Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas Sejarah membuat makalah. Pada kesempatan kali ini kami menulis makalah
dengan judul “Manusia Purba di Indonesia”.
Secara garis besar karya tulis ilmiah ini disusun secara ringkas dan
sistematis agar para pembaca lebih mudah memahami isi makalah ini.
Isi makalah ini tersusun atas pendahuluan, kajian pustaka, pembahasan, dan
penutup serta lampiran yang sudah ditulis secara singkat dan jelas.
Pengetahuan ini masih jauh dari lengkap dan sempurna untuk menjangkau
pengetahuan-pengetahuan yang semakin hari semakin banyak berkembang.
Menyadari kekurangan yang ada pada makalah yang kami tulis ini, dengan
kerendahan hati penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun agarmakalah yang kami tulis akan datang lebih baik dan sempurna.
Kami sebagai penyusun berharap semoga makalah yang telah ditulis ini
bermanfaat bagi pembaca. Amiin.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penemuan - penemuan fosil di dunia banyak disumbang oleh Indonesia.
Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim
yang cocok di huni manusia kala itu. Penemuan –penemuan fosil sangat bergua
bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang ini. Baik dalam hal menjelaskan
kehidupan manusia kala itu,. Hewan yang pernah hidup dan bagaimana evolusi
manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak menyumbang fosil
manusia –manusia purba. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan
perkembangan manusia purba dari mulai bagaimana menemukannya,cirri-ciri
dari manusia purba dan tempat ditemukanya,sampai evolusi manusia mulai dari
pertama kali muncul hingga menjadi manusia sekarang ini.
Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia
mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup.
Dengan begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil- fosil
yang ditemukan. Makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan
terperinci mengenai fosil- fosil manusia purba yang ditemuakan di Indonesia.
Penemuan –penemuan terbaru juga termasuk di dalamnya. Hal ini bermanfaat
untuk mengetahui perkembangan fosil terbaru yang ditemukan seperti Homo
Moernman. Dijelaskan pula tempat penemuan dan bentuk penemuannya agar
isi makalah ini dapat dipercaya kebenaranya.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan ditulis pada makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah manusia purba di Indonesia?
2. Bagaimana jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia?
3. Dimana saja lokasi penemuan fosil manusia purba di Indonesia?
4. Bagaimana jenis dan ciri manusia purba zaman dahulu diluar Indonesia?
5. Bagaimana persebaran manusia purba zaman dahulu diluar Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari makalah adalah sebagai
berikut:
1. Menjelaskan sejarah manusia purba di Indonesia.
2. Mendiskripsikan jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia.
3. Menjelaskan lokasi penemuan fosil manusia purba di Indonesia.
4. Menjelaskan jenis dan ciri manusia purba zaman dahulu diluar Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Manusia Purba di Indonesia


