Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule of Law.
Rule of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari
gagasan kostitusionalisme. Dalam arti sederhana rule of Law diartikan oleh Thomas
Paine sebagai tidak ada satu pun yang berada di atas hukum dan hukumlah yang
berkuasa. Oleh karena itu, konstitusi dan negara (hukum) merupakan dua lembaga
yang tidak terpisahkan.
Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi
(supreme) sehingga ada istilah supremasi hukum. Supremasi hukum harus tidak
boleh mengabaikan tiga dasar hukum, yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian.
Oleh karenanya negar dalam melaksakan hukum harus memperhatikan tiga hal
tersebut. Dengan demikian hukum tidak hanya sekedar formalitas atau prosedur
belaka darikekuasaan. Apabila negara berdasarkan hukum maka pemerintahan
negara itu harus berdasar atas suatu konstitusi atau undang-undang dasar sebagai
landasan penyelenggaraan pemerintahan. Konstitusi negara merupakan sarana
pemersatu bangsa. Hubungan antar warga negara dengan negara, hubungan anatar
lembaga negar dan kinerja masing-masing elemen kekuasaan berada pada satu sistem
aturan yang disepakati dan dijunjung tinggi.
Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah negara hukum formil atau negar
hukum dalam arti sempit. Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa negara
hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule of Law. Istilah
Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum Eropa Kontinental sedang istilah Rule of
Law diberikan oleh para ahli hukum Anglo Saxon.
Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-
ciri Rechtsstaat sebagai berikut.
Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberikan ciri-ciri Rule
of Law sebagai berikut.
Ciri-ciri Rechtstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep negara
hukum formil atau negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian di atas terlihat
bahwa peranan pemerintah hanya sedikit, karena ada dalil bahwa pemerintah yang
sedikit adalah pemerintah yang baik.
Di samping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai
pendapat mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Montesquieu, negara yang paling baik ialah negara hukum, sebab di dalam
konstitusi di banyak negara terkandung tiga inti pokok, yaitu
1. Perlindungan HAM
2. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara, dan
3. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ negara.
Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri-ciri khas negara hukum,
yaitu
Menurut Prof. DR. Sudargo Gautama, SH. mengemukakan 3 ciri-ciri atau unsur-
unsur dari negara hukum, yakni:
c. Pemisahan Kekuasaan
Agar hak-hak azasi itu betul-betul terlindung adalah dengan pemisahan kekuasaan
yaitu badan yang membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan dan
mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan.
Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH ada dua belas ciri penting dari negara
hukum diantaranya adalah : supremasi hukum, persamaan dalam hukum, asas
legalitas, pembatasan kekuasaan, organ eksekutif yang independent, peradilan bebas
dan tidak memihak. peradilan tata usaha negara, peradilan tata negara, perlindungan
hak asasi manusia, bersifat demokratis, sarana untuk mewujudkan tujuan negara, dan
transparansi dan kontrol sosial.
Seperti kita ketahui bahwa masalah negara hukum pada hakikatnya tidak lain
daripada persoalan tentang kekuasaan. Ada dua sentra kekuasaan. Di satu pihak
terdapat negara dengan kekuasaan yang menjadi syarat mutlak untuk dapat
memerintah. Di lain pihak nampak rakyat yang diperintah segan melepaskan segala
kekuasaannya. Kita menyaksikan bahwa apabila penguasa di suatu negara hanya
bertujuan untuk memperoleh kekuasaan sebesar-besarnya tanpa menghiraukan
kebebasan rakyatnya, maka lenyaplah negara hukum. Dengan demikian nyatalah
betapa penting tujuan suatu negara dalam kaitannya dengan persoalan kita.
Menurut Van Apeldoorn tujuan hukum ialah mengatur tata tertib masyarakat secara
damai dan adil. Perdamaian diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan
melindungi kepentingan-kepentingan manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan,
jiwa, harta dan sebagainya terhadap yang merugikannya. Kepentingan dari
perorangan dan kepentingan golongan manusia selalu bertentangan satu sama lain.
Pertentangan kepentingan selalu menyebabkan pertikaian. Bahkan peperangan antara
semua orang melawan semua orang, jika hukum tidak bertindak sebagai perantara
untuk mempertahankan kedamaian. Hukum mempertahankan perdamaian dengan
menimbang kepentingan yang bertentangan secara teliti dan mengadakan
keseimbangan diantaranya karena hukum hanya dapat mencapai tujuan (mengatur
pergaulan hidup secara damai) jika ia menuju peraturan yang adil. Artinya, peraturan
yang mengandung keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang dilindungi
sehingga setiap orang memperoleh sebanyak mungkin yang menjadi bagiannya.
Menurut Montesqueu, negara yang paling baik ialah negara hukum, sebab di dalam
konstitusi di banyak negara mempunyai tiga inti pokok yaitu:
1. Perlindungan HAM
2. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara
3. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ negara.