Anda di halaman 1dari 8

Nama: Gusti M.

Herwandi
NIM: D1101131003

Teori Pembentukan dan Perubahan Kulit Bumi

Kulit bumi dari waktu ke waktu mengalami perubahan, hal ini kemudian menjadi bahan
pemikiran para ahli untuk mengungkap proses perubahan dan perkembangan kulit bumi pada
masa lalu, sekarang, dan prediksi pada masa yang akan datang. Teori-teori mengenai
terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut.

a. Teori Kontraksi (Contraction Theory)

Teori ini dikemukakan kali pertama oleh Descrates (1596–1650). Ia menyatakan bahwa bumi
semakin lama semakin susut dan mengerut disebabkan terjadinya proses pendinginan sehingga di
bagian per- mukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran. Teori Kontraksi
didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Keduanya berpendapat
bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses pendinginan pada bagian dalam bumi
yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-
lembah.

b. Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)

Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat besar, yaitu
Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua
tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah equator bumi sehingga pada akhirnya terpecah-
pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa, dan
Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika, Australia, dan Amerika Selatan.
Teori Laurasia-Gondwana kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada 1884.

c. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)

Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia menyatakan bahwa
pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar disebut Pangea. Menurutnya benua
tersebut kemudian terpecah-pecah dan terus mengalami perubahan melalui pergerakan dasar laut.
Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah
barat menuju ekuator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika
bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan fosil di
kedua daerah tersebut.

d. Teori Konveksi (Convection Theory)

Menurut Teori Konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess dan
dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz, dikemukakan bahwa di dalam bumi yang masih
dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di
atasnya. Ketika arus konveksi yang membawa materi berupa lava sampai ke permukaan bumi di
mid oceanic ridge (punggung tengah samudra), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan
kulit bumi yang baru sehingga menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua. Bukti
dari adanya kebenaran Teori Konveksi yaitu terdapatnya mid oceanic ridge, seperti mid Atlantic
Ridge, dan Pasific-Atlantic Ridge di permukaan bumi. Bukti lainnya didasarkan pada penelitian
umur dasar laut yang membuktikan semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur batuan
semakin tua. Artinya, terdapat gerakan yang berasal dari mid oceanic ridge ke arah yang
berlawanan disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan di bawah kulit bumi.

e. Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Theory)

Teori Lempeng Tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilson. Berdasarkan Teori Lempeng Tektonik,
kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer yang
berwujud cair kental. Lempeng- lempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena
adanya pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer dengan posisi berada di
bawah lempeng tektonik kulit bumi.

Berdasarkan arahnya, gerakan lempeng-lempeng tektonik dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu sebagai berikut.

i. Konvergensi, yaitu gerakan saling bertumbukan antarlempeng tektonik. Tumbukan antarlempeng


tektonik dapat berupa tumbukan antara lempeng benua dan benua, atau antara lempeng benua
dan lempeng dasar samudra. Zona atau tempat terjadinya tumbukan antara lempeng tektonik
benua dan benua disebut zona konvergen. Contohnya tumbukan antara lempeng India dan
lempeng benua Eurasia yang menghasilkan terbentuknya pegunungan lipatan muda Himalaya
dan merupakan pegunungan tertinggi di dunia dengan puncak tertingginya, Mount Everest.
Contoh lainnya, tumbukan lempeng Italia dengan Eropa yang menghasilkan terbentuknya jalur
Pegunungan Alpen. Zona berupa jalur tumbukan antara lempeng benua dan lempeng dasar
samudra, disebut zona subduksi (subduction zone), contohnya, tumbukan antara lempeng benua
Amerika dan lempeng dasar Samudra Pasifik yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan
Rocky dan Andes.
ii. Divergensi, yaitu gerakan saling menjauh antarlempeng tektonik, contohnya gerakan saling
menjauh antara lempeng Afrika dan Amerika bagian selatan. Zona berupa jalur tempat
berpisahnya lempeng-lempeng tektonik disebut zona divergen (zona sebar pisah).
iii. Sesar Mendatar (Transform), yaitu gerakan saling bergesekan (berlawanan arah) antar lempeng
tektonik. Contohnya gesekan antara lempeng Samudra Pasifik dan lempeng daratan Amerika
Utara yang mengakibatkan terbentuknya Sesar San Andreas yang membentang sepanjang kurang
lebih 1.200 km dari San Francisco di utara sampai Los Angeles di selatan Amerika Serikat. Zona
berupa jalur tempat bergesekan lempeng-lempeng tektonik disebut Zona Sesar Mendatar (zona
transform).

