Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu Negara ialah ilmu yang menyelidiki atau membicarakan Negara, ini telah nyata
ditunjukkan sendiri oleh namanya. Tetapi sebetulnya Ilmu yang membicarakan negara itu
bukanlah hanya Ilmu Negara saja, oleh karena di samping Ilmu Negara itu masih ada Ilmu-ilmu
lainnya yang juga membicarakan negara.

Asal Mula Negara


Membicarakan tentang teori-teori (baik ajaran-ajaran maupun paham-paham) mengenai
timbulnya negara, atau terjadinya suatu negara.

A. Teori pada Zaman Yunani Kuno


1 Socrates
2 Plato
3 Aristoteles
4 Epicurus
5 Zeno
B. Teori pada Zaman Romawi Kuno
1 Polybius
2 Cicero
3 Seneca
C. Teori pada Zaman Pertengahan (Abad ke V – abad ke XV)
 Timbulnya bersamaan dengan berkembangnya Agama Kristen.
 Ajaran ini berkembang dalam 2 periode, yaitu:
1. Jaman Pertengahan sebelum Perang Salib (abad ke V – abad ke XII)
2. Jaman Pertengahan sesudah Perang Salib (abad ke XII – abad ke XV)
D. Teori Zaman Renaissance (Abad ke XVI)
Terjadi perubahan-perubahan besar dalam ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu
kenegaraan dan ilmu keagamaan.
E. Teori Monarkomaken
1. Hotman
2. Brutus
3. Buchman
4. Mariana
5. Bellermin
6. Milton
F. Teori Zaman Berkembangnya Hukum Alam
a. Ajaran Hukum Alam Abad ke XVII
b. Ajaran Hukum Alam Abad ke XVIII
G. Teori Berkembangnya Teori Kekuasaan
Berkembangnya pada abad-abad modern.
H. Teori Positivisme
Merupakan reaksi terhadap teori-teori klasik modern.
I. Teori Modern
Teori ini bersifat modern, karena sudah menyesuaikan dirinya dengan keadaan serta
perkembangan Ilmu Pengetahuan modern.
BAB II
ASAL MULA NEGARA

