Konferensi Potsdam
Guna menyelesaikan konflik antara pihak Sekutu dan Jerman maka
diadakan Konferensi Potsdam pada tanggal 2 Agustus 1945. Konferensi
tersebut dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman, pemimpin
Uni Sovietjoseph Stalin, dan perwakilan pemerintah Inggris Clement Richard
Attlee. Keputusan yang dihasilkan dalam konferensi ini adalah sebagai
berikut.
Jerman dibagi atas empat daerah pendudukan. Jerman Timur
(termasuk Berlin Timur) dikuasai oleh Uni Soviet.
Jerman Barat (termasuk Berlin Barat) dikuasai oleh Amerika Serikat,
Inggris, dan Prancis.
Danzig dan daerah Jerman di bagian* timur Sungai Oder dan Neisse
diberikan kepada Polandia.
Dilakukan demiliterisasi terhadap Jerman.
Penjahat perang harus dihukum.
Jerman harus membayar ganti rugi perang.
2. Perjanjian Perdamaian antara Sekutu dan Jepang
Perjanjian perdamaian antara Sekutu dengan Jepang dilakukan pada tahun
1945. Perjanjian ini menghasilkan keputusan sebagai berikut.
Kepulauan Jepang untuk sementara berada di bawah kontrol Amerika Serikat.
Kepulauan Kuril dan Sakhalin diberikan kepada Uni Soviet, sedangkan Taiwan
dan Mancuria diserahkan kepada Cina. Kepulauan-kepulauan Jepang di Pasifik
diserahkan kepada Amerika Serikat. Korea akan dimerdekakan dan untuk
sementara waktu bagian selatan Korea akan diduduki oleh Amerika Serikat
sedangkan bagian utara diduduki oleh Uni Soviet.
3. Perjanjian Perdamaian antara Sekutu dan Italia
Peijanjian Sekutu dengan Italia dilaksanakan pada tahun 1945 di Paris, Prancis.
Perjanjian ini menghasilkan keputusan sebagai berikut.
Daerah Italia diperkecil.
Trieste menjadi negara merdeka di bawah PBB.
Abesinia dan Albania dimerdekakan kembali.
Semua jajahan Italia di Afrika Utara diambil Inggris.
Italia harus membayar kerugian perang.
4. Perjanjian Perdamaian antara Sekutu dan Austria
Peijanjian Sekutu dengan Austria dilaksanakan pada tahun 1945. Peijanjian ini
menghasilkan keputusan sebagai berikut.
Kota Wina dibagi atas empat daerah pendudukan di bawah Amerika Serikat,
Inggris, Prancis, dan Uni Soviet.
Syarat-syarat lain belum dapat ditentukan pada saat itu, karena keempat negara
Sekutu tersebut belum dapat mengadakan persetujuan.
5. Perjanjian Perdamaian antara Sekutu dan Hongaria, Rumania, serta
Finlandia
Perjanjian perdamaian antara Sekutu dan Hongaria, Rumania, serta Finlandia
dilaksanakan di Paris tahun 1945. Perjanjian tersebut menghasilkan keputusan
sebagai berikut.
Wilayah setiap negara tersebut diperkecil.
Setiap negara tersebut harus membayar ganti rugi perang.
Pefang Dunia II membawa dampak yang sangat besar bagi dunia. Dampak
tersebut sangat dirasakan di berbagai bidang kehidupan seperti di bidang politik,
ekonomi, maupun sosial.
1. Bidang Politik
Dampak di bidang politik adalah tampilnya dua negara adikuasa, yaitu Amerika
Serikat dan Uni Soviet sebagai pemenang perang. Masing- masing pihak menjadi
kutub politik dunia. Amerika Serikat menjadi poros demokrasi-liberal, sedangkan Uni
Soviet menjadi poros sosialis komunis.
Akibat yang lain adalah munculnya negara-negara merdeka di Asia, seperti
Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Filipina. Selain itu, teijadi persaingan
pengaruh dari dua negara adikuasa yang menyebabkan terpecahnya beberapa
negara. Hal ini tampak dari pembagian Jerman, Korea, dan Vietnam berdasarkan
ideologi demokrasi liberal dan sosialis- komunis.
2. Bidang Ekonomi
Dampak di bidang ekonomi adalah tampilnya Amerika Serikat sebagai negara
kreditor di seluruh dunia. Amerika Serikat melancarkan program Marshall Plan untuk
membantu perekonomian negara-negara Eropa Barat.
Pasca Perang Dunia II perekonomian dunia terbagi atas sistem ekonomi liberal,
sistem ekonomi terpusat pada negara, dan sistem ekonomi campuran. Sistem
ekonomi liberal berlaku di negara-negara kapitalis, sistem ekonomi terpusat pada
negara berlaku di negara-negara komunis, dan sistem ekonomi campuran berlaku di
negara-negara yang baru merdeka.
3. Bidang Sosial
Dampak di bidang sosial adalah munculnya gerakan sosial untuk membantu
memulihkan kesejahteraan rakyat yang porak-poranda akibat perang. Timbul inisiatif
untuk mendirikan lembaga internasional yang memiliki wibawa dalam memelihara
perdamaian dunia. Inisiatif itu datang dari F.D. Roosevelt (Presiden Amerika Serikat)
yang diteruskan oleh
penggantinya Harry S. Truman, Winston Churchill (Perdana Menteri Inggris),
danjoseph Stalin (pemimpin Uni Soviet). Inisiatif itu terlaksana dengan berdirinya
United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Membuat rencana perj anj ian tentang masalah tersebut dengan negara- negara
anggota untuk diajukan kepada Majelis Umum.
Mengadakan pertemuan-pertemuan internasional tentang hal-hal yang
termasuk tugas dan wewenangnya.
Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Ekonomi dan Sosial ini dibantu oleh
badan-badan khusus, seperti:
Pasca Perang Dunia II muncul negara-negara baru di Asia dan Afrika. Negaranegara baru tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Cina
Pada akhir Perang Dunia II, Cina muncul sebagai negara besar dan
menjadi salah satu dari the big five. Cina yang dimaksud adalah Cina
Nasionalis di bawah Presiden Chiang Kai Shek. Sementara itu terjadi
bentrokan antara goiongan nasionalis (Kuo Min Tang) dengan golongan
komunis (Kung Chang Tang). Kedua golongan itu mempunyai ideologi
yang berbeda. Walaupun telah diadakan perundingan untuk
menghentikan perselisihan, namun tidak membuahkan hasil.
Akibatnya, perang tidak dapat dihindari dan meletus pada tahun 1946.
Pada mulanya, Chiang Kai Shek dapat menguasai keadaan, tetapi
ketika tentara komunis pimpinan Mao Tse Tung mulai melancarkan
serangan terus-menerus, Chiang Kai Shek bersama pengikutpengikutnya yang setia terpaksa meninggalkan daratan Cina dan
menyingkir ke Pulau Taiwan sampai sekarang.
Setelah seluruh daratan Cina jatuh ke tangan Kung Chang Tang, maka pada
tanggal 1 Oktober 1949 diproklamasikan berdirinya Republik Rakyat Cina dengan
ibu kotanya Beijing. Mao Tse Tung diangkat sebagai presiden pertama.
Pemerintahan Cina segera diakui oleh Uni Soviet dan negara-negara komunis
lainnya. Beberapa waktu kemudian negara- negara nonkomunis juga mulai
mengakuinya, seperti Myanmar, India, Inggris, Prancis, dan lain-lain. Sedangkan
Amerika Serikat tidak mengakui pemerintahan Mao Tse Tung, tetapi mengakui
pemerintahan Chiang Kai Shek di Taiwan. Amerika Serikat juga menentang
hadirnya Cina di PBB.
2. Korea
Setglah berakhirnya Perang Dunia II, daerah jajahan Jepang di Asia Timur
mengalami peralihan kekuasaan. Hal tersebut diatur oleh Sekutu dalam
Perundingan Moskow tahun 1945. Dalam perundingan tersebut dijelaskan selama
lima tahun Korea di bawah pengawasan Dewan Perwalian dan dibagi menurut garis
38 LU. Korea Utara dengan pusatnya di Pyongyang di bawah pengawasan Uni
Soviet. Sedangkan Korea Selatan dengan pusatnya Seoul di bawah pengawasan
Amerika Serikat. Amerika Serikat membentuk Republik Korea Selatan dengan
Syngman Rhee sebagai presiden, meskipun demikian tentara Amerika Serikat tetap
menduduki wilayah tersebut. Kemudian Uni Soviet mengimbangi dengan
membentuk Republik Demokrasi Korea dengan Kim II Sung sebagai presiden,
tetapi Uni Soviet meninggalkan negara tersebut pada bulan September 1948.
Pada tanggal 25 Juni 1950, Korea Utara menyerang Korea Selatan dan
menyerbu kota Seoul, Inchon, dan Pusan. Dewan Keamanan PBB dalam sidang
yang tidak dihadiri Uni Soviet menetapkan Korea Utara sebagai agresor. Untuk
membela Korea Selatan dibentuk pasukan PBB yang berasal dari enam belas
negara. Presiden Harry S. Truman mengangkat Jenderal Douglas MacArthur
sebagai panglima tertinggi pasukan PBB untuk membebaskan Korea Selatan.
Menurut MacArthur, demi keamanan sebaiknya Korea menjadi satu negara. Oleh
karena itu, operasi perlu dilanjutkan sampai melampaui garis demarkasi dan
merebut Pyongyang.
