Anda di halaman 1dari 6

Nama : Bahrun Floando Hutagalung

NIM : 201710110311007

Kelas : Hukum Tata Negara (A)

NEGARA HUKUM

Negara hukum adalah negara berdasarkan atas hukum dan keadilan bagi warganya.
Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan negara atau
dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan mencerminkan keadilan bagi
pergaulan hidup warganya.

Pemikiran negara hukum di mulai sejak Plato dengan konsepnya “bahwa


penyelenggaraan negara yang baik adalah yang didasarkan pada pengaturan (hukum) yang
baik yang disebut dengan istilah nomoi”. Kemudian ide tentang negara hukum popular pada
abad ke-17 sebagai akibat dari situasi politik di Eropa yang didominasi oleh absolutisme.
Dalam perkembangannya, paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari paham
kerakyatan. Sebab pada akhirnya, hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan negara
atau pemerintah diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar kekuasaan dan kedaulatan
rakyat. Dalam kaitannya dengan negara hukum, kedaulatan rakyat merupakan unsur material
negara hukum, di samping masalah kesejahteraan rakyat.

Salah satu asas penting negara hukum adalah asas legalitas. Asas legalitas berkaitan
erat dengan gagasan demokrasi dan gagasan negara hukum. Gagasan demokrasi menuntut
agar setiap bentuk Undang-undang dan berbagai keputusan mendapatkan persetujuan dari
wakil rakyat dan sebanyak mungkin memperhatikan kepentingan rakyat. Gagasan negara
hukum menuntut agar penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintah harus didasarkan pada
Undang- undang dan memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar rakyat yang tertuang
dalam Undang-undang. Menurut Sjachran Basah, asas legalitas berarti upaya mewujudkan
duet integral secara harmonis antara paham kedaulatan hukum dan paham kedaulatan rakyat
berdasarkan prinsip monodualitas selaku pilar-pilar, yang sifat hakikatnya konstitutif.
Penerapan asas legalitas, menurut Indroharto, akan menunjang berlakunya kepastian hukum
dan berlakunya kesamaan perlakuan.
Lembaga negara adalah alat perlengkapan negara sebagaimana dimaksudkan oleh
Undang-undang Dasar 1945, yaitu :

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
4. Presiden dan Wakil Presiden
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
6. Mahkamah Agung (MA)
7. Mahkamah Konstitusi (MK)
8. Komisi Yudisial (KY)

Jadi lembaga-lembaga tinggi negara itu menurut Undang-undang Dasar 1945 adalah
untuk menampung kekuasaan agar bisa dilaksanakan, yang sebenarnya merupakan kekuasaan
majelis permusyawaratan rakyat atau di sebut juga dengan MPR; MPR sendiri menerima
kekuasaan itu dari rakyat. sebenarnya merupakan kekuasaan majelis permusyawaratan rakyat
atau di sebut juga dengan MPR; MPR sendiri menerima kekuasaan itu dari rakyat.

A. Pengertian Negara Hukum

Negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan
kepada warga negaranya yang mana keadilan tersebut merupakan syarat bagi tercapainya
kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sifat keadilan itu perlu diajarkan rasa susila
kepada setiap manusia agar dapat membuat warganegara suatu bangsa menjadi baik.

Negara Hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan
atas dasar hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur dalam negara hukum, yaitu pertama:
hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan
melainkan berdasarkan suatu norma objektif, yang juga mengikat pihak yang memerintah;
kedua: norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal,
melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan idea hukum.
Hukum menjadi landasan tindakan setiap negara. Ada empat alasan mengapa negara
menyelenggarakan dan menjalankan tugasnya berdasarkan hukum:

1. Demi kepastian hukum


2. Tuntutan perlakuan yang sama
3. Legitimasi demokrasi
4. Tuntutan akal budi

Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya sejauh


berdasarkan hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum itu. Dalam
negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai dengan kebenaran.
Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan kebenaran, maka semua pihak berhak atas
pembelaan atau bantuan hukum.

B. Eropa Kontinental dan Anglo Saxon

Cara paling baik untuk membatasi kekuasaan absolut adalah melalui hukum.
Pengertian negara hukum sebenarnya sudah sejak lama ada. Dalam kepustakaan Yunani
Kuno sudah disinggung tipe negara yang ideal yang dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles.
Dalam filsafatnya, keduanya menyinggung angan-angan (cita-cita) manusia yang
berkorespondensi dengan dunia yang mutlak yang disebut :

a. Cita-cita untuk mengejar kebenaran (idee der warheid)


b. Cita-cita untuk mengejar kesusilaan (idee der zodelijkheid)
c. Cita-cita untuk mengejar keindahan (idee der schonheid)
d. Cita-cita untuk mengejar keadilan (idee der gerechtigheid)

