“Vandalisme”
Disusun Oleh
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Ilmu
Sosial dan Budaya.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………ii
BAB 1: PENDAHULUAN
BAB 2: PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………9
3.2 Saran…………………………………………………………………………….....9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
3. Apa saja faktor-faktor penyebab vandalisme
4. Bagaimana cara mengatasi vandalisme
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
merusak/mencemari lingkungan sekitar, mengganggu ketertiban dan mengganggu
kenyamanan orang lain. Apabila aksi tersebut tidak segera diatasi akan bersifat
laten dan menjadi penyakit dalam masyarakat.
Vandalisme didefinisikan sebagai kegiatan iseng yang tidak bertanggung jawab
dari beberapa perilaku yang cenderung negatif. Kebiasaan ini berupa coret-coret
tembok atau objek lain yang dapat dibaca oleh umum. Vandalisme merujuk pada
tabiat seseorang yang membinasakan harta benda orang lain. Perilaku ini sudah
termasuk kejahatan ringan karena sifatnya merugikan orang lain serta sangat
mengganggu kenyamanan umum. Biasanya perilaku vandalisme dilakukan oleh
para kaum remaja yang sedang tumbuh dengan kematangan yang masih rendah
serta sedang mencari jati diri. Dalam Kamus bahasa Indonesia, kata perilaku berarti
tanggapan atau reaksi seseorang (individu) terhadap rangsangan atau lingkungan.
Dalam agama perilaku yang baik adalah perilaku yang sesuai dengan tujuan
penciptaan manusia ke dunia, yaitu untuk menghambakan diri kepada tuhannya.
Bohar Soeharto mengatakan perilaku adalah hasil proses belajar mengajar yang
terjadi akibat dari interaksi dirinya dengan lingkungan sekitarnya yang diakibatkan
oleh pengalaman-pengalaman pribadi. Kurt Lewin menambahkan perilaku dapat
berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam
diri seseorang sehingga adanya 3 kemungkinan terjadi perubahan perilaku pada diri
seseorang, diantaranya adalah kekuatan-kekuatan pendorong meningkat, karena
stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan perilaku, kekuatan-kekuatan
penahan menurun, karena adanya stimulus yang memperlemah kekuatan penahan
tersebut, kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.
Sikap itu sudah terbentuk dalam dirinya karena sebagai tekanan atau hambatan
dari luar maupun dalam dirinya. Artinya potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam
dirinya akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikapnya. Jadi jelas
bahwa perilaku dipengaruhi oleh faktor dalam diri maupun faktor lingkungan yang
ada di sekitarnya. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang
diamati langsung, maupun yang dapat diamati oleh pihak luar. Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan perilaku adalah kecenderungan pemustaka dalam dalam
4
berinteraksi khususnya dengan bahan pustaka. Dalam bahasa Indonesia kata
vandalisme berasal dari kata dasar vandal yang berarti perusak, kemudian mendapat
akhiran isme maka mengandung arti perbuatan merusak dan menghancurkan hasil
karya seni dan barang-barang berharga lainnya. Pengertian lain tentang vandalisme
adalah penambahan, penghapusan, atau pengubahan isi yang secara sengaja
dilakukan untuk mengurangi kualitas. maka vandalisme sering disebut dengan
penyalahgunaan koleksi bahan perpustakaan. Penyalahgunaan koleksi di antaranya
adalah pencurian, mutilasi/penyobekan, peminjaman tidak sah dan coret-mencoret
buku. Perilaku negatif biasanya muncul karena lingkungan mereka memberi contoh
bagaimana vandalisme ini tumbuh. Secara psikologis gejala vandalisme
dikarenakan gangguan kejiwaan. Himpitan beban ekonomi, kecemasan menghadapi
masa depan yang tidak 35 Nanik Rahmawati Perilaku Vandalisme Bahan Pustaka
menentu serta timbulnya tekanan kejiwaan yang tidak bisa diprediksi. Akibatnya
berimbas pada perilaku yang menyimpang seperti kemarahan yang menjurus pada
bentuk perbuatan destruktif.
5
pencurian yang direncanakan, yaitu seseorang datang ke perpustakaan dengan
niat mencuri.Sedangkan pencurian tidak sistematis adalah pencurian yang tidak
direncanakan, yaitu dengan meminjam koleksi sesuai dengan prosedur yang
berlaku/sah namun dalam jangka waktu yang telah ditentukan koleksi tersebut
tidak pernah dikembalikan.
b. Perobekan atau mutilasi adalah tindakan perobekan, pemotongan,
penghilangan artikel, ilustrasi dari jurnal, majalah, buku, ensiklopedia dan lain-
lain tanpa atau dengan menggunakan alat. Ada dua tipe mutilasi yaitu pertama
adalah mutilasi yang meliputi perobekan halaman yang sebagian besar terdiri
dari ilustrasi dan fotografi, dan kedua adalah mutilasi teks dan tulisan.Tindakan
mutilasi dapat berbentuk bermacam-macam, antara lain adalah perobekan
halaman sampul (cover) bahan pustaka, perobekan satu halaman bahan
pustaka, perobekan beberapa halaman dari suatu bahan pustaka.
c. Peminjaman tidak sah adalah kegiatan pemustaka yang melanggar ketentuan
peminjaman.Tindakan ini meliputi pelanggaran batas waktu pinjam,
pelanggaran jumlah koleksi yang dipinjam, dan pelanggaran jenis koleksi yang
dipinjam. Peminjaman tidak sah merupakan penyelewengan dalam pelayanan
koleksi yang memungkinkan seseorang dapat melakukan peminjaman yang
tidak prosedural. Kejahatan ini merupakan penyelewengan pengelolaan dalam
pelayanan koleksi yang memungkinkan seseorang dapat melakukan
peminjaman yang tidak prosedural. Model kejahatan ini bisa terjadi karena
adanya hubungan proksiminiti (hubungan kedekatan) atau karena hubungan
kolegial dan sebagainya, sehingga peminjaman bisa dilakukan tanpa melalui
aturan-aturan baku di sebuah perpustakaan.
d. Corat-coret atau vandalisme adalah tindakan perusakan bahan pustaka dengan
menulisi, mencoret-coret, memberi tanda khusu, membasahi, membakar dan
lain-lain. vandalisme di perpustakaan merupakan suatu perusakan barang-
barang milik umum atau milik orang lain dengan cara penambahan,
penghapusan, dan pengubahan tulisan yang secara sengaja dilakukan.
