B.
meningkatkan ekspor. Dengan nilai Dollar yang lebih rendah diharapkan dapat meningkatkan
daya saing ekspor produk Amerika serikat dibandingkan produk yang sama buatan Jepang.
Mata Uang Tunggal Eropa
Euro adalah mata uang yang dipakai di 16 negara anggota Uni Eropa. Secara giral, mata uang
ini mulai dipakai sejak tanggal 1 Januari 1999, tetapi secara fisik baru dipakai pada tanggal 1
Januari 2002. Uang kertas Euro di mana-mana rupanya sama, tetapi uang logamnya di
belakang berbeda-beda. Uang logam setiap negara diberi lambangnya sendiri.
Euro
dari
satu
negara
boleh
dipakai
di
kedua-belas
negara
yang
lain.
Walaupun uang kertas Euro rupanya sama, tetapi ada juga perbedaan kecil, yaitu nomornya,
sehingga bisa diketahui asalnya dari negara yang mana.
Ada enam-belas negara anggota Uni Eropa yang menggunakan Euro sebagai mata uang.
Wilayah pengguna mata uang ini disebut sebagai Zona Euro. Sebelas negara pertama mulai
menggunakan sejak awal 1999. Yunani menjadi pengguna ke-12 sejak awal 2001. Mulai
tanggal 1 Januari 2007 Slovenia turut bergabung. Siprus dan Malta menggunakan sejak 1
Januari 2008. Yang terakhir adalah Slovakia, yang bergabung mulai 1 Januari 2009. Berikut
adalah negara-negara pengguna mata uang ini:
1.
Jerman
2.
Irlandia
3.
Belanda
4.
Perancis
5.
Luxemburg
6.
Austria
7.
Finlandia
8.
Belgia
9.
Italia
10. Portugal
11. Spanyol
12. Yunani
13. Slovenia
14. Siprus
15. Malta
16. Slowakia
Selain itu beberapa negara kecil juga memakai Euro:
1.
Andorra
2.
Monako
3.
San Marino
4.
Vatikan
C.
1.
Montenegro
2.
Kosovo
D.
Kerjasama Utara-Selatan
I . Proses Lahirnya Kerja Sama Utara dan Selatan
Proses kelahiran kerja sama Utara-Selatan diawali dari pertemuan negara-negara penghasil
minyak dengan negara-negara konsumen minyak pada tanggal 7 April 1975 di Paris, Prancis.
Pertemuan tingkat menteri ini kemudian dipopulerkan secara resmi dengan istilah Konferensi
Kerja Sama Ekonomi Internasional yang pertama kali diadakan pada 16-18 Desember 1975
di Paris. Forum ini kemudian lebih dikelan dengan istilah dialog Utara-Selatan. Di dalam
forum ini termasuk di dalamnya pertemuan-pertemuan nonformal, nonpemerintah, dan nonPBB.
Amerika Serikat dan Prancis sebagai pemrakarsa forum dialog Utara-Selatan memandang
perlu diadakan kerja sama antar negara-negara pengguna minyak dengan negara-negara
penghasil minyak. Hal ini guna menanggulangi terjadinya krisis energi (minyak), krisis
ekonomi, dan embargo minyak. Itikad disambut baik oleh negara-negara penghasil minyak,
sehingga mengahsilkan konferensi kerja sama ekonomi internasional pada bulan Desember
1975 di Paris. Negara-negara industri memandang bahwa kelangsungan ekonomi dan
kehidupan industri sangat bergantung pada sektor energi.
Pada awalnya, kerja sama Utara-Selatan hanya beranggotakan negara-negara yang hadir pada
Konferensi Kerja Sama Ekonomi Internasional di Paris, yaitu 27 negara. Di dalam
perkembangannya, forum ini meluas dan berkembang menjadi forum kerja sama antara
negara-negara industri dengan negara-negara yang sedang berkembang. Pada Konferensi
Kerja Sama Ekonomi Internasional pertengahan Desember 1975 di Paris telah dihadiri oleh
negara-negara yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), Jepang, Amerika
Serikat, Australia, Kanada, Spanyol, Swedia, dan Swiss sebagai wakil pihak Utara.
Sedangkan pihak Selatan dihadiri Aljazair, Argentian, Brasilia, Kamerun, Mesir, India,
Indonesia (wakil dari ASEAN), Iran, Irak, Jamaica, Mexico, Nigeria, Pakistan, Peru, Arab
Saudi, Venezuela, Yugoslavia, Zaire, dan Zambia.
Melihat keberhasilan pada sidang pertama pada bulan Desember 1975 di Paris, maka
kemudian direncanakan persidangan kedua di Paris bulan Desember 1976. Namun, karena
adanya beberapa halangan seperti perilu di Amreika Serikat, Jerman Barat, dan Jepang, maka
sidang kedua ini ditunda pada Juni 1977.
Diantara kedua sidang tersebut, telah dilaksanakan persidangan tingkat pejabar tinggi dan
sidang kelompok anggota (April-November 1976). Persidangan ini bermaksud untuk
membantu pemecahan persoalan yang akan diputuskan pada sidang tingkat menteri pada
Mei/Juni 1977.
Dari dua kali Konferensi Kerja Sama Ekonomi Internasional dan ditambah hasil persidangan
perantara, maka forum dialog Utara-Selatan telah mengalami perkembangan. Kerja sama ini
tidak hanya dalam hal perdagangan minyak di pasaran internasional, tetapi juga meluas ke
bidang energi, bahan mentah, pembangunan, dan keuangan, dan sektor lainnya yang
mendukung perekonomian global.
