XI TKJ 2
BAB 1
Keimanan seseorang itu tidak sah sampai ia mengimani semua Nabi dan Rasul Allah
Swt. Dan membenarkan bahwa Allah Swt. Telah mengurus mereka untuk membimbing dan
mengluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya kebenaran. Allah Swt. Juga
mewajibkan setiap orang Islam supaya beriman kepada semua Rasul yang diutus oleh-Nya,
Tanpa membeda-bedakan antara rasul yang satu dan yang lainnya.
Diantara para Rasul itu, Ada yang diceritakan dalam Al-Quran dan ada pula yang
tidak diceritakan. Adapun Rasul-Rasul yang diceritakan dalam Al-Quran berjumlah dua
puluh lima orang. Pada setiap umat pasti ada Rasul sebagai teladan hidup yang harus diikuti
ajarannya dan diteladani jejaknya. Firman Allah Swt.:
Artinya, “Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan):
"Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-
Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta'at." (Mereka berdo'a):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
Pada setiap umat, Allah pasti mengutus seorang Rasul. Rasul diutus oleh Allah Swt.
Untuk membimbing umat manusia agar berjalan dalam rel yang benar. Yang sering terjadi
adalah ketika masih ada Rasul, Mereka masih mengikuti ajarannya, Tetapi ketika Rasul
tidak ada, Umat mulai menjauhi ajarannya. Bahkan, Ada yang mengaku dirinya sebagai
Rasul.
Iman kepada Rasul berarti meyakini bahwa Rasul itu benar-benar utusan Allah Swt.
Yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia
dan akhirat.
1. Nabi : Manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah Swt. Untuk dirinya sendiri dan
tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan pada umatnya.
2. Rasul : Manusia pilihan Allah Swt. Yang diangkat sebagai utusan untuk menyampaikan
firman-firman-Nya kepada umat.manusia agar dijadikan pedoman hidup.
Mengimani Rasul-Rasul Allah Swt. Merupakan kewajiban hakiki bagi seorang muslim
karena merupakan bagian dari rukun iman yang tidak dapat ditinggalkan. Sebagai
perwujudan iman tersebut, Kita wajib menerima ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasul-
Rasul Allah Swt. Tersebut. Perintah beriman kepada Rasul Allah terdapat dalam surah an-
Nisa/4 : 136
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.
Rasul sebagai utusan Allah Swt. Memiliki sifat-sifat yang melekat pada dirinya.
Sifat-sifat ini sebagai bentuk kebenaran seorang Rasul. Sifat-sifat tersebut adalah sifat
wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz
1. Sifat Wajib
Sifat wajib artinya sifat yang pasti ada pada Rasul. Tidak bisa disebut seorang
Rasul jika tidak memiliki sifat-sifat ini. Sifat wajib ini ada 4, Yaitu sebagai berikut.
a. As-Siddiq
As-siddiq, yaitu Rasul selalu benar. Apa yang dikatakan Nabi Ibrahim as.
Kepada bapaknya adalah perkataan yang benar. Apa yang disembah oleh bapaknya
adalah suatu yang tidak memberi manfaat dan memdarat, Jauhilah. Peristiwa ini
di abadikan pada Q.S. Maryam/19 : 41, Sebagai berikut ini :
b. Al-Amanah
Al-Amanah, Yaitu Rasul selalu dapat dipercaya. Di saat kaum Nabi Nuh as.
Mendustakan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh as. Lalu Allah Swt. Menegaskan
bahwa Nuh as, Adalah orang yang terpercaya (amanah). Sebagaimana dijelaskan
dalam Q.S asy-syuara/26 106-107 sebagai berikut ;
c. At-Tablig
At-Tablig, Yaitu Rasul selalu menyampaikan wahyu. Tidak ada satu pun ayat
yang disembunyikan Nabi muhammad saw. Dan tidak disampaikan pada umatnya.
Dalam sebuah riwayat.diceritakan bahwa Ali bin Abi Talib ditanya tentang
wahyu yang tidak terdapat dalam Al-Quran, Ali pun menegaskan bahwa,
"Demi zat yang membelah biji dan melepas napas, Tiada yang
disembunyikan kecuali pemahaman seseorang terhadap Al-Quran." Penjelasan
ini terkait dengan Q.S. Al-maidah/5 : 67 berikut ini:
d. Al-Fatanah
2. Sifat Mustahil
Sifat mustahil adalah sifat yang tidak mungkin ada pada Rasul. Sifat mustahil
ini lawan dari sifat wajib, Yaitu sebagai berikut.
a. Al-Kizzib
Al-Kizzib, Yaitu mustahil rasul itu bohong atau dusta. Semua perkataan
dan perbuatan Rasul tidak pernah berbohong atau dusta.
b. Al-Khianah
c. Al-Kitman
d. Al-Baladah
Al-Baladah, Yaitu mustahil Rasul itu bodoh, Meskipun Rasulullah saw. Tidak
bisa membaca dan menulis (ummi) tetapi ia pandai.
Disamping Rasul memiliki sifat wajib dan juga lawannya, Yaitu sifat mustahil,
Rasul juga memiliki sifat jaiz, Tentu saja sifat jaiz-Nya Rasul dengan dengan sifat
jaiz-Nya Allah Swt. Sangat berbeda. Allah Swt. Berfirman:
Selain tersebut diatas, Rasul juga memiliki sifat-sifat yang tidak terdapat pada
selain Rasul, Yaitu sebagai berikut.
a. Ishmaturrasul adalah orang yang mashum, Terlindung dari dosa dan salah dalam
kemampuan pemahaman agama, Ketaatan, Dan menyampaikan wahyu Allah Swt.
Sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apa pun.
b. Iltizamurrasul adalah orang-orang yang selalu komitmen dengan apa pun yang
mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berdakwah sesuai dengan arahan dan
perintah Allah Swt. Meskipun untuk menjalankan perintah Allah Swt. Itu harus
berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat baik dalam diri pribadinya
maupun diri para musuhnya. Rasul tidak pernah sejengkal pun menghindar atau
mundur dari perintah Allah Swt.
Para rasul dipilih oleh Allah Swt. Dengan mengemban tugas yang tidak ringan. Di
antara tugas-tugas Rasul itu adalah sebagai berikut.
Pentingnya orang Islam beriman kepada Rasul bukan tanpa alasan. Di samping karena
diperintahkan oleh Allah Swt, Juga ada manfaat dari hikmah yang dapat diambil dari
beriman kepada Rasul. Di antara manfaat dan hikmah kepada para Rasul adalah.
Artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [33:21]
5. Mencintai para Rasul dengan cara mengikuti dan mengamalkan ajarannya. Firman
Allah Swt .:
Artinya “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” [3:31]
6. Mengetahui hakikat dirinya bahwa ia diciptakan Allah Swt. Untuk mengabdi kepada-
Nya. Allah memilih manusia menjadi Rasul, Karena:
a. Mudah berkomunikasi.
c. Mudah dipahami.
d. Mudah dihafalkan.
Perilaku mulia yang dicerminkan oleh orang yang beriman kepada Rasul adalah seperti
berikut.
b. Melaksanakan seruannya untuk beribadah hanya kepada Allah Swt. Firman Allah
Swt.:
c. Giat dan rajin bekerja mencari rizki yqng halal, Sesuai dengan keahliannya.
Orang-orang yang beriman kepada Rasul tidak akan menjadi orang-orang yang
malas bekerja, Duduk berpangku tangan, Tidak mau berusaha sehingga hidupnya
menjadi beban orang lain. Mereka menyadari bahwa memenuhi kebutuhan diri
sendiri jauh lebih terhormat dari pada karena belaa kasihan dan pertolongan
orang lain.
BAB 2
SAMPAIKAN DARIKU WALAU SATU AYAT
1. Pengertian Khutbah
Khutbah secara bahasa berarti ceramah atau pidato. Selain itu juga, khutbah
dapat bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat dalam kegiatan
ibadah seperti: salat (salat Jumat, Idul Adha, Istisqa’, Kusuf) wukuf dan nikah.
2. Pengertian Tabligh
Seseorang yang melakukan tabligh disebut dengan muballig. Muballig ini biasanya
menyampaikan tablignya dengan gaya dan retorika yang menarik. Sobat pasti sering
mendengar istilah tabligh akbar, istilah tersebut dapat diartikan sebagai kegiatan
menyampaikan ‘pesan’ Allah SWT dalam jumlah pendengar yang banyak.
3. Pengertian Dakwah
Dakwah berasal dari Bahasa Arab yaitu da’a – yad’u – da’watan yang berarti
memanggil, menyeru atau mengajak. Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan untuk
mengajak orang lain ke jalan Allah Subhanahu Wata’ala secara lisan atau perbuatan
untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan nyata supaya mendapat kebahagiaan yang
hakiki baik di dunia dan akhirat.
Selain itu, kegiatan dakwah dapat berupa aksi sosial yang nyata. Misalnya
santunan kepada anak yatim, sumbangan untuk membangun fasilitas umum, dan
sebagainya.
Setelah kita memahami berbagai ulasan di atas, kita juga perlu memahami seberapa
pentingkah khutbah, tabligh dan dakwah dalam kehidupan. Yuk simak pembahasannya
sekali lagi.
1. Pentingnya Khutbah
Ketika khutbah menjadi salah satu aktivitas ibadah, maka tidak mungkin khutbah
ditinggalkan. Jikapun demikian, maka akan membatalkan (tidak sah) ibadah tersebut.
Contohnya, apabila salat Jumat dan wukuf tidak ada khutbahnya, maka ibadahnya
menjadi tidak sah.
Jadi peranan khutbah di sini menjadi sangat penting, apalagi khutbah menjadi
saran untuk membimbing manusia menuju ke-rida-an Allah Subahanahu Wata’ala.
Khutbah juga memiliki kedudukan Agung dalam Islam sehingga sepatutnya seorang
khatib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
2. Pentingnya Tabligh
Telah kita ketahui bersama, tablig merupakan salah satu sifat wajib bagi rasul.
Itulah sebabnya mengapa Allah Subhanahu Wata’ala sering kali menyebut dalam kitab-
Nya bahwa tugas seorang rasul tidak lain hanyalah menyampaikan. Setelah Rasulullah
Salallahu Alaihi Wassalam wafat, kebiasaan ini dilanjutkan oleh para sahabatnya,
pengikut sahabat (tabi’in) dan pengikut pengikutnya sahabat (tabi’ut tabi’in).
