Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA

“Vandalisme”

Dosen Pengampu : Drs. Made Ngurah Parta, M.Si

Disusun Oleh

Putry Fatmawati 2005046058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Ilmu
Sosial dan Budaya.

Penulisan makalah berjudul “Vandalisme” dapat diselesaikan karena bantuan


banyak pihak. Saya berharap makalah ini dapat menjadi referensi dan menambah
wawasan. Selain itu, saya juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru
setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada


bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami
memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Samarinda, 06 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………i

Daftar Isi…………………………………………………………………………………ii

BAB 1: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………....1

1.3 Tujuan Masalah……………………………………………………………………...1

BAB 2: PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Vandalisme………………………………………………………………3

2.2 Bentuk-bentuk Vandalisme…………………………………………………………5

2.3 Faktor-faktor Vandalisme…………………………………………………………..6

2.4 Upaya Pencegahan Vandalisme…………………………………………………….7

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………9

3.2 Saran…………………………………………………………………………….....9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vandalisme sekarang ini banyak dijadikan sebagai ajang untuk menunjukan


eksistensi diri bagi para pelakunya, mulai dari remaja hingga dewasa. Para pelaku
vandalisme ini ingin dirinya dipandang oleh orang-orang lain baik itu dari
kelompoknya maupun dari luar kelompoknya yaitu masyarakat sekitar. Vandalisme
pun tidak hanya coretan-coretan yang banyak diketahui banyak orang, tetapi
meliputi merusak dan mengubah karya orang lain. Vandalisme adalah sebuah
tindakan mengubah atau merusak hasil karya atau properti milik orang lain tanpa
seizinnya. Awalnya, vandalisme itu berasal dari kata vandal atau vandalus yang
merujuk pada suatu suku di bangsa Jerman kuno. Kaum tersebut memperluas
jangkauan wilayah kekuasaannya dengan cara menghancurkan karya seni yang ada
di Roma. Maka dari itu, vandalisme merujuk pada perilaku kaum tersebut, yaitu
menghancurkan dan merusak karya indah secara sengaja. Di Indonesia pun
vandalisme banyak ditemui disekitar jalanan, gang dan ruang publik lainya, baik itu
di perkotaan maupun di pedesaan. Vandalisme sendiri berasal dari kata Vandal atau
Vandalus yang mengacu pada nama suatu suku pada masa Jerman purba yang suka
menginvasi wilayah lain dengan tujuan untuk memperluas wilayah mereka. Dalam
proses invasi, mereka melakukan aksi merusak karya-karya seni pada zaman
romawi pada saat itu. Dari perilaku suku Vandal tersebut, vandal kemudian diberi
makna seseorang yang dengan sengaja menghancurkan atau merusak sesuatu yang
indah-indah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian vandalisme


2. Apa saja bentuk-bentuk vandalisme

1
3. Apa saja faktor-faktor penyebab vandalisme
4. Bagaimana cara mengatasi vandalisme

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian vandalisme


2. Mengetahui bentuk-bentuk vandalisme
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab vandalisme
4. Mengetahui cara mengatasi vandalisme