Indonesia merupakan salah satu tempat ditemukannya fosil manusia purba.
Ini artinya, Indonesia pada masanya pernah didiami oleh manusia purba.
Kenyataan ini menjadikan Indonesia menjadi salah satu tempat penting bagi
para ahli yang akan melakukan studi tentang manusia purba. Adapun tempat
lain yang juga ditemukan fosil manusia purba yaitu Prancis, Jerman, Belgia,
dan Cina.
Faktor apakah yang membuat Indonesia menjadi tempat menarik untuk
didiami oleh manusia purba? Kita tahu, kehidupan manusia purba masih sangat
bergantung oleh alam. Jadi besar kemungkinan faktor utama yang menarik
manusia purba untuk mendiami Indonesia adalah kesuburan tanahnya serta
kekayaan akan faunanya. Sejak 10.000 tahun yang lalu ras-ras manusia seperti
yang kita kenal sekarang ada di Indonesia. Pada kala Holosin dikenal dua ras,
yaitu ras Austromelanosoid dan ras mongoloid. Ras Austromelanosoid
mempunyai ciri-ciri tubuh agak besar, tengkorak kecil, rahang kedepan, hidung
lebar, alat pengunyah kuat. Ras mongoloid memiliki ciri-ciri tubuh lebih kecil,
tengkorang sedang, muka lebar dan datar, hidung sedang. Temuan rangka
manusia Pos Plestosin di pantai timur Sumatera Utara, gua-gua di Jawa Timur,
Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara. Sisa-sisa manusia di langsa tamiang dan
binjai menunjukkan ciri-ciri austromelanosoid.
Dengan melihat keadaan di Sumatera Timur dan membandingkan dengan
keadaan di pantai selat Malaka, manusia ini memakan bintang laut, kerang laut,
dan ikan, disamping beberapa hewan darat, seperti babi dan badak. Manusia ini
juga telah mengenal api, mengubur mayat, dan upacara tertentu. Pada saat
bersamaan di gua lawa, sampung, ponorogo, didapati manusia yang termasuk
ras Austromelanosoid. Mereka hidup dari binatang buruan, seperti kerbau,
rusa, dan gajah.
Di Flores, yaitu Liang Toge, Liang Momer, dan Liang Panas didapatkan
sisa-sisa manusia yang menunjukkan ciri-ciri Austromelanooid. Di Liang Toge,
Flores Barat manusianya diperkirakan hidupnya secara meramu dan berburu.
Dari data tersebut maka populasi di Indonesia di kala Pos Plestosin: Sumatera,
Jawa, dan Nusa Tenggara didiami ras Austromelanosoid dengan sedikit unsur
Mongoloid, tapi di Sulawesi selatan menunjukan ras mongoloid. Mungkin
karena pengaruh mongoloid melalui Filipina – Kalimantan – Sulawesi.
Kehidupan praaksara di Indonesia dimulai sejak munculnya manusia
purba. Berdasarkan banyaknya fosil purba yang ditemukan, menunjukkan
bahwa Indonesia merupakan tempat yang menarik bagi manusia purba untuk
ditempati. Oleh karena itu, Indonesia menjadi sangat penting bagi para ilmuan.
B. Jenis-Jenis Manusia Purba yang di Temukan di Indonesia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli, fosil manusia purba yang
ditemukan di Indonesia dapat dibedakan menjadi Meganthropus,
Pithecanthropus, dan Homo sapiens.
1. Meganthropus
Jenis manusia purba ini berdasarkan penelitian von Koenigswald di
Sangiran pada tahun 1936 dan 1941. Ukuran fisik manusia purba jenis ini
serba besar dan bentuknya tegap. Para ahli kemudian menamai manusia
purba jenis ini Meganthropus paleojavanicus yang artinya manusia raksasa
dari Jawa. Diperkirakan makanan manusia jenis ini adalah tumbuhan dan
masa hidupnya pada zaman Pleistosen Awal.
Berdasarkan fosil yang ditemukan, para ahli menduga Meganthropus
paleojavanicus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Tulang pipi yang tebal
b) Otot kunyah yang kuat
c) Kening menonjol
d) Memiliki tonjolan belakang yang tajam
e) Tidak memiliki dagu
f) Memiliki perawakan yang tegap
g) Memakan jenis tumbuhan
h) Geraham besar
i) Bentuk muka diduga masih masif
j) Bentuk gigi homonin
k) Permukaan kunyah tajuk terdapat banyak kerut
Fragmen fosil Meganthropus yang ditemukan masih sangat sedikit.
Sampai sekarang belum ditemukan perkakas atau alat-alat yang digunakan
oleh Meganthropus. Para ahli mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
keberadaan dan kebudayaan yang ditingalkan. Oleh karena itu, para ahli
masih berbeda pendapat tentang keberadaan Megantropus. Sebagian ahli
menganggap sebagai Pithecanthropus, tetapi ada juga ahli yang
menganggapnya sebagai Australopithecus.
2. Pithecanthropus
Manusia purba jenis Pitchecanthropus banyak ditemukan di Indonesia
nama Pitchecanthropus berasal dari dua kata yaitu pithecos dan anthropus.
Fosil Pitchecanthropus dapat ditemukan di Trinil, Mojokerto,
Kedungbrubus, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Daerah-daerah
tersebut diduga masih berupa padang rumput dengan pohon-pohon jarang
sehingga cocok sebagai daerah perburuan. Manusia jenis ini hidup dengan
cara berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka tinggal di tempat
terbuka dan hidup berkelompok.
Secara umum Pithecanthropus memiliki ciri-ciri berubuh tegap dengan
tinggi badan 165-180 cm, alat pengunyahnya tidak sehebat Meganthropus,
belum ada dagu dan hidungnya lebar dengan volume otak berkisar 750-
1.300 cc. Pithecanthropus hidup sekitar 2,5 juta-200 ribu tahun yang lalu.
Beberapa jenis Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia antara lain
Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus erectus, dan
Pithecanthropus soloensis. Setiap jenis manusia purba tersebut memiliki ciri
fisik yang berbeda.
3. Pithecanthropus mojokertensis
Pithecanthropus mojokertensis (manusia kera dari Mojokerto) merupakan
manusia purba jenis Pithecanthropus tertua yang ditemukan di Indonesia.
Manusia purba jenis ini diperkirakan hidup sekitar 2,5-1,25 juta tahun yang
lalu. Pithecanthropus mojokertensis ditemukan oleh von Koeningswald di
Mojokerto pada tahun 1936. Fosil yang berhasil ditemukan berupa
tengkorak anak-anak, atap tengkorak, rahang atas, rahang bawah, dan gigi
lepas. Berdasarkan temuan tersebut, ciri-ciri Pithecanthropus mojokertensis
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a) Tulang pipi kuat
b) Berbadan tegap
c) Tonjolan kening tebal
d) Otot tengkuk kukuh
e) Muka menonjol ke depan
f) Volume otak 650-1.000 cc
4. Pithecanthropus erectus atau Homo erectus
Pithecanthropus erectus (manusia kera berjalan tegak) merupakan
manusia purba yang memiliki persebaran paling luas. Sehingga frakmen
yang ditemukan lebih banyak. Fragmen fosil yang berhasil ditemukan antara