Setelah mereka semua tiada, kita sebagai umat muslim memiliki tanggung jawab
untuk meneruskan kegiatan tabligh tersebut. Tidak mesti menjadi seorang ulama
dahulu, siapapun yang melihat kemungkaran dimatanya, dan ia mampu menghentikannya
maka ia wajib menghentikannya. Bagi yang mengerti permasalahan agama, ia harus
menyampaikannya kepada yang lain siapa pun mereka, walaupun itu hanya satu ayat.
Nabi pernah bersabda yang berbunyi:
َ ِّ ُ ِّ
َبلغوا َعنى َول ْو َآية
3. Pentingnya Dakwah
َ ْ ْ ُ َ َ ُ َ ْ ْ َ ْ
وف َو َين َه ْون َع ِن ال ُمنك ِر ۚ َوأول َٰ َِٰئك ه ُم ال ُمف ِل ُحون ُ ْ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ َ ٌ َّ ُ ْ ُ ْ ْ ُ َ ْ َ
ِ ولتكن ِمنكم أمة يدعون ِإلى الخي ِر ويأمرون ِبالمعر
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar.
Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran/3 :104)
1. Ketentuan Khutbah
d) Rukun Khutbah
Membaca hamdallah.
Membaca syahadat.
Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam.
Berwasiat taqwa.
Membaca ayat Al Qur’an pada salah satu khotbah.
Berdoa pada khutbah kedua.
Tambahan :
Pada prinsipnya, ketentuan dan cara khutbah, baik itu untuk salat Jumat, Idul
Fitri, Idul Adha maupun salat khusuf itu sama. Letak perbedaannya yaitu pada
waktu pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan setelah salat dan diawali dengan takbir.
Khutbah wukuf adalah khutbah yang dilakukan pada saat wukuf di Arafah dan
merupakan salah satu rukun wukuf setelah melaksanakan salat dzuhur dan ahsar
(di qasar). Khutbah wukuf hampir sama dengan khutbah Jumat, bedanya pada
waktu pelaksanaannya yaitu ketika wukuf di Arafah.
2. Ketentuan Tabligh
Syarat Muballig
Islam.
Ballig.
Berakal sehat.
Mendalami ajaran Agama Islam.
3. Ketentuan Dakwah
Objek dakwah adalah orang yang didakwahi, dengan kata lain orang yang
diajak kepada agama Allah dan untuk kebaikan. Objek dakwah mencakup seluruh
manusia, tak terkecuali si pendakwah itu sendiri.
Metode dakwah yaitu cara-cara yang digunakan oleh seorang da’i dalam
berdakwah agar maksud dari dakwah tersebut tercapai. Metode dakwah tersebut
telah disebutkan dalam Al Quran Surah An-Nahl ayat 125:
َ َ ُ َ َّ َ َّ ْ َ ْ َ ْ ْ ْ َ َ َ ُ ْ
يل َ ِّربك ِبٱل ِحك َم ِة َوٱل َم ْو ِعظ ِة ٱل َح َسن ِة ۖ َو َج َٰ َِٰدل ُهم ِبٱل ِتى ِه َى أ ْح َس ُن ۚ ِإن َرَّبك ه َو أ ْعل ُم ِ ٱدع ِإلى س ِب
َ ب َمن َض َّل َعن َسبيلهۦ ۖ َو ُه َو َأ ْع َل ُم ب ْٱل ُم ْه َتد
ين ِ ِ ِِ ِ ِ
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”
(Q.S. An-Nahl/16 : 125)
Metode dakwah tersebut jika kita jabarkan menjadi:
Sebagai umat Islam yang baik, kita tentu harus merealisasikan nilai-nilai khutbah,
tabligh dan dakwah di mana saja kita berada. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan yaitu:
1. Ketika solat Jumat, hendaknya mengamati dan menyimak khutbah yang disampaikan
khatib. Dengan memperhatikannya secara utuh, diharapkan suatu saat nanti bisa
tampil seabagi khatib pada waktu salat Jumat.
2. Ketika kita melihat keadaan sekitar yang termasuk maksiat (seperti mencuri,
tawuran, mencontek, dan sebagainya), kita harus mencegahnya dengan memberikan
alasan yang logis, baik atas dasar agama maupun sosial. Cara mencegahnya dapat
kita lakukan dengan perbuatan, jika tidak mampu dengan lisan, dan jika tidak mampu
juga maka dengan hati.
3. Jika melihat sesuatu yang baik, contohlah. Dimulai dari diri sendiri, dari tindakan
yang kecil dimulai dari sekarang.
4. Lebih aktif mengikuti kegiatan keagamaan.
BAB 3
Makna Toleransi
1. Pengertian Toleransi
Perkataan toleransi berasal dari bahsa inggris, tolerance, menurut Webster new
American dictionary arti tolerance adalah liberty to word the opinion of other, patience
with other ang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya adalah memberi
kebebasan pendapat orang lain dan berlaku sabar dalam menghadapi orang lain.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia mengartikan toleransi itu sebagi sikap
meneggang, dalam makna menghargai, membiarkan, membolahkan, pendirian, pendapat,
kepercayaan, kelakan, yang lain dari yang dimiliki seseorang atau bertentangan dengan
pendirian seseorang.
Dalam bahasa arab toleransi diistilahkan dengan “tasammuh” yang berarti sesuatu
atau membolehkan, mengizinkan, dan saling memudahkan. Toleransi pada dasarnya
merupakan sikap lapang dada terhadap prinsip yang dipegang atau dianut orang lain, tanpa
mengorbankan prinsip sendiri.
