Pada 18 Mei 1998, dalam usaha melengserkan rezim Presiden Suharto yang telah
berkuasa selama 32 tahun, ribuan mahasiswa melakukan aksi menduduki gedung
MPR/DPR setelah berhasil membobol pengamanan aparat. Para Mahasiswa menaiki atap
gedung Paripurna dan terus menyuarakan tuntutan agar Presiden Suharto meletakkan
jabatannya. Foto ini menjadi salah satu ikon gerakan Mahasiswa yang berjuang untuk
rakyat.
Demokrasi Pemisahan Kekuasaan
Ge
rakan reformasi politik yang telah menumbangkan pemerintahan Orde Baru Soeharto dari
panggung kekuasaannya tahun 1998, telah melahirkan ledakan emosi massa tak terkendali
yang muncul dalam berbagai luapan eforia. Ledakan itu terjadi dalam masa transisi
pemerintahan dari sistem represif-otoriter ke demokratis antara tahun 1998 sampai akhir
2002. Selama Orde Baru, kemerdekaan berekspresi, beragama dan berbeda pendapat yang
alami terkungkung dalam angkuhnya jargon-jargon bhineka tunggal ika, stabilitas
nasional, pembangunan ekonomi, pancasila, dwi fungsi ABRI, dan sejenisnya. Begitu
Orde Baru runtuh, ledakan massa meledak tak terkendali dalam ruang publik jagat
nusantara. Ledakan sosial itu meletus dalam deretan peristiwa: kerusuhan etnis antara suku
Dayak dan Madura di Kalimantan; Konflik atas nama agama yang berkepanjangan di Ambon
dan Poso; Pembantaian massal di Situbondo; Penjarahan pusat-pusat kapitalisme (kerusuhan
Mei di Jakarta) sebagai akibat dari ketimpangan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi;
Kekecewaan lokal terhadap pemerintah pusat (Aceh, Riau, Tasikmalaya, Papua) dan
sebagainya. Masa transisi yang meresahkan tersebut relatif mereda sampai akhir tahun
2002, dan sejak itu, walaupun belum sepenuhnya pulih, kondisi berangsur-angsur kembali
ke situasi normal
Ringkasan Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem pemerintahan presidensial atau disebut juga dengan sistem kongresional adalah sistem
pemerintahan dimana badan eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan yang independen. Kedua
badan tersebut tidak berhubungan secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan parlementer.
Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah. Sistem presidensial tidak mengenal adanya lembaga
pemegang supremasi tertinggi. Kedaulatan negara dipisahkan (separation of power) menjadi tiga
cabang kekuasaan, yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif, yang secara ideal diformulasikan sebagai
Trias Politica oleh Montesquieu. Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat untuk masa
kerja yang lamanya ditentukan konstitusi. Konsentrasi kekuasaan ada pada presiden sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan. Dalam sistem presidensial para menteri adalah pembantu presiden
kekuasan legislatif.
unsur yaitu:
Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa saling
menjatuhkan..
Demokrasi Dengan Sistem Referendum
Sistem Pemerintahan Parlementer
Pada umumnya, sistem pemerintahan suatu negara dibedakan menjadi 2 klasifikasi besar, yaitu :
sistem pemerintahan presidensiil dan sistem pemerintahan berperan sebagai simbol kedaulatan dan
keutuhan negara karena kepala negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan.
A. Pengertian Sistem Parlementer
Sistem pemerintahan presidensial atau disebut juga dengan sistem kongresional adalah sistem
pemerintahan dimana badan eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan yang independen. Kedua
badan tersebut tidak berhubungan secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan parlementer.
Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah. Sistem presidensial tidak mengenal adanya lembaga
pemegang supremasi tertinggi. Kedaulatan negara dipisahkan (separation of power) menjadi tiga
cabang kekuasaan, yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif, yang secara ideal diformulasikan
sebagai Trias Politica oleh Montesquieu. Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat
untuk masa kerja yang lamanya ditentukan konstitusi. Konsentrasi kekuasaan ada pada presiden
sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Dalam sistem presidensial para menteri adalah
pembantu presiden yang diangkat dan bertanggung jawab kepada presiden.