Vandalisme dikatakan sebagai perusakan dan merupakan tindakan kejahatan
6
karena dilakukan dengan tanpa izin dan tidak sesuai dengan prosedur yang
benar terhadap benda-benda milik orang lain atau umum sehingga istilah
vandalisme di perpustakaan merupakan salah satu bentuk kejahatan.
7
d. Pengaruh lingkungan masyarakat
Remaja adalah produk dari sistem masyarakat. Masyarakat sangat
berpengaruh terhadap lahirnya sebuah generasi remaja. Bila lingkungan
masyarakat cenderung negatif maka tidak dapat dielakan generasi remaja yang
akan dihasilkan juga akan meniru perilaku masyarakat di mana mereka tinggal.
Masyarakat saat ini lebih mementingkan hal-hal yang bersifat kebendaan dan
mengesampingkan isu sosial dalam masyarakat mereka sendiri. Kebanyakan
masalah vandalisme terjadi di kota-kota. Di kawasan kota penduduk tidak
peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya, oleh karena itu remaja merasa
bebas untuk meneruskan perilaku negatif mereka tanpa menghiraukan rasa
tanggung jawab terhadap fasilitas umum maupun milik orang lain. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa vandalisme disebabkan oleh faktor dari
rekan sebaya, keluarga, media massa, dan masyarakat.
8
b. Peran orangtua
Orang tua sangat berperan dalam memberikan arahan kepada anaknya
mengenai bagaimana kita menghargai benda atau barang orang lain yang
dimana kita tidak berhak untuk merusak milik mereka. Orang tua perlu
mengenali bakat anaknya sehingga anaknya tidak melampiaskan bakat mereka
ke tempat yang salah. Apabila anak memiliki bakal dalam kreasi seni maka
orangtua sudah sewajarnya untuk menyiapkan media agar anaknya dapat
menuangkan bakat mereka ke tempat yang tepat.
c. Peran masyarakat dan sekolah
Anggota masyarakat juga memiliki peran dalam mengatasi vandalisme ini,
masyarakat perlu memiliki sikap prihatin dan juga memberikan perhatian yang
lebih kepada anak mereka supaya tidak melakukan perbuatan yang merugikan
orang lain. Masyarakat juga harus peka terhadap apa yang berlaku di sekeliling
mereka. Masyarakat dirasa perlu sangat proaktif mengenai gejala vandalisme
yang berjalan di kawasan mereka. Pihak sekolah sudah sewajarnya untuk
memberikan nasihat dan juga bimbingan kepada siswa mengenai perilaku yang
dapat merugikan pihak lain atau orang lain atas tindakan yang kita lakukan
terhadap mereka atau sesuatu barang milik mereka.
d. Peran media massa
Media massa memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat
dalam mengedukasi masyarakat melalui contoh perilaku sosial yang
ditayangkan di media massa. Media massa dapat menyebarkan dan
menanamkan perilaku sosial yang baik dan juga beberapa contoh perilaku
sosial yang tidak pantas untuk dilakukan kepada orang lain.
9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vandalisme adalah tindakan pengrusakan terhadap lingkungan atau norma
yang berlaku. Perilaku Vandalisme yang umum kita lihat seperti corat-coret di
dinding kelas, wc, bangku, meja, dinding pertokoan, rambu lalu lintas serta tempat-
tempat lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, vandalisme diartikan
sebagai “Perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang
berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya)”.Seiring waktu, makna
vandalisme lebih berkembang ke arah pengrusakan sarana umum atau pribadi
maupun alam baik itu pengrusakan fungsi atau tampilannya dengan cara mencoret-
coret dengan menggunakan tinta, cat air, cat semprot, dan lain sebagainya sehingga
menyebabkan kekotoran, kekumuhan dan merusak pemandangan bagi orang yang
melihat.
Adapun bentuk-bentuk vandalisme, yaitu pencurian, perobekan atau mutilasi,
peminjaman tidak sah, dan coret-coret. Faktor-faktor yang mempengaruhi
vandalisme ini terjadi akibat pengaruh rekan sebaya, orang tua dan keluarga, media
massa, dan lingkungan masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan agar tidak terjadi
vandalisme, yaitu ditetapkannya penegakan dan penguatan undang-undang, peran
orang tua, masyarakat dan sekolah, serta media massa yang sifatnya membimbing
dengan baik agar vandalisme pada anak tidak akan terjadi.
3.2 Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama vandalisme ada beberapa saran yang
mungkin dapat dijadikan acuan, diantaranya keluarga sebagai awal tempat
pendidikan harus mampu membentuk pola pikir yang baik untuk para remaja,
masyarakat perlu menyadari akan perannya dalam penciptaan suasana yang
10
kondusif, lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan
yang baik untuk membantu remaja mengasah kemampuan dan mengembangkan
segala potensi yang ada dalam dirinya.
11
DAFTAR PUSTAKA