Toleransi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam berkata- kata maupun
dalam bertingkah laku. Dalam hal ini, toleransi berarti menghormati dan belajar dengan
orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesnjangan diantara kita sehingga
tercapai kesamaan sikap. Toleransi juga merupakan awal dari sikap menerima bahwa
perbedaan bukanlah suatu hal yang salah, justr perbedaan harus dimengerti sebagai
kekayaan. Misalnya, perbedaan ras, suku, agama, adat istiadat, cara pandang, perilaku,
pendapat. Dengan perbedaan tersebut, diharapkan manusia bisa mempunyai sikap
toleransi terhadap segala perbedaan yang ada, dan berusaha hidup rukun, baik idividu dan
individu, individu dan kelompok masyarakat, serta kelompok masarakat dan kelompok
masyarakat yang lainnya.
Terkait dengan toleransi, Allah SWT, menegaskan dalam firmannya sebagai berikut:
kamu kerjakan dan akupun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan
(QS. Yunus/10: 41)
Pada Q.S. Yusuf ayat 40 Allah SWT menjelaskan bahwa setelah nabi muhammad
SAW berdakwah ada orang yang beriman kepada Al-Quran dan megikutinya serta
memperoleh manfaat dari risalahnya yang disampaikan, tapi ada juga yang tidak beriman
dan mereka nanti dalam kekhafiran.
Pada Q.S Yusuf ayat 41 Allah SWT memberikan penegasan kepada rasul-Nya, bahwa
jika mereka mendustakanmu, katakanlah behwa bagiku pekerjaanku, dan bagi kalian
pekerjaan kalian, kalian berlepas dari apa yang aku kerjakan dan aku berlepas dari apa
yang kalian kerjakan. Maha adil dan tidak pernah dzalim, bahkan dia memberi kepada
setiap menusia sesuai dengan apa yang diterimanya.
a) Umat manusia yang hidup setelah diutusnya nabi Muhammad Saw, terbagi menjadi
dua golongan, ada umat yang beriman terhadap kebenaran karasulan dan kitab suci
yang disampaikan dan ada pula golongan yang mendustakan kerasulan nabi
Muhammad saw, dan tidak berima kepada Al-Qur’an.
b) Allah swt. Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang-orang beriman yang selama
hidup di dunia senantiasa bertaqwa kepadanya, begitu uga orang kafir yang tidak
beriman kepada-Nya.
c) Orang beriman harus tegas da berpendirian teguh atas keyakinannya ia tegar
meskipun hidup di tengah-tengah orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya.[6]
Manusia dianugrahi oleh Allah swt, berupa nafsu. Dengan nafsu tersebut manusia
dapat merasa benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa melakukan persahabatan an
permusuhan. Dengannya pula manusia dapat mencapai kesempurnaan ataupun
kesengsaraan. Hanya nafsu yang telah berhasil dijinakkan oleh akal saja yang mampu
menghantarkan manusia kepada kesempurnaan. Namun sebaliknya, jika di luar kendali akal,
niscaya akan menjerumuskan manusia ke dalam urang kesengsaraa dan kehinaan.
Permusuhan berasal dari rasa benci yang dimiliki oleh setiap manusia sebagaimana
cinta, bencipun berasal dari nafsu yang harus bertumpu di atas pondasi akal. Permusuhan
di antara manusia terkadang karena kedengkian pada hal-hal duniawi seperti pada kasus
qabil dan habil ataupun kisah nabi yusuf dan saudara-saudaranya. Terkadang pula
permusuhan dikarenakan dasar ideologi dan keyakinan.
Allah SWT menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah peristiwa pembunuhan qabil
terhadap habil, Allah swt menetapkan suatu hukum bahwa membunuh seorang manusia,
sama denga membunuh seluruh manusia. Begitu juga menyelamatkan kehidupan seorang
manusia, sama dengan menyelamatkan seluruh manusia. Ayat ini menyinggung sebuah
prinsip sosial dimana masyarakat bagaikan sebuah tubuh, sedangkan individu-individu
masyarakat marupakan anggota tubuh tersebut. Apabila sebuah anggota tubuh sakit, maka
anggota tubuh yang lainnya pun ikut merasakan sakit.
Begitu uga apabila seseorang berani tangannya dengan darah orang yang tidak
berdosa, mak pada hakikatnya dia telah membunuh manusia-manusia yang tak berdosa.
Dari segi sistem penciptaan manusia, terbunuhnya habil telah menyebabkan hancurnya
generasi besar suatu masyarakat, yang bakal tampil dan lahir di dunia ini. Al-Quran
memberikan perhatian penuh terhadap perlindugan jiwa manusia da menganggap
membunuh seorang manusia, sama dengan membunuh semua masyarakat.
a) Nasib kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain.
Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai akan mengakibatkan musnahnya
sejumlah besar umat manusia.
Berikut perilaku-perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan ajaran Islam.
c) Belajar empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lalu bantulah
orang yang membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya
rasa empati. Ketika mau mengganggu orang lain, harus sadar bahwa mengganggu itu
akan menyakitkan, bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita.
BAB 4
SYAJA’AH
1. Pengertian Syaja’ah
Secara etimologi kata al-syaja’ah berarti berani antonimnya dari kata al-jabn yang
berarti pengecut. Kata ini digunakan untuk menggambarkan kesabaran di medan perang.