A. Teori pada Zaman Yunani Kuno


1. Socrates (meninggal pada tahun 399 SM)
 Pencetus ajaran demokrasi.
 Menurutnya negara bukanlah suatu keharusan yang bersifat obyektif, yang asal
mulanya dari pekerti manusia.
 Tugas negara adalah menciptakan hukum yang dilakukan oleh para pemimpin
penguasa yang dipilih oleh rakyat.
 Negara pada waktu itu bersifat demokratis, karena :
1) Negara Yunani pada waktu itu masih kecil, masih merupakan apa yang disebut
Polis atau City State, negara kota.
2) Jumlah warga negara masih sedikit, sehingga tidak terjadi persoalan yang
terlalu sulit.
3) Setiap warga negara (kecuali hyang masih bayi, sakit ingatan dan budak-budak
belia) adalah negara minded, dan selalu memikirkan tentang penguasa negara,
cara memerintah dsb.
2. Plato (429-347 SM)
 Pencetus ajaran idealism.
 Plato mengatakan bahwa tujuan negara yang sebenarnya adalah untuk mengetahui
atau mencapai atau mengenal idea yang sesungguhnya, sedang yang dapat
mengetahui atau mencapai idea yang sesungguhnya itu hanyalah akhli-akhli
filsafat saja. Maka dari itu pimpinan negara atau pemerintah negera sebaiknya
harus dipegang oleh akhli-akhli filsafat saja.
 Menurut Plato, puncak dari bentuk negara itu adalah Aristokrasi dimana
pemerintahnya dipegang oleh para cerdik pandai dan yang dalam menjalankan
pemerintahnya itu berpedoman pada keadilan.
3. Aristoteles (348-322 SM)
 Pencetus ajaran realisme.
 Negara merupakan suatu kesatuan yang tujuannya untuk mencapai kebaikan
tertinggi.
 Negara terjadi karena penggabungan keluarga menjadi suatu kelompok yang lebih
besar, kelompok itu bergabung lagi hingga menjadi desa, dan desa ini bergabung
lagi demikian setersunya hingga timbul negara sifatnya masih merupakan suatu
kota atau polis.
 Aristoteles menggolongkan bentuk negara menjadi 3, yaitu:
1) Negara dipegang oleh satu orang
 Monarki : ditunjukkan untuk kepentingan umum, sehingga biak.
 Tyranni : hanya ditunjukkan untuk kepentingan penguasa itu sendiri,
sehingga jelek.
2) Negara dipegang oleh beberapa orang
 Aristokrasi : ditunjukkan untuk kepentingan umum, sehingga baik.
 Oligarki : hanya ditunjukkan untuk kepentingan penguasa itu sendiri,
sehingga jelek.
3) Negara dipegang oleh rakyat
 Republik Konstitusional: negara memperhatikan kepentingan rakyat,
sehingga baik.
 Demokrasi: pemerintahnya hanya ditunjukkan untuk kepentingan penguasa
itu saja, sehingga jelek.
 Jadi, menurut Aristoteles bentuk negara yang terbaik adalah “Republik
Konstitusional”
4. Epicurus (342-271 SM)
 Pencetus ajaran individualism.
 Menganggap bahwa elemen atau bagian terpenting bukanlah negara atau
masyarakat tetapi individu itu sendiri sebagai anggota masyarakat. Ajaran
Epicurus tentang sifat susunan masyarakat atau negara disebut ajaran atoomisme.
 Negara adalah hasil daripada perbuatan manusia, yang diciptakan untuk
menyelenggarakan kepentingan anggota-anggotanya. Negara adalah alat bagi
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai individu.
 Tujuan negara itu selain menyelenggarakan ketertiban dan keamanan, juga
menyelenggarakan kepentingan perseorangan.
5. Zeno
 Pencetus ajaran universialisme.
 Meliputi seluruh manusia dan bersifat kejiwaan, seluruh kemanusiaan, sehinga
lenyaplah perbedaan orang Yunani dengan orang biadab, orang merdeka dengan
budak, dan kemudian timbullah moral yang memungkinkan terbentuknya kerajaan
dunia.
 Dari ajaran kamu stoa, ajaran kaum stoa bersifat 2 hal:
1) Menggambarkan manusia yang merasa kosong di dalam masyarakat yang
sedang mengalami kebobrokan (sosial-etis)
2) Menunjukkan jalan keluar dari kebobrokan masyarakat serta keruntuhan
negara dengan syarat Etis Minimum.
 Kaum stoa mengajarkan bahwa manusia harus menyesuaikan diri dengan susunan
Dunia Internasional

B. Teori pada Zaman Romawi Kuno


1. Polybius
 Penemu ajaran Cyclus Theory (perubahan bentuk-bentuk negara) menurutnya
bentuk negara ada enam bentuk, yaitu : monarki, tytranny, aristokrasi, oligarki,
demokrasi, dan okhlorasi.
 Teori ini memiliki kelemahan, yaitu bahwa gambaran tentang timbulnya negara
meskipun tersimpul pikiran yang logis, tetapi dalam kenyataannya tidaklah pernah
ada atau terjadi apa yang digambarkan oleh Polybius itu.
2. Cicero (106-43 SM)
 Negara merupakan suatu keharusan yang didasarkan atas rasio manusia. Rasio
disini adalah rasio yang murni, didasarkan atau menurut hukuman kodrat.
 Bentuk pemerintahan yang baik adalah merupakan campuran dari yang baik pula,
yaitu Monarki, Aristokrasi dan Republik. Sedangkan demokrasi adalah lawan dari
ketiganya.
 Hukum yang baik adalah hukum yang didasarkan atas rasio yang murni. Oleh
karena itu hukum positif harus berdasarjab atas dalil-dalil atau azas-azas hukum
alam kodrat. Jika tidak maka tidak mempunyai ikatan yang memikat.
3. Seneca
 Pernah menjadi Guru Kaisar Nero
 Bangsa Romawi mengalami kebobrokan dan terpecah belah
 Kelemahan dari bangsa Romawi yaitu pada system pemerintahannya devide et
impera. Karena disini orang menggunakan tipu muslihat dan sebagainya asal itu
untuk kepentingan negara. Hal ini menyebabkan bangsa-bangsa yang telah
ditakhlukan menjadi sadar kembali dan mengadakan perlawanan terhadap
Romawi, sehingga Romawi terpecah belah.

