Anda di halaman 1dari 26

IBADAH, AKHLAK, DAN MU’ALAMAH

DOSEN PENGAMPU :

SULAIMAN, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD HAFIZ 2248401110011

M. IQBAL SHANDY M 2248401110026

M. HAIRUL AKBAR 2248401110020

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulisan makalah yang berjudul “ SHOLAT ” ini dapat
diselesaikan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pengampuh mata kuliah


ibadah, akhlak, dan mu’amalah Bapak Sulaiman M.Pd.I telah mengampu dan
membimbing penulis. Mudah-mudahan penulis dimudahkan memahaminya dalam
belajar dan bagi Bapak dosen pengampu diberikan pahala yang berlipat ganda
oleh Allah SWT. Aaminn.

Penulisan makalah ini dalam rangka untuk memenuhi tugas kuliah


ibadah, akhlak, dan mu’amalah dan diharapkan dengan adanya makalah ini
pembaca dapat menambah wawasan.

Penulis sadar sebagai manusia pastilah memiliki kekurangan, karena


kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, penulis berharap
kritik dan saran yang membangun atas kekurangan dan kesalahan yang terdapat di
dalam makalah ini dengan harapan penulis bisa memperbaiki dan melakukan yang
lebih baik lagi dilain waktu dan kesempatan.

Banjarmasin, 19 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 5

A. Latar Belakang....................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 7

A. Pengertian Sholat .................................................................. 7


B. Macam macam sholat............................................................ 7
1. Sholat Fardhu................................................................... 7
(a) Dalil-Dalil Yang Mewajibkan Sholat........................ 8
(b) Waktu Pensyariatan Ibadah Sholat............................ 10
(c) Hukum Orang Yang Meninggalkan Sholat............... 11
2. Sholat Sunnah.................................................................. 13
(a) Pembagian Dan Tata Cara Pelaksanaannya.............. 14
C. Syarat-Syarat Sholat ............................................................. 17
D. Rukun Sholat ........................................................................ 18
E. Yang Membatalkan Sholat ................................................... 18
F. Yang Shunah dalam Sholat .................................................. 19
G. Makruh Sholat ...................................................................... 19
H. Perbedaan laki-laki dan Wanita Dalam Sholat ..................... 20
I. Hal-hal yang Mungkin Dilupakan ................................................ 20
J. Sholat Dalam Berbagai Kondisi ................................................... 21
K. Hikmah Sholat ............................................................................. 23

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 25

A. Kesimpulan ........................................................................... 25

3
B. Saran ..................................................................................... 25

DAFTAR PUSATAKA................................................................................ 26

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sholat secara Bahasa (Etimologi) berarti Do'a, Sedangkan secara


Istilah/Syari'ah (Terminologi) sholat adalah perkataan dan perbuatan
tertentu/khusus yang dibuka/dimulai dengan takbir (takbiratul ihram)
diakhiri/ditutup dengan salam.

Sholat merupakan rukun perbuatan yang paling penting diantara rukun


Islam yang lain sebab ia mempunyai pengaruh yang baik bagi kondisi akhlaq
manusia. Sholat didirikan sebanyak lima kali setiap hari, dengannya akan
didapatkan bekas/pengaruh yang baik bagi manusia dalam suatu
masyarakatnya yang merupakan sebab tumbuhnya rasa persaudaraan dan
kecintaan diantara kaum muslimin ketika berkumpul untuk menunaikan
ibadah yang satu di salah satu dari sekian rumah milik Allah subhanahu wa
ta'ala (SWT).