Konvergensi

Divergensi

Sesar Mendatar (Transform)


PROSES TERBENTUKNYA MINERAL

1. Akibat Kristalisasi Magma

Magma dapat diartikan sebagai leburan silikat yang mengandung berbagai macam unsur
kimia, baik unsur logam, semi logam bukan logam ataupun unsur-unsur pembentuk gas (volatil).
Magma terdapat pada lingkungan suhu dan tekanan tinggi, dan diperkirakan terdapat pada
kedalaman 40 kilometer atau lebih dibawah permukaan bumi.
Magma bersifat mobile dan salah satu nya mobilitasnya adalh berupa instrusi yang
menuju kepermukan bumi dan masuk kedalam retakan batuan yang ada di kulit bumi. Dalam
perjalannyanya, instrusi magma yang mengalami penuruan suhu maupun tekanan yang
mengakibatkan terjadinya kristalisasi mineral silikat.
Endapan galian yang terbentuk bersama-sama dengan batuan di sekelilingnya disebut
sebagai endapan bahan galian singenetik dan endapan yang terbentuk sesudah terjadinya batuan
disebut sebagaiepigenetik.

Pada tahap awal pengkristalan , ada 3 pristiwa yang mungkin terjadi:


a. Dissiminasi (penghamburan)
Sebagai penghamburan minersl dalm batuan beku ysng mengkristal pda temapat dalam dan
bila yang terhambur tadi bermuai, maka sebagai satu kesatuan, batuan dapat dianggap sebagai
mineral bahan galian.
b. Sugresi (pemisahan)
Istilah yang dipakai pads endapan mineral bahan galian yang mebgkristal terlebih dahulu.
Pada saat magma mulai mengkristal kemudian terpisah dari magma tersebut karena sifat fisik
yang berbeda, misalnya karena berat jenis yang berbeda.
c. Injeksi
Sesudah terjadinya pemisahan, kemudian diikuti dengan injeksi sehingga pengumpulan bahan
galian berpindah ketempat lain, bahkan pada tempat terbentuk semula.

Pada tahap akhir pengkristalan yang terjadi ada 2 kemungkinan:


a. Immisibilitas cairan
Terjadi selagi proses pembekuan berjalan, atau terjadi pemisahan itu sebagai akibat secara
langsung dua atau lebih cairan yang tidak dapat bersatu, seperti minyak dan air.
b. Injeksi, jika pada tahap akhir pembekuan dapat terjadi
Ada dua kemungkinan yang terjadi
1. mineral itu bisa dipindahkan
2. mineral itu tidak bisa dipindahkan.
2. Sublimasi

Pengendapan langsung dari uapatau gas. Pembentukan bahan galian ini merupakan
proses yang kecil bila dibandingkan dengan proses lainnya. Letak prinsip proses tsb adalah pada
penuruanan suhu dan tekanan. Terjadinya endapan ini karena bereaksinya dua atau lebih gas-
gas.

3. Metasomatisme kontak

Intrusi magma yng telah menjadi padat mempunyai sisa magma berupa cairan atau gas
yang mempunyai suhu tinggi. Bila bersentuhan dengan dinding atau celah batuan lainnya dapat
mengadakan reaksi yang menghasilkan mineral baru.
Disini terdapat perbedaannya dengan metasomatisme sentuh yaitu pada metasomatisme
kontak hanya satu yang memegang peranan, sedangkan pada metasomatisme sentuh terdapat
penambahan tekanan pada sisa cairan yang mengadakan reaksi dan menghasilkan mineral baru.