lain atap tengkorak, tulang paha, rahang bawah, gigi lepas, dan tulang
kering. Sebagian besar fosil ditemukan di tepi Sungai Bengawan Solo.
Berdasarkan fosil yang ditemukan, para ahli menduga ciri-ciri
Pitchecanthropus Erectus sebagai berikut:
a) Tinggi badan sekitar 160 – 180 cm
b) Volume otak berkisar antara 750 – 1000 cc
c) Bentuk tubuh dan anggota badan tegap, tetapi tidak setegap
meganthropus
d) Alat pengunyah kuat
e) Bentuk geraham besar dengan rahang yang sangat kuat
f) Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
g) Bentuk hidung tebal dan lebar
h) Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde
i) Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang.
Sedangkan, hasil budaya Pithecanthropus erectus antara lain:
-Kapak perimbas
-Kapak penetak
-Kapak gengam
-Pahat gengam
-Alat serpih
-Alat-alat tulang
5. Homo
Hasil penelitian Van Koeningswald menyimpulkan bahwa makhluk yang
diberi nama homo ini memiliki tingkatan lebih tinggi dibanding
Pitchecanthropus Erectus dan Meganthropus. Bahkan manusia purba jenis
homo dapat dikatakan sebanding dengan manusia biasa. Di Indonesia
ditemukan tiga jenis fosil homo, yaitu Homo soloensies, Homo
wajakensis, dan Homo florensiensis.
5. Homo soloensies
Nama Homo soloensies berarti manusia dari solo. Fosil ini ditemukan
oleh von Koeningswald di daerah Ngandong, tepi Sungai Bengawan Solo
antara tahun 1931-1934. Manusia jenis ini diperkirakan hidup sekitar 900-
200 ribu tahun yang lalu.
Ciri-ciri Homo Soloensis:
a) Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
b) Tinggi badan antara 130 – 210 cm
c) Berat badan 30-150 kg
d) Otot tengkuk mengalami penyusutan
e) Muka tidak menonjol ke depan
f) Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
g) Hasil Budaya Homo Soloensis
h) Kapak gengam / Kapak perimbas
i) Alat serpih
j) Alat-alat tulang
k) Alat-alat zaman dahulu
6. Homo Wajakensis
Nama Homo wajakensis berarti manusia dari wajak. Fosil ini ditemukan
oleh Eugene Dubois di Desa Wajak, Tulungagung pada tahun
1889. Manusia purba ini diperkirakan hidup sekitar 40-25 ribu tahun yang
lalu. Menurut Eugene Dubois, Homo wajakensis termasuk ras Australoid
dan bernenek moyang Homo soloensis. Von Koeningswald memasukkan
Homo wajakensis dalam jenis Homo sapiens (manusia cerdas) karena sudah
mengenal upacara penguburan.
7. Homo florensiensis
Pada tahun 2003 para ilmuwan dari Australia dan Indonesia melakukan
peggalian di gua Liang Bua, Flores. Mereka berhasil menemukan fosil
tengkorak manusia purba yang memiliki bentuk mungil atau hobbit.
Manusia purba yang ditemukan di Gua Liang Bua tersebut kemudian diberi
nama Homo Floresiensis. Ukuran manusia ini tidak lebih besar dari anak-
anak usia lima tahun. Homo Floresiensis diperkirakan memiliki tinggi badan
100 cm dan berat badan 30 kg. Selain itu, mereka sudah berjalan tegak dan
tidak memiliki dagu. Manusia purba ini hidup di Kepulauan Flores sekitar
18.000 tahun lalu. Homo floresiensis hidup sezaman dengan gajah-gajah
pigmi (gajah kerdil) dan kadal-kadal raksasa (komodo) di Flores.
Menurut tim ilmuwan yang menemukan fosil tersebut. Homo floresiensi
merupakan keturunan spesies Homo erectus yang hidup di Asia Tenggara
sekitar 1 juta tahun lalu. Akibat proses seleksi alam, tubuh mereka
berevolusi menjadi bentuk yang lebih kecil. Hipotesis ini didasarkan pada
penemuan berbagai peralatan yang biasa digunakan oleh Homo erectus di
sekitar fosil Homo floresiensis. Selain itu, di Flores ditemukan fosil
stegodon (gajah purba) berukuran kecil. Penemuan ini semakin menguatkan
ipotesis para ilmuwan bahwa banyak makhluk hidup di pulau ini
menyesuaikan diri dengan habitatnya dengan cara menjadi lebih kecil.
Sementara itu, dalam jumlah ilmiah Nature para ilmuwan lan
menjelaskan Homo Floresiensis sebagai spesies baru manusia. Akan tetapi,
pendapat ini ditentang oleh para peneliti dari Universitas Gadjah Mada.
Menurut mereka, Homo floresiensis bukan merupakan spesies baru,
melainkan nenek moyang dari orang-orang katai Flores yang menderita
penyakit microcephalia, yaitu bertengkorak kecil dan berotak kecil. Sampai
sekarang penyakit tersebut masih ditemukan pada beberapa penduduk yang
hidup di sekitar Gua Liang Bua.
C. Lokasi Penemuan Fosil Manusia Purba di Indonesia
Penemuan fosil manusia purba untuk sementara ini yang paling banyak
ditemukan berada di Pulau Jawa. Meskipun di daerah lain tentu juga ada, tetapi
para peneliti belum berhasil menemukan tinggalan tersebut atau masih sedikit
yang berhasil ditemukan, misalnya di Flores. Berikut ini akan dipaparkan
mengenai penemuan penemuan penting fosil manusia di beberapa tempat.
1. Sangiran
Secara geografis, Sangiran terletak di kaki Gunung Lawu dan sekitar 15
km dari lembah Sungai Bengawan Solo. Sangiran dianggap pusat peradaban
besar, penting, dan lengkap manusia purba di Indonesia, bahkan dunia.
Sangiran merupakan pusat perkembangan manusia dunia yang memberikan
petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu.
Karakteristik wilayah Sangiran berbentuk menyerupai kubah raksasa
berupa cekungan besar di pusat kubah akibat erosi di bagian puncaknya.
Kubah raksasa tersebut diwarnai dengan perbukitan bergelombang. Kondisi
deformasi geologis itu menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan
yang mengandung fosil-fosil manusia puba dan binatang, termasuk artefak.
Lapisan batuan Sangiran memperlihatkan proses evolusi lingkungan yang
sangat panjang. Proses itu dimulai dari formasi Kalibeng berlanjut pada
formasi Pucangan, formasi Kabuh, dan formasi Notopuro.
Penelitian purbakala di Sangiran diawali oleh P.E.C. Schemulling pada
tahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian
dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan Schemulling situs itu seolah-
olah terlupakan dalam waktu yang lama. Selanjutnya, pada tahun 1895
Eugene Dubois mendatangi tempat ini, tetapi Dubois tidak menghasilkan
temuan sehingga dokter dan ahli anatomi tidak berminat untuk
melanjutkannya. Pada tahun 1932, seorang ahli geografi, L.J.C. van Es,
membuat peta geologi di kawasan Sangiran dengan skala 1:20.000. peta ini
kemudian dimanfaatkan oleh Gustav Heindrich Ralph von Koeningswald
pada tahun 1934 untuk melakukan survei eksploratif wilayah Sangiran.
