Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
BAB II ISI ........................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan ................................................................
2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia 1945 s.d.1949 ..........................................
2.2.1 Lembaga – lembaga Negara menurut UUD 1945 .............................
2.2.2 Hubungan antar Lembaga Negara .....................................................
2.2.3 Efektifitas Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan ..........................
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan ............................
BAB III PENUTUP .........................................................................................
3.1 Kesimpulan ................................................................................................
3.2 Kritik dan Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semenjak dikumandangkan proklamasi kemerdekaan Republik

Indonesia, oleh wakil-wakil bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta pada tanggal

17 Agustus 1945 yang merupakan titik awal dari negara Indonesia yang

menghendaki dan melaksanakan sebagai suatu negara yang berdaulat,

bangsa yang merdeka dan pembentukan masyarakat yang bebas menentukan

kemauan negaranya sendiri. Proklamasi sebagai sumber hukum formil

adalah konsisten dengan doktrin proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi dasar

berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 yang berlaku pertama kalinya pada

tanggal 18 Agustus 1945.

Setelah ditetapkan dan disahkannya UUD 1945 oleh PPKI, pada

tanggal 18 Agustus 1945, mulai saat itu berlakulah UUD tersebut sebagai

UUD Negara Republik Indonesia. Maka mulai pada saat itu

penyelenggaraan negara akan didasarkan kepada ketentuan-ketentuan

menurut UUD ini.

Pada tanggal yang sama, PPKI mengadakan sidangnya dan

menetapkan:

a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

b. Undang-Undang Dasar 1945

c. Memilih Ir. Sukarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta

sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.


Kemudian pada tanggal 22 Agustus 1945 rapat PPKI dilanjutkan

dengan tiga putusan persoalan pokok yang sudah dibahas dalam rapat-rapat

sebelumnya, yakni pembentukan Komite Nasional, Partai Nasional

Indonesia dan Badan Keamanan.

Sistem pemerintahan Indonesia pada awal kemerdekaan adalah sistem

Presidensial sesuai dengan pasal IV aturan peralihan sebelum terbentuknya

MPR, DPR, dan DPA yang memegang kekuasaan eksekutif dan tugas MPR,

DPR dan DPA adalah Presiden dibantu dengan komite nasional. Dengan itu

dapat disimpulkan bahwa presiden memegang kekuasaan tertinggi tunggal.

Dasar hukum sistem pemerintahan Indonesia periode 18 Agustus 1945

– 27 Desember 1949 adalah UUD 1945, tetapi belum bisa dijalankan

secara murni dan konsekuen, karena bangsa Indonesia baru saja

memproklamasikan kemerdekaannya. Walaupun UUD 1945 telah

dilakukan, yang dapat dibentuk baru Presiden,Wakil presiden serta menteri,

dan para Gubernur sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat. Aturan

peralihan UUD 1945 menyatakan bahwa untuk pertama kalinya Presiden

dan wakil Presiden dipilih oleh PPKI. Jadi, tidaklah menyalahi apabila

MPR/ DPR RI belum dimanfaatkan karena pemilihan umum belum

diselenggarakan. Lembaga-lembaga tinggi negara lain yang disebutkan

dalam UUD 1945 belum dapat diwujudkan sehubungan dengan keadaan

darurat. Jadi sebelum MPR, DPR, DPA, BPK dan MA terbentuk segala

kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh Komite Nasional.

Hanya saja waktu itu aparat pemerintah penuh dengan jiwa pengabdian.
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu negara dalam

mengatur pemerintahannya.

Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem ini dibedakan menjadi:

a. Presidensial

b. Parlementer

c. Semi presidensial

d. Komunis

e. Demokrasi liberal

f. Liberal

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu

kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan

separatisme karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat

ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang

kuat di mana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan

mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan

berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk

memprotes hal tersebut.

Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan

masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas,

menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan,

ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan


4
demokrasi di mana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam

pembangunan sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit

negara yang bisa mempraktekan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.

Secara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk

menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu

relatif lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari

rakyatnya itu sendiri.

