BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah negara itu adalah sebuah organisasi kekuasaan. Sebuah organisasi merupakan tata
kerja daripada alat-alat perlengkapan negara. Sebuah teori modern yang dikemukakan oleh
Kranenburg dan Logemann berpendapat bahwa negara itu adalah suatu organisasi kekuasaan.
Dalam proses berkerja untuk menuju tujuan dari setiap negara pastilah memerlukan sebuah
legimitasi kekuasaan. Pertanyaan sekarang ini adalah apakah sebuah kekuasaan dalam sebuah
negara itu dimiliki oleh Tuhan? Atau pemimpinkah yang memiliki kekuasaan tersebut? Atau
mungkin rakyatkah yang memiliki kekuasaan tersebut?
Setelah mengetahui lebih dalam mengenai legimitasi kekuasaan, penelitian tentang kenyataan
pemerintah yang wujud sekarang berdasarkan ideologi masing-masing haruslah kita dalami
juga, demi mengaplikasikan sebuah konsep tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari sini, dapat dirumuskan bahwa pembahasan kedaulatan Tuhan dan kedaulatan rakyat dapat
dipisahkan menjadi beberapa masalah:
1. Definisi Daulat Secara Luas dan Pemerintahan yang Berdaulat
2. Pengertian dan Sejarah Pemerintahan yang Berdaulatkan Tuhan
3. Pengertian dan Sejarah Pemerintahan yang Berdaulatkan Rakyat
4. Sebuah Kritikan Kedaulatan Tuhan dan Kedaulatan Rakyat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Daulat Secara Luas dan Pemerintahan yang Berdaulat
Kata daulat dalam bahasa Indoensia berasal dari bahasa Arab yaitu daulah (). Dalam
bahasa Inggris adalah sovereignty yang diambil dari kata superanus dari bahasa Latin,
sedangkan dalam bahasa Prancis adalah souvereineiteit[1]. Dalam bahasa Indonesia, daulat
berarti kekuasaan. Kedaulatan pula mempunyai arti: kekuasaan tertinggi atas pemerintahan
negara atau daerah. Seperti contoh "Kedaulatan negara itu telah lama diakui oleh dunia
internasional".[2] Dalam bahasa Arab, kata daulah berarti kekuasaan seorang imam (presiden)
atau khalifah pada wilayah kekuasaan, kewajiban-kewajiban (kebijakan yang menjadi
kewajibannya), dan hak-haknya.[3] Dalam bahasa Inggris, kata sovereignty adalah kekuatan
yang sempurna untuk memerintah sebuah negara.[4]
Dari pengertian makna, kita dapat memahami bahwa daulat adalah sebuah kata yang sangat
penting bagi sebuah objek, sama ada bagi negara, bangsa maupun kepimpinan. Sebuah negara
tanpa daulat berarti sama dengan negara yang tanpa maruah, karena negara tanpa kekuasaan
sendiri itu tidak ada gunanya. Sebuah bangsa tanpa berdaulat berarti bangsa tersebut tidak
memiliki kuasaan untuk menentukan nasib mereka, malah bisa ditindas dan dipaksa untuk
melakukan sebuah kebijakan atau sebuah keputusan. Kepimpinan tanpa berdaulat berarti
seorang pemimpin yang tidak memiliki kekuasaan atas sesuatu yang dipimpin. Ini dapat
diibaratkan seperti kepimpinan yang hanya sebuah patung puppet.[5]
Seorang filosofis Perancis pada abad ke 16: Jean Bodin[6] memberi makna dari "souvereineiteit"
dengan "the distinctive mark of the state is supreme power. This power is unique; absolute, in
that no limits of time or competence can be placed upon it; and self-subsisting, in that it does not
depend for its validity on the consent of the subject"[7]yang mana terjemahannya adalah
"Kekuasaan tertinggi untuk menentukan sesuatu dalam suatu negara, yang sifatnya: Tunggal,
tidak terbatas; dari segi waktu mahupun kekuasaan yang lain, asli; yang bermaksud tidak
memerlukan kekuasaan lain dalam membentuk sebuah daulat tersebut". Dari makna yang diberi
oleh Jean Bodin ini terdapat empat poin yang harus difahami lebih dalam:
a. Tunggal (Unique): kekuasaan tersebut merupakan satu-satunya kekuasaan yang tertinggi
dalam negara dan tidak ada kekuasaan lain yang setara dengannya.