C. Teori pada Zaman Pertengahan ( abad ke V – abad ke XV )


Pada zaman pertengahan ini tidak banyak memberikan kesempatan terhadap
pemikiran tentang negara dan hukum, serta ilmu pengetahuan lainnya. Karena cara
berpikir yang kurang kritis. Segala hal di dunia ini selalu dikembalikan pada Tuhan.
Mengenai hal ini terjadi pertentangan antara kaum yang menjadi penganut Raja dan kaum
bagi mereka menganut Paus.
Pertentangan itu mengakibatkan adanya dua macam hukum, yaitu:
1) Hukum yang mengatur soal-soal kenegaraan atau keduniawian.
2) Hukum yang mengatur soal-soal keagamaan atau kerohanian.
Dalam kedua zaman ini terdapat ajaran-ajaran tentang negara dan hukum yang
saling berbeda. Ini menyebabkan berubahnya cara berpikir mereka yaitu dari cara berpikir
yang bersifat teokratis-mutlak (pada abad pertengahan sebelum perang salib) ke cara
berpikir tekratis-kritis (pada abad pertengahan sesudah perang salib). Dari abad ke-V
sampai abad ke-XII adalah ajaran Augustinus dan Thomas Aquinas. Sedangkan dari abad
ke-XII sampai dengan abad ke-XV adalah ajaran-ajaran dari Marsilius.
1. Augustinus
 Ajaran bersifat “Teokratis”, bahwa kedudukan gereja yang dipimpin oleh paus,
lebih tinggi daripada kedudukan negara yang dipimpin oleh seorang raja.
 Macam-macam negara, yaitu:
1) Negara Tuhan (Civitas Dei)
Negara ini sangat dipuji oleh Augustinus, karena ini adalah negara yang
diangan-angankan, dicita-citakan oleh agama.
2) Negara Iblis atau Negara Duniawi (Civitas Terrena atau Diaboli)
Negara ini sangat dikecam dan ditolak oleh Augustinus.
2. Thomas Aquinas (1225-1274 M)
 Filsafatnya bersifat “Finalistis”, artinya bahwa apa yang menjadi tujuannya itu
dikemukakan terlebih dahulu, baru kemudian harus diusahakan supaya tujuan itu
dapat tercapai.
 Menurut pendapatnya ada tiga kemungkinan bentuk pemerintahan dari suatu
negara yaitu:
1) Pemerintahan oleh suatu orang. Ini yang baik disebut Monarki dan yang jelek
disebut Tyranni.
2) Pemerintahan oleh beberapa orang. Ini yang baik disebut Aristokrasi dan yang
jelek disebut Oligarki.
3) Pemerintahan oleh seluruh rakyat. Ini yang baik disebut Politeia, ini kalau
menurut Aristoteles disebut Republik Konstitusionil dan yang jelek disebut
Demokrasi.
3. Marsilius
 Filsafatnya bersifat “Nominalis”, menurutnya negara itu dianggap sebagai
kekuasaan sedunia, diganti oleh negara sebagai pusat kekuasaan yang tetap, yang
berdiri sendiri, yang terlepas hubungan dari suatu kekuasaan yang lebih tinggi,
seperti gereja.
 Negara adalah suatu badan atau organisme yang mempunyai dasar-dasar hidup