4. Proses hidrothermal

Hasil akhir dari proses pembekuan magma yang mengadakan instrusi adalah cairan sisa
magma yang juga masih mengandung konsentrasi logam yang terdapat dalam magma dan tidak
ikut dalam proses pembekuan sebelumnya. Cairan ini dinamakan cairan hydrothermal yang
membawa logam ke tempat pengendapan baru.
a. cairan hydrothermal, pengertian awalnya cairan dari magma
b. Perk (1964) mengembangkan pengertian cairan tersebut tidak harus berasal dari
magma, dengan syarat: suhu tinggi, memiliki daya melarutkan mineral, tekanan tinggi.
Membagi 3 cairan hydrothermal
a. hypothermal (300-500 C)
b. mesothermal (150-300 C, dangkal)
c. epithermal (50-150 C, dangkal)

Di alam proses hidrotermal dapat dibedakan menjadi 2


a. deposit pengisian celah
dimana cairan hidrotermal akan mulai mengendapkan mineral bila telah mencapai tempat yang
menguntungkan, dalam hal ini adalah berupa celah, rongga atau retakan yang terdapat dalam
batuan.
b. dengan reaksi kimia
merupakan proses pengendapan bahan galian yang bersifat epigentik (mineralnya sukar
membeku). Disamoing itu juga merupakan proses pengendapan bahan galain yang paling utama
dn dominan dalam pengendapan bahan galian hipotermal dan isothermal
pergantian metasomatik dapat terjadi setempat atau meluas dengan cara perluasannya ada 3
kemungkinan
1. pengembangan massif.cairan yang melalui retakan itu mula-mula mengganti dinding celah
disekelilingnya, kemudian meluas kebagian luar, dinamakan pengembangan massif.
2. pengembangan terhambur:
3. pertumbuhan inti ganda

5. Proses sedimentasi

Proses sedimantasi perlu dibedakan dengan evaporasi karena adanya perbedaan


mekanisme, dimana pada proses sedimentasi, pengendapan mineral terjadi akibat proses
kimiawi, organik dan fisik.
Sedangkan pada evaporasi endapan terjadi karena mineral terlarut dalam air. Kemudian
akan tinggal sebagai bahan padat setelah terjadinya evaporasi. Endapan yang terjadi akibat
sedimentasi yang penting adalah endapan besi, mangan, tembaga, uranium, posfat, belerang dan
lempung.
Batuan beku umumnya sumber bahan galian setelah melalui proses pelapukan kimia atau
fisik, dimana proses pelarutan oleh air merupakan salah satu hasil pelapukan kimia yang sangat
berperanan di dalam pengendapan mineral besi, mangan, tembaga dan posfat.
Air hujan pada umumnya banyak mengandung asam karbonat (H2SO3) sangat efektif
melarutkan mineral besi, mangan dan fosfor.

Endapan sedimentasi tang ditemukan sering memiliki nilai ekonomi:


a. besi sedimenter
b. mangan

6. Penguapan (Evaporasi)

Merupakan proses yang penting karena banyak menbghasilkan endapan mineral bukan
logam. Proses ini efektif di daerah iklim kering dan panas. Secara umum berlaku ketentuan
garam-garaman yang daya larutnya terkecil akan diendapkan terlebih dahulu dan yang terakhir
diendapkan adalah jenis garam yang mudah larut.
Pengendapan yang terjadi pada evaporasi yang memiliki nilai ekonomi dapat dibedakan
menjadi 3:
a. Pengendapan dari air laut
Dari proses evaporasi bila tidak ada gangguan akan diendapkan terlbih dahulu oksida besi
(Fe2O3) dan Kalsium Karbonat (CaCO3) dengan ketentuan bila air laut teruapkan sekitar
50 %. Bila penguapan berjalan terus sehingga air melaut menjadi 20 % mulai diendakan
mineral Gips (CaSO4 2H2O), penyusuatan lebih lanjut sampai 10 % volume air laut. NaCl
mulai diendapkan, kemudian diikuti endapan kasterit (MgSO4H2O) dan Bitthofit (MgCl2
6H2O). penguapan lebih lanjut menghasilkan garam pahit (NaBr)
b. Endapan danau
Pada daerah kering dan panas, danau yng tidk memiliki saluran pembuangan biasanya
merupakan danau garam. Proses evaporasi terjadi sama dengan evaporasi air laut. Kisaran
kadar garam tersebut amat tergantung pada iklim yang berlaku di mana pada musim yang
lembab kadar garamnya menurun dan pada musim kering kadarnya menjadi naik.
c. endapan berasal dari air tanah
Penguapan air tanah juga terjadi, tetapi endapan yang terjadi pada daerah lembah dilarutkan
kembali kemudian terbawa air hujan, tetapi di dserah kering endapan dapat terkumpul
selama iklimnya tetap kering. Proses yang terjadi sama dengan endapan air laut.
Perbedaanya terletak pada kadarnya lebih kecil atau lebih rendah.