II. Tujuan Kerja Sama Utara dan Selatan
Secara umum tujuan forum Utara-Selatan adalah sebagai berikut:
a.Mengharmoniskan hubungan antara negara-negara industri dengan negara-negara yang
sedang berkembang. Tata perekonomian internasional telah menuntut suatu orde baru yang
memerlukan adanya dialog dan kerja sama antara pihak Utara dengan pihak Selatan.
b.Mengikutsertakan partisipasi negara-negara berkembang dalam tatanan dan hubungan
ekonomi internasional. Untuk merealisasikan tujuan ini, negara berkembang aktid dalam
pengambilan keputusan di forum PBB dan di forum-forum di luar PBB.
c.Untuk membagi keuntungan secara adil dari hasil perdagangan internasional.
Melihat dari tujuannya, maka kerja sama Utara-Selatan dapat diartikan sebagai forum
komunikasi timbal balik yang saling menguntungkan. Dari forum komuniksi ini telah
melahirkan adanya sikap untuk saling mendidik, saling meyakinkan, dan saling mengubah
tata susunan dunia. Dalam kerja sama ini telah terjalin hubungan antarpemerintah dan
hubungan antarpihak swasta.
III. Hubungan Antara Utara dan Selatan
Istilah Utara dan Selatan sebenarnya lebih bermakna ekonomis daripada geografis. Utara
diidentifikasikan sebagai keompok negara-negara maju, sedangkan Selatan cenderung
dialamatkan kepada negara-negara berkembangatau negara Dunia Ketiga. Negara-negara
Utara mencakup negara-negara maju yang terletak di Eropa Barat, Amerika, dan Kanada.
Negara-negara Selatan mencakup negara-negara yang terletak di kawasan Asia, Afrika, dan
Amerika Latin.
Secara ekonomis, negara-negara maju memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan negaranegara berkembang relatif memiliki ekonomi yang lemah. Dari segi kekayaan alam, negaranegara maju tidak memiliki sumber alam yang cukup. Meskipun demikian, kekurangan
tersebut dapat diatasi dengan penguasaan teknologi.
Perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya antara pihak Utara-Selatan menggiring mereka
kebijakan luar negeri yang didasarkan atas kepentingan jangka panjang yang sehat yang akan
menjaga kelestarian umat manusia dan bumi. Dalam jangka panjang, pendekatan semacam
itu akan sejalan dengan kepentingan penduduk Utara itu sendiri.
Negara-negara Selatan dengan kecenderungan untuk memperoleh posisi tawar-menawar yang
seimbang dengan negara-negara Utara, terkonsentrasi dalam organisasi seperti Kelompok 77
dan Gerakan Non-Blok (GNB). Dalam wadah-wadah itulah, negara-negara Selatan
menyalurkan aspirasi mereka.
Dalam KTT GNB XI di Jakarta tahun 1992, salah satu keputusan penting yang diambil
adalah perlunya suatu Nort-South Dialogue (dialog Utara-Selatan). Dialog ini difokuskan
pada masalah-masalah perdaganagn barang komoditas internasional. Negara-negara Selatan
menginginkan komposisi harga yang adil dari penjualan komoditas tersebut dalam kerangka
New Partnership For Development (kemitraan bagi perkembangan). Dalam dialog UtaraSelatan juga dibicarakan masalah bantuan keuangan bagi negara-negara berkembang dan
pengurangan beban utang luar negeri. Bidang pertanian dan industri uga menjadi pokok
masalah yang diupayakan untuk dibicarakan.
Posisi GNB dalam kerangka kerja sama Utara-Selatan menjadi semakin memiliki arti sejak
berakhirnya Perang Dingin. Sebagai suatu gerakan politik. GNB menjadi semakin penting
eksistensinya dalam memperjuangkan apa yang disebut dengan . tata ekonomi dunia yang
lebih adil. Fokus gerakannya adalah mengajak negara-negara maju untuk memberikan
perhatian yag lebih luas dan bersikap lebih adil erhadap proses pembangunan ekonomi di
negara-negara berkembang.
IV. Negara-Negara Kelompok Selatan
Negara-negara Kelompok Selatan adalah sebutan Negara-negara berkembang (dunia ketiga)
yang kebetulan mayoritas terletak di belahan dunia bagian selatan dengan mata pencaharian
utama di bidang pertanian dan dalam tingkat kemakmurannya yang masih rendah. Kelompok
Selatan terdiri atas Negara-negara yang baru merdeka dan berkembang yang berjumlah
puluhan, diantaranya Indonesia. Negara-negara berkembang ini dahulu merupakan bekas
Negara-negara koloni yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Berkebudayaan tradisional
Ekonomi agraris dan pendapatan per kapita rendah
Tingkat kelahiran tinggi
Kemiskinan dan pengangguran tinggi
keputusan diambil dalam usaha mempererat kerja sama, seperti penurunan tarif perdagangan
dan meningktkan perdagangan.
VII. Dialog Utara Selatan
Salah satu perjuangan utama negara-negara dunia ketiga adalah mengubah hubungan
ekonomi internasional. Mereka berusaha mendapatkan modal, teknologi, dan kecakapan
manajemen dari Negara-negara maju, tetapi Negara-negara maju ingin mempertahankan
Status Quo. Melalui konferensi kerja sama ekonomi internasional di Paris, tanggal 16-18
Desember 1975, mulai dirintis Dialog Utara-Selatan untuk mencari titik-titik kesepakatan
dalam menuntut perimbangan distribusi kekayaan yang lebih adil dan partisipasi yang lebih
besar bagi Negara-negara berkembang dalam hubungan ekonomi dan pengambilan keputusan
internasional seperti forum PBB maupun forum Non-PBB.