dan tujuan tertinggi, yaitu menyelenggarakan dan mempertahankan perdamaian.
 Kekuasaan negara yang tertinggi ada pada rakyat, jadi kedaulatan itu ada pada
rakyat sebab rakyatlah yang berhak membuat peraturan-peraturan hukum atau
undang-undang. Jadi dengan demikian Marsilius menganut Factum Subjenctiones
yang bersifat Consessio.
D. Teori Zaman Renaissance (Abad ke XVI)
Pandangan hidup dan ajaran-ajaran tentang negara dan hukum pada zaman
renaissance ini sangat dipengaruhi oleh berabagai paham. Sehingga dapat merubah dan
membelokkan pandangan hidup dan ajaran-ajaran tentang negara dan hukum yang ada
pada waktu itu. Paham-paham yang mempengaruhi tersebut antara lain :
 Berkembangnya kembali kebudayaan Yunani Kuno, pengaruh ini timbul karena
terjadinya perang salib.
 Adanya system Feodalisme yang berakar pada kebudayaan yang berakar pada
kebudayaan Jerman Kuno. Sistem ini mempengaruhi Romawi Barat sebagai akibat
ditaklukkannya Romawi Barat oleh bangsa Jerman. Sistem feodalisme ini
menimbulkan kekacauan dan perpecahan.
1. Nicollo Machiavelli (1469-1572 M)
 Ajaran Nicollo Machiavelli yang menggantikan ajaran-ajaran dari jaman abad
pertengahan yang bersifat teologis adalah suatu ajaran yang bersifat kosmis
Naturalistis, suatu realism modern, yang berdasarkan atas ajaran-ajaran kuno,
khususnya dari praktek pemerintahan bangsa Romawi
 Tujuan negara adalah mengusahakan terselenggaranya ketertiban, keamanan dan
ketentraman. Dan ini hanya dapat dicapai oleh pemerintah seorang Raja yang
mempunyai kekuasaan yang Absolut.
2. Thomas Morus (1478-1535 M)
 Menerbitkan buku bertema roman kenegaraan yang berjudul “De Optimo Rei
Publicae Statu Deque Nova Insula Utopia”, tentang susunan pemerintahan yang
baik dan tentang pulai yang tidak dikenal, yang dinamakan negara entah berantah,
atau dengan singkat disebut Utopia.
 Buku Utopia dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Buku pertama belum menggambarkan model yang dimaksud, melainkan baru
menggambarkan keadaan yang menyebabkan serta menghilhami Thomas
Morus dari menciptakan negara modelnya. Yaitu keadaan dimana rakyat
mengalami tekanan-tekanan baik dari raja maupun para bangsawan, yang
menyebabkan kesengsaraan rakyat terutama dalam lapangan ekonomi.
2) Buku kedua menggambarkan negara model yang dikhayalkan oleh Thomas
Morus. Bahwa keadaannya di Utopia lain.
3. Jean Bodin (1530-1596 M)
 Negara adalah keseluruhan dari keluarga-keluarga dengan segala miliknya, yang
dipimpin oleh akal dari seorang penguasa yang berdaulat
 Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk membuat hukum di dalam suatu
negara,

