kekuasaan.
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang.
4. Peradilan tata usaha Negara.
Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap
Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu:
1. Supremacy of Law.
2. Equality before the law.
3. Due Process of Law.
Keempat prinsip „rechtsstaat‟ yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di
atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip „Rule of Law‟
yang
dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum
moderndi zaman sekarang. Bahkan, oleh “The International Commission of Jurist”,
prinsip-prinsip Negara Hukum itu ditambah lagi dengan prinsip peradilan
bebas
dan tidak memihak (independence and impartiality of judiciary) yang di zaman
sekarang makin dirasakan mutlak diperlukan dalam setiap negara demokrasi.
Prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum menurut “The
International Commission of Jurists” itu adalah:
1. Negara harus tunduk pada hukum.
2. Pemerintah menghormati hak-hak individu.
3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Profesor Utrecht membedakan antara Negara hukum formil atau
Negara hukum klasik, dan negara hukum materiel atau Negara hukum
modern15
.
Negara hukum formil menyangkut pengertian hukum yang bersifat formil dan
sempit, yaitu dalam arti peraturan perundang-undangan tertulis. Sedangkan
yang
kedua, yaitu Negara Hukum Materiel yang lebih mutakhir mencakup pula
pengertian keadilan di dalamnya. Karena itu, Wolfgang Friedman dalam
bukunya
„Law in a Changing Society‟ membedakan antara „rule of law‟ dalam arti
formil
yaitu dalam arti „organized public power‟, dan „rule of law‟ dalam arti
materiel
yaitu „the rule of just law‟.
Pembedaan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa dalam
konsepsi negara hukum itu, keadilan tidak serta-merta akan terwujud secara
substantif, terutama karena pengertian orang mengenai hukum itu sendiri dapat
dipengaruhi oleh aliran pengertian hukum formil dan dapat pula dipengaruhi oleh
aliran pikiran hukum materiel. Jika hukum dipahami secara kaku dan sempit
dalam arti peraturan perundang-undangan semata, niscaya pengertian negara
hukum yang dikembangkan juga bersifat sempit dan terbatas serta belum tentu
menjamin keadilan substantive. Karena itu, di samping istilah „the rule of law‟
oleh Friedman juga dikembangikan istilah „the rule of just law‟ untuk
memastikan bahwa dalam pengertian kita tentang „the rule of law‟ tercakup
pengertian keadilan yang lebih esensiel daripada sekedar memfungsikan
peraturan perundang-undangan dalam arti sempit. Kalaupun istilah yang
digunakan tetap „the rule of law‟, pengertian yang bersifat luas itulah yang
diharapkan dicakup dalam istilah „the rule of law‟ yang digunakan untuk
menyebut konsepsi tentang Negara hukum di zaman sekarang.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, terdapat dua-belas prinsip pokok
Negara Hukum (Rechtsstaat) yang berlaku di zaman sekarang. Kedua-belas
prinsip pokok tersebut merupakan pilar-pilar utama yang menyangga berdiri
tegaknya satu negara modern sehingga dapat disebut sebagai Negara Hukum
(The Rule of Law, ataupun Rechtsstaat) dalam arti yang sebenarnya.
Adapun prinsip-prinsip dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law); Adanya pengakuan normatif dan
empirik akan prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah
diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi.
2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law); Adanya persamaan
kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang diakui secara
normative dan dilaksanakan secara empirik.
3. Asas Legalitas (Due Process of Law); Dalam setiap Negara Hukum,
dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala bentuknya (due
process of law), yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan
atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis.
4. Pembatasan Kekuasaan; Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-
organ Negara dengan cara menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara
vertikal atau pemisahan kekuasaan secara horizontal.
5. Organ-Organ Eksekutif Independen; Dalam rangka membatasi kekuasaan
itu,
di zaman sekarang berkembang pula adanya pengaturan kelembagaan
pemerintahan yang bersifat „independent‟, seperti bank sentral, organisasi
tentara, organisasi kepolisian dan kejaksaan. Selain itu, ada pula lembaga-
lembaga baru seperti Komisi Hak Asasi Manusia, Komisi Pemilihan Umum,
lembaga Ombudsman, Komisi Penyiaran, dan lain sebagainya. Lembaga,
badan atau organisasi-organisasi ini sebelumnya dianggap sepenuhnya berada
dalam kekuasaan eksekutif, tetapi sekarang berkembang menjadi independen
sehingga tidak lagi sepenuhnya merupakan hak mutlak seorang kepalaeksekutif
untuk menentukan pengangkatan ataupun pemberhentian
pimpinannya. Independensi lembaga atau organ-organ tersebut dianggap
penting untuk menjamin demokrasi, karena fungsinya dapat disalahgunakan
oleh pemerintah untuk melanggengkan kekuasaan.
6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak; Adanya peradilan yang bebas dan
tidak
memihak (independent and impartial judiciary). Peradilan bebas dan tidak
memihak ini mutlak harus ada dalam setiap Negara Hukum. Dalam
menjalankan tugas judisialnya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun
juga, baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan uang
(ekonomi).
7. Peradilan Tata Usaha Negara; Meskipun peradilan tata usaha negara juga
menyangkut prinsip peradilan bebas dan tidak memihak, tetapi
penyebutannya secara khusus sebagai pilar utama Negara Hukum tetap perlu
ditegaskan tersendiri. Dalam setiap Negara Hukum, harus terbuka
kesempatan bagi tiap-tiap warga negara untuk menggugat keputusan pejabat
administrasi Negara dan dijalankannya putusan hakim tata usaha negara
(administrative court) oleh pejabat administrasi negara.
8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court); Di samping adanya
pengadilan
tata usaha negara yang diharapkan memberikan jaminan tegaknya keadilan
bagi tiap-tiap warga negara, Negara Hukum modern juga lazim
mengadopsikan gagasan pembentukan mahkamah konstitusi dalam sistem
ketatanegaraannya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 DEFINISI KONSTITUSI DAN RULE OF LAW


Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constituer (Pransis), constitution (Inggris), constitutle
(Belanda) yang berarti membentuk, menyusun dan menyatakan.Dalam konteks
ketatanegaraan, konstitusi di masukan sebagai pembentukan suatu negara, atau
menyusun dan menyatakan sebuah negara.Konstitusi juga bisa berarti peraturan
dasar (awal) mengenai pembentukan suatu negara. Dalam bahasa indonesia,
konstitusi dikenal dengan sebutan Undang-undang Dasar (UUD).
Keduanya memang tidak berarti sama. UUD hanyalah sebatas hukum dasar yang
tertulis, sedangkan konstitusi disamping memuat hukum dasar yang tertulis, juga
mencakup hukum dasar yang tidak tertulis. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis,
melainkan juga bersifat sosiologis dan politis.Sedangkan undang-undang dasar
hanya merupakan sebagian dari pengertian konstitusi, yaitu konstitusi yang tertulis.
Istilah konstitusi menurut Chairul Anwar adalah fundamentallaws tentang
pemerintahan suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya.Sementara menurut Sri
Soemantri, konstitusi berarti suatu naskah yang membuat suatu bangunan negara
dan sendi-sendi sistem pemerintahan negara.Dari dua pengertian bisa dikatakan
bahwa konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi
yang diperlukan untuk berdirinya sebuah negara.
Pengertian Rule of Law
Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua yaitu:
Pertama, pengertian secara formal (in the formal sence) diartikan sebagai
kekuasaan umum yang terorganisasi (organized public power), misalnya negara.
Kedua, secara hakiki/materiil (ideological sense), lebih menekankan pada cara
penegakannya karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and
unjust law). Rule of law terkait erat dengan keadilan sehingga harus menjamin
keadilan yang dirasakan oleh masyarakat. Rule of law mengandung gagasan bahwa
keadilan dapat dilayani melalui pembuatan system peraturan dan prosedur yang
objektif, tidak memihak, tidak personal dan otonom.
Menurut T.D.Weldon, pengertian mengenai Negara yang menganut paham the rule
of lawyang berarti Negara tersebut tidak hanya memiliki suatu peradilan yang
sempurna diatas kertas saja, akan tetapi ada atau tidaknya the rule of lawdalam
suatu Negara tergantung daripada kenyataan apakah rakyatnya benar-benar dapat
menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik dari sesama warga
negaranya, maupun dari pemerintahnya. Secara umum, hukum adalah kumpulan
aturan-aturan yang ditetapkan Negara yang dikenakan sanksi atau konsekuensi.
Yang dominan adalah konsep “Rule of Law” mengatakan apa -apa tentang “
justness” dari hukum itu sendiri, tetapi hanya bagaimana sistem hukum beroperasi.
Negara demokrasi pada dasarnya adalah Negara hukum.
Secara formal, Rule of Lawdiartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi
(organized public power), misalnya negara. Sedangkan secara hakiki, Rule of Law
terkait dengan penegakan Rule of Law, karena menyangkut ukuran hukum yang
baik dan buruk (just and unjust law).