Sisi positif dari sikap berani yaitu mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan
berat dan mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya. Tetapi sikap ini bila
tidak digunakan sebagaimana mestinya menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.
Syaja’ah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau keperwiraan, yaitu
seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian
menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Pada diri seorang
pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani. Selain itu Syaja’ah (berani) bukanlah
semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang,
dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.
Jadi berani adalah: “Sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau bahaya ketika
mengancam. Orang yang melihat kejahatan, dan khawatir terkena dampaknya, kemudian
menentang maka itulah pemberani. Orang yang berbuat maksimal sesuai statusnya itulah
pemberani (al-syujja’). Al-Syajja’ah (berani) bukan sinonim ‘adam al-khauf (tidak takut
sama sekali)”
Berdasarkan pengertian yang ada di atas, dipahami bahwa berani terhadap sesuatu
bukan berarti hilangnya rasa takut menghadapinya. Keberanian dinilai dari tindakan yang
berorientasi kepada aspek maslahat dan tanggung jawab dan berdasarkan pertimbangan
maslahat.
yang diemban, dan inilah hakikat pahlawan sejati. Sedangkan berani yang tercela adalah
apabila mendorong berbuat tanpa perhitungan dan tidak tepat penggunaannya.
3. Keutamaan syaja’ah
Dalam ayat ini rasa takut itu dapat dikendalikan dan bahaya dari hal yang ditakuti
itu dapat diperkecil atau dihindari. Oleh karena itu orang yang mempunyai sifat syaja’ah
memiliki ketenangan hati dan kemampuan mengolah sesuatu dengan pikiran tenang.
a) Jiwa besar, yaitu sadar akan kemnampuan diri dan sanggup melaksanakan
pekerjaan besar yang sesuai dengan kemampuannya. Bersedia mengalah dalam
persoalan kecil dan tidak penting Menghormati tetapi tidak silau kepada orang lain.
b) Tabah, yaitu tidak segera goyah pendirian, bahkan setiap pendirian keyakinan
deipegangnya dengan mantap
c) Keras Kemauan, yaitu bekerja sungguh-sungguh dan tidak berputus asa serta tidak
mudah dibelokkan dari tujuan yang diyakini
d) Ketahanan, yaitu tahan menderita akibat perbuatan dan keyakinannya
e) Tenang, yaitu berhati tenang, tidak selalu menuruti perasaan (emosi) dan tidak
lekas marah
f) Kebesaran, yaitu suka melakukan pekerjaan yang penting atau besar
4. Macam-macam Syaja’ah
Artinya “Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang
baik) di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174,
Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ahdapat dituangkan
dalam beberapa bentuk, yakni:
a) Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan
mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah.
b) Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang
zalim.
c) Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan.
d) Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu
menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggungjawab.
Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ah dapat dituangkan
dalam beberapa bentuk, yakni:
a) Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan
mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah.
b) Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang
zalim.
c) Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan.
Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu
menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.
d) Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki sifat pengecut yang
tidak mau mengakui kesalahan dan mencari kambing hitam, bersikap ”lempar batu
sembunyi tangan” Orang yang memiliki sifat syaja’ah berani mengakui kesalahan,
mau meminta maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.
e) Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap “over
con dence” terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak
memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap “under
estimate” terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat
apa-apa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak
proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam
mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.
f) Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu ber–
mujahadah li nafsi, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat
mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan
peluang untuk melampiaskan amarahnya.
5. Hikmah Syaja’ah
Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di miliki setiap
muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan
bagi kehidupan beragama berbangsa dan bernegara.
Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat,
tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi
apabila seorang terlalu dominan keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan
dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain,
unggul-unggulan, ujub. Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat
memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati dan sebagainya.
Berani karena benar dan rela mati demi kebenaran. Slogan tersebut pantas
dilekatkan pada diri sahabat-sahabat dan sahabiyah-sahabiyah Rasulullah saw. karena
keagungan kisah-kisah perjuangan mereka.
Rasulullah Muhammad saw. sendiri menjadi teladan utama saat beliau tak bergeming
sedikit pun ketika disuruh menghentikan dakwahnya. Beliau pun berucap dengan kata-
katanya yang masyhur, “Walaupun matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di
tangan kiriku, aku tidak akan pernah menghentikan dakwahku ini”.
Keberanian dan keteguhan sikap nampak pula pada diri sepupu dan menantu
Nabi saw., Ali bin Abu Thalib r.a. Ali mengambil peran yang sangat
beresiko, menggantikan Rasulullah di tempat tidur untuk mengelabui
musuh-musuh yang mengepung. Dan benar saja ketika tahu mereka
dikelabui, mereka pun marah serta memukuli Ali hingga babak belur.
Khalifah kedua yakni Umar bin Khathab juga sangat terkenal dengan
ketegasan sikap dan keberaniannya. Ketika mau hijrah berbeda dengan
sahabat-sahabat lain yang sembunyi-sembunyi, Umar malah berteriak
lantang, “Umar mau hijrah, barang siapa yang ingin anak istrinya menjadi
yatim dan janda, hadanglah Umar”.
Keberanian mempertahankan aqidah hingga mati nampak pada Sumayyah,
ibunda Ammar bin Yasir. Beliau menjadi syahidah pertama dalam Islam
yang menumbuhsuburkan perjuangan dengan darahnya yang mulia.