E. Teori Monarkomaken
Istilah Monarkomaken secara umum berarti anti Raja atau menentang Raja. Dalam
hal ini yang dimaksud bukan melawan sistem pemerintahan absolutism pada umumnya,
melainkan eksesnya. Memang saat Raja memerintah dengan kekuasaan yang absolute
tumbul akibat juga dalam lapangan keagamaan atau kepercaayaan, yaitu bahwa Raja
dapat menentukan agama apa yang harus dianut oleh rakyatnya. Sehingga dalam lapangan
agama timbul aliran reformasi. Yang menjadi kaum Monarkomaken, yaitu :
1. Hotman
 Menerbitkan buku karangan bernama “Pranco Gallia” pada tahun 1573.
 Dasar-dasar yang digunakan adalah dasar-dasar ajaran sejarah. Jadinya ia
bukanlah monrkomaken sebenarnya, meskipun orang selalu menggolongkan ke
dalamnya.
2. Brutus
 Pengarang buku “Vindiciae Contra Tyrannos” (alat-alat hukum melawan tyrani),
pada tahun 1579 M.
 Merupakan salah satu tinjauan yang prinsipel tentang perlawanan terhadap raja-
raja yang mempunyai kekuasaan absolute.
3. Buchman (1506-1582 M)
 Nama lengkap George Buchman
 Pengarang buku “De Rege Regni Apud Scotos” (tentang kekuasaan raja bangsa
scot), pada tahun 1579 M.
 Ia seorang humanis. Pertama-tama Ia mencari perbedaan antara Raja dengan
Tyrani.
4. Mariana
 Nama lengkap Juan de Mariana.
 Pengarang buku “De Rege Ac Regis Institiutione” (hal raja dan kedudukannya),
pada tahun 1599 M.
 Buku ini ditujukan sebagai pegangan raja Phillip II di Spanyol.
 Ajaran banyak persamaan dengan ajaran Buchman, terutama mengenai batas-batas
kekuasaan raja dan pembunuhan terhadap Tyrani.
5. Bellermin (1542-1621 M)
 Seorang Controversialis
 Buku “Disputationes”, yang mengajarkan bahwa paus tidak mempunyai
kekuasaan dalam lapangan keduniawian.
 Buku “Tractatus de Potestate Summi Pontivicius in Rebus Temporalibus”
(kekuasaan paus dalam lapangan keduniawian).
6. Milton
 Nama lengkap John Milton.
 Seorang penyiar termasyhur.
 Ketika hidupnya ia mengalami masa pembuhunan raja Charles I, dan karena
pembelaan-pembelaannya ia menjadi terkenal.