2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia 1945 s.d. 1949

2.2.1 Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945

Lembaga-lembaga negara pada awal kemerdekaan di antaranya:

a. Presiden

b. Wakil Presiden

c. KNIP

Setelah PPKI rapat pada tanggal 18 Agustus 1945, dengan

pembahasan masalah rancangan pembukaan dan undang-undang dasar

yang telah disiapkan oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Kemerdekaan, berhasil dibahas dalam tempo kurang dari dua jam,

disepakati bersama rancangan Pembukaan dan undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia. Sidang diskors pada pukul 12.50, dan akan

dimulai lagi pukul 13.15. Sebelum meningkat ke acara baru, yaitu

pemilihan presiden dan wakil presiden, Soekarno minta agar disahkan

Pasal Peralihan III Aturan Peralihan. Kemudian Oto Iskandar Dinata

mengusulkan agar pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan

dengan aklamasi. Ia mengajukan Bung Karno sebagai presiden dan Bung


Hatta sebagai wakil presiden. Semua hadirin menerima dengan aklamasi

sambil menyanyikan Indonesia Raya.

Komite Nasional Indonesia akan dibentuk di tingkat pusat dan

tingkat daerah. Tujuan komite, seperti dijelaskan Presiden Soekarno,

antara lain mempersatukan semua lapisan dan bidang pekerjaan agar

tercapai solidaritas dan kesatuan nasional yang erat dan utuh, membantu

menentramkan rakyat dan melindungi keamanan serta membantu para

pemimpin untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Di tingkat pusat,

pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat ( KNIP) diresmikan pada

tanggal 29 Agustus 1945. Anggotanya berjumlah 137 orang, dan Mr.

Kasman Singodimedjo diangkat sebagai ketua dibantu oleh tiga wakil

ketua, yakni Sutardjo Kartohadikusumo (Wakil Ketua I), Mr. Johannes

Latuharhary (Wakil Ketua II), dan Adam Malik (Wakil Ketua III). Dengan

terbentuknya KNIP, tugas PPKI pun berakhir. Pembentukan KNIP dengan

cepat diikuti oleh pembentukan KNI Daerah (KNID). Sejak awal

September 1945 sudah terbentuk di berbagai daerah dari tingkat

keresidenan sampai tingkat desa.

Dalam Pasal IV Aturan Peralihan UUD’45 disebutkan bahwa

Komite Nasional adalah sebuah badan yang bertugas membantu presiden

menjalankan kekuasaan MPR, DPR, dan DPA sebelum lembaga-lembaga

tersebut terbentuk. Berarti KNIP hanya merupakan lembaga pembantu

eksekutif.

Pada tanggal 7 Oktober 1945 kelompok pemuda dalam KNIP

mengajukan petisi yang ditandatangani oleh lima puluh orang kepada


Presiden Soekarno agar KNIP diberi wewenang legislatif. Berdasarkan

petisi itu, pada tanggal 16 Oktober 1945 Wakil Presiden Hatta

mengeluarkan Maklumat No. X (baca:eks, bukan sepuluh) yang

menyatakan bahwa sebelum MPR dan DPR terbentuk, KNIP diberi

kekuasaan legislatif dan ikut serta menentukan garis-garis besar haluan

negara. Dinyatakan pula bahwa tugas sehari-hari KNIP dijalankan oleh

Badan Pekerja KNIP (BP KNIP).

2.2.2 Hubungan Antar Lembaga Negara

Hubungan antara lembaga-lembaga negara yang meliputi presiden,

wakil presiden dan KNIP adalah presiden sebagai kepala negara dan

penyelenggara pemerintahan atau lembaga eksekutif dalam menjalankan

tugas penyelenggaraan pemerintah dibantu oleh KNIP, jadi KNIP

bertindak sebagai pembantu lembaga eksekutif. Namun pada tanggal 7

Oktober 1945 kelompok pemuda dalam KNIP mengajukan petisi yang

ditandatangani oleh lima puluh orang kepada Presiden Soekarno agar

KNIP diberi wewenang legislatif.

Peran wakil presiden tidak hanya konco wingking untuk presiden,

tetapi juga diberi wewenang untuk mengeluarkan suatu kebijakan ,

terbukti wakil presiden pada tanggal 16 Oktober 1945 Wakil Presiden

Hatta mengeluarkan Maklumat No. X.