Begitu pula Khubaib bin Adiy yang syahid di tiang salib penyiksaan dan
Habib bin Zaid yang syahid karena tubuhnya dipotong-potong satu demi
satu selagi ia masih hidup. Mereka berani bertaruh nyawa demi
mempertahankan akidah dan itu terbukti dengan syahidnya mereka
berdua.
Bilal dan Khabab bin Al-Irts, yang mantan budak disiksa dengan ditimpa
batu besar (Bilal) dan disetrika punggungnya (Khabab) adalah bukti bahwa
keberanian tidak mengenal lapisan dan strata sosial.
Ada pula anak bangsawan seperti Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin Abi
Waqqash yang diusir dan tidak diakui lagi sebagai anak oleh orangtua
mereka karena masuk Islam.
Dan akhirnya wanita-wanita perkasa dan pemberani seperti Shafiyah binti
Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw., Nusaibah binti Ka’ab, perisai
Rasulullah saw. dan Fatimah, putri Rasulullah saw. yang menjadi bukti
wanita tak kalah berani dibandingkan laki-laki dalam mempertahankan
kebenaran.
BAB 5
Masa pembaharuan (modern) bagi dunia Islam adalah masa yang dimulai dan tahun
1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran umat
Islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan
dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masa
pembaharuan ini, telah muncul tokoh tokoh pembaharu dan pemikir Islam di berbagai
negara Islam. Pada awal masa pembaharuan, kondisi dunia Islam, secara politis berada
dibawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M, dunia Islam bangkit
memerdekakan negaranya dan penjajahan bangsa Barat (Eropa).
Mesir secara formal memperoleh kemerdekaan dari Inggris tahun 1922 M. Namun,
bangsa Mesir baru merasa benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952, yakni
setelah Jamal Abdul Nasir menjadi penguasa, karena dapat menggulingkan Raja
Faruq yang dalam masa pemerintahannya pengaruh Inggris sangat besar.
Irak merdeka secara formal dari penjajah Inggris tahun 1932 M, tetapi
sebenarnya baru benar-benar merdeka tahun 1958 M.
Beberapa negara di Afrika merdeka dari penjajah Prancis, seperti Lybia tahun
1951 M, Sudan dan Maroko tahun 1956 M, dan Aijazair tahun 1962 M.
Di Asia Tengah, negara-negara yang merdeka dari Uni Soviet tahun 1992 M adalah
Uzbekistan, Kirghistan, Kazakhtan, Tajikistan, dan Azerbaijan sedangkan Bosnia
merdeka dari penjajah Yogoslavia juga tahun 1992 M.
Menjelang dan pada awal-awal masa pembaharuan yaitu sebelum dan sesudah tahun
1800 M, umat Islam di berbagai negara, telah menyimpang dari ajaran Islam yang
bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis. Penyimpangan itu terdapat dalam hal:
ü Ajaran Islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan. Hal ini
ditandai dengan banyaknya umat Islam yang selain menyembah Allah SWT juga
memuja makam yang dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib
kepada dukun-dukun dan orang-orang yang dianggap sakti. Selain itu, ada juga
kelompok umat Islam yang meng kultuskan dan beranggapan bahwa sultan adalah
orang suci yang segala perintahnya harus ditaati.
ü Adanya kelompok umat Islam, yang selama hidup di dunia ini, hanya
mementingkan urusan akhirat dan meninggalkan dunia. Mereka beranggapan hahwa
memiliki harta benda yang banyak, kedudukan yang tinggi dan ilmu pengetahuan
tentang dunia adalah tidak perlu, karena hidup di dunia ini hanya sebentar dan
sementara, sedangkan hidup di akhirat bersifat kekal dan abadi. Selain itu, banyak
umat Islam yang menganut paham fatalisme, yaitu paham yang mengharuskan
berserah diri kepada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia
dikuasai dan ditentukan oleh nasib.
a. Muhammad bin Abdul Wahhab lahir di Nejd (Arab Saudi) pada tahun 1115 H (1703
M) dan wafat di Daryah tahun 1201 H (1787 M). Muhammad bin Abdul Wahhab
adalah seorang ulama besar yang produktif, karena buku-buku karangannya tentang
Islam, mencapai puluhan judul. Di antara buku bukunya berjudul “Kitab At-Tauhid”
yang isinya antara lain tentang pemberantasan syirik, khurafat, takhayul, dan bid’ah
yang terdapat di kalangan umat Islam dan mengajak umat Islam agar kembali kepada
ajaran tauhid yang murni. Para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, menamakan
kelompoknya dengan “A1-Muwahhidun” atau “Al-Muslimun”, yang artinya kelompok
yang berusaha mengesakan Allah SWT semurni-murninya. Gerakan pemurnian ajaran
Islam yang dilakukan oleh para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhah ini,
dinamakan juga gerakan “Wahabi”.
b. Rifa’ah Badawi Rafi’ At-Tahtawi, atau At-Tahtawi, lahir di Tahta pada tahun 1801 M
dan meninggal di Mesir. Pemikirannya yang berkaitan dengan ajaran Islam, antara
lain, beliau menyerukan agar umat Islam dalam hidup di dunia ini tidak hanya
mementingkan urusan akhirat, tetapi juga harus mementingkan urusan dunia, agar
umat Islam tidak dijajah oleh hangsa lain.
c. Jamahiddin Al-Afghani, lahir di Asadabad tahun 1838 M dan wafat di Istanbul rahun
1897 M. Di antara pemhaharuan pemikiran yang dimunculkan beliau adalah :
Agar kejayaan umat Islam dapat diraih kembali dan mampu menghadapi dunia
modern, umat Islam harus kembali kepada ajaran agamanya yang murni dan
harus memahami Islam dengan rasio dan kebebasan.