b. Tidak ada batas dari kekuasaan lain (Absolute 1): Kekuasaan tersebut itu tidak dibatasi dari
segi kekuasaan yang lain.
c. Abadi (Absolute 2): Kekuasaan tersebut tetap (tidak dibatasi waktu) selama negara itu masih
mempunyai arti kekuasaan tertinggi bagi negara adalah rakyat. Salah satu pengemuka konsep
kedaulatan rakyat adalah J.J. Rousseau (1712-1778 M).[20]
Dalam bukunya yang berjudul "Du contrat social", dia mengajarkan bahwa setiap individuindividu melalui perjanjian bersama antara mereka membentuk sebuah masyarakat (social
contract).[21] Kepada masyarakat inilah para individu itu menyerahkan kekuasaannya,
selanjutnya masyarakat inilah yang menyerahkan kekuasaan tersebut kepada raja atau seorang
pemimpin. Jadi, seorang raja atau pemimpin itu mendapatkan kuasanya dari individu-individu
tersebut.[22]
Menurut konsep ini, individu-individu itu mendapat kekuasaan dari hukum alam (natural law).
[23] Oleh karena raja atau pemimpin itu mendapatkan kekuasaan dari rakyat, maka dengan
demikian, rakyatlah yang memiliki kekuasaan yang tertinggi. Sedangkan raja itu hanya
merupakan pelaksana dari apa yang telah diputuskan atau dikehendaki oleh rakyat.[24]
Kata rakyat yang dimaksud bukanlah setiap individu (perorangan) di sebuah negara, akan tetapi
adalah sebuah kesatuan yang dibentuk oleh individu-individu tersebut, dan kesatuan itu memiliki
kehendak yang mana diperoleh dari individu-individu tersebut melalui perjanjian masyarakat
(social contract). Kehendak ini disebut dengan kehendak umum (volont gnrale). Alasan
kenapa yang dimaksud itu kehendak umum yang diambil dari kehendaknya kesatuan tadi adalah
karena kalau yang diambil adalah kehendak individu-individu itu, maka kehendak yang ada
bukanlah kehendak umum, melainkan kehendak individu (volont de tous).[25]
Apabila kepemimpinan sebuah negara itu dipegang oleh kesatuan yang dibentuk oleh individuindividu tadi, maka kehendak mereka disebut dengan "volont de corps" (kehendak
kesatuan/kumpulan orang). Hasil kehendak umum akan jatuh bersamaan dengan kehendak
kesatuan tadi. Apabila kepimpinan tersebut dipegang oleh satu orang, yang mana orang ini
memiliki kehendak tersendiri (volont particulire), maka kehendak umum akan jatuh bersamaan
dengan kehendak tersendiri itu. Kesimpulannya, sebuah negara itu harus dipegang oleh rakyat
atau ada perwakilan dari rakyat, agar kehendak umum itu dapat diwujudkan.
Inti dari kedaulatan rakyat adalah membentuk sebuah sistem kepemerintahan yang mampu
mewujudkan kehendak umum. Terserah sistem apapun yang digunakan, jika memang kehendak
umum dapat dijalankan, maka istilah kedaulatan rakyat itu wujud di sebuah negara itu. Maka
bisa juga dikatakan, bahwa kedaulatan rakyat tidak lain adalah volont gnrale.[26]
Sejarah munculnya teori ini adalah sebuah dampak dari teori kedaulatan raja dan kedaulatan
negara, karena pada zaman sedang maraknya kedaulatan raja dan negara, banyak dari
kalangan raja-raja yang melakukan penindasan pada rakyat kecil. Dengan munculnya teori
kedaulatan rakyat, maka raja atau pemimpin tidak dapat lagi sewenang-wenangnya menindas
rakyat kecil.
Kaum monarkomaken[27] yang dipelopori oleh Johannes Althusius (1557-1638 M) adalah yang
paling awal mengerakkan usaha pemberantasan ini. Dia mengajarkan bahwa kekuasaan raja
bukanlah kehendak Tuhan akan tetapi atas kekuasaan rakyat, dan kekuasaan itu diperoleh dari
hukum alam (natural law). Ajaran beliau ini yang nantinya diadopsi oleh J.J. Rousseau yang
memuat teori kedaulatan rakyat seperti keterangan di atas.