2.2.3 Efektivitas Pelaksanaan Sistem Pemerintah

Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan awal kemerdekaan

periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 terjadi pergantian dari

sistem presidensial menjadi parlementer. Hal ini tidak menyimpang dari


Undang-Undang Dasar 1945 karena nyatanya tidak ada pasal ataupun ayat

yang menyatakan bahwa penyelenggara pemerintahan harus presiden.

Maka hal ini dimanfaatkan pemerintah pada waktu itu untuk mengatasi

situasi genting seperti pertempuran di berbagai daerah yang dilakukan oleh

Sekutu. Perdana menteri dipimpin oleh Sutan Syahrir karena beliau pandai

diplomatik, intelektual dan sosialis, sehingga memungkinkan untuk

berdiplomasi dengan Belanda mengenai pengakuan kedaulatan.

Pada awal kemerdekaan lembaga negara yang ada belum selengkap

dengan apa yang tertuang dalam UUD 1945, maka dapat dikatakan

penyelenggaraan pemerintahan belum efektif karena belum ada yang

pembagian kekuasaan secara formal dan belum ada check and balance.

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan

Kelebihan:

- Indonesia menganut konsep distributif of power atau adanya pembagian

kekuasaan Negara.

- Muncul kehidupan demokrasi multi partai. Partai politik sebagai sarana

untuk penyaluran aspirasi dan paham yang berkembang di masyarakat

- Berhasil meletakan dan membangun dasar kehidupan negara secara

konstitusional berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945

Kekurangan:

- Karena menggunakan sistem parlementer, Sistem pemerintahan tidak

dapat bekerja sama dengan baik akibat adanya persaingan kedudukan

Antara kabinet dan parlemen (KNIP) sehingga sering terjadi pergantian

kabinet.
- Belum terbentuk alat-alat perlengkapan negara. Negara Indonesia yang

baru merdeka belum sepenuhnya dapat memenuhi keperluan Negara

sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

- Adanya praktek ketatanegaraan yang tidak sesuai dengan Undang-Undang

Dasar 1945 yaitu:

a. Berubahnya fungsi komite nasional dari pembantu presiden menjadi

badan yang di serahi kekuasaan legislative (seharusnya DPR), ikut

menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (sesungguhnya

kewenangan MPR). Keputusan ini berdasarkan Maklumat Wakil

Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945.

b. Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi parlementer

berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat pada

tanggal 11 November 1945, yang kemudian disetujui oleh Presiden.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejak PPKI memilih Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai Presiden dan

Wakil Presiden maka Indonesia sempurna menjadi Negara Republik Indonesia.

Menurut penjelasan UUD 1945 salah satunya menerangkan bahwa Presiden

sebagai penyelenggara pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia maka

dapat diketahui bahwa Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.

Setelah keluar maklumat wakil presiden tanggal 14 November 1945, sistem

pemerintahan beralih menjadi sistem parlementer dan Sutan Syahrir sebagai

perdana menterinya.

Sistem pemerintahan Indonesia pada awal kemerdekaan adalah sistem

presidensial sesuai dengan pasal IV aturan peralihan sebelum terbentuknya MPR,

DPR, dan DPA yang memegang kekuasaan eksekutif dan tugas MPR, DPR dan

DPA adalah Presiden dibantu oleh Komite Nasional.

Pada awal kemerdekaan, lembaga-lembaga negara masih terdiri dari

presiden, wakil presiden dan komite nasional. Presiden sebagai kepala negara dan

penyelenggara pemerintahan dibantu oleh KNIP. Wakil presiden tidak hanya

konco wingking bagi presiden tetapi juga diberi wewenang untuk membuat

kebijakan.

Pada awal kemerdekaan lembaga negara yang ada belum selengkap dengan

apa yang tertuang dalam UUD 1945, maka dapat dikatakan penyelenggaraan
pemerintahan belum efektif karena belum ada yang pembagian kekuasaan secara

formal dan belum ada check and balance.

DAFTAR PUSTAKA

Busroh, Abu Daud. 1989. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia. Jakarta : Bina
Aksara.

Kansil, CST. 1985. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Aksara Baru.

Sunarso, dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.


Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai