1. Pengesahan UUD 1945 Salah satu kelengkapan negara yang harus dimiliki sebuah negara yang merdeka dan berdaulat adalah undang-undang dasar. Untuk memenuhi syarat sebagai negara merdeka dan berdaulat, pada 18 agustus 1945 PPKI mengadakan siding pertama untuk merumuskan undang-undang dasar. Rancangan undang-undang dasar negara Indonesia dikenal dengan piagam Jakarta. Sudah dibahas dalam siding BPUPKI sebelum Indonesia merdeka. Dalam siding PPKI pertam rancangan undang-undang tersebut mengalami penyesuaian sebelum dijadikan konstitusi negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta disempurnakan dengan penambahan beberapa bagian yang terdiri atas pembukaan, batang tubuh berisi 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan disertai penjelasan. Pengesahan UUD 1945 menjadikan negara Indonesia memiliki konstitusi dan dasar hukum yang jelas. Dalam siding PPKI pertama muncul perdebatan mengenai salah satu kalimat dalam pembukaan UUD 1945. Tokoh-tokoh yang berasal dari Indonesia Timur merasa keberatan dengan kalimat “ ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk- pemeluknya”. Setelah melalui perdebatan cukup panjang dan atas usul Ki Bagus Hadikusumo, anggota PPKI menyepakati perubahan kalimat “ Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi “ketuhanan Yang Maha Esa”. Undang-Undang Dasar 1945 rancangan BPUPKI mengalami beberapa perubahan dalam pembahasan siding PPKI. Perubahan itu dilakukan agar UUD yang menjadi dasar hukum Indonesia lebih nasionais dan tidak memihak golongan mayoritas sehingga mampu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan persatuan Nasional. Sidang PPKI pertama menyepakati beberapa perubahan sebagai berikut: a. Presiden harus beragama Islam, mengingat Sebagian rakyat Indonesia beragama Islam menjadi presiden ialah orang Indonesia asli. b. Jumlah wakil presiden ditetapkan dua orang berubah menjadi jumlah wakil presiden ditetapkan satu orang saja. c. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan berubah menjadi presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan menurut undang-undang dasar. d. Negara berdasar atas ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukn-pemeluknya berubah menjadi negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. e. Kata “Muqqadimah” diganti menjadi “Pembukaan” 2. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Sidang pertama PPKI juga mengagendakan pemilihan presiden dan wakil presiden. Aebelum agenda pemilihan presiden dan wakil presiden, siding diawali dengan mengesahkan pasal 3 dalam aturan peralihan sebagai dasar hukum pemilihan presiden dan wakil presiden. Pasal tersebut menyatakan untuk pertama kalinya presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI. Kertas suara untuk memilih presiden dan wakil presiden dibagikan keseluruh anggota PPKI. Akan tetapi, salah satu PPKI Otto Iskandardinata mengusulkan agar pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi. Salah satu penyebabny adalah pemilihan presiden melalui pemilu pada masa awal kemerdekaan tidak mungkin dilaksanakan. Otto Iskandar mengusulkn Soekarno dan Moh.Hatta sebagai calon wakil presiden karena dianggap sebagai tokoh sentral yang memimpin perjuangan bangsa Indonesia. Semua anggota PPKI kemudian menerima usulan tersebut. Pengangkatan Soeakrno dan Moh.Hatta sebagai presiden dan wakil presiden diiringi lantunan lagu “Indonesia Raya” yang dinyanyikan oleh seluruh anggota PPKI. Sejak saat itu Soeakrno dan Moh.Hatta resmi menjabat sebagai Presiden dan wakil Presiden.
3. Pembentukan Alat Kelengkapam Negara
Sidang pertama PPKI pada 18 agustus 1945 berhasil menetapkan UUD 1945 sebagai konsitusi negara dan memilih soeakrno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Setelah itu, para tokoh pendiri bangsa disibukan dengan pembentukan alat kelengkapan negara. Pada 19 agustus 1945 PPKI mengadakan sidang kedua untuk membahas pembentukan alat kelengkapan negara. Pada siding kedua tersebut PPKI membentuk Lembaga kementerian yang diikuti dengan pembentukan dua belas departemen, mengangkat empat meneteri negara, dan membagi wilayah Indonesia menjadi delapan provinsi. Sebelum membentuk pemerintahan daerah, presiden Soeakrno telah terlebih dahulu membentuk panitia kecil yang dipimpin oleh Otto Iskandar. Anggota panitia kecil yaitu Ahmad Soeabrdjo, Sutarjo Kartohadikusumo, dan Kasman Singodimedjo. Panitia ini bertugas pembentukan departemen. Otto Iskandardinata menegaskan pembentukan pemerintahan daerah bertujuan menjalankan roda pemerintahan daerah bertujuan menjalankan roda pemerintahan dan menggerakan partisipasi masyarakat dalam mempertahakan kemerdekaan.
4. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat ( KNIP)
PPKI kembali mengadakan siding ketiga pada 22 agustus 1945. Sidang ini memutuskan membentuk Komite Nasional di seluruh Indonesia yang berpusat di Jakarta. Komite Nasional ini berfungi sebagai DPR sebelum pemilihan umum dilakukan. Di tingkat pusat, Komite Nasional dikenal dengan Komite Nasional Indonesia Pusat (Knip). Menurut Presiden Soekarno, tujuan pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai berikut. a. Mempersatukan semua lapisan dan bidang pekerjaan agar tercapai solidaritas dan kesatuan nasional yang erat dan utuh. b. Membantu menentramkan rakyat dan melindungi keamanan. c. Membantu para pemimpin untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Anggota KNIP berjumlah 137 orang dan dilantik pada 29 agustus 1945. Kasman Singodimedjo diangkat sebagai ketua KNIP dibantu tiga wakil ketua, yaitu Karthohadikusumo ( wakil ketua I), J. Latuharthary ( Wakil Ketua II). Dan adam Malik ( wakil ketua III). Dengan terbentuknya KNIP , tugas PPKI pun berakhir. Pembentukan KNIP kemudian diikuti pembentukan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID). Sejak awal September 1945, KNID sudah terbentuk di berbagai daerah mulai tingkat keresidenan hingga desa. Setelah membentuk knip, PPKI membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI kemudian ditetapkan sebagai satu-satunya staatpartij ( partai negara). Ide pembentukan PNI sebagai partai tunggal dicetuskan oleh Soekarno. soekarno berharap PNI menjadi motor perjuangan rakyat dalam segala urusan dan lapangan. Pembentukan PNI sebagai partai negara mendapat penilakan dari golongan muda. PNI dianggap “berbau” jawa hokokai karena Sebagian besar anggotanya merupakan tokoh-tokoh yang duduk dalam organisasi buatan jepang tersebut. Partai ini juga dianggap tidak mewakili semua golongan dalam masyarakat. Sjahrir dan golongan muda menganggap pembentukann partai tunggal bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Akibat penolakan tersebut, penetapan PNI sebagai satu- satunya partai dibatalkan “untuk sementara waktu” karena dikhawatirkan menimbulkan kesan adanya partai tunggal yang tidak demokratis. Selain pembentukan KNIP dan PNI, siding ketiga PPKI membahas pembentukan Badan Kemanan Rakyat (BKR). Pembentukan lembaga ini mengingat kondisi Indonesia yang belum stabil dan kondusuf pada awal kemerdekaan. BKR dibentuk dengan tujuan memelihara keselamatan dan keaman rakyat. Anggota BKR terdiri atas mantan anggota Peta, Heiho, Keibodan, dan Seinendan. BKR merupakan cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).