Dalam keadaan terdesak, Korea Utara mendapat bantuan dari Cina yang
menerjunkan puluhan ribu pasukannya. Akibatnya, pasukan PBB di bawah
pimpinan MacArthur kembali ke daerah Korea Selatan sampai garis 38 LU. Pada
tahun 1951, pasukan Korea Utara dapat menduduki Seoul. Dalam serbuan tersebut,
Jenderal W.H. Walker dari Amerika Serikat tewas, ia kemudian digantikan oleh
Jenderal Matthew Ridgway yang berhasil membebaskan kembali Korea Selatan.
Atas desakan Amerika Serikat, Dewan Keamanan PBB memutuskan Cina bersalah.
Oleh karena itu, dilakukan embargo terhadap Cina.
Menurut MacArthur, operasi militer harus dilanjutkan sampai ke Cina dan
Mancuria sebagai sumber agresi. Tetapi pendapat MacArthur ditentang oleh negaranegara Sekutu dan juga menimbulkan penilaian kurang baik terhadap Amerika
Serikat. Demi kepentingan politik Amerika Serikat, akhirnya Jenderal MacArthur
ditarik oleh Presiden Harry S. Truman dan digantikan oleh Jenderal Ridgway
sebagai panglima pasukan PBB di Korea. Guna menghentikan perang, diadakan
Perjanjian Kaesong, namun tidak
membawa hasil. Sementara itu, pertempuran terus berlangsung. Jenderal Mark
Clark yang menggantikan Ridgway memerintahkan pemboman terhadap
pembangkit listrik Korea Utara di Sungai Yalu, sehingga timbul reaksi dari Uni
Soviet dan Cina yang membela Korea Utara.
Perang Korea baru berakhir pada tanggal 27 Juli 1953 setelah Amerika Serikat,
Cina, dan Korea Utara menandatangani perjanjian genjatan senjata. Pihak Korea
Selatan menolak menandatangani perjanjian tersebut, namun berjanji untuk
menghormatinya.
3. Malaysia
Setelah Perang Dunia II, pemerintah Inggris kembali berkuasa di Semenanjung
Malaya. Sebagai langkah perubahan pemerintahan, pada tahun 1946 dibentuk
Union of Malaya. Uni tersebut terdiri dari sembilan negeri, yaitu Pahang, Perak,
Selangor, Kedah, Kelantan, Perlis, Trengganu, Malaka, dan Penang. Pada tahun
1948, Union of Malaya statusnya ditingkatkan menjadi Federation of Malaya.
Setelah Perang Dunia II, Vietnam dibagi atas Vietnam Utara dan Vietnam
Selatan menurut garis 17 LU. Vietnam Utara diduduki oleh Cina, sedangkan
Vietnam Selatan diduduki oleh Inggris. Cina kemudian menginginkan Vietnam
sebagai negara Asia yang merdeka, sedangkan Inggris menginginkan Prancis
menjajah kembali Vietnam. Di daerah pendudukan Cina, Ho Chi Minh
memproklamasikan berdirinya negara Vietnam Utara. Guna mengimbangi Vietnam
Utara, Prancis kemudian mengangkat Kaisar Bao Dai menjadi kepala negara
Vietnam Selatan.
Inggris dan Amerika Serikat mengakui pemerintahan Bao Dai, sedangkan Uni
Soviet dan Cina mengakui Ho Chi Minh. Di bawah Jenderal Nguyen Giap, pada
tahun 1954, Vietnam Utara melancarkan serangan dan berhasil merebut benteng
terakhir pasukan Prancis di Dien Bien Phu yang dipertahankan oleh Kolonel De
Castries.
Dalam Perjanjian Jenewa tahun 1954 disepakati membagi dua, Vietnam menjadi
Vietnam Utara di bawah Ho Chi Minh dan Vietnam Selatan di bawah Bao Dai.
Karena Bao Dai tidak mau kembali ke Vietnam Selatan, akhirnya ia digantikan oleh
Perdana Menteri Ngo Dinh Diem. Melalui referendum pada tahun 1956, Vietnam
Selatan berubah menjadi republik dan Ngo Dinh Diem diangkat sebagai presiden.
Pasukan Vietnam Utara melakukan perang ke wilayah Vietnam Selatan.
Vietnam Utara mendapat bantuan dari Cina dan Uni Soviet, sedangkan Vietnam
Selatan mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Akibatnya, pecah Perang Vietnam
yang secara tidak langsung melibatkan negara-negara besar.
6. Kamboja
Sesudah Perang Dunia II, Kamboja menjadi negara merdeka di bawah pimpinan
Norodom Sihanouk. Pada tahun 1947, Kamboja maju selangkah menjadi negara
monarki konstitusional. Sementara itu, rasa tidak puas terhadap Prancis juga timbul
di Kamboja, sehingga Norodom Sihanouk pernah meninggalkan negaranya.
Norodom Sihanouk mengungsi ke Thailand sambil mengancam akan membawa
persoalan Kamboja ke forum PBB. Setelah keadaan dapat diatasi, akhirnya
Norodom Sihanouk bersedia kembali ke negaranya. Pada tahun 1949, Kamboja
diakui sebagai negara merdeka namun tetap dalam lingkungan Uni Prancis. Pada
tahun 1953, Kamboja keluar dari lingkungan Uni Prancis dan menjadi negara yang
merdeka dan berdiri sendiri.
7. Thailand
Pada akhir tahun 1941, Thailand diduduki oleh Jepang. Saat itu Thailand
diperintah oleh Luang Phibun Songkhram. Atas desakan Jepang, Thailand
menyatakan perang kepada Sekutu. Selama Perang Dunia II, beberapa wilayah
Vietnam dan Semenanjung Malaya berhasil direbut oleh Thailand. Tetapi tidak
semua rakyat mendukung politik Luang Phibun Songkhram. Rakyat di bawah
pimpinan Pridi Banomyong mengadakan perjuangan bawah tanah melawan Jepang.
Ketika perang berakhir Thailand mengalami nasib yang sangat buruk, Pridi
Banomyong merebut kekuasaan dari tangan Luang Phibun Songkhram. Dalam
perebutan kekuasaan
Amerika Serikat akan memberikan pinjaman jangka panjang kepada negaranegara Eropa Barat untuk membangun kembali perekonomiannya.
dipimpin oleh Amerika Serikat dan Inggris. Pengaruh Cina semakin meningkat
seiring dengan politik luar negerinya yang ingin mengembalikan daerah-daerah
kekuasaan Cina di zaman kuno. Daerah kekuasaan Cina Kuno, meliputi Korea,
Myanmar, dan sebagian India, serta beberapa daerah di Asia Tenggara. Penanaman
pengaruh komunis di kawasan ini sesungguhnya bukan hanya alasan historis, tetapi
lebih didorong oleh faktor kekayaan alam kawasan Asia Tenggara. Alasan terakhir
ini lebih mengarah pada ambisi Cina untuk memperkukuh posisi ekonominya di
percaturan politik internasional. Dengan demikian, sangatlah logis kalau Cina
semakin melibatkan diri di kawasan Asia Tenggara.
Pengaruh Cina Komunis dan Uni Soviet di Asia Tenggara tidak saja mengancam
kehidupan demokrasi negara-negara kawasan itu, tetapi juga tantangan serius
terhadap Amerika Serikat. Amerika Serikat memandang perlu memberikan bantuan
kepada negara-negara di Asia Tenggara. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John
Foster Dulles, mendesak Presiden Dwight David Eisenhower untuk menciptakan
politik baru di Vietnam dengan jalan memberikan bantuan kepada Prancis yang
sudah di ambang kekalahan melawan pasukan Vietminh. Apalagi kalau melihat
Vietminh mendapat suplai senjata dari Cina dan Uni Soviet. Akan tetapi, bantuan
Amerika Serikat itu sia-sia, karena pada tanggal 7 Mei 1954 Dien Bien Phu yang
merupakan benteng pertahanan Prancis jatuh ke tangan Vietminh. Peristiwa ini
merupakan kekalahan pihak Prancis, dan sebaliknya kemenangan pihak komunis.
Berdasarkan alasan itulah Presiden Amerika Serikat, Dwight David Eisenhower
dan Menteri Luar Negeri John Foster Dulles mempertegas politik luar negerinya
dengan mendekritkan sebuah teori yang bernama domino theory. Nama ini
berdasarkan pada suatu ilusi Presiden Eisenhower yang mengumpamakan
percaturan politik disamakan dengan permainan kartu domino. Perjanjian Jenewa
yang diharapkan dapat mengakhiri konflik di antara pihak yang saling bertentangan
di Vietnam tidak membuahkan hasil. Pembagian Vietnam menjadi Vietnam Utara
dan Vietnam Selatan tidak mendatangkan kepuasan antara kaum komunis di satu
pihak dan nonkomunis di lain pihak. Pembagian ini justru memperdalam jurang
pertentangan di antara kedua belah pihak yang masing-masing mengundang
campur tangan asing. Vietnam Utara yang berhaluan komunis mendapat bantuan
dari Cina dan Uni Soviet. Sementara Vietnam Selatan yang berideologi demokrasi
liberal mendapat bantuan dari Amerika Serikat.
Keterlibatan Amerika Serikat secara langsung di Vietnam Selatan jika
dilihat dari situasi dan kondisinya memang sangat tepat. Sebab pada saat
itu keadaan Vietnam Selatan sangat lemah.