F. Teori Zamannya Berkembang Hukum Alam


1. Teori Hukum Alam Abad ke XVII
a. Grotius atau Huge de Groot (1583-1645)
 Buku “De Jure Belli ac Pacis” (hukum perang dan damai)
 Hukum Alam adalah segala ketentuan yang benar dan baik menurut rasio, dan
tidak mungkin salah, lagi pula adil.
b. Thomas Hobbes (1588-1679 M)
 Tujuan hidup adalah kebahagiaan, itu hanya dapat dicapai dengan cara
berlomba.
 Alat untuk mencapai kebahagiaan adalah kekuasaan, kekayaan, nama baik,
atau keagungan pribadi, dan kawan. Kekuasaan terbesar untuk kepentingan
manusia adalah negara.
 Menulis buku tantang “De Cive” (tentang warga negara) dan “Leviathan”
(tentang negara).
 Untuk terselenggaranya perdamain manusia itu lalu mengadakan suatu
perjanjian, yang disebut perjanjian masyarakat yang sifatnya langsung
(Thomas Hobbes), perjanjian penundukkkan yang sifatnya bertingkat
(Althusius), perjanjian masyarakat yang sifatnya bertingkat (Grotius).
 Perjanjian masyarakat (Thomas Hobbes) tersimpul penyerahan hak-hak dari
individu-indivu kepada masyarakat, kecuali dari raja (raja di sini tidak ikut
dalam perjanjian).
c. Benedictus de Spinoza (1632-1677 M)
 Buku etika (tentang negara dan hukum), yang disusun secara geometris dan
Traktat Teologis Politik
 Hukum Alam adalah bukan suatu Sollen atau tetapi suatu Sein.
 Tugas negara adalah menyelenggarakan perdamain, ketentraman, dan
menghilangkan ketakutan.
 Bentuk negara yang dipilih adalah Aristokrasi.
 Dalam seluruh ajaran, ia lebih memperlihatkan cara berpikir yang berdasarkan
atas kenyataan dan telah mengganti pandangan yang abstrak tentang susunan
pemerintahan dengan suatu pandangan yang berdasarkan atas kenyataan.
d. John Locke (1632-1704 M)
 Hukum alam tetap mempunyai dasar rasional dari perjanjian masyarakat yang
timbul dari hak-hak manusia dari keadaan alamiah, tetapi cara berpikir yang
bersifat logis-deduktif-matematis telah dilepaskan dan diganti dengan suatu
cara berpikir yang realistis, dengan memperlihatkan sungguh-sungguh praktek
ketatanegaraan dan hukum.
 Buku “Two Treatises on Civil Government”.
 Tugas negara adalah menetapkan dan melaksanakan hukum alam. Hukum
alam di sini dalam pengertiannya yang luas, artinya negara itu tidak hanya
menetapkan dan melaksanakan hukum alam saja, tetapi dalam membuat
peraturan atau undang-undang negarapun harus berpedoman pada hukum
alam.
 Menurut John Locke, dalam keadaan alamiah manusia telah mempunyai hak-
hak alamiah, yaitu hak-hak manusia yang dimilikinya secara pribadi. Hak-hak
alamiah yang dimaksudkan itu adalah :
1) Hak akan hidup
2) Hak akan kebebasan atau kemerdekaan
3) Hak akan milik, hak akan miliki sesuatu
2. Teori Hukum Alam Abad ke XVIII
a. Frederick Yang Agung (1712-1786 M)
 Ajaran ditulis dalam buku “Antimachiavelli”.
 Ajaran bersifat menentang dan membantah Niccolo Machiavelli, karena ia
termasuk orang yang merasa tersinggung oleh ajaran Machiavelli.
b. Montesquieu (1688-1755 M)
 Nama lengkap Charles Secondat, baron de Labrede et de Montesquieu.
 Ajaran ditulis dalam buku “Lettres Persanes”, berisi suatu kecaman yang
tajam terhadap keadaan agama, politik dan sosial di Prancis. Bukunya yang
lain “Grandeur et decadence des Romains”. Dan kemudian bukunya yang
sangat terkenal di seuruh dunia, tentang pemikiran negara dan hukum,
“Espirit des Lois”.
 Di dalam bukunya yang terakhir sifat ajarannya adalah empiris-realistis
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah diperolehnya dan perjalannya
tadi dan dari membaca buku-buku.
c. Jean Jacques Rousseau (1712 1778 M)
 Menulis buku “Discours sur I inegalite parmi les homes” tinjauan tentang
katidaksamaan antara orang.
 Ajaran yang terpenting adalah idenya tentang kedaulatan rakyat. Dalam hal ini
didapatkan suatu keterangan yang masuk akal atau rasional tentang
keseimbangan antar adanya perjanjian masyarakat yang mengikat dengan
kebebasan dari orang-orang dan penyelenggara.
 Konsekuensi daripada ajaran Rosseau ialah:
1) Adanya hak rakyat untuk mengganti arau menggeser penguasa.
2) Adanya paham bahwa yang berkuasa itu rakyat atau paham kedaulatan
rakyat.
d. Immanuel Kant (1724-1804 M)
 Seorang nasionalis
 Ajaran filsafatnya bersifat kritis di mana ia menguraikan ajarannya tentang
negara dan hukum.
 Buku “Metaphyische Anfangsgrunde der Rechtslehre” (Azas-azas metafisika
dari ilmu hukum).
 Negara adalah suatu keharusan adanya, karena negara harus menjamin
terlaksananya kepentingan umum di dalam keadaan hukum. Artinya negara
harus menjamin setiap warga negara bebas di dalam lingkungan hukum.