Salah satu pendahulu Johannes Althusius adalah Martin Luther (1483-1546 M). Martin Luther
memperjuangkan perlawanan terhadap gereja, karena menurutnya gereja telah mengunakan
nama kitab suci demi mengumpulkan kekayaan. Dialah yang menciptakan sebuah aliran baru
dalam agama Kristen yang disebut dengan protestan. Keberaniannya dalam melawan gereja
Catolik inilah yang nantinya diikuti oleh reformis-reformis seperti Philipp Melanchthon (1497-1560
M), Huldrych Zwingli (1484-1531 M) dan Jean Chalvin (1509-1564 M) yang akhirnya sampai
pada Johannes Althusius.[28]
Sekarang teori kedaulatan rakyat lebih dikenal dengan demokrasi.[29] Akan tetapi, perlu
diketahui bahwa kedaulatan rakyat bukan berarti demokrasi, hanya saja demokrasi seharusnya
memiliki kedaulatan rakyat, karena demokrasi adalah sejenis sistem pemerintahan yang
mengandung kedua kedaulatan, yaitu kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum.
D. Sebuah Kritikan Kedaulatan Tuhan dan Kedaulatan Rakyat
Kritik adalah kata yang diambil dari bahasa Inggris "criticism" yang berarti sebuah expresi
seseorang pada sesuatu masalah tentang positif atau negatifnya perkara tersebut.[30] Dapat
disimpulkan bahwa sebuah kritik bukanlah harus mempunyai arti negatif, akan tetapi positif juga
bisa. Contohnya adalah kata seseorang "Artis tersebut mengkritik baju tersebut. Dia mengatakan
bahwa baju tersebut sesuai untuk semua musim". Jadi, anggapan kebanyakan orang yang
mengartikan kata kritik itu negatif adalah sebuah pemikiran yang salah. Tema "Sebuah Kritikan
Kedaulatan Tuhan dan Kedaulatan Rakyat" mempunyai arti sebuah penilaian teori kedaulatan
Tuhan dan kedaulatan rakyat.
Teori kedaulatan Tuhan terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang ada di teori ini
adalah dengan adanya kepercayaan bahwa seorang raja atau Paus adalah wakil Tuhan, maka
secara otomatis, rakyat yang percaya dengannya secara yakin akan mematuhi perintah yang
mewakili Tuhan. Tuhan adalah sebuah zat yang sakral dan dipercayai sangat sulit untuk
ditandingi. Ideologi ini akan membuat seorang pemimpin dengan mudah dapat mengatur rakyat
sesuai dengan maslahat yang diperlukan. Seperti contoh: pada perang dunia ke 2, rakyat
Jepang rela mati berperang demi kaisar mereka, karena menurut mereka kaisar adalah anak
Tuhan.[31]
Kekurangannya adalah apabila orang yang diyakini wakil Tuhan di dunia ini melakukan
kezaliman (tidak adil), maka rakyat yang dizalimi akan sengsara. Kesengsaraan adalah sebuah
perkara yang salah dan harus diberantas. Dalam Islam memang mengajarkan untuk melawan
kezaliman, karena kezaliman itu dilarang di dalam Islam.[32]Kekurangan lain adalah
dikhawatirkan keluhan rakyat tidak bisa sampai pada pemimpin, seperti kemungkinan seorang
rakyat itu terlalu menghormati sehingga tidak berani melaporkan keluhannya karena takut kualat.
[33]
Teori kadaulatan rakyat juga terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari teori ini adalah
seorang rakyat dapat memberitahukan pada pemerintah keluhan-keluhan yang dirasakan. Dia
juga mampu menentukan siapa pemimpin yang dia inginkan. Dengan ini semua inspirasi rakyat
dapat tertampung sebagai proses menuju kesejahteraan. Kelebihan lain adalah dengan adanya
kedaulatan rakyat, kezaliman dapat diberantas karena yang memiliki kekuasaan tertinggi adalah
rakyat. Jadi, jika pemimpin ingin melakukan kezaliman, maka pemimpin tersebut dapat
dilengserkan menurut teori.
Kekurangan yang terdapat dalam teori ini adalah dengan adanya pucuk kekuasaan diserahkan
pada rakyat, maka dikhawatirkan sulit untuk memerintah. Contohnya apabila terjadi perang
dengan negara jiran, dan seumpama rakyat di negara tersebut menolak untuk berjuang dan
memilih untuk mengungsi, maka kedaulatan negara tersebut akan dirampas oleh kekuasaan
lain. Ini adalah salah satu dari penghinaan terhadap negara yang berdaulat, karena pemerintah
tidak berkuasa untuk mengumpulkan kekuasaan yang dimilikinya demi membrantas kezaliman
dari pihak luar.
