Anda di halaman 1dari 6

DEMOKRASI SISTEM PEMISAHAN KEKUASAAN

Pada 18 Mei 1998, dalam usaha melengserkan rezim Presiden Suharto yang telah
berkuasa selama 32 tahun, ribuan mahasiswa melakukan aksi menduduki gedung
MPR/DPR setelah berhasil membobol pengamanan aparat. Para Mahasiswa menaiki atap
gedung Paripurna dan terus menyuarakan tuntutan agar Presiden Suharto meletakkan
jabatannya. Foto ini menjadi salah satu ikon gerakan Mahasiswa yang berjuang untuk
rakyat.
Demokrasi Pemisahan Kekuasaan

Trias Politika merupakan konsep


pemerintahan yang kini banyak dianut diberbagai negara di aneka belahan dunia. Konsep dasarnya
adalah, kekuasaan di suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan
politik melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara yang berbeda.
Trias Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan kekuasaan kepada 3 lembaga
berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Legislatif adalah lembaga untuk membuat undang-
undang; Eksekutif adalah lembaga yang melaksanakan undang-undang; dan Yudikatif adalah
lembaga yang mengawasi jalannya pemerintahan dan negara secara keseluruhan,
menginterpretasikan undang-undang jika ada sengketa, serta menjatuhkan sanksi bagi lembaga
ataupun perseorangan manapun yang melanggar undang-undang.
Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3 lembaga yang berbeda tersebut, diharapkan jalannya
pemerintahan negara tidak timpang, terhindar dari korupsi pemerintahan oleh satu lembaga, dan akan
memunculkan mekanisme check and balances (saling koreksi, saling mengimbangi). Kendatipun
demikian, jalannya Trias Politika di tiap negara tidak selamanya serupa, mulus atau tanpa halangan.
Sejarah Trias Politika
Pada masa lalu, bumi dihuni masyrakat pemburu primitif yang biasanya mengidentifikasi diri sebagai
suku. Masing-masing suku dipimpin oleh seorang kepala suku yang biasanya didasarkan atas garis
keturunan ataupun kekuatan fisik atau nonfisik yang dimiliki. Kepala suku ini memutuskan seluruh
perkara yang ada di suku tersebut.
Pada perkembangannya, suku-suku kemudian memiliki sebuah dewan yang diisi oleh para tetua
masyarakat. Contoh dari dewan ini yang paling kentara adalah pada dewan-dewan Kota Athena
(Yunani). Dewan ini sudah menampakkan 3 kekuasaan Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Bahkan di Romawi Kuno, sudah ada perwakilan daerah yang disebut Senat,
lembaga yang mewakili aspirasi daerah-daerah. Kesamaan dengan Indonesia sekarang adalah Dewan
Perwakilan Daerah (DPD).
Namun, keberadaan kekuasaan yang terpisah, misalnya di tingkat dewan kota tersebut mengalami
pasang surut. Tantangan yang terbesar adalah persaingan dengan kekuasaan monarki atau tirani.
Monarki atau Tirani adalah kekuasaan absolut yang berada di tangan satu orang raja. Tidak ada
kekuasaan yang terpisah di keduanya.
Pada abad Pertengahan (kira-kira tahun 1000 1500 M), kekuasaan politik menjadi persengketaan
antara Monarki (raja/ratu), pimpinan gereja, dan kaum bangsawan. Kerap kali Eropa kala itu, dilanda
perang saudara akibat sengketa kekuasaan antara tiga kekuatan politik ini.
DEMOKRASI SISTEM REFERENDUM

Ge
rakan reformasi politik yang telah menumbangkan pemerintahan Orde Baru Soeharto dari
panggung kekuasaannya tahun 1998, telah melahirkan ledakan emosi massa tak terkendali
yang muncul dalam berbagai luapan eforia. Ledakan itu terjadi dalam masa transisi
pemerintahan dari sistem represif-otoriter ke demokratis antara tahun 1998 sampai akhir
2002. Selama Orde Baru, kemerdekaan berekspresi, beragama dan berbeda pendapat yang
alami terkungkung dalam angkuhnya jargon-jargon bhineka tunggal ika, stabilitas
nasional, pembangunan ekonomi, pancasila, dwi fungsi ABRI, dan sejenisnya. Begitu
Orde Baru runtuh, ledakan massa meledak tak terkendali dalam ruang publik jagat
nusantara. Ledakan sosial itu meletus dalam deretan peristiwa: kerusuhan etnis antara suku
Dayak dan Madura di Kalimantan; Konflik atas nama agama yang berkepanjangan di Ambon
dan Poso; Pembantaian massal di Situbondo; Penjarahan pusat-pusat kapitalisme (kerusuhan
Mei di Jakarta) sebagai akibat dari ketimpangan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi;
Kekecewaan lokal terhadap pemerintah pusat (Aceh, Riau, Tasikmalaya, Papua) dan
sebagainya. Masa transisi yang meresahkan tersebut relatif mereda sampai akhir tahun
2002, dan sejak itu, walaupun belum sepenuhnya pulih, kondisi berangsur-angsur kembali
ke situasi normal
Ringkasan Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem pemerintahan presidensial atau disebut juga dengan sistem kongresional adalah sistem

pemerintahan dimana badan eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan yang independen. Kedua

badan tersebut tidak berhubungan secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan parlementer.

Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah. Sistem presidensial tidak mengenal adanya lembaga

pemegang supremasi tertinggi. Kedaulatan negara dipisahkan (separation of power) menjadi tiga

cabang kekuasaan, yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif, yang secara ideal diformulasikan sebagai

Trias Politica oleh Montesquieu. Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat untuk masa

kerja yang lamanya ditentukan konstitusi. Konsentrasi kekuasaan ada pada presiden sebagai kepala

negara dan kepala pemerintahan. Dalam sistem presidensial para menteri adalah pembantu presiden

yang diangkat dan bertanggung jawab kepada presiden.

merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana

kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu da terpisah dengan

kekuasan legislatif.

Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 2

unsur yaitu:

Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat pejabat-pejabat

pemerintahan yang terkait.

Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa saling

menjatuhkan..
Demokrasi Dengan Sistem Referendum
Sistem Pemerintahan Parlementer

Pada umumnya, sistem pemerintahan suatu negara dibedakan menjadi 2 klasifikasi besar, yaitu :
sistem pemerintahan presidensiil dan sistem pemerintahan berperan sebagai simbol kedaulatan dan
keutuhan negara karena kepala negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan.
A. Pengertian Sistem Parlementer

Sistem pemerintahan presidensial atau disebut juga dengan sistem kongresional adalah sistem
pemerintahan dimana badan eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan yang independen. Kedua
badan tersebut tidak berhubungan secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan parlementer.
Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah. Sistem presidensial tidak mengenal adanya lembaga
pemegang supremasi tertinggi. Kedaulatan negara dipisahkan (separation of power) menjadi tiga
cabang kekuasaan, yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif, yang secara ideal diformulasikan
sebagai Trias Politica oleh Montesquieu. Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat
untuk masa kerja yang lamanya ditentukan konstitusi. Konsentrasi kekuasaan ada pada presiden
sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Dalam sistem presidensial para menteri adalah
pembantu presiden yang diangkat dan bertanggung jawab kepada presiden.

Anda mungkin juga menyukai