Berbekal peta tersebut, Koeningswald berhasil menemukan berbagai
peralatan manusia purba. Di sela-sela survei tersebut, pada tahun 1936
seorang penduduk menyerahkan sebuah fosil rahang kanan manusia purba
kepada Koeningswald. Inilah temuan pertama fosil manusi purba yang
diberi kode S1 (Sangiran 1). Sejak saat itu hingga 1941, ditemukan fosil
manusia purba Homo erectus. Homo erectus merupakan takson paling
penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan manusia
Homo sapiens, manusia modern.
Sejak penemuan von Koeningswald, situs Sangiran menjadi sangat
terkenal dan secara resmi ditetapkan sebagai Warisan Dunia pada tahun
1966, yang tercantum dalam Nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World
Heritage List) UNESCO.
2. Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Trinil merupakan sebuah situs paleoantropologi di pinggiran Bengawan
Solo. Penelitian kehidupan manusia purba di Trinilsudah dilakukan jauh
sebelum penelitian yang dilakukan von Koeningswald di situs Sangiran.
Penelitian manusia purba di Trinil dilakukan pertama kali oleh Eugene
Dubois.
Penelitian Eugene Dubois diawali dengan penggalian pada endapan
aluvial Bengawan Solo dan dari lapisan tersebut ditemukan tulang rahang.
Dalam penggalian berikutnya, Eugene Dubois berhasil menemukan gigi
geraham, bagian atas tengkorak, dan tulang paha kiri. Eugene Dubois
memberi nama penemuannya Pithecanthropus erectus yang berarti manusia
kera berjalan tegak. Pada masa sekarang para ahli sepakat menyebut
Pitechanthropus erectus dengan sebutan Homo erectus yang artinya manusia
berjalan tegak.
Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi
memanjang ke belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera
(600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400 cc). Tulang kening sangat
menonjol dan di bagian belakang mata terdapat penyempitan yang sangat
jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Pada bagian belakang
kepala terlihat bentuk meruncing yang diduga pemiliknya merupakan
perempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antartulang
kepala, ditafsirkan individu ini telah mencapai usia dewasa.
Penemuan manusia purba jenis Homo erectus oleh Eugene Dubois telah
mendorong beberapa penelitian lain. Pada tahun 1907-1908 Selenka
melakukan penelitian dan penggaian di Desa Trinil. Dalam penelitiannya
ini, Lenere Selenka tidak berhasil menemukan fosil manusia. Akan tetapi, ia
berhasil menemukan fosil-fosil hewan dan tumbuhan yang dapat
memberikan dukungan untuk menggambarkan lingkunga hidup Homo
erectus. Inilah penelitian pertama yang mengaitkan fosil manusia dengan
lingkungan alamnya.
3. Ngandong
Ngandong merupakan sebuah desa di tepi Bengawan Solo dalam
wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Pada tahun 1933, Ter Haar,
Oppenoorth, dan von Koeningswald melakukan penelitian di daerah ini dan
berhasil menemukan beberapa atap tengkorak yang diidentifikasi sebagai
Homo soloensis. Berdasarkan morfologi yang dimiliki, manusia Ngandong
digolongkan sebagai Homo erectus paling maju. Tengkorak Homo erectus
Ngandong berukuran besar dengan volume otak rata-rata 1.100 cc, lebih
besar dibandingkan dengan Homo erectus dari sangiran dan Trinil.
4. Patiayam
Situs Patiayam merupakan daerah perbukitan di lereng Gunug Muria,
sebelah utara jalan raya antara Kota Kudus dan Pati. Penemuan fosil
manusia di daerah ini terjadi pada tahun 1978 ketika tim dari Pusat
Arkeologi Nasional menemukan gigi dan pecahan tengkorak Homo erectus.
Dari penelitian selanjutnya diketahui bahwa fosil Homo erectus ini berasal
dari formasi Slumprit yang berumur awal ploistosen tengah.
5. Wajak
Wajak merupakan sebuah desa yang terletak di Tulungagung, Jawa
Timur. Nama Wajak mulai terkenal pada tahun 1889 saat B.D. Reitschoten
menemukan sebuah fosil tengkorak. Fosil tersebut kemudian diserahkan
kepada C.P. Sluiter, kurator dari Koninklijke Natuurkundige
Vereeniging (Perkumpulan Ahli Ilmu Alam) di Batavia pada saat itu. Sluiter
kemudian menyerahkan fosil tengkorak Wajak kepada Eugene Dubois.
Bagi Dubois, fosil tersebut membuka harapan baru untuk
menemukan missing link asal usul manusia. Ini sesuai teori ahli geologi
Verbeek yang sepakat bahwa pegunungan batu gamping tersier di Jawa
sangat menjanjikan bagi Dubois. Dubois akhirnya tinggal selama lima tahun
di Tulungagung yang saat itu masih merupakan kota kecil bagian dari
Kediri. Dia menyusur kembali tempat Rietschoten menemukan fosil
tengkorak manusia, yakni di cekungan bebatuan sekitar Wajak. Di sekitar
tempat itu Dubois menemukan fosil mamalia dan reptil, serta fosil
tengkorak meskipun tidak seutuh temuan Rietschoten. Fosil temuannya
diberi nama Homo wajakensis.
6. Flores
Penelitian kehidupan purba di Flores dimulai pada tahun 2003.
Penelitian tersebut dilakukan oleh beberapa ilmuwan dari Indonesia dan
Australia. Tim Indonesia dipimpin oleh Raden Pandji Soejono dari Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional dan tim Australia dipimpin oleh Mike
Morwood dari Universitas New England. Pada penggalian di gua Liang
Bua, Flores, para ilmuwan tersebut menemukan fosil manusia kerdil atau
hobbit yang diberi nama Homo floresiensis.
D. Jenis dan Ciri Manusia Purba di Luar Indonesia
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia
purba. Tanah air kita sudah dihuni manusia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-
fosil manusia purba banyak ditemukan di Indonesia yaitu sejak jutaan tahun
yang lalu terutama di Pulau Jawa. Namun Manusia Purba tidak hanya
ditemukan di Indonesia saja, terdapat juga Manusia Purba yang terdapat
ditemukan di luar Indonesia. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi
pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal
tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Fosil
adalah sisa-sisa organisme (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang telah
membatu yang tertimbun di dalam tanah dalam waktu yang sangat
lama. Sedangkan artefak adalah peninggalan masa lampau berupa alat
kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu, tulang, kayu dan logam. Cara
hidup mereka masih sangat sederhana dan masih sangat bergantung pada alam.
Daftar tabel Manusia Purba di Luar Negeri