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Vandalisme


Vandalisme adalah tindakan pengrusakan terhadap lingkungan atau norma yang
berlaku. Biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, pelaku vandal itu sendiri
umumnya tengah mengalami gangguan kejiwaan sebagai akibat kondisi sosial
ekonomi yang tidak kondusif atau dapat juga diakibatkan oleh kurangnya perhatian
orang-orang sekitarnya, terutama keluarga. Perilaku Vandalisme yang umum kita
lihat seperti corat-coret di dinding kelas, wc, bangku, meja, dinding pertokoan,
rambu lalu lintas serta tempat-tempat lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, vandalisme diartikan sebagai “Perbuatan merusak dan menghancurkan
hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya)”.
Seiring waktu, makna vandalisme lebih berkembang ke arah pengrusakan sarana
umum atau pribadi maupun alam baik itu pengrusakan fungsi atau tampilannya
dengan cara mencoret-coret dengan menggunakan tinta, cat air, cat semprot, dan
lain sebagainya sehingga menyebabkan kekotoran, kekumuhan dan merusak
pemandangan bagi orang yang melihat.
Kegiatan vandalisme pada umumnya hanya merusak fasilitas umum, yang segala
bentuk kegiatannya dapat mengganggu mata ataupun bentuk keganasan, kekerasan
maupun penghancuran, tetapi telah berkembang juga merusak milik perorangan
dengan mencoret-coret pintu mobil, tembok rumah. Jenis kegiatan vandalisme itu
sendiri pada umumnya yang sering terjadi adalah kegiatan mencoret-coret tembok,
papan, dan fasilitas umum lainnya. Penempelan famplet, brosur, dan stiker dimuka
umum atau bukan pada tempatnya. Disamping itu dampak negatif yang ditimbulkan
dari kegiatan vandalisme ini adalah menjadi kotornya tembok-tembok yang telah
dicoret-coret tersebut. Mereka sadar akan dampak dari vandalisme tetapi mereka
tetap saja melakukan aksi coret-coret tersebut, karena selain untuk menaikan
popularitas nama sekolah mereka juga banyak pelajar-pelajar dari sekolah lain yang
melakukan hal serupa. Dampak negatif yang ditimbulkan dari aksi vandal adalah

3
merusak/mencemari lingkungan sekitar, mengganggu ketertiban dan mengganggu
kenyamanan orang lain. Apabila aksi tersebut tidak segera diatasi akan bersifat
laten dan menjadi penyakit dalam masyarakat.
Vandalisme didefinisikan sebagai kegiatan iseng yang tidak bertanggung jawab
dari beberapa perilaku yang cenderung negatif. Kebiasaan ini berupa coret-coret
tembok atau objek lain yang dapat dibaca oleh umum. Vandalisme merujuk pada
tabiat seseorang yang membinasakan harta benda orang lain. Perilaku ini sudah
termasuk kejahatan ringan karena sifatnya merugikan orang lain serta sangat
mengganggu kenyamanan umum. Biasanya perilaku vandalisme dilakukan oleh
para kaum remaja yang sedang tumbuh dengan kematangan yang masih rendah
serta sedang mencari jati diri. Dalam Kamus bahasa Indonesia, kata perilaku berarti
tanggapan atau reaksi seseorang (individu) terhadap rangsangan atau lingkungan.
Dalam agama perilaku yang baik adalah perilaku yang sesuai dengan tujuan
penciptaan manusia ke dunia, yaitu untuk menghambakan diri kepada tuhannya.
Bohar Soeharto mengatakan perilaku adalah hasil proses belajar mengajar yang
terjadi akibat dari interaksi dirinya dengan lingkungan sekitarnya yang diakibatkan
oleh pengalaman-pengalaman pribadi. Kurt Lewin menambahkan perilaku dapat
berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam
diri seseorang sehingga adanya 3 kemungkinan terjadi perubahan perilaku pada diri
seseorang, diantaranya adalah kekuatan-kekuatan pendorong meningkat, karena
stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan perilaku, kekuatan-kekuatan
penahan menurun, karena adanya stimulus yang memperlemah kekuatan penahan
tersebut, kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.
Sikap itu sudah terbentuk dalam dirinya karena sebagai tekanan atau hambatan
dari luar maupun dalam dirinya. Artinya potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam
dirinya akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikapnya. Jadi jelas
bahwa perilaku dipengaruhi oleh faktor dalam diri maupun faktor lingkungan yang
ada di sekitarnya. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang
diamati langsung, maupun yang dapat diamati oleh pihak luar. Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan perilaku adalah kecenderungan pemustaka dalam dalam