Kekurangan lain adalah kalau rakyat yang memiliki kekuasaan tersebut, sedangkan mereka
bukanlah orang yang benar-benar mengerti secara dalam tentang ilmu politik dan filsafat, lalu
mereka menghendaki sebuah kebijakan yang sebenarnya secara realita akan menjejaskan
kemakmuran negara, maka pemerintah yang memerintah pasti kesulitan untuk memberi
kebijakan yang terbaik untuknya. Ini dibuktikan pada negara-negara yang melakukan sistem
demokrasi bebas yang rakyatnya masih banyak tidak memiliki pendidikan yang cukup untuk
berfikir lebih jauh tentang kemaslahatan negaranya. Contohnya adalah Indonesia dan negara
Asia Tenggara lainnya. Dapat dilihat secara nyata, Indonesia setiap harinya penuh dengan
demonstrasi yang terkadang demonstrasi tersebut tidak diperlukan. Kadang pemerintah atasan
sudah berfikir lebih jauh daripada gerakan-gerakan rakyat atau mahasiswa yang terus
menentang pemerintah. Indonesia belum pernah memiliki seorang pemimpin yang naik secara
positif, dan turun juga secara positif. Presiden Sukarno naik secara positif, akan tetapi dilengser
oleh rakyat (negatif). Begitu juga Presiden Suharto. Presiden B.J. Habibie naik secara terpaksa
sebagai dampak dari lengsernya Presiden Suharto (dianggap negatif karena kenaikannya bukan
pilihan rakyat), baru turunnya secara positif. Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), naik
secara positif, akan tetapi dilengser MPR (negatif). Presiden Megawati naik secara terpaksa
sebagai dampak dari lengsernya Abdurrahman Wahid (negatif), turun secara positif. Apakah
Presiden Susilo Bambang Yudohono yang naiknya secara positif turunnya juga positif?
Kenyataan yang dapat dilihat adalah mahasiswa masih saja tetap berdemonstrasi meminta
Presiden Susilo Bambang Yudohono untuk turun.
Kekurangan lain adalah apabila rakyat secara mayoritas ingin melegalkan sesuatu yang
dianggap negatif (seperti pornografi, prostitusi, narkoba dan atheisme), maka pemerintah tidak
dapat menghalangi ini. Dengan ini, negara akan menjurus kepada kesesatan yang membawa
kepada negatif moral etika dan moral kepercayaan. Dampak dari permasalahan ini sangat
berbahaya karena akan membawa negara menjadi tidak stabil dari segi moral, dengan tanpa
rakyatnya.[42] Contohnya adalah kasus Indonesia dan Malaysia dalam memperebutkan pulau
yang mana asal permasalahannya adalah kesalahan dalam menulis peta. Malaysia
menganggap pulau Ambalat adalah kepunyaannya karena terdapat di dalam peta yang telah
disetujui oleh PBB. Sedangkan Indonesia pula, mengaku sebagai pemilik pulau tersebut hanya
karena pulau itu lebih dekat dengan wilayah RI. Permasalahannya adalah kenapa harus
digembar-gemborkan oleh pers, sedangkan perkara ini harusnya menjadi pembahasan antara
dua pejabat negara. Masalah ini bukanlah sesuatu yang harus diselesaikan oleh rakyat. Malah,
dengan memasukan rakyat dalam hal ini akan membuat masalah semakin sulit untuk
diselesaikan dan akan membawa konflik 2 negara yang berkepanjangan. Seperti di Malaysia,
permasalahan ini dikawal oleh pemerintah agar tidak sampai digembar-gemborkan oleh pers,
karena menurut pemerintah Malaysia, masalah seperti ini dapat membawa konflik 2 negara yang
tidak diingini.[43]
Mengikut sejarah yang telah diterangkan secara luas pada pembahasan kedua kedaulatan,
dapat difahami, evolusi sebuah pemikiran itu sesuai dengan lingkungan yang ada. Contohnya
pada zaman kedaulatan Tuhan, pemerintahan banyak diisi dengan keyakinan yang sejenis
teokratik. Filosifis ini tidak membahayakan pemerintahan yang ada karena kurangnya
pertentangan dari segi politik luar dan ekonomi. Raja dan Paus keduanya dengan mudah
mengatur sebuah negara karena dalam pemikiran rakyat itu lebih dipenuhi rasa patuh dan setia
dengan pemerintah yang ada. Ditambah lagi dengan sebuah kepercayaan mistis yang sangat
kuat di dalam agama Kristen yang membuat rakyat pasrah kepada Tuhan sepenuhnya.