No Jenis Manusia Peneliti Tempat dan Keterangan


Purba Tahun Penemuan
1. Australopithecus Raymond Dart Desa Taung di - Memiliki
Africanus sekitar tubuh yang
Bechunaland. ramping.
Tahun 1924. -
Australopit
hecus jantan
lebih besar
dalam
ukuran
tubuh. 20-
40% lebih
tinggi, 30-
40% lebih
berat dari
perempuan.
- Struktur
hominid
dari gigi
dan rahang
tampaknya
diperlukan
lebih
grinding
bahwa diet
kera.
2. Paranthropus Raymond Dart Amerika Selatan - Volume
Robustus dan otak sekitar
Paranthropus 600cc.
Transvaalensis - Tinggi
badan 1,5
meter.
3. Sinanthropus Davidson Black Di Gua - Volume
Pekinensis dan Franz Naga,Peking,Cina. otak 900 -
Weidenreich 1200cc.

4. Homo Africanus Raymond Dart Di Goa Broken -volume


( Homo dan Robert Hill, otaknya
Rhodesiensis ) Brom Rhodesia, Z sama
imbabwe. Tahun dengan
1924. Apes (435-
530 cm3).
-Gambaran
muka
(terlihat
pada bagian
samping).
Beberapa
bagian
posorbital
terdesak.
- Gigi
geraham
depan
bagian
bawah
mempunyai
dua puncak.
Barisan gigi
rata.
-Tangannya
relatif
panjang. -
Tulang jari-
jarinya agak
melengkung
, rata-rata
jari-jarinya
panjang
seperti pada
manusia.
5. Homo Dr.Schoetensack Desa Maurer Volume
Heidelbergensis dekat Kota otaknya
Heidelberg, sangat besar
Jerman. (1100-1400
cm3).
Beberapa
specimen
tulang
tengkorakny
a tebal.
Bangunan
tulang
tengkorakny
a cerah.
Memiliki
tulang
tengkorak
yang lebih
tinggi dari
pada Homo
erectus.
Sekeliling
tulangnya
berbentuk
kubah.
Muka besar.
Alis yang
bertemu
pada satu
sisinya
sebagian
ukurannya
besar.

6. Homo Rudolf Virchow Lembah Sungai Ciri -ciri


Neanderthalensis dan Dr.Fulfrott Neander, dekat manusia
Duselldorf, purba ini
Jerman. Tahun mendekat
1956. ciri homo
wajakensis.
7. Homo Cro Lartet Gua Cro Magnon - Tengkorak
Magnon ( dekat Lez Eyzies berbentuk
Ras Cro – sebelah barat daya kubah.
Magnon) Perancis. Tahun - Dahi
1868. lebar.
- Kapaditas
tengkorak
1.600 cc
- Memiliki
tonjolan alis
tebal.

Penjelasan Rinci Manusia Purba diluar Indoesia


1. Australopithecus Africanus
Merupakan spesies dari hominid fosildari Afrika Selatan .Namanya
berarti "kera dari selatan Afrika". Pertama tetap fosil , yang tengkorak
seorang anak yang dikenal sebagai anak Taung ditemukan di 192 4oleh
Raymond Dartdi Taung , Afrika Selatan ,pada bulan Januari tapi tidak
diperhitungkan saampai 30 tahun kemudian.penemuan berikutnya dibuat di
Sterkfontein dan Makapansgat .
The biochronology (perkiraan usia biologis) dari spesies berkisar dari
Piacenzian ( Pliosen superior) ke Gelasius ( Pleistocene rendah), meskipun
usia absolut sulit untuk menentukan karakteristik deposito. Beberapa
sumber beringsut angka dari kurang dari 3 juta tahun untuk lebih dari 2 juta,
2 orang lain tanggal itu antara 3,3 dan 2,5 juta tahun. Seperti lain
Australopithecus , A. africanus memiliki kiprah bipedal , tapi masih
memiliki kebiasaan arboreal. Its berat badan rata-rata adalah 41 kg untuk
laki-laki dan 30 kg untuk wanita, dengan ketinggian 1,50 m. kapasitas
tengkorak adalah 480 cc ke 520 cc, 5 di bawah arus makhluk 1500cc
manusia. tempurung otak nya lebih tinggi dan bulat dari antropomorfik, dan
kerangka di luar tengkorak mirip dengan yang dari Australopithecus
afarensis. Wajah yang lebih pendek. Memiliki kurang prognathism (yang
rahang maju terhadap para rahang), bergabung ke ukuran yang lebih kecil
dari gigi. Giginya tidak sangat berbeda dari manusia. The taring yang kecil,
tanpa menonjol seperti antropomorfik, dan gigi seri adalah sebagai kecil
seperti kita. Studi terbaru menunjukkan bahwa bisa meninggalkan biji besar
dan kacang dengan gigi mereka, yang akan memberikan keuntungan besar
di saat kelangkaan makanan lembut lainnya. Hal ini juga penting untuk
menyebutkan bahwa menghilang diastema (kesenjangan antara gigi seri),
atau sangat sedikit. Oleh karena itu, kami melihat taring pengurangan dan
gigi seri dan ada penekanan yang lebih besar pengunyahan di sisa gigi.
2. Sinanthropus (dari Sino "Cina" dan anthro- "man")

