Anda di halaman 1dari 2

I.

Jean Jacques Rousseau

“Negara adalah yang memelihara kemerdekaan individu dan menjaga ketertiban kehidupan
manusia.”

Setelah membaca berbagai literatur, menurut saya definisi negara dan konsep negara yang
diusung oleh Rousseau kurang lebih sama seperti konsep yang dianut di Indonesia (Kedaulatan
Rakyat) atau di negara demokrasi pada umumnya. Konsep Rousseau mengenai negara berbeda
dengan pendapat para pakar lainnya mengenai definisi negara. Rousseau bertolak dari identitas
antara negara dan rakyat. Rousseau hanya mengenal satu jenis perjanjian dalam masyarakat, yaitu
pactum unionis, perjanjian masyarakat yang sebenarnya. Konstruksi perjanjian masyarakat seperti
itu, Rousseau menghasilkan bentuk negara yang kedaulatannya berada dalam tangan rakyat
melalui kemauan umumnya. Rousseau adalah seorang peletak dasar paham kedaulatan rakyat
dimana rakyat berdaulat dan penguasa negara hanya merupakan wakil-wakil rakyat. Dalam paham
Rousseau, kedaulatan rakyat mengimplikasikan dua anggapan. Pertama, penolakan terhadap
segala wewenang di atas rakyat yang tidak dari rakyat. Kedua, tuntutan, agar segala kekuasaan
yang ada mesti identik dengan kehendak rakyat. Jadi negara tidak berhak untuk meletakkan
kewajiban atau pembatasan apa pun pada rakyat. Rakyat berwenang penuh untuk menentukan
dirinya sendiri, maka tidak ada pihak apapun yang mempunyai wewenang terhadap rakyat.

Menurut Rousseau, masyarakat itu hanya dapat menyerahkan kekuasaanya kepada


penguasa, sedangkan kedaulatannya tidak dapat diserahkan kepada siapapun juga sehingga
kedaulatan tetap ada pada masyarakat atau rakyat. Oleh karena itu apabila penguasa itu
mengadakan tindakan yang bertentangan atau menyimpang dari kemauan rakyat atau ketentuan
umum, maka rakyat dapat mengganti penguasa itu dengan penguasa yang baru. Pendapat Rousseau
ini, dapat dimaklmumi sebab keadaan Perancis pada waktu itu, dimana raja Perancis pada saat itu
mempunyai kekuasaan yang mutlak, dan melaksanakan kekuasannya itu dengan sewenang-
wenang. Maka ia membuat teori dengan mengubah sistem pemerintahan yang absolut tersebut.
Hal yang demikian ini tidak sesuai rasio, dan teorinya dapat dikatakan bersifat propaganda yaitu
menentang kekuasaan raja, dan ini menggantikannya dengan sistem yang sesuai rasio. Akibat dari
hal tersebut maka timbul lah gerakan semacan pergolakan yang kemudian dikenal dengan Revolusi
Perancis.
2. Logemann

“Negara adalah organisasi kekuasaan, yang dengan kekuasannya mengatur masyarakat


yang ada secara keseluruhan”.

Pendapat ini menurut saya lebih relevan ketimbang pendapat dari pendapat Kranenburg
(meski hal ini masih sangat bisa diperdebatkan). Logemann berpendapat bahwa yang primer itu
adalah organisasi kekuasaannya yaitu negara. Sedangkan kelompok manusianya adalah sekunder.
Maka perbedaan dengan pendapat Kranenburg adalah kalau menurut Kranenburg bangsa itu
menciptakan organisasi, jadi ada atau terbentuknya organisasi itu tergantung pada bangsa.
Sedangkan kalau menurut Logemann organisasi itu menciptakan bangsa, maka bangsa inilah yang
tergantung pada organisasi.

Hal yang membuat menurut saya mengemukakan kalau pendapat Logemann lebih relevan
ketimbang Kranenburg karena apa yang dikemukakan Kranenburg mengatakan bahwa bangsa lah
yang menciptakan suatu negara. Hal tersebut tentunya bertentangan dengan realita, misalnya saja
setelah Perang Dunia I. Di benua Eropa timbul beberapa negara yang tidak hanya meliputi satu
jenis bangsa saja, melainkan meliputi beberapa bangsa seperti Austria, Hongaria, dan Polandia.
Ini semua terdiri dari beberapa bangsa yang ditempatkan dibawah satu organisasi yang disebut
negara. Sedangkan sebaliknya (mengambil contoh keadaan di Korea), Korea hanya terdiri dari
satu bangsa, tetapi mendirikan dua negara yaitu, Korea Selatan dan Korea Utara. Dari hal tersebut,
maka kita tidak dapat menganggap bahwa negara itu berdasarkan atas bangsa. Jadi sebetulnya
bukanlah bangsa yang mendirikan negara, melainkan negaralah yang menciptakan pengertian
bangsa. Makanya saya lebih setuju dengan pendapat Logemann.

Meskipun terdapat perbedaan dari kedua pakar (Kranenburg dan Logemann) mengenai
definisi negara, hal tersebut dapat dimaklumi akibat adanya perbedaan definisi mengenai apa yang
dimaksud dengan istilah bangsa. Jadi masing-masing pakar mempunyai pendapat yang berbeda
tentang pengertian bangsa. Istilah bangsa yang dipergunakan oleh Kranenburg itu adalah bangsa
dalam arti etnologis, misalnya bangsa Jawa, Dayak, Sunda, dan sebagainya. Sedangkan pengertian
bangsa yang digambarkan ide Logemann adalah bangsa dalam arti rakyat dari suatu negara

Anda mungkin juga menyukai