Jamaluddin menginginkan agar kaum wanira juga meraih kemajuan dan bekerja
sama dengan pria untuk mewujudkan masyarakat Islam yang dinamis dan maju.
Untuk mengikat negara-negara Islam di seluruh dunia, pada bulan Zulhijjah tahun
1381 H (Mei 1962), telah didirikan Rabithah Al-Alam Al-Islami (Muslim world League atau
Liga Dunia Islam) sebuah organisasi Islam internasional non-pemerintah yang tidak
berpihak kepada suatu partai atau golongan dan mewakili umat Islam sedunia. Liga Dunia
Islam ini berkantor pusat di Mekah (Saudi Arabia), sedangkan kantor perwakilannya
tersebar di seluruh dunia, seperti Indonesia, Amerika, Kanada, Denmark, Malaysia, dan
Prancis.
Setelah kesultanan Turki dihapuskan pada tanggal 1 November 1923 M, dan Turki
diproklamirkan sebagai negara berbentuk Republik dengan Presiden pertamanya Mustafa
Kemal At-Turk, pendiri Turki Modern (1881-1938M), maka kemajuan Turki di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi terus meningkat. Di India ketika masih dijajah Inggris, telah
bermunculan para cendekiawan Muslim berpikiran modern, yang melakukan usaha-usaha
agar umat Islam mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat
melepaskan diri dari belenggu penjajah. Para cendekiawan Muslim dimaksud, seperti Syah
Waliyullah (1703-1762 M), Sayid Ahmad Khan (1817-1898 M), Sayid Amir Ali (1849-1928),
Muhammad Iqbal (1873-1938 M), Muhammad Ali Jinnah (1876-1948 M), dan Abdul Kalam
Azad (1888-1956 M).
Di antara cendekiawan Muslim tersebut, yang besar jasanya terhadap umat Islam di
India adalah Sayid Ahmad Khan.
Setelah India dan Pakistan merdeka dari Inggris pada tahun 1947 M, umat Islam
terbagi dua, ada yang masuk ke Republik Islam Pakistan dan ada juga yang tetap di India
± 40 juta jiwa. Umat Islam di kedua negara tersebut terus berusaha meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, agar kualitas hidup mereka meningkat ke arah yang lebih maju.
Pada masa pembaharuan, terutama setelah ekspansi Napoleon ke Mesir (1798 M),
umat Islam Mesir, khususnya para penguasa dan kaum cendekiawannya menyadari akan
keterbelakangan mereka dalam urusan dunia jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa
Eropa. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai usaha agar menguasai berbagai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah dimiliki oleh bangsa-bangsa Eropa.
Muhammad Ali, penguasa Mesir tahun 1805-1849 M, mengirim para mahasiswa untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi ke Prancis. Setelah kembali ke Mesir, mereka
mengajar di berbagai perguruan tinggi, terutama di Universitas A1-Azhar. Karena yang
belajar di Universitas A1-Azhar ini bukan hanya para mahasiswa Islam dan Mesir, tetapi
para mahasiswa dan berbagai negara dan wilayah Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diajarkan di Universitas Al-Azhar ini pun dengan cepat menyebar ke seluruh dunia
Islam. Selain Universitas Al-Azhar, di Mesir telah didirikan universitas-universitas, yang
Sayid Ahmad Khan lahir di Delhi (India), pada tanggal 17 Oktober 1817 M dan
wafat juga di Delhi tahun 1898 M. Masa mudanya dipergunakan untuk mempelajari
berbagai macam ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan tentang Islam, bahasa
Persia, bahasa Arab, Matematika, Mekanika, Sejarah dan berbagai cabang ilmu
pengetahuan lainnya. Atas jasa-jasanya kepada lnggris pada tahun 1869 M beliau
diberi kesempatan untuk berkunjung ke Inggris. Kesempatan itu dimanfaatkannya
untuk mengadakan penelitian tentang sistem pendidikan dan pengajaran serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Inggris.
Kebudayaan umat Islam pada masa pembaharuan berkembang ke arah yang lebih
maju. Hal ini dapat dipelajari di berbagai negara Islam atau negara yang berpenduduk
mayoritas umat Islam, seperti Saudi Arabia, Mesir, Irak, Iran, Kuwait, Pakistan, Malaysia,
Brunei, dan Indonesia.
1. Arsitektur
Setelah ditemukannya ladang minyak pada tahun 1933, Saudi Arabia tidak lagi
sebagai negara miskin tetapi termasuk salah satu negara kaya. Dengan kekayaannya
yang melimpah, Saudi Arabia banyak membangun jalan raya antarkota, jalan kereta
api antara Kota Riyad dengan Kota Pelabuhan Ad-Dammam di pantai Teluk Persia. Juga
membangun Maskapai Penerbangan Internasional (Saudi Arabia Air Lines) di Jeddah,
Zahran, dan Riyad. Di bidang perhotelan telah dibangun hotel-hotel mewah bertaraf
internasional, antara lain terdapat di sekitar Masjidil Haram Mekah dan Masjid
Nabawi Madinah.