Keadaan sosial-ekonominya sangat rapuh, sedangkan keadaan politiknya
mengalami goncangan. Setelah Prancis meninggalkan daerah itu, ternyata
Vietnam Selatan belum juga dapat berdiri tegak. Hal ini disebabkan adanya
pengaruh masa sebelumnya, yaitu sifat pemerintahan boneka yang selalu
menguntungkan negara asing yang dianggap sebagai pelindung. Oleh
karena itu, kedatangan Amerika Serikat oleh pemerintah Vietnam Selatan
betul-betul diterima dengan baik.
Guna memperkuat pertahanan Vietnam Selatan, Amerika Serikat
menempatkan 460.000 pasukannya di negeri itu. Mulai tahun 1955, Amerika
Serikat benar-benar'menjadi pendukung pemerintahan Ngo Dinh Diem.
Setelah bertahun-tahun diperjuangkan, pada tahun 1976 akhirnya Vietnam
dapat dipersatukan di bawah kekuasaan komunis. Kemudian Vietnam membentuk
persatuan Indo Cina yang diberi nama Federasi Indo Cina di bawah panji-panji
komunis sebagaimana yang dicita-citakan oleh Ho Chi Minh.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi persaingan antarnegara komunis di
Asia Tenggara. Hal ini dapat dilihat dari konflik yang terjadi antara negara Vietnam
dan Kamboja soal wilayah perbatasan. Dalam persoalan ini, Kamboja di bawah
pimpinan Pol Pot menolak usul penyelesaian konflik perbatasan melalui forum PBB.
Sikap keras Kamboja terhadap masalah perbatasan dengan Vietnam sebenarnya
tidak dapat dilepaskan dari konflik politik yang lebih luas, yakni konflik Cina-Soviet.
Di belakang Kamboja berdiri Cina dan di belakang Vietnam ada Uni Soviet. Menurut
Brzenzinski, apa yang sedang berkembang di Kamboja itu adalah suatu proxy war,
perang tanding j arak jauh antara Cina dan Uni Soviet di Asia Tenggara. Vietnam
dan Kamboja adalah pion-pion yang bertempur di medan perang.
Selain di wilayah Asia dan Eropa, pertentangan ideologi antara Amerika Serikat
dan Uni Soviet terjadi juga di kawasan Amerika. Presiden Kuba, Fidel Castro
mendirikan negara komunis di Kuba. Peristiwa ini mendapat reaksi keras dari
Amerika Serikat. Pemerintah Amerika Serikat mendukung pemberontakan yang
dilakukan oleh kekuatan antikomunis di Kuba, namun tidak berhasil. Titik
ketegangan ini terjadi di Teluk Babi pada tahun 1961. Negara-negara di kawasan
Amerika Tengah lainnya, seperti Nikaragua juga dikuasai oleh kaum komunis.
Kelompok komunis yang bernama Front Pembebasan Nasional Sandinista antara
tahun 1975-1990 berkuasa di Nikaragua.
Di Benua Afrika, kelompok militer sayap kiri telah menguasai pemerintahan
Ethiopia antara tahun 19741991. Sistem pemerintahan sosialis telah membuat
negara itu bersekutu dengan Uni Soviet. Di Angola dan Mozambik sejak tahun 19751990 kelompok komunis juga menguasai pemerintahan.
Pada tahun 1978, gerakan berhaluan komunis di Afganistan pimpinan
Mohammad Tariki berhasil menumbangkan Daud Khan melalui kudeta
berdarah. Setelah berkuasa, pemerintahan Mohammad Tariki
yang pro-Uni Soviet ini mendapat perlawanan dari kelompok
lain yang dipimpin oleh Haizullah Amin. Guna menyelamatkan
rezim komunis yang sedang berkuasa, pada bulan Desember
1979 Uni Soviet melakukan invasi militer ke Afganistan. Invasi
ini juga dimaksudkan untuk mengimbangi kekuatan
bersenjata Amerika Serikat di Asia Barat Daya dan pengaruh
liberalismenya. Kelompok Mujahidin melakukan perlawanan
gigih terhadap invasi militer Uni Soviet. Akhirnya, kelompok
Mujahidin berhasil memukul mundur pasukan Uni Soviet.
Pada tahun 1989, pasukan Uni Soviet ditarik mundur dari
Afganistan.
Selama Perang Dingin berlangsung, kedua negara
adikuasa tersebut tidak pernah terlibat langsung dalam suatu konflik (peperangan)
terbuka, tetapi mereka hampir selalu berada di belakang negara-negara yang
sedang bersengketa. Mereka memberikan bantuan persenjataan dan memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat negara-negara yang sedang bersengketa itu. Selama
berlangsung Perang Dingin, situasi dan kondisi dunia telah diwarnai oleh peristiwaperistiwa sebagai berikut.
a. Perlombaan Senjata Nuklir
Perlombaan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Uni Soviet telah
menimbulkan ketegangan yang luar biasa di kalangan masyarakat dunia.
Masyarakat dunia diliputi kekhawatiran akan meletusnya perang nuklir yang
dahsyat. Suatu isu sensitif yang menyangkut kedua pihak atau berbagai isu global
bisa menyeret mereka ke dalam kancah perang terbuka.
Jenis-jenis senjata nuklir ini meliputi senjata nuklir yang mempunyai jarak
jangkau antarnegara dan antarbenua. Bahaya yang ditimbulkannya bila terjadi
perang sangat dahsyat dan bisa menghancurkan kelangsungan hidup manusia dan
makhluk lainnya. Sebagai contoh dari bahaya yang ditimbulkan oleh senjata nuklir
adalah ketika reaktor nuklir Chernobil di Uni Soviet meledak pada tanggal 26 April
1986. Bencana tersebut telah mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia,
ratusan orang terkontaminasi zat radio aktif, dan ratusan ribu orang terpaksa
mengungsi. Kontaminasi akibat ledakan reaktor nuklir tersebut menyebabkan cacat
pada kulit dan organ tubuh lainnya.
Sementara itu, PBB merasa terpanggil untuk mengurangi meningkatnya
perlombaan senjata nuklir kedua belah pihak. PBB membentuk lembaga yang
disebut Atomic Energy Commission pada tanggal 24 Januari 1946. Lembaga ini
bertugas mencarijalan untuk penggunaan tenaga atom guna maksud-maksud
damai, serta mencegah penggunaannya untuk tujuan perang. Pada akhir Desember
1946, komisi itu menyetujui usul Amerika Serikat untuk mengadakan pengawasan
dan pengaturan yang ketat dengan maksud mencegah produksi senjata nuklir yang
dilakukan
secara diam-diam. Akan tetapi, Uni Soviet keberatan dan mengemukakan usul
pengurangan persenjataan secara menyeluruh. Namun, Amerika Serikat menolak
usul Uni Soviet. Oleh karena itu, Uni Soviet memveto usul Amerika Serikat dalam
sidang Dewan Keamanan PBB tahun 1947. Pada tanggal 29 Agustus 1949, Uni
Soviet mengadakan uji coba peledakan bom atomnya yang pertama.
Peristiwa uji coba peledakan bom atom Uni Soviet ini menimbulkan rasa
khawatir Amerika Serikat. Amerika Serikat tidak menduga akan secepat itu Uni
Soviet mengejar ketertinggalannya. Pada tahun 1950, Presiden Amerika Serikat
Harry S. Truman, memerintahkan pengadaan program darurat bagi penelitian bom
hidrogen. Penelitian tersebut berhasil menghasilkan bom hidrogen dan
pengujiannya dilakukan pada bulan November 1952. Namun, sembilan bulan
kemudian Uni Soviet juga sudah mampu membuat bom hidrogen sfcndiri.
Berikut ini perbandingan kekuatan militer antara Amerika Serikat dan Uni Soviet
pada tahun 1983.
Tabel Perbandingan Persenjataan Antara Blok Barat dan Timur
Amerika
No.
Jenis Senjata
Uni Soviet
Serikat
1. Rudal antibalistik yang
berpangkalan di darat
1.052
1.398
Rudal balistik yang
2. ditembakkan dari kapal
584
989
3. selam
Pesawat
pembom
pembawa rudal balistik
376
150
4. Rudal
balistik
bersasaran
ledak
6.774
4.872
jamak
5. Rudal balistik yang
ditembakkan dari darat
108
860
Rudal balistik yang
6. ditembakkan
dari
218
880
pesawat pembom
Pakta
NATO
Warsawa
7. Tank
8. Senjata artileri
Senjata antipesawat
9.
udara
Peluncur
rudal darat ke
10.
udara
17.000
45.000
9.500 19.400
5.300
6.500
1.800
6.300
350
1.200
b. Sistem Aliansi
Pada saat memuncaknya Perang Dingin, setiap negara yang bertentangan
berusaha memperkuat dirinya dengan bergabung dalam suatu aliansi. Hal ini sesuai
dengan polarisasi kekuatan dua negara adikuasa,
yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dunia terbagi dalam dua blok yang saling
bertentangan. Keadaan seperti ini memengaruhi perkembangan dunia.
Beberapa bentuk sistem aliansi, antara lain sebagai berikut.
The Communist Information Bureau (Cominform), dibentuk tahun 1947 sebagai
wadah kerja sama partai-partai komunis Eropa yang berpusat di Beograd,
Yugoslavia.
North Atlantic Treaty Organization (NATO) didirikan pada tahun 1949. Anggota
NATO antara lain Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman Barat,
Belgia, Luksemburg, Norwegia, Irlandia, Denmark, Portugal, Italia, Yunani,
Belanda, dan Turki. Mula-mula NATO bermarkas di Paris, Prancis. Namun
setelah Prancis keluar dari NATO, markas besar NATO dipindah ke Brussel,
Belgia. Prancis keluar dari NATO karena Prancis beranggapan bahwa NATO
didominasi oleh Amerika Serikat. Sejak itu, Prancis lebih dekat kepada Uni
Soviet dan Cina meskipun tidak menjadi anggota Blok Timur. NATO merupakan
pakta pertahanan yang berprinsip jika salah satu negara anggotanya diserang
maka negara anggota yang lain akan membantu.