3.2 LATAR BELAKANG RULE OF LAW


Adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke- 19, bersamaan
dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Rule of Law lahir sejalan
dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran palemen dalam
penyelenggaraan Negara dan sebagai reaksi terhadap negara absolut yang
berkembang sebelumnya.
Rule of law merupakan konsep tentang Common law di mana segenap lapisan
masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun di atas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of
law adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Ia lahir dengan mengambil
alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat dan kerajaan, menggeser negara
kerajaan dan memunculkan negara konstitusi yang pada gilirannya melahirkan
doktrin rule of law.
Latar belakang Rule of law
adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke- 19, bersamaan
dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Rule of Law lahir sejalan
dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran palemen dalam
penyelenggaraan Negara dan sebagai reaksi terhadap negara absolut yang
berkembang sebelumnya.
Rule of law merupakan konsep tentang Common law di mana segenap lapisan
masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun di atas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of
law adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Ia lahir dengan mengambil
alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat dan kerajaan, menggeser negara
kerajaan dan memunculkan negara konstitusi yang pada gilirannya melahirkan
doktrin rule of law.
3.3 LATAR BELAKANG RULE OF LAW
Latar belakang Rule of law
adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke- 19, bersamaan
dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Rule of Law lahir sejalan
dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran palemen dalam
penyelenggaraan Negara dan sebagai reaksi terhadap negara absolut yang
berkembang sebelumnya.
Rule of law merupakan konsep tentang Common law di mana segenap lapisan
masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun di atas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of
law adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Ia lahir dengan mengambil
alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat dan kerajaan, menggeser negara
kerajaan dan memunculkan negara konstitusi yang pada gilirannya melahirkan
doktrin rule of law.
3.4 PERKEMBANGAN RULE OF LAW
Latar belakang Rule of law
adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke- 19, bersamaan
dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Rule of Law lahir sejalan
dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran palemen dalam
penyelenggaraan Negara dan sebagai reaksi terhadap negara absolut yang
berkembang sebelumnya.
Rule of law merupakan konsep tentang Common law di mana segenap lapisan
masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun di atas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of
law adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Ia lahir dengan mengambil
alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat dan kerajaan, menggeser negara
kerajaan dan memunculkan negara konstitusi yang pada gilirannya melahirkan
doktrin rule of law.

3.5 DEFINISI SUPREMASI HUKUM


Istilah supremasi hukum juga dikenal dengan istilah “the rule of law” yang
diartikan sebagai pemerintah oleh hukum, bukan oleh manusia, bukan hukumnya
yang memerintah, karena hukum itu hanyalah keadah atau pedoman dan sekaligus
sarana atau alat, tetapi ada manusia yang harus menjalankannya secara konsisten
berdasarkan hukum, dan tidak sekehendak atau sewenang-wenang. Hukum itu
diciptakan atau direkayasa oleh manusia, terutama hukum tertulis. Setelah hukum
itu tercipta maka manusia harus tunduk pada hukum. Hukum harus mempunyai
kekuasaan tertinggi demi kepentingan manusia itu sendiri, tetapi sebaliknya
manusia tidak boleh diperbudak oleh hukum. “Governance not by man but by law”
berarti bahwa tindakan-tindakan resmi (pemerintah) pada tingkat teratas sekalipun
harus tunduk pada peraturan-peraturan hukum. Jadi, supremasi hukum atau rule of
law merupakan konsep yang menjadi tanggungjawab ahli hukum untuk
melaksanakan dan yang harus dikerjakan tidak hanya melindungi dan
mengembangkan hak-hak perdata dan politik perorangan dalam masyarakat bebas,
tetapi untuk menyelenggarakan dan membina kondisi sosial, ekonomi, pendidikan,
dan kultural yang dapat mewujudkan aspirasi rakyat. Supremasi hukum atau Rule
of law dimaksudkan bahwa hukumlah yang berkuasa. Pengekangan kekuasaan
oleh hukum merupakan unsur esensial yang kebal terhadap kecaman.
Dalam tradisi liberal dikatakan bahwa kebebasan sipil dan hak-hak sipil (yang
mencakup kebebasan berpikir dan berpendapat, kebebasan berkumpul dan
berserikat, kebebasan beragama, serta kebebasan pers) akan sangat sulit
diwujudkan jika hukum di sebuah negara tidak diberlakukan secara tegas dan pada
semua orang, termasuk pejabat pemerintah. Dengan kata lain, supremasi hukum
(rule of law) merupakan unsur utama yang mendasari terciptanya masyarakat yang
demokratis dan adil.
Masyarakat kita yang dewasa ini sedang mengalami dekadensi dan disintegrasi
dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga menuntut adanya reorientasi dalam
pembinaan dan pengembangan hukum, tidak saja bila diinginkan agar hukum
memiliki supremasinya.

3.6 FUNGSI SUPREMASI HUKUM


Supremasi hukum yang dicita-citakan dalam suatu
negara hukum mempunyaifungsi : untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan
sosial yang meliputi seluruh aspek kehidupan, oleh karenanya hukum harus
dijunjung tinggi oleh semua orang agar tercipta kehidupan yang adil bagi seluruh
anggota masyarakat.

3.7 PELAKSANAAN SUPREMASI HUKUM DI INDONESIA

Masyarakat kita yang dewasa ini sedang mengalami dekadensi dan disintegrasi
dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga menuntut adanya reorientasi dalam
pembinaan dan pengembangan hukum, tidak saja bila diinginkan agar hukum
memiliki supremasinya.

Oleh karena itu, dalam penegakkan Supremasi Hukum memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :

1.  Hukum harus dapat berperan sebagai panglima. Ini berarti dalam kehidupan
bernegara dan bermasyarakat Law Enforcement harus dapat diwujudkan dalam
Law Enforcement ini tidak ada kamus kebal hukum.

2.  Hukum harus dapat berfungsi sebagai Center Of Action. Semua perbuatan


hukum, baik yang dilakukan oleh penguasa maupun individu harus dapat
dikembalikan kepada hukum yang berlaku. Hukum harus mampu berperan sebagai
sentral, bukan hanya sebagai instrumental yang fungsinya melegitimasi semua
kebijakan pemerintah.

3.  Berlakunya asas semua orang didepan hukum (Equalty Before The Law). Untuk
menegakkan Supremasi Hukum dengan ciri-ciri tersebut diperlukan pilar-pilar
penyangganya. Semakin kokoh pilar-pilar ini semakin tegak Supremasi Hukum,
dan sebaliknya semakin lemah pilar-pilar tersebut semakin rapuh Supremasi
Hukum. (F. Sugeng Istanto)
Penegakan hukum (law enforcement) adalah sebuah masalah yang hampir di
hadapi oleh setiap negara di dunia, khususnya bagi negara-negara berkembang
seperti Indonesia yang mempunyai banyak permasalahan hukum baik
kualifikasinya maupun modus operasinya. Hukum pada hakekatnya sebagai sarana
untuk mencapai apa yang dinamakan keadilan.

3.8 HUBUNGAN ANTARA SUPREMASI HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI


Hubungan supremasi hukum,demokrasi, dan HAM adalah hubunganyang tidak
dapat terpisahkan. Supremasi hukum dapat tercipta jika hukumdilaksanakan
dengan berdasar pada keadilan. ... Dengan adanya demokrasi, maka Hak Asasi
Manusia pun akan dijunjung sebagai wujud negarademokrasi yang tertib hukum.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dalam bahasa indonesia, konstitusi dikenal dengan sebutan Undang-undang
Dasar (UUD).
2. Friedmanmembedakan Rule of Law menjadi dua yaitu secara formal dan
secara hakiki/materiil.
3. Latar belakang Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul
pada abad ke- 19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia
lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran palemen
dalam penyelenggaraan Negara dan sebagai reaksi terhadap negara absolut yang
berkembang sebelumnya
4. Institusi Legislasi Institusi (lembaga) yang bertugas untuk membuat
konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang ada dibawahnya adalah
meliputi dua institusi, yaitu: Badan Legislatif (DPR) dan Badan Eksekutif
(presiden).
5. Pembuatan Rule of Law Yaitu;
a. Diawali oleh adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan
pemerintahan Negara.
b. Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi Konstitusional.
c. Perumusan yuridis dari Demokrasi Konstitusional adalah konsepsi negara
hokum.

B. SARAN
Sebaiknya baik para pelaku penegak hukum yg berwenang maupun masyarakat
biasa lebih mentaati penegakan hukum yg ada dan memberlakukannya secara adil
agar tidak terjadi penyimpangan atas hukum" yg berlaku"dan semoga karya ilmiah
ini bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djamali, Abdul. 1984. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta : Rajawali Press.


2. Hadisoeprapto, Hartomo. 1999. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Yogyakarta :
Liberty.
3. Kansil,C.S.T. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.
4. Tutik, Titik Triwulan. 2006. Pengantar Iilmu Hukum. Jakarta : Prestasi
Pustakarya.
5. Samidjo. Sahal, A.1986. Tanya Jawab Pengantar Ilmu Hukum. Bandung :
Armico.
6. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/demokrasi-indonesia-
yangberhubungan-dengan-rule-of-law/
7. http://www.portalhukum.com/index.php?name=News&file=article&sid=36
8. https://www.slideshare.net/mobile/indanamgrangerkitty/kimia-organik-
36224479

Anda mungkin juga menyukai