4
berinteraksi khususnya dengan bahan pustaka. Dalam bahasa Indonesia kata
vandalisme berasal dari kata dasar vandal yang berarti perusak, kemudian mendapat
akhiran isme maka mengandung arti perbuatan merusak dan menghancurkan hasil
karya seni dan barang-barang berharga lainnya. Pengertian lain tentang vandalisme
adalah penambahan, penghapusan, atau pengubahan isi yang secara sengaja
dilakukan untuk mengurangi kualitas. maka vandalisme sering disebut dengan
penyalahgunaan koleksi bahan perpustakaan. Penyalahgunaan koleksi di antaranya
adalah pencurian, mutilasi/penyobekan, peminjaman tidak sah dan coret-mencoret
buku. Perilaku negatif biasanya muncul karena lingkungan mereka memberi contoh
bagaimana vandalisme ini tumbuh. Secara psikologis gejala vandalisme
dikarenakan gangguan kejiwaan. Himpitan beban ekonomi, kecemasan menghadapi
masa depan yang tidak 35 Nanik Rahmawati Perilaku Vandalisme Bahan Pustaka
menentu serta timbulnya tekanan kejiwaan yang tidak bisa diprediksi. Akibatnya
berimbas pada perilaku yang menyimpang seperti kemarahan yang menjurus pada
bentuk perbuatan destruktif.

2.2 Bentuk-bentuk vandalisme


Tindakan penyalahgunaan koleksi bisa terjadi karena adanya faktor-faktor yang
mendorong. Faktor ini terdiri dari: faktor dari pemustaka, faktor dari pustakawan,
dan faktor lain. Bentuk-bentuk penyalahgunaan koleksi yang sering terjadi di
perpustakaan disebut dengan penyalahgunaan koleksi, yang meliputi empat (4) hal,
yaitu:
a. Pencurian yaitu tindakan mengambil bahan pustaka tanpa melalui prosedur
yang berlaku di perpustakaan dengan atau tanpa bantuan orang lain. Pencurian
bermacam-macam jenisnya, dari pencurian kecil-kecilan sampai yang besar.
Dikatakan pencurian jika koleksi yang tersedia di perpustakaan tidak dapat
diketahui keberadaannya dikarenakan telah diambil oleh orang yang tidak
bertanggung jawab. Pencurian koleksi di perpustakaan dapat dikelompokkan
menjadi dua (2) jenis, yakni: pencurian sistematis dan pencurian tidak
sistematis. Pencurian sistematis adalah jenis pencurian secara langsung,

5
pencurian yang direncanakan, yaitu seseorang datang ke perpustakaan dengan
niat mencuri.Sedangkan pencurian tidak sistematis adalah pencurian yang tidak
direncanakan, yaitu dengan meminjam koleksi sesuai dengan prosedur yang
berlaku/sah namun dalam jangka waktu yang telah ditentukan koleksi tersebut
tidak pernah dikembalikan.
b. Perobekan atau mutilasi adalah tindakan perobekan, pemotongan,
penghilangan artikel, ilustrasi dari jurnal, majalah, buku, ensiklopedia dan lain-
lain tanpa atau dengan menggunakan alat. Ada dua tipe mutilasi yaitu pertama
adalah mutilasi yang meliputi perobekan halaman yang sebagian besar terdiri
dari ilustrasi dan fotografi, dan kedua adalah mutilasi teks dan tulisan.Tindakan
mutilasi dapat berbentuk bermacam-macam, antara lain adalah perobekan
halaman sampul (cover) bahan pustaka, perobekan satu halaman bahan
pustaka, perobekan beberapa halaman dari suatu bahan pustaka.
c. Peminjaman tidak sah adalah kegiatan pemustaka yang melanggar ketentuan
peminjaman.Tindakan ini meliputi pelanggaran batas waktu pinjam,
pelanggaran jumlah koleksi yang dipinjam, dan pelanggaran jenis koleksi yang
dipinjam. Peminjaman tidak sah merupakan penyelewengan dalam pelayanan
koleksi yang memungkinkan seseorang dapat melakukan peminjaman yang
tidak prosedural. Kejahatan ini merupakan penyelewengan pengelolaan dalam
pelayanan koleksi yang memungkinkan seseorang dapat melakukan
peminjaman yang tidak prosedural. Model kejahatan ini bisa terjadi karena
adanya hubungan proksiminiti (hubungan kedekatan) atau karena hubungan
kolegial dan sebagainya, sehingga peminjaman bisa dilakukan tanpa melalui
aturan-aturan baku di sebuah perpustakaan.
d. Corat-coret atau vandalisme adalah tindakan perusakan bahan pustaka dengan
menulisi, mencoret-coret, memberi tanda khusu, membasahi, membakar dan
lain-lain. vandalisme di perpustakaan merupakan suatu perusakan barang-
barang milik umum atau milik orang lain dengan cara penambahan,
penghapusan, dan pengubahan tulisan yang secara sengaja dilakukan.
Vandalisme dikatakan sebagai perusakan dan merupakan tindakan kejahatan

6
karena dilakukan dengan tanpa izin dan tidak sesuai dengan prosedur yang
benar terhadap benda-benda milik orang lain atau umum sehingga istilah
vandalisme di perpustakaan merupakan salah satu bentuk kejahatan.