Perjanjian antara Cina dan Uni Soviet tahun 1950 mengenai kerja sama kedua
negara guna menghadapi kemungkinan agresi Jepang. Pakta Australia, New
Zealand, and United State (ANZUS), yaitu pakta pertahanan antara negara
Amerika Serikat, Australia, dan New Zealand (Selandia Baru) yang didirikan
tahun 1951.
Pakta Warsawa dibentuk pada tahun 1955. Pakta Warsawa merupakan kerja
sama pertahanan negara-negara komunis di kawasan Eropa Timur. Anggota
Pakta Warsawa antara lain Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman
Timur, Hongaria, Polandia, dan Rumania.
South East Asia Treaty Organization (SEATO) dibentuk tahun 1954. SEATO
merupakan kerja sama pertahanan antara negara-negara Asia Tenggara dengan
pihak Barat. Anggotanya terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Filipina,
Singapura, dan Thailand.
Central Treaty Organization (CENTO) atau Pakta Bagdad merupakan pakta
pertahanan yang bertujuan membendung pengaruh komunis. Pakta ini didirikan
oleh Irak, Iran, Turki, Pakistan, dan Inggris di Bagdad (Irak) pada tahun 1955.
Pada tahun 1958, Amerika Serikat menggabungkan diri dengan pakta ini.
c. Kegiatan Spionase
Kegiatan spionase (mata-mata) juga turut mewarnai percaturan politik selama
berlangsungnya Perang Dingin. Kegiatan spionase tersebut dapat dilihat dari
kegiatan yang dilakukan oleh agen-agen intelijen kedua belah pihak yang bertikai.
Dinas intelijen Uni Soviet bernama Komitet Gasudarstevennoy Bezopasnosti
(KGB) sedangkan dinas intelijen Amerika Serikat bernama Central Intelligence
Agency (CIA). KGB dan CIA selalu berusaha untuk memperoleh informasi rahasia
mengenai segala hal yang menyangkut kekuatan musuh-musuh mereka. KGB dan
CLA juga turut berperan
Kebangkitan Jepang
Selama beberapa tahun setelah kekalahannya dalam Perang Dunia
II, ekonomi Jepang hampir seluruhnya lumpuh akibat kerusakan perang. Kekurangan
pangan yang parah, inflasi yang tinggi, dan pasar gelap terjadi di mana-mana.
Bangsa Jepang telah kehilangan semua wilayahnya di seberang lautan, selain itu
jumlah penduduknya juga melonjak dengan penambahan sekitar enam juta orang
yang pulang dari luar negeri. Pabrik- pabrik hancur karena serangan udara yang
dilakukan oleh tentara Sekutu. Produksi dalam negeri menurun karena
dihentikannya pesanan oleh pihak militer dan perdagangan luar negeri dibatasi oleh
tentara pendudukan Amerika Serikat. Meskipun demikian, rakyat Jepang mulai
bangkit untuk membangun kembali ekonomi yang hancur akibat perang.
Dalam perkembangannya, Jepang mampu memanfaatkan segala dukungan dan
bantuan dari Amerika Serikat. Bahkan dalam beberapa hal, Jepang telah mampu
mengambil alih fungsi-fungsi ekonomi global yang dipikul Amerika Serikat.
Kelebihan dana yang dimiliki Jepang digunakan untuk membantu perekonomian
negara lain di kawasan Asia Pasifik, bahkan Amerika Latin. Nilai investasi Jepang di
Amerika Serikat lebih kurang 12%. Nilai investasi itu mengalami lonjakan pada
tahun 1988. Pada tahun 1987, nilai investasi Jepang US$7 miliar dan pada tahun
1988
Perbedaan kondisi sosial, ekonomi, serta budaya antara pihak Utara dan
Selatan menggiring mereka pada keadaan saling ketergantungan (interdependensi).
Di satu sisi, negara-negara Utara memiliki keunggulan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, namun kurang didukung oleh sumber daya alam yang
melimpah. Sebaliknya, negara-negara Selatan memiliki sumber daya alam yang
melimpah, namun kurang didukung oleh penguasaan teknologi. Dengan kondisi ini,
kedua pihak menganggap penting adanya kerja sama Utara-Selatan.
Pokok persoalan dalam kerja sama Utara-Selatan adalah upaya perubahan
dalam tata hubungan dunia baru yang lebih adil. Hubungan tersebut harus berubah
dari bentuk pemerasan oleh negara-negara di kawasan Utara ke bentuk pembagian
keuntungan bersama. Dengan kata lain, hubungan tersebut harus berubah dari
subordinasi ke bentuk kemitraan.
Negara-negara Utara cenderung memaksakan model pembangunan mereka
terhadap negara-negara Selatan. Pemaksaan ini dapat mereka lakukan melalui
perundingan-perundingan dalam lembaga keuangan internasional, seperti Bank
Dunia dan IMF. Bank Dunia dan IMF mengeluarkan Program Penyelesaian
Terstruktur atau Structural Adjustment Program (SAP) yang intinya memaksa
negara-negara yang mendapat bantuan utang untuk lebih membuka pasar dalam
negeri mereka, menekankan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang-barang
yang bisa diekspor, dan mengurangi subsidi pemerintah terhadap sektor publik. Di
Afrika dan Amerika Latin, program ini menciptakan kemiskinan di kalangan rakyat
jelata. Sehubungan dengan keadaan yang dialami oleh negara-negara Selatan itu,
ada baiknya diadakan pembenahan di kalangan negara-negara Selatan sendiri.
Negara-negara Selatan harus meningkatkan kekuatan politik dan ekonomi mereka.
Di pihak lain, negara-negara Utara harus membiarkan negara-negara Selatan bebas
melaksanakan strategi pembangunan alternatif mereka tanpa melakukan
pembatasan terhadap negara-negara tersebut. Negara-negara di Utara harus
melaksanakan kebijakan ekonomi dan kebijakan luar negeri yang didasarkan atas
kepentingan jangka panjang yang sehat.
Guna menghindari terjadinya pertentangan yang semakin tajam antara
kelompok Utara dan Selatan maka perlu diadakan dialog Utara- Selatan. Istilah
dialog Utara-Selatan mulai popular sejak dilangsungkannya konferensi kerja sama
ekonomi internasional tingkat menteri di Paris, Prancis tahun 1975. Tujuan yang
mendasar dari dialog Utara-Selatan adalah mencari kesepakatan dalam mengubah
hubungan antara negara- negara maju dengan negara-negara berkembang.
Konferensi Paris diharapkan bisa menghasilkan perubahan hubungan ke arah
persamaan dalam Orde Ekonomi Internasional Baru. Dapat pula dikatakan bahwa
negara-negara berkembang menginginkar distribusi kekayaan yang lebih adil dan
menuntut partisipasi yang lebih besar dalam hubungan ekonomi internasional.
3. Munculnya Ikatan yang Bersifat Global dan Regional
Berdirinya lembaga atau organisasi internasional, baik yang bersifat global
maupun regional bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
kesejahteraan para anggotanya. Beberapa lembaga atau organisasi tersebut akan
diuraikan dalam pokok bahasan berikut ini.
a. Konferensi Asia-Afrika
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, muncul negara-negara
baru di kawasan Asia dan Afrika.
Secara umum, kondisi negara-negara tersebut sangat
memprihatinkan. Hal tersebut disebabkan oleh munculnya masalah
di bidang politik, ekonomi, sosial, dan keamanan di masing-masing
negara tersebut.
Meninjau kedudukan rakyat Asia dan Afrika khususnya dan dunia pada
umumnya, serta sumbangan yang dapat mereka berikan untuk perdamaian
dunia.
Puncak dari komitmen tersebut diwujudkan dalam Konferensi Asia-Afrika pada
tanggal 18 April 1955 di Bandung. Ketua konferensi tersebut adalah Perdana
Menteri Ali Sastroamijoyo, sedangkan sekretaris konferensi dijabat oleh Roeslan
Abdul Ghani.
Dalam konferensi yang dihadiri 29 negara tersebut, berhasil dirumuskan
Dasasila Bandung. Dasasila Bandung merupakan dasar bagi bangsa-bangsa di
kawasan Asia dan Afrika dalam memperjuangkan hak- haknya. Berikut ini isi dari
Dasasila Bandung.
Menghormati hak dasar manusia sebagaimana yang tercantum dalam Piagam
PBB.
Menghormati kedaulatan dan integrasi teritorial semua bangsa.
Mengakui persamaan semua bangsa, baik besar maupun kecil.
Tidak melakukan intervensi atau campur tangan masalah dalam negeri negara
lain.
negara-negara anggota Gerakan Non Blok. Gerakan Non Blok muncul sebagai
kekuatan netral (tidak memihak salah satu blok) dan berusaha meredam
persaingan kedua blok tersebut dengan tidak menjadi anggota salah satu blok
guna menghindari pecahnya Perang Dunia III.
