Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andi Alifian Patiaraja

NIM : B011221240

Prodi : Ilmu Hukum

1. Jelaskan konsep negara pada tipe negara policy dengan tipe negara hukum!

Jawab:

Tipe negara ditinjau dari sisi hukum adalah penggolongan negara-negara dengan melihat
hubungan antara penguasa dan rakyat. Tipe Negara Policy ialah negara yang menyelenggarakan
keamanan dan kemakmuran atau perekonomian. Pada tipe ini negara bertugas menjaga tata tertib
saja atau dengan kata lain “Negara Jaga Malam” dan bersifat monarchie absolut. Ciri dari tipe
negara ini yaitu penyelenggaraan negara positif (bestuur) dan penyelenggaraan negara negatif
(menolak bahaya yang mengancam negara/keamanan). Negara polisi terkenal dengan slogannya
"Sallus publica supreme lex." (kepentingan umum sebagai yang harus diutamakan). Dan yang
menentukan mana yang merupakan umum dan mana yang bukan adalah raja. Rajalah yang
menentukan apa itu kepentingan umum, "Tetat c'est moi" (negara adalah aku (raja)). Jadi bukan
ditentukan oleh yang berkepentingan sendiri, yaitu orang banyak atau rakyat. Seluruh
penyelenggaraan kehidupan bernegara berada di tangan raja, atau setidak-tidaknya
diselenggarakan dengan bantuan lembaga bawahannya atas perintah raja.

Tipe Negara Hukum, sebetulnya pemikiran tentang hal tersebut telah muncul jauh
sebelum terjadinya Revolusi 1688 di Inggris, tetapi baru muncul kembali pada abad XVII dan
mulai populer pada abad XIX. Latar belakang timbulnya pemikiran negara hukum itu merupakan
reaksi terhadap kesewenang-wenangan di masa lampau. Oleh karena itu, unsur-unsur negara
hukum mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah dan perkembangan masyarakat dari suatu
bangsa. Sejarah timbulnya pemikiran atau cita negara hukum itu sendiri sebenarnya sudah sangat
tua, jauh lebih tua dari usia Ilmu Negara ataupun Ilmu Kenegaraan. Cita negara hukum itu untuk
pertama kalinya dikemukakan oleh Plato dan kemudian pemikiran tersebut dipertegas oleh
Aristoteles. Menurut Plato, penyelenggaraan pemerintahan yang baik ialah yang diatur oleh
hukum. Cita Plato tersebut kemudian dilanjutkan oleh muridnya bernama Aristoteles. Menurut
Aristoteles, suatu negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan konstitusi dan
berkedaulatan hukum.

Dalam kepustakaan Indonesia istilah negara hukum merupakan terjemahan langsung dari
rechtsstaat. Istilah rechtsstaat mulai populer di Eropa sejak abad XIX meskipun pemikiran tentang
itu sudah lama adanya. Dari latar belakang dan dari sistem hukum yang menopangnya terdapat
perbedaan antara konsep rechtsstaat dengan konsep the rule of law, meskipun dalam
perkembangan dewasa ini tidak dipermasalahkan lagi perbedaan antara ke-duanya karena pada
dasarnya kedua konsep itu mengarahkan dirinya pada satu sasaran yang utama yaitu pengakuan
dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Meskipun dengan sasaran yang sama tetapi
keduanya tetap berjalan dengan sistem sendiri yaitu sistem hukum sendiri.

Konsep rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya
revolusioner, sebaliknya konsep the rule of law berkembang secara evolusioner. Hal ini tampak
dari isi atau kriteria rechtsstaat dan kriteria the rule of law. Konsep rechtsstaat bertumpu atas
sistem hukum kontinental yang disebut civil law, sedangkan konsep the rule of law bertumpu atas
sistem hukum yang disebut common law. Karakteristik civil law adalah administratif, sedangkan
karakteristik common law adalah judicial. Adapun ciri-ciri rechtstaat adalah: (1) Adanya undang-
undang dasar atau konstitusi yang me-Inuat ketentuan tertulis tentang hubungan antara penguasa
dan Rakyat. (2) Adanya pembagian Kekuasaan negara. (3) Diakui dan dilindunginya hak-hak
kebebasan rakyat.

Meskipun cita negara hukum telah lahir sekian abad yang lalu, tetapi untuk
mewujudkannya dalam kehidupan bernegara hingga saat ini bukanlah persoalan yang mudah.
Pemikiran negara hukum timbul sebagai reaksi atas konsep negara polisi (polizei staat). Dengan
mengikuti Hans Nawiasky, polizei terdiri atas dua hal, yaitu Sicherheit Polizei yang berfungsi
sebagai penjaga tata tertib dan keamanan, dan Verwaltung Polizei atau Wohlfart Polizei yang
berfungsi sebagai penyelenggara Perekonomian atau penyelenggara semua kebutuhan hidup
warga negara. Karena itu Polizei Staat (negara polisi) artinya negara yang menyelenggarakan
ketertiban dan keamanan serta menyelenggarakan semua kebutuhan hidup warga negaranya.
Andaikata kedua fungsi itu diselenggarakan dengan baik, artinya benar-benar memerhatikan
kebutuhan warga negara-nya, maka hal itu tidak akan menimbulkan permasalahan. Tetapi yang
terbanyak adalah polisi yang tidak baik, yang bertindak secara sewenang-wenang, dan bukan saja
mengabaikan kepentingan masyarakat, tetapi juga menyalahgunakan wewenangnya untuk
kepentingan sendiri ataupun kelompoknya saja.