2.3 Faktor-faktor vandalisme


Faktor yang melatarbelakangi maraknya aksi vandalisme di kalangan remaja, yaitu:
a. Pengaruh Rekan Sebaya
Pengaruh rekan sebaya dapat mengakibatkan aksi vandalisme. Remaja
lebih mudah meniru dan terpengaruh dengan rekan sebayanya. Pengaruh rekan
sebaya akan mencerminkan sikap, nilai dan tingkah laku remaja lebih-lebih
remaja yang sedang menghadapi masalah keluarga. Biasanya golongan yang
melakukan tindakan vandalisme merupakan remaja dalam kumpulan. Mereka
tidak mempunyai tujuan dan apabila berkumpul timbul berbagai ide termasuk
mencorat-coret fasilitas publik maupun properti orang lain.
b. Pengaruh orang tua dan keluarga
Orang tua merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya sifat
vandalisme di kalangan remaja. Setengah remaja yang terjebak dalam gejala
vandalisme berasal dari keluarga yang bermasalah atau keluarga yang
mengamalkan budaya negatif. Vandalisme dilakukan remaja yang ingin bebas
dan berlatarkan keluarga yang bermasalah. Selain itu kurangnya pengawasan
dari orang tua dan bimbingan juga merupakan faktor utama yang mendorong
remaja terjebak dalam gejala vandalisme.

c. Pengaruh media massa


Media massa mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan sangat sulit untuk
dihindari. Paparan adegan negatif dari film barat yang mempunyai unsur
mengarah pada aksi vandalisme dapat mempengaruhi remaja melakukan
tindakan vandalisme. Golongan remaja umumnya mudah meniru dan
mengikuti hal-hal yang dilihat di sekelilingnya termasuk media massa apalagi
tanpa bimbingan dan petunjuk dari orang tua.

7
d. Pengaruh lingkungan masyarakat
Remaja adalah produk dari sistem masyarakat. Masyarakat sangat
berpengaruh terhadap lahirnya sebuah generasi remaja. Bila lingkungan
masyarakat cenderung negatif maka tidak dapat dielakan generasi remaja yang
akan dihasilkan juga akan meniru perilaku masyarakat di mana mereka tinggal.
Masyarakat saat ini lebih mementingkan hal-hal yang bersifat kebendaan dan
mengesampingkan isu sosial dalam masyarakat mereka sendiri. Kebanyakan
masalah vandalisme terjadi di kota-kota. Di kawasan kota penduduk tidak
peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya, oleh karena itu remaja merasa
bebas untuk meneruskan perilaku negatif mereka tanpa menghiraukan rasa
tanggung jawab terhadap fasilitas umum maupun milik orang lain. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa vandalisme disebabkan oleh faktor dari
rekan sebaya, keluarga, media massa, dan masyarakat.

2.4 Upaya pencegahan vandalisme


Pencegahan vandalisme memerlukan strategi. Strategi pencegahannya bisa
dibuat sesuai dengan permasalahan yang ada. Upaya pencegahan tindakan
vandalisme, diperlukan pemahaman mengenai perilaku-perilaku yang
membentuknya. Pendekatan pencegahan yang efektif adalah dengan cara
menggabungkan beberapa strategi menjadi satu sebagai berikut.
a. Penegakan dan penguatan undang- undang
Penegakan dan penguatan undang- undang perlu dilakukan oleh pihak
yang berwajib. Pembuat undang-undang baru melakukan penetapan orang-
orang vandalisme dengan menjalankan kerja- kerja yang khidmat dengan
masyarakat dan juga mereka akan memakai pakaian seragam orang tersangka
vandalisme. Tindakan tegas sangat diperlukan dikenakan untuk pesalah supaya
menjadi contoh kepada rekan-rekan.