Setelah Uni Soviet runtuh, negara Eropa Timur yang tergabung dalam Pakta
Warsawa bubar dan Perang Dingin pun berakhir dengan sendirinya. Dengan
berakhirnya Perang Dingin, isu utama yang diangkat Gerakan Non Blok
bergeser menjadi aksi melawan kemiskinan di seluruh dunia, kerusakan
lingkungan, uji coba senjata nuklir, serta perdagangan narkotika dan obat-obat
terlarang.
c. ASEAN
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dibentuk dalam rangka
menggalang kerja sama pada bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan di
kawasan Asia Tenggara. Organisasi regional itu secara resmi berdiri pada tanggal 8
Agustus 1967. ASEAN dibentuk berdasarkan Deklarasi Bangkok (Bangkok
Declaration) yang ditandatangani oleh lima utusan dari lima negara di kawasan Asia
Tenggara. Berikut ini tokoh-tokoh yang menandatangani Deklarasi Bangkok.
Adam Malik (Menteri Utama Bidang Politik/Menteri Luar Negeri Indonesia).
Tun Abdul Razak (Wakil Perdana Menteri/Menteri Pembangunan Nasional
Malaysia).
S. Rajaratnam (Menteri Luar Negeri Singapura).
Narciso Ramos (Menteri Luar Negeri Filipina).
Thanat Khoman (Menteri Luar Negeri Thailand).
1) Tujuan ASEAN
Sebagai sebuah organisasi, ASEAN mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Berikut ini tujuan yang ingin dicapai oleh ASEAN.
Mempercepat kemajuan ekonomi, sosial, dan mengembangkan kebudayaan
di kawasan Asia Tenggara.
Rancangan Spaak ini disetujui pada tanggal 25 Maret 1957 di Roma dan kedua
rancangan tersebut mulai berlaku tanggal 1 Januari 1958.
Sebagai sebuah organisasi yang beranggotakan negara-negara maju, MEE
mempunyai tujuan yang jelas. Berikut ini tujuan dari organisasi MEE.
18
1
keanggotaan dari lembaga tersebut juga bertambah. Hal ini dibuktikan masuknya
negara-negara lain sebagai anggota baru, yaitu Swedia, Finlandia, Estonia, Latvia,
Lituania, Polandia, Malta, Austria, Slovenia, Siprus, Ceko, Slovakia, Hongaria,
Bulgaria, dan Rumania.
Sejak proklamasi, Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif Sistem
politik luar negeri ini dipilih dalam rangka menjamin kerja sama dan hubungan baik
dengan bangsa lain di dunia. Prinsip bebas, artinya Indonesia tidak memihak
kepada salah satu blok dan menempuh cara sendiri dalam menangani masalahmasalah internasional. Sedangkan prinsip aktif artinya Indonesia berusaha sekuat
tenaga untuk ikut memelihara perdamaian dunia dan berpartisipasi meredakan
ketegangan internasional. Dasar politik luar negeri yang diperkenalkan oleh
Mohammad Hatta tersebut tidak hanya menjadi kebijakan pemerintah Orde Lama
(Soekarno), namunjuga pada masa Orde Baru (Soeharto). Masing-masing
pemerintah cenderung untuk memberikan penafsiran sendiri terhadap dasar-dasar
politik luar negeri tersebut sesuai dengan tujuan masing-masing.
1. Masa Orde lama
Hubungan luar negeri yang dirintis sejak perang kemerdekaan berkembang
sesudah pengakuan kedaulatan tahun 1949. Kabinet RIS di bawah Mohammad
Hatta melaksanakan hubungan luar negeri yang dititikberatkan kepada negaranegara Asia dan negara-negara Barat, karena kepentingan Indonesia masih terkait
dengan negara-negara Eropa. Pemasaran hasil bumi Indonesia masih berpusat di
negeri Belanda dan Eropa Barat pada umumnya. Untuk kepentingan yang sama,
pemerintah mengirim Ir. Juanda ke Amerika Serikat untuk mencari bantuan yang
tidak mengikat.
Setelah kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1950, kebijakan luar negeri Perdana Menteri Hatta dilanjutkan oleh
kabinet berikutnya, di antaranya Kabinet Natsir dan Kabinet Sukiman. Pada masa
Kabinet Sukiman, pemerintah Indonesia mengadakan pertukaran surat dengan
pemerintah Amerika Serikat. Pertukaran itu dilakukan antara Menteri Luar Negeri
Ahmad Subarjo dan Duta Besar Merle Cochran. Isi surat tersebut adalah upaya
penjajakan pemerintah Indonesia untuk mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat
berdasarkan Mutual Security Act (MSA). Sekalipun masih
dalam tingkat pertukaran surat, kejadian ini mengundang reaksi dari berbagai pihak.
DPRS mengajukan hak interpelasi atas kebijakan luar negeri yang menyangkut
MSA. Pada waktu itu pemerintah dianggap telah meninggalkan politik luar negeri
bebas aktif dan memasukkan Indonesia ke dalam sistem pertahanan Blok Barat.
Pengganti Kabinet Sukiman adalah Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Kabinet ini
melaksanakan offensive diplomatic yang menonjol, yaitu menitikberatkan pada kerja
sama antara negara-negara Asia-Afrika. Kenyataan ini bukan berarti Indonesia akan
membentuk blok ketiga. Pembentukan organisasi ini merupakan landasan dalam
rangka memupuk solidaritas bangsa Asia-Afrika dan menyusun kekuatan agar
mendapatkan posisi yang menguntungkan bagi bangsa Asia-Afrika di tengah
percaturan politik internasional. Indonesia mensponsori penyelenggaraan
Konferensi Asia-Afrika di Bandung.
Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap, pemerintah Indonesia menjalankan
politik luar negeri yang dekat dengan Blok Barat. Selain dengan Amerika Serikat dan
Australia, dijalin pula hubungan dengan Inggris, Singapura, dan Malaysia. Indonesia
memperoleh bantuan makanan dari Amerika Serikat seharga US$96.700.000
berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 2 Maret 1956. Bahkan
secara resmi Presiden Soekarno diundang untuk mengunjungi Amerika Serikat oleh
Menteri Luar Negeri John Foster Dulles, pada bulan Maret 1956.
Untuk menunjukkan bahwa Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif,
pada bulan Agustus 1956 Presiden Soekarno mengunjungi Uni Soviet. Pada
kunjungan ini, telah ditandatangani perjanjian kerja sama pemberian bantuan
ekonomi dengan tidak mengikat dari Uni
Soviet sebesar US$100.000.000. Pada bulan yang sama Presiden Soekarno
mengadakan kunjungan ke Cekoslovakia dan Yugoslavia. Sedangkan kunjungan ke
Cina dilakukan pada bulan Oktober 1956.
Pada tahun 1971, Malaysia mengajukan sebuah konsep tentang kawasan Asia
Tenggara yang damai, bebas, dan netral atau lebih dikenal dengail sebutan Zone of
Peace, Freedom, and Neutral (ZOPFAN). Pada tahun 1983, Indonesia
memperkenalkan konsep Asia Tenggara sebagai kawasan bebas senjata nuklir atau
Southeast Asian Nuclear Weapons Free Zone (SEANWFZ). Konsep tersebut
merupakan cerminan dari peran aktif Indonesia dalam menjaga stabilitas di
kawasan Asia Tenggara.
Guna menangkal ancaman Cina di kawasan Asia Tenggara maka pada bulan
Maret 1980, Presiden Soeharto bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia,
Hussein Onn. Pertemuan ini berhasil merumuskan Doktrin Kuantan. Doktrin ini
menganggap tekanan Cina atas Vietnam akan lebih mendekatkan Vietnam dengan
Uni Soviet. Ini berarti membahayakan keamanan regional, sehingga negara-negara
ASEAN sepakat untuk memberikan bantuan kepada Vietnam. Melalui bantuan
tersebut diharapkan secara bertahap Vietnam akan menarik diri dari sekutunya,
yaitu Uni Soviet dan stabilitas politik tersebut di Asia Tenggara dapat tercipta.
Hubungan antara Indonesia dan Cina membeku sejak bulan Oktober 1967,
karena Cina diyakini berada di belakang kudeta yang dilakukan oleh PKI pada tahun
1965. Upaya normalisasi hubungan antara Indonesia dan Cina mulai dilakukan pada
tahun 1984. Pada bulan November 1984, Menteri Luar Negeri Mochtar
Kusumaatmaja, mengumumkan keinginan Indonesia untuk membuka kembali
pedagangan langsung dengan negara Cina. Saat menghadiri peringatan tiga puluh
tahun Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Menteri Luar Negeri Wu Xueqian di
hadapan pers mengatakan bahwa Cina telah berhenti mendukung PKI. Ia juga
mengatakan bahwa kebanyakan pimpinan PKI yang mengungsi ke Cina setelah
pemberontakan tahun 1965 telah meninggalkan Cina dan pergi ke Eropa.
Pada tanggal 23 Februari 1989, pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa
ada kemungkinan hubungan diplomatik antara Jakarta dan Beijing dibuka kembali.
Hal ini mengejutkan banyak orang, sebab rencana ini sebelumnya sangat
dirahasiakan. Dilaporkan bahwa wakil pemerintah Cina di PBB telah menghubungi
wakil Indonesia di PBB dan mengatakan keinginan mereka untuk bertemu dengan
Presiden Soeharto di Tokyo. Pemerintah Indonesia menanggapi ajakan tersebut
secara baik.