Pada zaman mulai terdapat invasi dari luar, dan ditambah lagi dengan krisis ekonomi yang
melanda Eropa di zaman medeival, membuat ideologi para pemikir mengevolusi. Contohnya
perubahan dari kadaulatan negara menjadi kedaulatan rakyat, adalah karena adanya faktor
kemiskinan yang menyebar keseluruh penjuru. Zaman renaissance terjadi sebagai dampak dari
jatuhnya Constantinople (29 Mei 1453)[44] ke tangan orang muslim dan kekalahannya orang
Kristen pada perang salib. Revolusi agama Kristen Catolik pecah menjadi Protestan oleh Martin
Luther juga adalah dampak dari kelakuan kurang adil dari pihak gereja yang dianggap
berlebihan dalam urusan duniawi.
Intinya, perubahan terjadi karena faktor konteks yang terjadi sesuai dengan krsis-krisis yang
berlaku. Jadi, titik permasalahannya adalah krisis-krisis tersebut. Kalau sebuah negara itu stabil,
dan dapat mensejahterakan rakyatnya, maka tidak perlulah sebuah perubahan, karena
kemungkinan perubahan yang dilakukan malah akan membuat negara tersebut tidak stabil dan
jatuh ke dalam krisis berpanjangan.
Dengan alasan inilah, Islam muncul dengan konsep penerapan kedaulatan Tuhan, yang
sekaligus terdapat kekuasaan bagi rakyat (kedaulatan rakyat). Satu perkara yang perlu
diketahui, dengan sistem kedaulatan ini, Islam tidak mewajibkan sistem pemerintahan yang
tertentu (bisa monarki, demokrasi atau despotisme), yang terpenting adalah pemerintahan yang
ada tetap berpegangan pada hukum Tuhan dan membawa pada kemaslahatan rakyat.[45] Jadi
sistem pemerintahan haruslah sesuai dengan negara tersebut. Kalau sesuainya monarki, maka
yang diterapkan adalah monarki. Kalau yang lebih sesuai adalah demokrasi, maka demokrasilah
yang harus diterapkan. Begitu seterusnya.
Argumen mengapa kedaulatan rakyat harus diganti[46] dengan kekuasaan rakyat, adalah
karena kedaulatan itu sendiri memiliki arti kekuasaan tertinggi. Dalam Islam, seperti yang dapat
difahami, tetap mempunyai prinsip kekuasaan tertinggi adalah menjadi milik Allah, sedangkan
manusia (pemimpin maupun rakyatnya) hanyalah sebagai wakil (khalifah) Allah. Jika tetap
dipaksakan pengabungan kedua kedaulatan ini dengan mengunakan makna kekuasaan
tertinggi, maka jelas akan bertentangan dengan kesepakatan ulama yang berpendapat bahwa
dalam sebuah negara, tidak boleh terdapat dua atau lebih pemimpin (presiden).[47] Dalam Islam
pula tidak dibenarkan untuk berlawanan dengan sebuah kesepakatan ulama (ijma').
BAB III
KESIMPULAN
Kedaulatan Tuhan dan kedaulatan rakyat adalah teori bagi legitimasi kekuasaan sebuah negara.
Dengan kedua teori ini, negara mampun meraih kedaulatan bagi negaranya. Mengapa yang
dibahas adalah kedua teori ini, adalah karena kedua teori inilah yang menjadi dasar filsafat
Republik Indonesia yaitu pancasila. Dengan sila pertamanya yaitu "Ketuhanan yang maha esa",
dan yang keempat yaitu "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan atau perwakilan". Juga dalam pasal 1 ayat 2 yang berbunyi "Kedaulatan
adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majlis Permusyawaratan Rakyat". Maka
dengan adanya ini, Indonesia dapatlah kita sebut sebagai negara yang berdaulat.
Walau bagaimanapun, tetap harus difikirkan cara untuk lebih memajukan sebuah negara agar
rakyatnya makmur, maka dari itu, ideologi hanyalah sebuah teori yang tertulis, dipelajari dan
diajarkan. Tidak lebih dari itu. Akan tetapi kalau diamalkan, maka sebuah teori akan menjadi
sebuah senjata yang mematikan, dan yang tidak dapat dihentikan. Perlu diingat juga, revolusi
kadang diperlukan demi memakmurkan negara. Akan tetapi kadang revolusi justru membikin
konflik yang berkepanjangan yang akan merugikan rakyat kecil. Hormatilah kedaulatan yang
sudah wujud, sempurnakanlah dengan memberi masukan yang benar-benar dibutuhkan.