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah,
yaitu :

o Pengertian Sholat
o Macam Macam sholat
o Syarat-Syarat Sholat
o Yang Membatalkan Sholat
o Rukun Sholat
o Shunah Dalam Sholat
o Makruh Sholat
o Perbedaan laki-laki dan Wanita Dalam Sholat
o Hal-hal yang Mungkin Dilupakan

5
o Sholat Dalam Berbagai Kondisi

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah ibadah, akhlak, dan mu’amalah, juga agar para pembaca
mengetahui dan memahami pengertian sholat secara lebih luas.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sholat

Secara bahasa, sholat itu bermakna doa. Sholat dengan makna doa
dicontohkan di dalam Al-Quran Al-Kariem yang mempunyai arti :

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan sholatlah (mendo'alah) untuk
mereka. Sesungguhnya shalat (do'a) kamu itu merupakan ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-
Taubah : 103)

Ayatnya yang berbunyi :

‫ك َس َك ٌن لَهُ ْم ۗ َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم َوالِ ِه ْم‬


َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم بِهَا َو‬
َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬
َ َ‫صاَل ت‬

Dalam ayat ini, shalat yang dimaksud sama sekali bukan dalam makna
syariat, melainkan dalam makna bahasanya secara asli yaitu berdoa. Adapun
makna menurut syariah, shalat didefinisikan sebagai : “serangkaian ucapan
dan gerakan yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam sebagai sebuah ibadah ritual “

B. Macam-macam sholat

Sholat terbagi dua yaitu

1. Sholat Fardhu

Sholat Fardhu adalah sholat dengan status hukum fardhu, yakni wajib
dilaksanakan wajib 'ain bagi setiap orang yang sudah mukallaf (terbebani
kewajiban syari'ah), baligh (telah dewasa/dengan ciri telah bermimpi), dan
'aqil (berakal).

7
Allah SWT berfirman :

“Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar mereka hanya beribadah/


menyembah kepada Allah sahaja. Mengikhlaskan keta’atan Nya dalam
(Menjalankan) agama dengan hanif (lurus), agar mereka mendirikan sholat
dan menunaikan zakat, demikian itulah agama yang lurus. “( Surat Al-
Bayyinah : 5 )

Sholat fardhu sendiri menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni :

1. Fardhu 'Ain, yakni yang diwajibkan kepada individu. Termasuk dalam


sholat ini adalah sholat lima waktu dan shalat Jumat untuk pria.
2. Fardhu Kifayah, yakni yang diwajibkan atas seluruh muslim namun
akan gugur dan menjadi sunnat bila telah dilaksanakan oleh sebagian
muslim yang lain. Yang termasuk dalam kategori ini adalah sholat
jenazah.
(a) Dalil-Dalil Yang Mewajibkan Sholat

Sholat diwajibkan dengan dalil yang qath`i dari Al-Quran, As- Sunnah
dan Ijma’ umat Islam sepanjang zaman. Tidak ada yang menolak kewajiban
sholat kecuali orang-orang kafir atau zindiq. Sebab semua dalil yang ada
menunjukkan kewajiban sholat secara mutlak untuk semua orang yang
mengaku beragama Islam yang sudah akil baligh. Bahkan anak kecil
sekalipun diperintahkan untuk melakukan sholat ketika berusia 7 tahun. Dan
boleh dipukul bila masih tidak mau sholat usia 10 tahun, meski belum baligh.

1. Dalil dari Al-Quran

Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an Al-kariem :

‫صاَل ةَ َويُْؤ تُوا ال َّز َكاةَ َو َذلِكَ ِدينُ ْالقَيِّ َم ِة‬ ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإاَّل لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬
َّ ‫صينَ لَهُ ال ِّدينَ ُحنَفَاء َويُقِي ُموا ال‬

Artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam agama yang lurus , dan

8
supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah : 5)

ْ ‫الص‹الَةَ َك‹‹ان‬
‫َت‬ َّ ‫الص‹الَةَ ِإ َّن‬ ْ ‫اط َم‹ ْأنَنتُ ْم فَ‹َأقِي ُم‬
َّ ‫وا‬ ْ ‫ُوا هّللا َ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَى ُجنُ‹‹وبِ ُك ْم فَ‹ِإ َذا‬
ْ ‫صالَةَ فَ ْاذ ُكر‬
َّ ‫ض ْيتُ ُم ال‬
َ َ‫فَِإ َذا ق‬
‫َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِكتَابًا َّموْ قُوتًا‬