d. endapan mata air panas


Endapan sekitar air panas, tidak sepenuhnya hasil proses evaporasi saja, tetapi kegiatan
mikroorganisme juga ikut berperan. Endapan yang di hasilkan kalsium karbonat caco3
yang membentuk tuffatraferit. Kemudian silikat sebagai geyserit atau cintersilikat dan
oksida mangan dalam bentuk wad.

7. Konsentrasi mekanik dan residual

Proses yang menyebabkan terjadiny pengenapan ini adalah proses salami yaitu berupa
pemisahan antara mineral ringan oleh air yang mengalir atau angin. Endapan bahan yang
dihasilkan adalah hasil atau pengaruh dari pelapukan dimana pada daerah beriklim kering proses
desenterasi lebih dominan, sebaliknya di daerah tropic proses dekomposisi yang lebih dominan.
Batuan dan mineral yang tidak dapat bertahan dalam lingkungan pelapukan akan
menbgalami dekomposisi. Bahagian yang tidak lapuk akan tertinggal dan bahagian yang larut
akan terbawa bersama air. Larutan akan mengalami pengendapan bila keadaan memungkinkan
dan terbentuk mineral baru yang dapat mempunyai arti sebagi mineral bahan galian. Endapan
yang terjadi disebut dengan placer deposit.

Konsentrasi mekanik

Untuk bisa terbentuknya konsentrasi mekanik, mineral-mineral harus memilki 3 macam


sifat fisik.
a. mempunyai berat jenis yang tinggi
b. harus resistan, tahan terhadap proses pelapukan
c. keras dan tahan terhadap tumbukan serta gesekan selama diangkut.

Mekanisme proses konsentrasi sangat tergantung pada berat jenis, ukuran, dan bentuk
fragment-fragment, untuk itu perlu dipahami ada 3 macam pprinsip yaitu:
1. dalam air
2. kecepatan pengendapan
3. bentuk butiran

Residual

Proses konsentrasi residual menyebabkan terkonsentrasinya mineral di tempat karena bagian lain
dari bahan induk terangkut akibat proses pelapukan. Oleh karena itu beberapa syarat yang
diperlukan untuk terjadinya endapan residual adalah:
1. terdapat sumber mineral dalam batuan induk
2. keadan iklim yang memungkinkan terjadinya pelapukan
3. keadaan relief yang relative datar.

8. Oksidasi dan pengkayaan sulfida sufergen

Bila suatu endapan bahan galian tersingkap oleh kegiatan erosi setelah terkena pelapukan,
terutama endapan yang mengandung mineral sulfide. Mineral tersebut akan mengalami oksidasi
dan pelarutan oleh air hujan. Larutan yang berasal dari mineral banyak mengandung asam sulfat
(H2SO4) dan kemudiabn bertindak sebagai pelarut aktif terhadap mineral lainnya. Dengan kata
lain mineral bijih akan teroksidisir dan banyak diantaranya yang terdiri bersama air yang
merembes ke lapisan bawah hingga mencapai air tanah sampai pada batas kedalaman yang dapat
dijangkau oleh pengaruh oksidasi. Bagian yang teroksidir (tercuci) disebut dengan zone oksidasi.
Larutan yang merembes ke bawah bila telah mencapai air tanah akan mengendapkan kandungan
logam sbg mineral sulfide sekunder. Daerah ini dinamakan daerah pengkayaan sulfide supergen.
Bagian deposit bijih di sebelah bawah yang tidak terkena pengaruh oksidasi dan masih utuh
disebut one primer (one hipogen)

9. Mineral organic

Mineral organik berasal dari organism. Mineral organik biasanya adalah minyak bumi, batu
bara, dan gas.
Minyak bumi berasal dari hewani marine
Gas juga berasal dari hewani marine
Batu bara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan pakis yang menglami proses fosilisasi.

Anda mungkin juga menyukai