Pada bulan Desember 1990, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad
mencetuskan ide pembentukan East Asian Economic Grouping
(EAEG), namun pemerintah Indonesia keberatan atas usul ini. Dalam sebuah
konferensi di Bali tanggal 3 Maret 1991, Presiden Soeharto mengatakan bahwa
Indonesia tidak menginginkan suatu blok perdagangan yang tertutup. Indonesia
menginginkan agar ditiadakan pengelompokan ekonomi lain yang akan merugikan
kerja sama internasional yang dibutuhkan. Karena Indonesia melihat bahwa EAEG
akan menutup peran Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Sementara
Indonesia masih membutuhkan bantuan Amerika Serikat dan investasi asing
lainnya. Selain itu, Indonesia juga ingin memanfaatkan Amerika Serikat untuk
mengimbangi dominasi ekonomi Jepang di Asia Tenggara. Indonesia mengusulkan
agar EAEG diganti caucus, dan akhirnya disetujui nama East Asian Economic
Caucus (EAEC). Organisasi baru ini lebih merupakan suatu forum daripada suatu
blok ekonomi dan bagian dari organisasi APEC.
Saat Indonesia menjabat sebagai Kettia Gerakan Non Blok terjadi pertikaian
dan perpecahan di negara Yugoslavia. Etnis Serbia melakukan serangan terhadap
etnis Bosnia yang mayoritas beragama Islam. Pada waktu itu ada usulan agar
Gerakan Non Blok untuk menyebut Serbia sebagai agresor. Namun pemerintah
Indonesia tidak sepakat, karena sebagai Ketua Gerakan Non Blok tidak ingin
mengaitkan organisasi tersebut dengan dasar-dasar Islam dan menolak
Kedua negara adikuasa ini ingin menjadi pemimpin dunia dengan kekuatan senjata.
Keadaan seperti ini menimbulkan kekhawatiran dan rasa cemas akan munculnya
Perang Dunia III.
Amerika Serikat didukung oleh NATO, sedangkan Uni Soviet didukung oleh
negara-negara komunis yang tergabung dalam organisasi Pakta Warsawa. Dengan
adanya NATO dan Pakta Warsawa, perang terbuka dapat meletus setiap saat.
Sebab kedua negara adikuasa itu selalu berada di belakang negara-negara yang
sedang bertikai. Bila terjadi perang terbuka antara kedua negara adikuasa itu maka
seluruh dunia akan hancur.
Perang Dingin dan hubungan yang memanas menyadarkan kedua negara
adikuasa tersebut untuk mengurangi ketegangan antarnegara. Oleh karena itu,
Amerika Serikat dan Uni Soviet sepakat untuk mengadakan perundingan.
Perundingan tersebut antara lain melalui Strategic Arms Limitation Talks (SALT)
atau Perundingan Pembatasan Persenjataan Strategis yang meliputi SALT I dan
SALT II. Perundingan SALT I berlangsung di Helsinki, Finlandia tanggal 17
November 1969. Hasil perundingan SALT I ditandatangani oleh Presiden Amerika
Serikat Richard Nixon dan Leonid Brezhnev dari Uni Soviet. Sedangkan
perundingan SALT II dilangsungkan di Jenewa, Swiss pada bulan November
1972. Hasil perundingan SALT II baru ditandatangani oleh pemimpin Amerika
Serikat, Jimmy Carter dan pemimpin Uni Soviet, Leonid Brezhnev pada tanggal
18 Juni 1979 di Wina, Austria.
Perang Dingin mulai berakhir ketika Uni Soviet berniat untuk mengalihkan energi
mereka untuk menyelesaikan masalah dalam negeri mereka. Sampai tahun 1980,
11% GNP Uni Soviet dibelanjakan untuk kepentingan militer. Jatuhnya harga minyak
pada tahun 1980, menghentikan ekonomi Uni Soviet yang sedang goyah.
Sebelumnya Uni Soviet masih menikmati hasil ekspor minyaknya. Akan tetapi
setelah tahun 1980, minyak tidak mampu lagi membiayai Perang Dingin.
Uni Soviet mulai mengurangi kekuatan militernya di Eropa Timur. Pada tahun
1989, Uni Soviet menarik tentaranya dari Afganistan. Kekuasan komunis mulai
runtuh di negara-negara Eropa Timur dan Jerman kembali bersatu. Pada tahun
1991 Uni Soviet bubar, Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet yang lain mulai
muncul sebagai negara yang merdeka. Runtuhnya kekuatan Uni Soviet di Eropa
Timur mengakhiri Perang Dingin.
Q Perkembangan Mutakhir Dunia
Ada beberapa peristiwa mutakhir yang terjadi di dunia ini. Peristiwa- peristiwa
tersebut adalah sebagai berikut.
1. People Power M Filipina
Filipina merdeka sejak tahun 1946. Salah seorang pemimpin dari negara itu
adalah Ferdinand Marcos. Tokoh dari Partido Nasionalista itu, menjadi Presiden
Filipina sejak tanggal 30 Desember 1965. Ia menempuh berbagai cara untuk
mempertahankan kekuasaannya.
a. Pertentangan antara Presiden Marcos dan Benigno Aquino
Tindakan Presiden Marcos itu mendapat kritik keras, dari Benigno Aquino, tokoh
Partido Lakas Ng Bayan (yang berarti people power). Aquino menganggap Marcos
memerintah secara totalitarian yang bertentangan dengan prinsip demokrasi
Filipina.
Aquino kembali melancarkan kecaman saat Marcos terpilih lagi sebagai
presiden pada tahun 1967. Ia menganggap Marcos melakukan kecurangan dalam
pemilihan presiden. Marcos mulai menekan Aquino ketika bersaing dalam pemilihan
presiden tahun 1973. Untuk menyingkirkan Aquino, Marcos menjebloskannya ke
pengadilan militer dengan tuduhan subversi. Namun upaya Marcos belum berhasil,
hal ini terbukti dengan ikutnya Aquino dalam pemilu untuk anggota parlemen pada
tahun 1978.
Persaingan Marcos dan Aquino berakhir pada tahun 1983. Ketika itu Aquino
bermaksud kembali ke Filipina setelah selama tiga tahun menetap di Amerika
Serikat untuk berobat. Meskipun Marcos tidak menjamin keselamatannya, Aquino
tetap bersikeras kembali ke Filipina. Setibanya di Manila, ketika sedang menuruni
tangga pesawat, Aquino tewas ditembak.
Perjuangan Benigno Aquino dilanjutkan oleh istrinya Corazon Aquino, atau yang
lebih dikenal sebagai Cory Aquino. Dalam waktu yang singkat, ia mendapat simpati
dari masyarakat yang menganggap kematian suaminya sebagai korban kekejaman
Marcos. Dukungan yang semakin besar itu menempatkan Cory Aquino menjadi
pemimpin oposisi yang harus diperhitungkan oleh Marcos.
Dengan dukungan dari sebagian besar rakyat Filipina, Cory mencalonkan diri
sebagai presiden dalam pemilu pada tanggal tahun 1986. Tampilnya Cory Aquino
diharapkan dapat memulihkan demokrasi Filipina. Rakyat Filipina sangat berharap
Cory Aquino memenangkan pemilu.
Hasil pemungutan suara menunjukkan kenyataan yang membingungkan.
Berdasarkan hasil perhitungan komisi pemilihan independen, Cory Aquino keluar
sebagai pemenang. Sebaliknya, komisi pemilihan dari pihak pemerintah
mengumumkan kemenangan Marcos. Perbedaan itu menimbulkan tuduhan bahwa
Marcos melakukan kecurangan penghitungan suara. Kesimpulan itu dikuatkan oleh
kesimpulan Richard Lugar, ketua tim pengamat dari Amerika Serikat yang
menyatakan bahwa Marcos secara sistematis telah memanipulasi penghitungan
suara.
b. People Power
Meskipun hasil penghitungan suara diragukan, parlemen Filipina tetap
mengumumkan Marcos sebagai pemenang. Hal itu menimbulkan kemarahan rakyat.
Sehari setelah pengumuman parlemen, Cory Aquino menerima petisi dari 2,5 juta
penduduk kota Manila. Petisi itu menghendaki Cory Aquino menjadi Presiden
Filipina. Ia menyambut baik kehendak rakyat tersebut. Untuk memenuhi kehendak
rakyat, Cory Aquino mengumumkan dirinya sebagai presiden dan Salvador Laurel
sebagai wakil presiden.
Sementara itu dukungan terhadap Cory Aquino datang dari tokoh- tokoh politik,
agama, dan militer. Mereka itu antara lain Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile,
pemimpin gereja Katolik Kardinal Sin,
dan Panglima Angkatan Bersenjata Letnan Jenderal Fidel Ramos. Selain itu,
dukungan datang pula dari perwira muda yang membentuk gerakan pembaruan
dalam tubuh militer. Gerakan tersebut dipimpin oleh Kolonel Gregorio Honasan.
Dengan dukungan yang semakin besar, rakyat Filipina melakukan gerakan
massa untuk menggulingkan Marcos. Pada tanggal 22-25 Februari 1986, dilakukan
revolusi damai tanpa pertumpahan darah. Pada tanggal 25 Februari 1986, secara
resmi Cory Aquino dilantik menjadi Presiden Filipina untuk masa jabatan enam
tahun.
2. Runtuhnya Uni Soviet
Kelahiran Uni Soviet berawal dari Revolusi Bolshevik di Rusia pada tahun 1917,
yang dipimpin oleh Lenin. Sejak saat itu, negara tersebut menganut komunisme
sebagai satu-satunya ideologi. Pada bulan Maret 1919, Lenin mengumandangkan
gerakan komunis internasional yang disebut Communist International (Comintern).