Sebuah kaedah fiqh berbunyi " " yang bermaksud "simpanlah
perkara lama yang baik, dan ambillah perkara baru yang lebih baik".
[1] Sovereignty, Encyclopdia Britannica 2006, diambil dari Encyclopdia Britannica 2006
Ultimate Reference Suite DVD.
[2] Departement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2001, hlm. 240.
[3] Wizrat al-Awqf wa al-Syun al-Islmiyyah bi al-Kuwait, Al-Maus't al-Fiqhiyyah, Kuwait:
Wizrat al-Awqf al-Kuwaitiyyah, tt. juz 21 hlm. 36.
[4] A S Hornby, Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English, Oxford: Oxford
University Press, 2001, hlm. 1138.
[5] Puppet: Patung yang digerakkan oleh orang lain yang berkuasa.
[6] Jean Bodin (15301596) adalah seorang filosofis Perancis yang lahir di Angers, Perancis.
Beliau belajar hukum di Toulouse, kemudian mengajar ilmu hukum juga di kota yang sama.
Beliau ditunjuk sebagai advokat raja untuk kota Laon pada tahun 1576. Pada tahun ini juga
beliau mempublikasi bukunya yang berjudul " Les Six Livres de la Republique " (Enam buku
tentang kerajaan). Beliau juga adalah anggota parlimen Perancis di Blois. Beliau meninggal di
Laon. Lihat: Bodin, Jean, Britannica Student Library, diambil dari Encyclopdia Britannica 2006
Ultimate Reference Suite DVD.
[7] Bodin, Jean, Encyclopdia Britannica 2006, diambil dari Encyclopdia Britannica 2006
Ultimate Reference Suite DVD.
[8] Bodin, Jean, Encyclopdia Britannica 2006, diambil dari Encyclopdia Britannica 2006
Ultimate Reference Suite DVD.
[9] Bodin, Jean, Encyclopdia Britannica 2006, diambil dari Encyclopdia Britannica 2006
Ultimate Reference Suite DVD.
[10] Teokratik: berasal dari bahasa Inggris; theocracy. Maksudnya adalah sebuah pemerintahan
yang dipimpin oleh pemimpin yang relegius.
[11] Augustinus (354-430 M) lahir di Tagaste di sebuah provinsi Kerajaan Roma di Numidia
(sekarang Souk-Ahras di Algeria). Beliau belajar di Universitas Carthage sejak umur 16 tahun
dan mengajar di situ juga sampai umur 29 tahun. Setelah itu beliau berhijrah ke kota Roma.
Beliau adalah seorang ahli theolog Kristen. Karya beliau adalah "Confessions dan The City of
God". Lihat: Augustinus, Britannica Student Library, diambil dari Encyclopdia Britannica 2006
Ultimate Reference Suite DVD.
[12] Thomas Aquinas (1225-1274 M) lahir di istana Roccasecca dekat Naples. Bapaknya adalah
seorang raden Aquino. Gereja Catolik Roma sangat berterima kasih pada beliau karena menjadi
seorang ahli theolog yang paling pintar dan menjadi benteng theolog Kristen di masanya. Karya
yang paling agung beliau adalah "Summa Contra Gentiles" dan "Summa Theologiae". Beliaulah
orang yang mengabungkan filsafat Ariestotales ke dalam theologi Kristen. Lihat: Thomas
Aquinas, Britannica Student Library, diambil dari Encyclopdia Britannica 2006 Ultimate
Reference Suite DVD.
[13] Marsilius (1280-1343 M) lahir di Padua , sebuah daerah di Italia. Beliau adalah ahli filsafat
politik yang menjadi benteng perdamaian di Eropa. Setelah menjadi profesor dan rektor di
Universitas Paris, beliau mengabdi di Italia sebagai consultan politik bagi Ghibellines (sebuah
parti pro-Imperial, anti gereja Catolik). Karya agung beliau adalah Defensor pacis. Beliau
meninggal di Kota Munich. Lihat: Marsilius of Padua, Encyclopdia Britannica 2006, diambil dari
Encyclopdia Britannica 2006 Ultimate Reference Suite DVD.
[14] Paus: Seorang pemimpin umat Catolik Roma di dunia. Seorang Paus dianggap sebagai
ketua agama yang mendapat wahyu dari Tuhan untuk mengatur urusan agama mahupan