First cranium of Homo erectus


pekinensis (Sinanthropus
pekinensis) discovered in 1929
in Zhoukoudian, today missing
(replica)

Scientific classification

Kingdom: Animalia

Phylum: Chordata

Clade: Synapsida

Class: Mammalia

Order: Primates

Suborder: Haplorhini

Family: Hominidae

Genus: Homo

Species: H. erectus

Subspecies: H. e.
pekinensis
(Black, 1927)

Trinomial name

Homo erectus pekinensis


(Black, 1927)

Synonyms

Sinanthropus pekinensis

adalah sebuah genus hominid usang dalam sistem klasifikasi ilmiah . Itu
dibuat ketika itu ditemukan salah satu molar fosil pertama dari Peking
Mandan Davidson hitam, pada tahun 1927, ditugaskan klasifikasipekinensis
Sinantthropus. Mereka mengikuti penemuan spesimen Man of Lantian pada
tahun 1963, yang diklasifikasikan sebagai lantianensis Sinanthropus . Kedua
spesies telah baru-baru direklasifikasi sebagai varietas dalam spesies Homo
erectus , yang telah menghilang jender Sinanthropus.
3. Paranthropus robustus

Paranthropus robustus

Taxonomía

Reino: Animalia

Filo: Chordata

Clase: Mammalia

Orden: Primates

Familia: Hominidae

Tribu: Hominini

Género: Paranthropus

Especie: P. robustus
Broom, 19381

Sinonimia

Paranthropus crassidens Broom,


19502
Australopithecus (P.) robustus Oakley,
19543
Australopithecus robustus Mayr, 19634

Adalah hominid fosil yang hidup di Afrika Selatan yang dibuat antara 2
dan 1,2 juta tahun di usia Gelasius dan Calabriense (Pleistocenesetengah
lebih rendah). Ini adalah pertama spesies ditemukan di dalamgenus
Paranthropus, meskipun untuk waktu itu dianggap milik para genus
Australopithecus .

Nama robustus ini karena temuan pertama, di selatan Afrika , sisa-sisa


rahang besar, yang Made berpikir sisa tubuh akan sangat besar. Tapi
penemuan telah menolak teori ini, dan P. robustus memiliki kegendutan
sama nenek moyangnya Australopithecus .

Dia memiliki alat masticatory besar, yang sebelumnya diyakini menjadi


spesialisasi produk makanan di akar dan biji. Tapi studi terbaru 5
menunjukkan bahwa makan akan telah bervariasi, seperti berbagai jenis
rumput, biji dan mungkin hewan. Wajahnya diratakan, dengan pipi bulkier
dan rahang kurang menonjol dibandingkan Australopithecus afarensis ini
memiliki tonjolan tulang kecil, kurang dari Paranthropus boisei , di bagian
atas tengkorak.

Ada cukup perbedaan antara pria dan wanita, terutama dalam


pengembangan pegunungan, tidak ada atau sangat sedikit ditandai pada
wanita. Laki-laki berat sekitar 40 kilogram dan wanita sekitar 32 kilo .
6Adapun tinggi badannya, ada juga perbedaan besar: laki-laki akan
mengukur sekitar 1,35 meter dan betina 1,10 meter .

Spesies Paranthropus robustus hanya ditemukan di Afrika Selatan , dan


spesialisasi tampaknya untuk lebih rendah dari sepupunya yangParanthropus
boisei , mungkin karena dia tidak tinggal di lingkungan yang kering seperti
seperti ini. Kehidupan Paranthropus robustus dikembangkan selama periode
2 dan 1,2 juta tahun sehingga juga bisa hidup berdampingan dengan spesies
lain dari garis keturunan kami.
4. Homo Rudolfensis

]\
Replika KNM ER 1470

taksonomi

Inggris : Animalia

Filo : Chordata

kelas : Mammalia

agar : kera

Sub ordo: haplorhini

infraorder: Simiiformes

Super famili: Hominoidea

keluarga : Hominidae

Genre : homo

spesies : H.
rudolfensis † ( Alexeev , 1986 )

kesinoniman

Pithecanthropus
rudolfensis Alexeev,
1986Australopithecus
rudolfensis Kayu & Collard
1999 1Kenyanthropus
rudolfensis Leakey et al. ,
2001 2Homo habilis Tobias 2003 3

Homo rudolfensis adalah spesies darihominin fosil , yang tinggal di


East Afrikaantara dan 1,7 juta tahun yang lalupada bulan April di Gelasius (
Pleistocenerendah). Spesies ini diusulkan oleh Valerii P. Alexeev di 1986 ,
lima dari jenis spesimen adalah KNM-ER 1470 , ditemukan di Koobi Fora
(pantai timur Danau Turkana , sebelumnya Lake Rudolf), oleh Bernard
Ngeneo , anggota tim Richard Leakey pada tahun 1972. Alexeev ditunjuk
pada tahun 1986 sebagai Pithecanthropus rudolfensis , tetapi kemudian
ditugaskan untuk kedua genera Homo dan Australopithecus .Beberapa
penulis menunjukkan bahwa genus baru untuk spesies ini yang juga
termasuk didefinisikan Homo habilis

Meskipun beberapa ahli paleoantropologi meragukan bahwa itu adalah


spesies yang berbeda dari Homo habilis , ini adalah pandangan yang
dominan saat ini, karena perbedaan ditandai morfologi, antara yang berikut
ini harus dibedakan: bentuk wajah (terutama di wilayah supraorbital dan
malar, yang memiliki sangat panjang, mendalam dan bersandar ke depan);
langkah-langkah kranial secara keseluruhan (45% dari langkah-langkah
dibandingkan antara dua spesies melampaui dimorfisme seksual gorila) dan
volume tengkorak (sekitar 750 cm , dibandingkan dengan 650 cm dari
Homo habilis ) meskipun pada tahun 2007 kapasitas otak Homo rudolfensis
telah diperkirakan oleh Timothy Bromage, seorang antropolog di University
of New York at 526 cm . juga anatomis Homo rudolfensis memiliki,
dengan sehubungan dengan Homo habilis , wajah datar, pasca gigi -caninos
lebih luas dan lebih akar kompleks dan mahkota dan enamel tebal.
Dalam radius lebih dari 10 km dari tempat di mana ia ditemukan 1470,
mereka menemukan tiga fosil: tahun 2007 bagian dari rahang bawah; pada
tahun 2008 tengkorak dengan rahang atas (KNM-ER 62000) dan; pada
tahun 2009 rahang bawah paling lengkap dari spesies pertama dari genus
Homo belum ditemukan, dikenal sebagai KNM-ER 60000.