Masjidil Haram artinya masjid yang dihormati atau dimuliakan. Masjid ini
berbentuk empat persegi terletak di tengah-tengah kota Mekah, serta merupakan
masjid tertua di dunia. Di tengah-tengah masjid itu terdapat Ka’bah, yang juga
disebut Baitullah (Rumah Allah) dan Baitul Atiq (Rumah Kemerdekaan), yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT sebagai kiblat umat Islam di seluruh dunia dalam
mengerjakan salat. Selain itu, terdapat pula Hajar Aswad (batu hitam yang terletak
di dinding Kakbah), makam Ibrahim, Hijr Ismail, dan sumur Zamzam yang letaknya
tidak jauh dan Kakbah.
Keadaan Masjidil Haram pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, dengan
keadaan Masjidil Haram sekarang ini jauh berbeda. Pada masa Nabi SAW masih hidup,
keadaan Masjidil Haram tidak begitu luas dan bersifat sederhana. Sekarang ini,
keadaan Masjidil Haram sangat luas dan merupakan bangunan yang begitu megah dan
indah. Masjidil Haram sekarang ini berlantai empat yang untuk naik dan lantai dasar
ke lantai di atasnya sudah disediakan eskalator.
Masjid Nabawi adalah sebuah masjid yang megah dan indah juga sangat luas.
Kalau pada masa Nabi Muhammad SAW luas Masjid Nabawi ± 2.500 m2 kini luasnya
menjadi ± 165.000 m2 (luas seluruh kota Madinah pada masa Rasulullah SAW). Hal ini
mengakibatkan makam Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar r.a., dan Umar bin Khatthab
r.a. yang dulu berada di luar masjid sekarang berada di dalam masjid. Demikian juga
tempat pemakaman umum (maqbarah) baqi yang dulu berada di pinggir kota Madinah,
sekarang ini berada di samping atau di pinggir halaman masjid.
Masjid Nabawi bertambah indah dan megah dengan adanya sepuluh buah menara
yang menjulang tinggi, 95 buah pintu masjid yang lebar dan indah. juga kubah masjid
yang dapat terbuka dan tertutup.
Selain itu, pada atap Masjid Nabawi bagian belakang yaitu di atas pintu Al-
Majidi dari sebe!ah barat memanjang ke timur, telah dibangun tingkat dua yang
dimanfaatkan untuk perkantoran, perpustakaan. gudang, peralatan dan selebihnya
digunakan sebagai tempat salat, apabila jamaah di lantai bawah terlalu padat. Perlu
pula diketahui bahwa seluruh ruangan dari lantai bawah (dasar) Masjid Nabawi
sekarang ini memakai pendingin ruangan (AC).
Di Iran ketika Dinasti Qatar berkuasa (pada tahun 1794-1925) telah dibangun
kota Teheran sebagai ibukota Iran (dibangun pada abad ke-18 M). Perkembangan kota
ini sangat pesat, terutama pada masa kekuasaan Dinasti Pahlevi (1925-1979).
Sekarang ini Teheran merupakan salah satu kota terbesar di Asia. Bangunan
arsitektur peninggalan Dinasti Qatar antara lain :
Pekuburan Behesyti Zahra’ (bahasa Persia yang artinya Taman Zahra, putri
Rasulullah SAW). Pekuburan ini tempat dimakamkannya puluhan ribu syuhada
(pahlawan) Revolusi Islam. Di pekuburan ini juga dimakamkan pemimpin Revolusi
Islam Ayatullah Khomaeni (wafat 1989 M).
2. Sastra
Seorang sastrawan dan pemikir besar, menjelang abad ke-20 telah lahir di
Pakistan (1877-1938) yang bernama Muhammad Iqbal. Beliau telah mengungkapkan
filsafatnya dalam bentuk puisi dengan menggunakan bahasa Urdu dan Persi. Dan karya
puisinya, yang penting adalah Asrari Khudi, di samping karya filsafatnya yang berjudul
“The Reconstruction of Religious Thoughs in Islam” (kedua buku ini sudah
diterjemahkan dan diterbitkan dalam Bahasa Indonesia). Beliau juga telah menulis
beberapa prosanya dalam Bahasa Inggris dan Arab.
Abdus Salam Al-Ujaili (lahir 1918) adalah seorang sastrawan di Suriah yang juga
seorang dokter medis, aktif dalam penulisan novel dan cerita pendek.
3. Kaligrafi
Kata kaligrafi berasal dan Bahasa Yunani : kaligrafia atau kaligraphos. Kallos
berarti indah dan grapho berarti tulisan. Jadi, kaligrafi berarti tulisan (aksara) indah
yang mempunyai nilai estetis. Dalam Bahasa Arab kaligrafi disebut khatt, yang dalam
pengertian sehari-hari berarti tulisan indah yang memiliki nila estetis.
Kaligrafi (khatt) merupakan satu-satunya seni Islam, yang murni dihasilkan oleh
orang Islam, berbeda dengan seni Islam lainnya seperti seni lukis dan ragam hias yang
terpengaruh unsur non-Islam.
Kaligrafi terdiri dari bermacam-macam gaya antara lain enam macam gaya yang
disebut Al-Aqlam As-Sittah (The Six Hands/Styles).
Perhatian umat Islam Indonesia terhadap seni kaligrafi cukup bagus. Hal ini
ditandai antara lain :