8
b. Peran orangtua
Orang tua sangat berperan dalam memberikan arahan kepada anaknya
mengenai bagaimana kita menghargai benda atau barang orang lain yang
dimana kita tidak berhak untuk merusak milik mereka. Orang tua perlu
mengenali bakat anaknya sehingga anaknya tidak melampiaskan bakat mereka
ke tempat yang salah. Apabila anak memiliki bakal dalam kreasi seni maka
orangtua sudah sewajarnya untuk menyiapkan media agar anaknya dapat
menuangkan bakat mereka ke tempat yang tepat.
c. Peran masyarakat dan sekolah
Anggota masyarakat juga memiliki peran dalam mengatasi vandalisme ini,
masyarakat perlu memiliki sikap prihatin dan juga memberikan perhatian yang
lebih kepada anak mereka supaya tidak melakukan perbuatan yang merugikan
orang lain. Masyarakat juga harus peka terhadap apa yang berlaku di sekeliling
mereka. Masyarakat dirasa perlu sangat proaktif mengenai gejala vandalisme
yang berjalan di kawasan mereka. Pihak sekolah sudah sewajarnya untuk
memberikan nasihat dan juga bimbingan kepada siswa mengenai perilaku yang
dapat merugikan pihak lain atau orang lain atas tindakan yang kita lakukan
terhadap mereka atau sesuatu barang milik mereka.
d. Peran media massa
Media massa memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat
dalam mengedukasi masyarakat melalui contoh perilaku sosial yang
ditayangkan di media massa. Media massa dapat menyebarkan dan
menanamkan perilaku sosial yang baik dan juga beberapa contoh perilaku
sosial yang tidak pantas untuk dilakukan kepada orang lain.  

9
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Vandalisme adalah tindakan pengrusakan terhadap  lingkungan atau norma
yang berlaku. Perilaku Vandalisme yang umum kita lihat seperti corat-coret di
dinding kelas, wc, bangku, meja, dinding pertokoan, rambu lalu lintas serta tempat-
tempat lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, vandalisme diartikan
sebagai “Perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang
berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya)”.Seiring waktu, makna
vandalisme lebih berkembang ke arah pengrusakan sarana umum atau pribadi
maupun alam baik itu pengrusakan fungsi atau tampilannya dengan cara mencoret-
coret dengan menggunakan tinta, cat air, cat semprot, dan lain sebagainya sehingga
menyebabkan kekotoran, kekumuhan dan merusak pemandangan bagi orang yang
melihat.
Adapun bentuk-bentuk vandalisme, yaitu pencurian, perobekan atau mutilasi,
peminjaman tidak sah, dan coret-coret. Faktor-faktor yang mempengaruhi
vandalisme ini terjadi akibat pengaruh rekan sebaya, orang tua dan keluarga, media
massa, dan lingkungan masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan agar tidak terjadi
vandalisme, yaitu ditetapkannya penegakan dan penguatan undang-undang, peran
orang tua, masyarakat dan sekolah, serta media massa yang sifatnya membimbing
dengan baik agar vandalisme pada anak tidak akan terjadi.

3.2 Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama vandalisme ada beberapa saran yang
mungkin dapat dijadikan acuan, diantaranya keluarga sebagai awal tempat
pendidikan harus mampu membentuk pola pikir yang baik untuk para remaja,
masyarakat perlu menyadari akan perannya dalam penciptaan suasana yang

10
kondusif, lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan
yang baik untuk membantu remaja mengasah kemampuan dan mengembangkan
segala potensi yang ada dalam dirinya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nanik, R. (2019). Perilaku Vandalisme Bahan Pustaka Di Upt Perpustakaan Universitas


Bengkulu. Al Maktabah, 34-43.

Pratama, R. (2015). Project Dinding Kreativitas Untuk Meningkatkan Perilaku Peduli


Kebersihan Lingkungan Kelas Dari Perilaku Vandalisme. Repository.Upi.Edu,
1-8.

Susanti, A. (2016). Maraknya Vandalisme Di kalangan Remaja. Tegal: Universitas


Pancasakti Tegal.

Anda mungkin juga menyukai