G. Teori Berkembangnya Teori Kekuasaan


Teori kekuasaan biasa juga disebut sebagai teori kekuatan (Power Theory). Inti
ajaran teori ini, tidak lain menitik beratkan pada lahirnya negara oleh karena adanya
kelebihan-kelebihan dari orang tertentu yang memungkinkan menguasai orang lainnya.
Kelebihan dimaksud dapat berupa kelebihan fisik dan jasmaniah. Jadi, tegasnya menurut
teori kekuatan, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Yang dimaksud dengan kekuatan di
sini adalah kekuatan jasmani, kekuatan fisik.
1. F. Oppenheiner
 Buku “Die Sache”.
 Mengatakan bahwa negara adalah merupakan suatu alat dari golongan yang kuat
untuk melaksanakan suatu tertib masyarakat dan dilakukan oleh golongan yang
lemah.
2. Karl Marx
 Buku “Das Kapital”, mengemukakan bahwa kelas pemenang produksi menghisap
kelas lainnya.
 Negara adalah penjelmaan dari pertentangan-pertentangan kekuatan ekonomi.
 Negara dipergunakan sebagai alat dari mereka yang kuat untuk menindas
golongan-golongan yang lemah ekonominya.
 Orang yang kuat atas golongan yang kuat di sini, adalah mereka yang memiliki
alat-alat produksi.
 Negara akan lenyap dengan sendirinya kalau di dalam masyarakat itu sudah tidak
terdapat lagi perbedaan-perbedaan kelas dan pertentangan-pertentangan ekonomi.
3. H.J Laski
 Bukunya berjudul “The State in Theory and Practice” (pengantar ilmu politika).
 Negara merupakan penjelmaan daripada pertentangan-pertentangan kekuatan
ekonomi. Digunakan mereka yang berekonomi kuat untuk menindas ekonomi
lemah.
4. Leon Deguit
 Buku berjudul “traite de Droit Constitutional” (pelajaran hukum dan negara yang
realistis).
 Mengatakan bahwa yang dapat memaksakan kehendaknya kepada pihak lain,
adalah orang-orang yang paling kuat. Kekuatan mana didalamnya karena beberapa
faktor, misalnya keistimewaan fisik, otak, kecerdasan, ekonomi, dan agama.
 Ia tidak mengakui adanya hak subjektif atas kekuasaan, dan menolak ajaran yang
mengatakan bahwa negara dan kekuasaan itu adanya atas kehendak Tuhan.
Ditolaknya juga ajaran perjanjian masyarakat tentang terjadinya negara dan
kekuasaan.

H. Teori Positivisme
1. Hans Kelsen
 Mengatakan bahwa tak usah mempersoalkan asal mula negara, sifat serta hakekat
negara dan sebagainya, karena kita tidak mengalami sendiri.
 Ilmu negara harus menarik diri atau melepaskan pemikirannya secara prinsipil dari
tiap-tiap percobaan untuk menerangkan negara serta bentuknya secara kausal atau
sebab musabab yang bersifat abstrak.
2. Kranenburg
 Mengatakan bahwa menarik hati dan biasanya sangat pinter jalannya pertumbahan
serta perkembangan pikiran, yang membawa kesimpulan yang bersifat skeptic dan
negatif ini.
 Negatif bukan berarti suatu penarikan diri ilmu negara sebagai ilmu yang
sungguh-sungguh, melainkan dilepaskannya semua usaha percobaan untuk
menerangkan tugas pokok tiap ilmu pengetahuan. Dan menyerahkan kepada ilmu
lain, yang secara tegas dipisahkan dari ilmu negara dan ilmu hukum tatanegara,
ialah sosiologi.

I. Teori Modern
1. Prof. Mr. R Kranenburg
 Negara pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang disebut bangsa.
 Negara itu adalah sekunder, artinya adanya itu menyusul kemudian.
 Bangsalah yang primer
 Bangsa itu menciptakan organisasi, jadi terbentuknya organisasi tergantung pada
bangsa.
2. Prof. Dr. J.H.A. Logemann
 Negara itu pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang meliputi atau
menyatukan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa.
 Yang primer adalah negara. Sedangkan kelompok manusianya adalah sekunder.
 Organisasi itu menciptakan bangsa, maka terbentuknya bangsa tergantung pada
organisasi.
RESUME TEORI
ILMU NEGARA

OLEH :

NAMA : NANDITO AURELLIO PANJDINATA

NIM : D1A019414

KELAS : G1

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2019

Anda mungkin juga menyukai