Homo rudolfensis memiliki U - berbentuk langit-langit, dengan anjing


menghadap ke depan rahang, bukan sejajar dengan sisi V - berbentuk langit-
langit sebagai H. Habilis The Homo rudolfensis hidup dalam jangka waktu
minimal antara 1,95 dan 1,78 juta tahun, 4 November Desember di Afrika
Timur, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada setidaknya tiga spesies
Homo di sama waktu dan di daerah yang sama, H. habilis , H.rudolfensis
dan Homo ergaster , serta hominid lainnya, seperti Australopithecus boisei
.jangkauan tampaknya untuk menjadi eksklusif timur Afrika, begitu banyak
ahli paleoantropologi mempertimbangkan itu sebuah endemisme. Ini harus
juga harus diingat bahwa semua spesies ini juga ada bersamaan
denganAustralopithecus sediba dari Afrika Selatan dan homo georgicus
sudah tinggal di Asia . Sebagai H. rudolfensis dianggap oleh banyak ahli
sebagai suatu nenek moyang Homo erectus telah diusulkan fosil sebelumnya
dikaitkan dengan spesies ini untuk 1,95-2,4 Ma dan Ma. Namun, sebagian
besar fosil ini tugas menyesatkan taksonomi ( UR-501 telah dikaitkan
dengan Paranthropus 13 dan KNM-BC 1 adalah sementara dikaitkan
denganHomo sp. tidak ada cara untuk membuktikan itu adalah H.
rudolfensis 14 ), atau usia tidak pasti.

Sejak penemuan Kenyanthropus ( Meave Leakey et al 1999.), 16


beberapa ahli berpendapat bahwa Homo rudolfensis bisa berevolusi dari
Kenyanthropus ; meskipun ada yang hipotesis lain tentang mereka
hubungan filogenetik , karena ada beberapa ahli yang percaya bahwa fosil
ditunjuk sebagai Kenyanthropus hanya bisa menjadi
spesimenAustralopithecus afarensis , atau yang, karena untuk kurangnya
bukti lebih lanjut untuk menentukan baru bergenre , bisa paling akan
ditunjuk sebagai platyops Australopithecus . Akhirnya, fakta dari
koeksistensi tiga spesies Afrika, telah menyebabkan beberapa penulis
menyarankan perdebatan menarik tentang koeksistensi tiga spesies cerdas.
Tampaknya hubungan yang jelas dari Homo habilis dengan industri litik
dari Olduvai dan Homo rudolfensis dengan Danau Turkana, yang belum
mencapai kesimpulan logis. Penemuan dua fosil, tulang rahang dari Homo
habilis dari 1,44 juta tahun dan tengkorak dari Homo ergaster 1,55 juta
tahun yang lalu, di utara Kenya , oleh tim ahli yang dipimpin oleh Meave
dan louise Leakey , dan menunjukkan bahwa kedua spesies hidup
berdampingan, telah memberikan argumen baru untuk mendukung hipotesis
bahwa,Homo ergaster keturunan dari Homo rudolfensis . Beberapa ahli
berpendapat bahwa Homo.Ergaster dan H. Rudolfensis saudara adalah
keturunan beberapa spesies lain yang hidup di Afrika , 2 hingga 3 juta tahun
sebelum sekarang.

E. Homo Esgertes

taksonomi

Inggris : Animalia

Filo : Chordata

Saya vertebrata
subphylum:

kelas : Mammalia

agar : kera

subordo: haplorhini
infraorder: Simiiformes

superfamili: Hominoidea

keluarga : Hominidae

Genre : homo

spesies : H. ergaster † Groves


dan Mazak, 1975 1

kesinoniman

? Telanthropus capensis Broom & Robinson,


1949 2Homo erectus

Homo Ergaster adalah hominid punah , khas Afrika . Diperkirakan


hidup antara 1,9 dan 1,4 juta tahun di Calabriense (Pleistosen menengah).
Sisa-sisa pertamanya ditemukan di 1975di Koobi Fora ( Kenya ); itu,
setidaknya dua tengkorak ( KNM-ER 3733 , kali ini perempuan, dan KNM-
ER 3883 ) Maretdari 1,75 juta tahun yang lalu yang otakmemiliki ukuran
diperkirakan sekitar 850 cc . Pada tahun 1984, ia ditemukan diNariokotome
, dekat Lake Turkana(Kenya), yang kerangka penuh individu sekitar 11
tahun, 1,60 m tinggi dan otak 880 cc, dengan usia 1,6 juta tahun; Hal ini
dikenal sebagai anak Nariokotome . The Homo ergaster mungkin berasal
dariHomo habilis dan digambarkan oleh beberapa sebagai nenek moyang
AfrikaHomo erectus . Beberapa ahli percaya bahwa mungkin telah satu
spesies , karena kemiripannya anatomi mereka besar, dalam hal ini namanya
akan memiliki prioritas sebagai Homo erectus , tetapi tampaknya untuk
menyelesaikan penerimaan dua spesies yang berbeda. 4 Homo ergaster
memiliki tengkorak kurang kuat dan kurang jelas lembu supraorbital yang
Homo erectus Asia, dan berhubungan, di awal, industri litik olduvayense
atau mode 1, dan kemudian pindah ke Acheulean atau mode 2. Homo
ergaster sangat berbeda dari hominid sebelumnya dan menunjukkan
perubahan anatomi penting: 5