3. lerman Bersatu
Runtuhnya komunisme di Eropa Timur menjadi salah satu penyebab penyatuan
Jerman. Hal ini diawali dengan runtuhnya tembok Berlin. Rakyat Jerman Timur
mulai bangkit untuk memperbaiki hidupnya yang selama ini terpuruk.
a. Latar Belakang
Dalam Perang Dunia II, Jerman berada di pihak yang kalah. Jerman kemudian
dipecah menjadi dua, yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur. Pada bulan Mei 1949,
Jerman Barat membentuk negara Federasi Jerman dengan ibu kota di Bonn,
sedangkan pada bulan Oktober 1949, Jerman Timur membentuk negara Republik
Demokrasi Jerman dengan ibu kota di Berlin Timur.
Dalam perkembangannya, kedua negara tersebut mempunyai corak yang
berbeda. Jerman Barat di bawah pengaruh Amerika Serikat merupakan negara
kapitalis, sedangkan Jerman Timur di bawah pengaruh Uni Soviet berhaluan
sosialis-komunis. Secara ekonomi, Jerman Barat mengalami perkembangan yang
lebih pesat dibandingkan dengan Jerman Timur. Perkembangan ekonomi di Jerman
Barat cukup baik. Pada tahun 1948, mata uang Jerman Barat deutsch mark
diperkenalkan. Amerika Serikat membantu pembangunan ekonomi sektor swasta.
Hal ini merupakan awal dari rekonstruksi yang benar-benar mentransformasikan
Jerman Barat sebagai negara yang makmur di Eropa. Sedangkan Jerman Timur
yang merupakan wilayah Uni Soviet berkembang sistem ekonomi yang sangat
berbeda dengan Jerman Barat. Semua kepemilikan tanah yang lebih
dari 100 hektar dipecah dan dibagi-bagikan kepada petani-petani kecil dan buruh
yang tidak memiliki tanah. Bank-bank dan industri milik investor asing
dinasionalisasikan.
Meskipun bertetangga, hubungan antara Jerman Barat dan Jerman Timur sering
diwarnai ketegangan. Penduduk yang tinggal di Berlin Timur tidak dapat
berhubungan dengan saudaranya yang tinggal di Berlin Barat karena dipisahkan
oleh tembok Berlin. Pemerintah sosialis Jerman Timur melarang rakyatnya untuk
bepergian ke Jerman Barat sehingga tidak ada hubungan antara keduanya.
Ketegangan antara Jerman Barat dan Jerman Timur memuncak ketika Kanselir
Jerman Barat yang pertama, Konrad Adenauer, mengklaim bahwa Jerman adalah
satu bangsa dan ia lebih mengakui partai politiknya daripada pemerintahannya.
Baru pada tahun 1972, pemerintah Jerman Timur dan Jerman Barat
menandatangani perjanjian hubungan kedua negara.
b. Menuju Jerman Bersatu
Pada akhir tahun 1980-an, paham komunis dan ekonomi Eropa Timur
mengalami kemunduran. Reformasi demokrasi dilakukan di banyak negara.
Hongaria dan negara blok komunis lainnya mulai mengurangi pembatasan
perjalanan ke Jerman Barat. Lewat negara-negara sosialis ini, ribuan warga Jerman
Timur bermigrasi ke Jerman Barat.
Pada tanggal 7 Oktober 1989, Jerman Timur merayakan hari lahirnya yang ke40. Ternyata perayaan ini menjadi perayaan terakhir bagi negara tersebut. Sejak
saat itu, tekanan atas pemerintah Jerman Timur semakin meningkat. Demonstrasi
secara damai terus terjadi dengan slogan kita adalah rakyat. Akhirnya, Komite
Pusat Partai Komunis Jerman Timur menurunkan Erick Honecker dari jabatannya
dan digantikan oleh Egon Krenz. Pemimpin yang baru menjanjikan reformasi,
namun protes antikomunis terus berlangsung. Pada tanggal 9 November 1989,
Jerman Timur runtuh. Juru bicara pemerintah Jerman Timur mengumumkan tembok
Berlin dibuka. Mendengar berita itu, warga Jerman Timur dan Jerman Barat dengan
penuh kegembiraan menghancurkan tembok Berlin. Setelah itu, ribuan warga
Jerman Timur masuk ke Jerman Barat.
c. Penyatuan Jerman
Pada tanggal 28 November 1989, Kanselir Jerman Barat Helmut Kohl
menyerahkan rencana sepuluh pasal tentang penyatuan Jerman secara bertahap.
Ia merencanakan suatu konfederasi antara Jerman Barat dan Jerman Timur.
Sedangkan usaha penyatuan Jerman direncanakan akan dilakukan beberapa tahun
kemudian.
Sementara itu, keadaan di Jerman Timur kembali bergolak setelah Egon Krenz
mengundurkan diri dan digantikan oleh Hans Modrow. Kemudian, Hans Modrow
mengadakan pertemuan dengan Helmut Kohl. Hasil pertemuan tersebut adalah
kesepakatan unifikasi Jerman. Selanjutnya, Helmut Kohl dan Menteri Luar Negeri
Hans Dietrich Genshner, mengunjungi Uni Soviet. Misi Kohl untuk menyatukan
Jerman tercapai berkat persetujuan dari Gorbachev. Pada tanggal 13 Februari
1990, diadakan pertemuan di Ottawa (Kanada) yang diikuti keempat menteri luar
negeri dari negara-negara pemenang Perang Dunia II serta menteri luar negeri dari
Jerman Barat dan Jerman Timur. Pertemuan tersebut
lebih dikenal dengan rumusan Dua Plus Empat, yang terdiri dari Jerman Barat dan
Jerman Timur dengan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet.
Pertemuan Dua Plus Empat menjadi benang merah yang menghubungkan satu
perundingan ke perundingan lainnya. Perundingan tersebut antara lain pertemuan
puncak ekonomi internasional pada bulan Juli 1990, pertemuan puncak NATO,
pertemuan tentang pengurangan persenjataan di Wina pada bulan Agustus 1990,
serta pertemuan khusus dari konferensi keamanan dan kerja sama di sela-sela
sidang utama PBB.
Pertemuan untuk membicarakan penyatuan Jerman terus berlanjut dan para
pejabat dari enam negara itu mempersiapkan berbagai rapat kerja yang
menghasilkan pertemuan para menteri. Pertemuan pertama dilakukan di Bonn pada
bulan Mei 1990. Sebulan kemudian, diadakan pertemuan di Berlin Timur dan Paris.
Memasuki babak akhir, pertemuan diselenggarakan di Moskow pada tanggal 12
September 1990. Pada pertemuan itu, ditandatangani rumusan penyatuan Jerman.
Keberhasilan perundingan dalam rangka penyatuan Jerman tidak terlepas dari
peran pemimpin Uni Soviet yang berhasil menciptakan suatu arus pemikiran baru
dalam politik luar negerinya.
Seiring dengan kesepakatan tersebut, pada tanggal 13 Agustus 1990 parlemen
Jerman sepakat menetapkan tanggal 23 Oktober sebagai hari yang tepat untuk
menggabungkan kembali Jerman Barat dan Jerman Timur. Usulan itu didukung oleh
294 suara, lawan 62 suara, dan 7 suara abstain. Setelah melalui perjuangan yang
panjang, akhirnya pada tanggal 23 Oktober 1990 Jerman resmi bersatu kembali.
4. Masalah Kamboja
Pada abad ke-19, Kamboja dijajah oleh Prancis. Selain menjajah, pemerintah
kolonial Prancis juga mengembangkan perekonomian Kamboja untuk
kepentingannya. Perkebunan karet dikembangkan dan hasilnya diekspor untuk
mengisi kas negara Prancis. Pengaruh budaya Barat juga masuk dan memengaruhi
perkembangan sosial-budaya orang Khmer. Namun, budaya lokal yang
berdasarkan ajaran buddhisme tetap tumbuh dan berkembang.
Prancis berhasil menguasai Kamboja karena melakukan pendekatan kepada
raja. Rakyat Kamboja tidak senang dengan tindakan raja. Mereka melakukan
perlawanan terhadap Prancis. Keadaan yang kacau di Kamboja dimanfaatkan oleh
Vietnam Utara untuk memperluas pengaruhnya dengan membentuk Gerakan Front
Anti Prancis. Gerakan ini dibentuk seolah-olah untuk membantu rakyat Kamboja
untuk mengusir Prancis. Kedok ini kemudian diketahui oleh rakyat Kamboja.
Akhirnya, timbul perlawanan untuk mengusir pasukan Vietnam Utara dari Kamboja.
itu, negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Uni Soviet yang berkepentingan
dengan keamanan jalur minyak mereka sangat mengkhawatirkan tumbuhnya Iran
menjadi negara yang kuat dalam bidang militer. Perang Irak-Iran ini digunakan untuk
menghancurkan kekuatan Iran. Sedangkan Iran hanya didukung oleh Suriah, Libya,
dan Yaman Selatan.
Perang Teluk I berlangsung sangat dahsyat, karena kedua belah pihak saling
menyerang dan saling menghancurkan. Pada tahun 1981, Iran berhasil
menghancurkan instalasi minyak Irak. Karena kekuatannya seimbang maka perang
berlangsung lama. Pada bulan Maret 1984, Saddam Hussein semakin berambisi
untuk menghancurkan Iran dengan menggunakan senjata kimia. Sebenarnya
penggunaan senjata kimia telah dilarang sejak tahun 1925. Akibat penggunaan
senjata kimia tersebut, sebanyak 400 tentara Iran tewas.
Perang Teluk I berakhir setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi
No. 598 tentang gencatan senjata. Pada bulan Juni 1988, Iran menyetujui resolusi
tersebut, beberapa hari kemudian Iran menyatakan mengakhiri perang selama
delapan tahun dengan Irak. Menjelang akhir Perang Teluk I, Irak mengembalikan
sebagian Shat el Arab yang pernah direbutnya kepada Iran.
b. Perang Teluk II
Sudah sejak lama antara Irak dan Kuwait terlibat dalam sengketa perbatasan.