Aristoteles merumuskan negara sebagai negara hukum yang di dalamnya terdapat


sejumlah warga negara yang ikut serta dalam permusyawaratan negara (ecclesia). Yang
dimaksud dengan negara hukum menurut Aristoteles adalah negara yang berdiri di atas
hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi
tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negara dan sebagai dasar dari keadilan itu perlu
diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik.
1. Negara Hukum Menurut Eropa Kontinental

Dipelopori oleh Immanuel Kant. Pada masa Kant ini yang berpengaruh di Eropa
adalah paham “laissez faire laissz aller” yang artinya biarlah setiap anggota masyarakat
menyelenggarakan sendiri kemakmurannya, jangan negara ikut campur tangan. Tujuan
negara hukum menurut Kant adalah menjamin kedudukan hukum dari individu-individu
dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, maka menurut Kant nagara harus
mengadakan pemisahan kekuasaan yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama
tinggi dan sama rendah, tidak boleh saling mempengaruhi dan tidak boleh campur tangan
satu sama lain. Pendapat Kant ini dipengaruhi oleh pendapat J.J. Rousseuau. Menurut Kant,
untuk dapat disebut sebagai negara hukum harus memiliki dua unsur pokok, yaitu :

a. Adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.


b. Adanya pemisahan kekuasaan dalam negara.

Dalam perkembangan selanjutnya negara hukum sebagai paham liberal berubah ke


negara hukum yang menyelenggarakan kesejahteraan rakyat. Menurut Stahal, untuk
mencapai suatu kesejahteraan rakyat, unsur dari negara hukum menurut Kant tersebut
tidaklah cukup. Oleh karenanya Stahal menambahkan dua unsur pokok yang dibutuhkan oleh
negara hukum, yaitu :

1) Setiap tindakan negara harus berdasarkan undang-undang yang dibuat terlebih dahulu.
Untuk dapat menyelenggarakan kepentingan rakyat, negara harus bertindak sesuai dengan
undang-undang, untuk itu perlu diadakannya undang-undang sebagai dasar tindakan dari
negara tersebut.
2) Peradilan Administrasi untuk menyelesaikan persilihan tersebut. Peradilan administrasi
dibentuk dengan harus memiliki dua persyaratan, yaitu : tidak memihak atau berat sebelah
dan petugasnya haruslah dari orang-orang yang ahli dalam bidang tersebut.

Berdasarkan paham tersebut di atas, muncullah Negara Hukum yang disebut dengan Negara
Kesejahteraan atau Social Service State atau Walfarhrt Staat (Walfare State).
2. Negara Hukum Menurut Negara-negara Anglo Saxon

Negara Anglo Saxon tidak mengenal negara hukum atau rechtstaat, tetapi mengenal
atau menganut apa yang disebut "the rule of the law" atau pemerintahan oleh hukum atau
government of judiciary. Unsur yang terkenal dalam rule of the law, adalah :

a. Equality before the law.


b. Supremacy of the law.
c. Hak-hak asasi tidak bersumber pada konstitusi atau Undang-Undang Dasar.

Tokoh dari paham ini adalah Dicey. Paham Dicey ini merupakan kelanjutan dari ajaran John
Locke yang berpendapat bahwa :

a. Manusia sejak dilahirkan sudah mempunyai hak asasi.


b. Tidak seluruh hak asasi diserahkan kepada negara dalam kontrak sosial.

Negara-negara Anglo Saxon, seperti Inggris, tidak mengenal peradilan administrasi. Sebagai
konsekuensinya sistem di Inggris dikenal adanya rezim administrasi yang baik yang
merupakan garansi bahwa penyelewengan bisa dicegah atau kalaupun ada mesti sekecil
mungkin.

C. Prinsip-prinsip Negara Hukum Menurut The International Commission of Jurists

Di zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropah Kontinental dikembangkan


antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan lain-lain dengan
menggunakan istilah Jerman, yaitu “rechtsstaat’. Sedangkan dalam tradisi Anglomerika,
konsep Negara hukum dikembangkan atas kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan “The
Rule of Law”. Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah
‘rechtsstaat’ itu mencakup empat elemen penting, yaitu:

1. Perlindungan hak asasi manusia.


2. Pembagian kekuasaan.
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang.
4. Peradilan tata usaha Negara
Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap Negara Hukum
yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu:
1. Supremacy of Law
2. Equality before the law
3. Due Process of Law.

Keempat prinsip ‘rechtsstaat’ yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di atas
pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip ‘Rule of Law’ yang dikembangkan
oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di zaman sekarang.
Bahkan, oleh “The International Commission of Jurist”, prinsip-prinsip Negara Hukum itu
ditambah lagi dengan prinsip peradilan bebas dan tidak memihak (independence and
impartiality of judiciary) yang di zaman sekarang makin dirasakan mutlak diperlukan dalam
setiap negara demokrasi. Prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum menurut
“The International Commission of Jurists” itu adalah:
1. Negara harus tunduk pada hukum.
2. Pemerintah menghormati hak-hak individu.
3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.

Anda mungkin juga menyukai