Ukuran dan tubuh proporsional adalah mirip dengan kita otak


mengalami peningkatan yang signifikan, melayang sekitar 850 cm³ Hal ini
sangat mungkin bahwa durasi masa kecilnya, remaja dan dewasa adalah
penengah antara simpanse dan manusia modern. Tidak seperti " Homo
habilis " diakui dalam penggunaan modus teknologi 2 atau Acheulean ,
mengejar disengaja, dan karena itu menyadari alat secara default. Kecuali
untuk tengkorak, baik Homo erectus dan Homo ergaster memiliki konstitusi
fisik sangat mirip dengan yang manusia modern , mirip bertubuh, meskipun
mereka umumnya lebih kuat dan kuat dibangun, dan cenderung pinggul
agak lebih luas. Proporsi kaki dan tangan, sudah sepenuhnya modern.

Hal ini diyakini bahwa Homo ergaster bisa menjadi yang pertama
hominid dengan kapasitas bahasa diartikulasikan. Namun struktur tulang
leher dari anak Nariokotometampaknya untuk menolak hipotesis ini,
meskipun itu mungkin menjadi sebuah anomali. Ada adalah tidak ada bukti
arkeologi bahwa Homo ergaster menggunakan pemikiran simbolik (seperti
seni figuratif), tapi juga - . Keterampilan dikembangkan dan otak fisik
mungkin menyarankan beberapa bentuk komunikasi linguistik atau
simbolis. Di antara hipotesis kemungkinan, diyakini bahwa Homo ergaster
mungkin hominid pertama untuk membangun hubungan sosial yang
kompleks, tepatnya difasilitasi oleh asal-usul bahasa lisan diartikulasikan
yang tampak didampingi oleh otak terlatih besar dan untuk mengembangkan
dasar abstraksi (seperti metafora : jika Anda menyaksikan jejak binatang ini
sangat mungkin bahwa cepat bisa membayangkan apa yang hewan
berkorespondensi lagu seperti, ini dibuat mungkin dengan perkembangan
yang cukup dari daerah kortikal prefrontal dan otak frontal bersama dengan
bahasa -lihat lateralisasi bahasa -). The artefak dari lithic tersebut sesuai
dengan H. ergaster sangat halus. Juga seharusnya menjadi nenek moyang
awal manusia yang sclera putih sudah sangat terlihat kontras dengan murid ,
jika ini terjadi itu juga kemungkinan bahwa setiap individuergaster Homo
bisa membangun primitif teori pikiran dimana bisa " intuisi " afektif atau
"mood" negara rekan-rekan mereka menonton penampilan mereka. Namun,
itu dianggap bahwa mereka tidak mampu untuk memiliki imajinasi untuk
membuat mereka memproyeksikan pikiran untuk panjang - masa depan
jangka (sebenarnya hidup rata-rata Homo ergaster akan langka dan sangat
sedikit orang akan . Melebihi 20 tahun
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pokok pembahasan diatas, manusia yang hidup pada zaman praaksara
(prasejarah) disebut manusia purba. Manusia purba adalah manusia penghuni
bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal
tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Kenis-
jenis Manusia Purba tidak hanya ditemukan di Indonesia. Terdapat juga banyak
Manusia Purba yang ditemukan di luar Indonesia. itu merupakan bahwa bukti
adanya perkembangan Manusia Purba di seluruh permkaan bumi ini.
Indonesia merupakan tempat yang cocok untuk kehidupan manusia purba
sehingga banyak ditemukan fosil-fosil manusia purba di Indonesia utamanya di
Pulau Jawa. Jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia antara
lain Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus mojokertensis,
Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus soloensis, Homo soloensies, Homo
wajakensis, dan Homo florensiensis. Lokasi penemuan fosil manusia tersebut
antara lain di Sangiran, Trinil, Ngandong, Patiayam, Wajak, dan Flores.

B. Saran
Mudah-mudahan dengan dibuatnya makalah ini, sebaiknya para pembaca
dapat mengerti tentang Jenis-jenis Manusia Purba di luar Indonesia. Karena
dengan memahami betul materi ini, dapat menambah wawasan tentang
kehidupan manusia Purba pada zama dahulu.
Daftar Pustaka

Djaja, Wahjudi, dkk. 2014. Sejarah Indonesia. Klaten: Intan Pariwara.

Gunawan, Restu, dkk. 2014. Sejarah Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Penemuan Manusia Purba di Indonesia. (online).

(http://www.eyuana.com/2014/10/ penemuan-manusia-purba-di-

indonesia_4.html, diakses tanggal 11 September 2015).

https://en.wikipedia.org/wiki/Australopithecus_africanus

https://en.wikipedia.org/wiki/Peking_Man

http://nikmatul-sejarah-indonesia.blogspot.co.id/2014/04/3.html

http://garudakamu.blogspot.co.id/2012/06/jenis-manusia-purba-di-indonesia-

dan.html

http://muhammadrisal10.blogspot.co.id/2013/10/penemuan-jenis-jenis-manusia-

purba-di_26.html

http://tugasgalau.blogspot.co.id/2015/12/makalah-sejarah-tentang-manusia-

purba.html

http://zikranet.blogspot.co.id/2013/09/rangkuman-manusia-purba-yang-

ditemukan.html

http://kurniaindra30.blogspot.co.id/2011/01/manusia-purba-yang-ditemukan-di-

luar.html

https://mydhayostya.blogspot.co.id/2014/05/tabel-manusia-purba-di-indonesia-

dan-di.html

Anda mungkin juga menyukai