2. Uraikan terkait negara hukum formal dan negara hukum materil!

Jawab:

Konsep Negara Hukum Formal merupakan perbaikan dari Frederich Juilius Stahl atas
konsep dari Negara Hukum Liberal yang dicetus Immanuel Kant. Negara Hukum Formal yaitu
negara hukum yang mendapat pengesahan dari rakyat, segala tindakan penguasa memerlukan
bentuk hukum tertentu dan harus berdasarkan undang-undang. Negara hukum formal ini disebut
pula dengan negara demokratis yang berlandaskan negara hukum. Dengan pengaruh paham liberal
dari Rousseau, F.J. Stahl menyusun negara hukum formal dengan unsur-unsur utamanya yaitu
adanya jaminan terhadap hak-hak asasi, penyelenggaraan negara berdasarkan trias politika
(pemisahan kekuasaan), pemerintahan didasarkan pada undang-undang, adanya peradilan
administrasi. Sehingga kesimpulannya bahwa negara hukum bertujuan untuk melindungi hak-hak
asasi warga negaranya dengan cara membatasi dan mengawasi gerak langkah dan ke-kuasaan
negara dengan undang-undang. Jadi hanya mengedepankan aspek formalnya saja, sehingga hak
asasi dan kebebasan individu terlindungi secara formal. Dan hasilnya hanya membawa persamaan
dalam aspek hukum dan politik saja.

Adapun konsep lain dari Robert von Mohl dalam karya ilmiahnya Polizei
Wissenschaftslehre, dikemukakan bahwa negara hukum adalah negara yang diperintah oleh
hukum. Menurut Mohl, Kant hanya memerhatikan segi formal hukumnya saja tanpa memerhatikan
siapa pembuat hukum itu. Bukankah negara totaliter juga negara yang diatur oleh hukum yang
dibuat sang diktator atau tiran? Apakah negara totaliter atau tiran akan digolongkan dalam negara
hukum? Karena konsep Kant akan menimbulkan dua kemungkinan penampilan yang berlawanan,
yaitu sebagai negara hukum yang membatasi kesewenang-wenangan kekuasaan raja, sedang yang
lainnya adalah sebaliknya, yaitu mengurangi atau membatasi kebebasan hak-hak masyarakat, asal
saja dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum, yaitu hukum yang dibuat oleh sang penguasa itu
sendiri. Karena itu, kalau kita mempergunakan kriteria yang dipergunakan oleh Kant ini, maka
negara diktator ataupun negara totaliter akan dapat digolongkan dalam negara hukum.
Adapun Konsep Negara Hukum Materiil sebenarnya merupakan perkembangan lebih
lanjut dari konsep negara hukum formal. Jadi apabila pada negara hukum formal tindakan dari
penguasa harus berdasarkan undang-undang atau harus berlaku asas legalitas, maka dalam negara
hukum materiil tindakan dari penguasa dalam hal mendesak demi kepentingan warga negaranya
dapat dibenarkan bertindak menyimpang dari undang-undang atau berlaku asas oportunitas.
Perkembangan masyarakat serta kebutuhan masyarakat tidak cukup kalau hanya diatur secara
formal dengan asas legalitas; akibatnya negara hukum formal mendapat kritik cukup pedas di
negeri Belanda, sehingga Scheltema beranggapan bahwa terdapat banyak tindakan kebijaksanaan
dari pemerintah dalam berbagai ketentuan. Hal ini dimungkinkan dengan adanya delegasi dari
kekuasaan pembentuk undang-undang kepada pemerintah dalam membuat peraturan pelaksanaan,
dan adanya freies ermessen memungkinkan pemerintah menjamin ketertiban yang lebih adil dalam
usaha memenuhi kebutuhan masyarakat.

Tuiuan pelimpahan wewenang oleh pembentuk undang-undang ini, adalah karena tugas
penyelenggaraan negara tidak lagi hanya menjaga ketertiban yang ada, tetapi juga menerbitkan
ketertiban yang adil. Untuk itu diperlukan ruang lingkup kebebasan bertindak oleh pemerintah
yang lebih luas, yakni melalui peningkatan pemberian freies ermessen kepada pemerintah untuk
menyelenggarakan negara kesejahteraan. Perkembangan dalam praktik negara hukum di negara-
negara Barat telah mengubah pengertian asas legalitas yang semula diartikan sebagai pemerintahan
berdasar atas undang-undang menjadi pemerintahan berdasar atas hukum. Perubahan pengertian
tersbeut menunjukkan adanya pergeseran nilai dalam masyarakat; rakyat tidak lagi terlalu
konfrontatif terhadap kekuasaan penguasa, melainkan sudah berubah dan menganggap pemerintah
sebagai partner untuk mencpai tujuannya, yaitu kemakmuran.

Anda mungkin juga menyukai