Hal itu disebabkan batas negara yang tidak jelas sehingga pihak Irak sering
mengklaim bahwa Kuwait sebagai wilayah Irak. Pada waktu itu, Irak mengalami
kehancuran infrastruktur ekonomi sebagai akibat Perang Teluk I.
Pada suatu kesempatan, Saddam Hussein menuduh Kuwait mencuri minyak
Irak (di Rumailah yang dipersengketakan) senilai US$2,4 miliar. Kuwait bersama
dengan Uni Emirat Arab juga dituduh membanjiri pasokan minyak dunia yang
menyebabkan harga minyak turun. Irak yang mengandalkan minyak sebagai
komoditas utama sangat terpukul dengan turunnya harga minyak. Sebab pada saat
itu, Irak sedang giat-giatnya membangun sektor ekonomi untuk menyejahterakan
rakyatnya.
Kuwait secara tegas menolak tuntutan Saddam Husein agar membayar ganti
rugi (kompensasi) kepada Irak sebesar US$16,4 miliar, menghapus semua utang
Irak kepada Kuwait, serta memberikan daerah Rumailah dan Pulau Bubiyan yang
kaya minyak kepada Irak. Penolakan itu membuat Saddam Hussein yang berambisi
menjadi pemimpin bangsa Arab berang. Ia kemudian menggerakkan pasukannya
menyerang Kuwait.
Pada tanggal 2 Agustus 1990, sekitar 80.000 pasukan Irak memasuki Kuwait.
Mereka kemudian bergerak menuju ibu kota Kuwait. Dalam waktu singkat Kuwait
dapat dikuasai oleh pasukan Irak. Hal ini dapat terjadi karena Kuwait merupakan
negara kecil dengan kekuatan militer yang tidak sebanding dengan Irak.
Penguasaan Kuwait oleh Irak mendapat reaksi keras dari negara-negara di sekitar
Teluk Persia, negara-negara Barat, dan PBB. Negara-negara Barat terutama
Amerika Serikat menawarkan bantuan. Karena rasa kekhawatiran yang sudah
memuncak, akhirnya Arab Saudi dan negara-negara Arab yang lain menerima
tawaran Amerika Serikat. Oleh karena itu, Amerika Serikat bersama sekutunya
menempatkan pasukannya di sekitar Teluk Persia.
Serbuan Irak atas Kuwait mendapat reaksi keras dari PBB. Dewan Keamanan
PBB pada tanggal 29 November 1990 mengeluarkan Resolusi No. 660yang
menyatakan pasukan Irak harus ditarik mundur dari Kuwait paling lambat tanggal 17
Januari 1991. Jika tidak, Irak akan berhadapan dengan pasukan Koalisi pimpinan
Amerika Serikat. Setelah Resolusi No. 660, Dewan Keamanan PBB juga
mengeluarkan Resolusi No. 661 yang berisi pemberian sanksi ekonomi kepada Irak.
Memasuki tahun 2004, terjadi konflik antara Irak dengan Amerika Serikat.
Melalui PBB, Amerika Serikat menuduh Irak telah mengembangkan senjata nuklir
dan senjata pemusnah massal lainnya. Beberapa penyelidik yang dibentuk PBB
diturunkan di Irak untuk membuktikan tuduhan tersebut. Mereka tergabung dalam
United Nations Monitoring Verification and Invection Commision (UNMOVIC), yaitu
tim inspeksi senjata PBB yang ditugaskan untuk menyelidiki dugaan adanya usaha
pengembangan senjata pemusnah massal di Irak. Lembaga itu dipimpin oleh Hans
Blix. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi No. 1441 pada tanggal 18
November 2002. Isi resolusi tersebut adalah menuntut Irak untuk mengizinkan dan
memberikan akses sepenuhnya kepada UNMOVIC dan International Atomic Energy
Agency (IAEA) atau Badan Energi Atom Internasional untuk meneliti segala hal yang
berkaitan dengan persenjataan yang dimiliki Irak. Setelah diadakan penyelidikan,
tidak ditemukan bukti bahwa Irak mengembangkan senjata pemusnah massal.
Meskipun demikian pada tanggal 21 Maret 2003, atas perintah Presiden George
'W. Bush, Amerika Serikat dan sekutunya melancarkan serangan ke Irak. Tujuan
serangan tersebut adalah membentuk pemerintahan boneka di Irak, menguasai
ladang minyak Irak, melindungi Israel dari serangan bangsa Arab terutama Irak, dan
menggulingkan Saddam Hussein dari kursi kepresidenannya. Saddam Husein
dianggap membahayakan perdamaian dunia dan berkolaborasi dengan teroris
internasional pimpinan Osama bin Laden.
Dalam serangan itu, Amerika Serikat dapat melumpuhkan pasukan Irak dan
menangkap Presiden Saddam Hussein. Keberhasilan Amerika Serikat dan
sekutunya menumbangkan Saddam Hussein tidak berarti dapat menyelesaikan
persoalan, sebab kehadiran tentara Amerika Serikat di Irak kini mendapat
perlawanan yang sengit dari para gerilyawan lokal.
b. Konflik di Yugoslavia
Langkah yang diambil Tito itu ternyata menimbulkan masalah di kemudian hari.
Kebijakan satu partai diprotes oleh rakyat. Kebijakan ekonomi sentralistik membuat
Kroasia dan Slovenia merasa dieksploitasi oleh pemerintah pusat, karena kedua
daerah itu yang terkaya dibanding daerah lain.
Guna mengatasi masalah itu, dibuat konstitusi baru pada tahun 1974. Konstitusi
ini merupakan kompromi antara pemerintahan pusat dan pemerintah negara bagian
yang menuntut desentralisasi kekuasaan. Berdasarkan konstitusi tahun 1974,
kekuasaan mulai beralih kepada setiap negara bagian. Akhirnya, pemerintah pusat
hanya memegang kekuasaan dalam bidang pertahanan, ekonomi, dan hubungan
luar negeri.
Setelah Tito meninggal pada bulan Mei 1980, Yugoslavia menghadapi masalah
ekonomi yang cukup serius, sehingga melemahkan pemerintahan pusat.
Kewibawaan pemerintah pusat merosot, lebih-lebih karenajabatan presiden diatur
bergiliran dari keenam negara bagian. Dengan demikian tidak muncul tokoh
nasional yang kuat dan mampu menanggulangi masalah dalam negeri. Setiap
negara bagian saling berebut kekuasaan.
Saat memasuki tahun 1980-an, perbedaan rasial mulai mencuat kembali di
Yugoslavia. Ketegangan etnik dan kekerasan mewarnai kehidupan politik
Yugoslavia. Slobodan Milosevic dari Serbia yang menggantikan Tito tidak berhasil
menyelesaikan konflik dengan baik.
Pada tanggal 25 Juni 1991, Kroasia dan Slovenia mengumumkan
kemerdekaannya. Tentara Yugoslavia tidak berhasil mempertahankan Slovenia dan
Kroasia. Pada bulan Juli 1991, masyarakat Eropa mencoba untuk mempertahankan
Yugoslavia namun tidak berhasil. Akhirnya pada tahun 1992, masyarakat Eropa
mengakui kemerdekaan Kroasia dan Slovenia.
Setelah Kroasia dan Slovenia memerdekakan diri, Serbia berusaha
mendominasi kekuasaan di Yugoslavia. Selain itu, Serbia merasa bertanggungjawab atas keamanan orang-orang Serbia di Kroasia yang diperlakukan tidak
adil di Kroasia.
Akan tetapi, Macedonia dan Bosnia-Herzegovina tidak bersedia di bawah
kekuasaan Serbia. Oleh karena itu, kedua negara bagian tersebut juga
memerdekakan diri dan meminta pengakuan masyarakat Eropa atas kemerdekaan
mereka. Nasib Bosnia-Herzegovina tidak seberuntung Macedonia. Pada bulan April
1992, terjadi perang saudara di Bosnia- Herzegovina. Pada saat yang sama
Amerika Serikat dan Masyarakat Eropa mengakui kemerdekaan negara baru itu.
Konflik antara Serbia, Kroasia, dan Bosnia-Herzegovina ditandai dengan peristiwa
^encode yang mengejutkan dunia.
Pada tanggal 27 April 1992, Serbia dan Montenegro menyatakan diri sebagai
Republik Federasi Yugoslavia dengan mengakui kemerdekaan empat negara
bagian yang lain. Pada pertengahan tahun 1992, komunitas internasional mengakui
kemerdekaan negara-negara bagian Yugoslavia itu, kecuali Macedonia. Sedangkan
kedudukan Republik Federasi Yugoslavia sebagai pengganti negara Federasi
Yugoslavia (sebelum pecah) ditolak.
Perang yang terjadi di bekas Yugoslavia merupakan perang yang
mengeksploitasi sentimen agama dan etnis. Usaha mencari jalan untuk
menyelesaikan konflik Balkan terus dilakukan. Pada tanggal 1 November 1995,
diadakan perundingan perdamaian di Dayton, Amerika Serikat. Perundingan
perdamaian yang diprakarsai oleh NATO dan Amerika Serikat itu bertujuan
merumuskan perjanjian perdamaian yang menyeluruh di Bosnia-Herzegovina.
Setelah berunding selama beberapa hari, perjanjian perdamaian mengenai Bosnia-