Artinya : "Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Allah


di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu telah merasa aman, maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman." (QS. An-Nisa : 103)

ْ ‫وا ال َّز َكاةَ َوارْ َكع‬


َ‫ُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬ ْ ُ‫صالَةَ َوآت‬ ْ ‫َوَأقِي ُم‬
َّ ‫وا ال‬

Artinya : "Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta


orangorang yang ruku".(QS. Al-Baqarah : 43)

Dan masih banyak lagi perintah di dalam kitabullah yang mewajibkan umat
Islam melalukan shalat. Paling tidak tercatat ada 12 perintah dalam Al-Quran
lafaz “aqiimush-shalata” yang bermakna "dirikanlah sholat" dengan fi`il Amr
(kata perintah) dengan perintah kepada orang banyak (khithabul jam`i). Yaitu
pada surat :

o Al-Baqarah ayat 43, 83 dan110


o Surat An-Nisa ayat 177 dan 103
o Surat Al-An`am ayat 72
o Surat Yunus ayat 87
o Surat Al-Hajj : 78
o Surat An-Nuur ayat 56
o Surat Luqman ayat 31
o Surat Al-Mujadalah ayat 13
o Surat Al-Muzzammil ayat 20.

9
Ada 5 perintah sholat dengan lafaz "aqimish-shalata" yang bermakna
"dirikanlah sholat" dengan khithab hanya kepada satu orang. Yaitu pada :

o Surat Huud ayat 114


o Surat Al-Isra ayat 78
o Surat Thaha ayat 14
o Surat Al-Ankabut ayat 45
o Surat Luqman ayat 17.
2. Dalil dari As-Sunnah

Di dalam sunnah Raulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada banyak


sekali perintah shalat sebagai dalil yang kuat dan qath`I tentang kewajiban
sholat. Diantaranya adalah hadits-hadits berikut ini :

Dari Ibni Umar radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah


shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,"Islam didirikan di atas lima hal.
Sahadat bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah
utusan Allah, penegakan sholat, pelaksanaan zakat, puasa di bulan Ramadhan
dan haji ke Baitullah bila mampu". (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dalil dari Ijma

Bahwa seluruh umat Islam sejak zaman nabi shallallahu ‘alaihi


wasallam hingga hari ini telah bersepakat atas adanya kewajiban shalat dalam
agama Islam. Lima kali dalam sehari semalam. Dengan adanya dalil dari
Quran, sunnah dan ijma` di atas, maka lengkaplah dalil kewajiban shalat bagi
seorang muslim. Maka mengingkari kewajiban sholat termasuk keyakianan
yang menyimpang dari ajaran Islam, bahkan bisa divonis kafir bila
meninggalkan sholat dengan meyakini tidak adanya kewajiban sholat.

(b) Waktu Pensyariatan Ibadah Sholat

Sebelum sholat lima waktu yang wajib disyariatkan, sesungguhnya


Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam dan parashahabat sudah melakukan

10
ibadah sholat. Hanya saja ibadah sholat itu belum seperti sholat 5 waktu yang
disyariatkan sekarang ini. Barulah pada malam mi`raj disyariatkan sholat 5
kali dalam sehari semalam yang asalnya 50 kali. Persitiwa ini dicatat dalam
sejarah terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun ke-5 sebelum peristiwa hijrah
nabi ke Madinah. Sebagaimana tertulis dalam hadits nabawi yang insya allah
artinya sebagai berikut :

Dari Anas bin Malik ra. "Telah difardhukan kepada Nabi


shallallahu‘alaihi wasallam shalat pada malam beliau diisra`kan 50 shalat.
Kemudian dikurangi hingga tinggal 5 shalat saja. Lalu diserukan ,"Wahai
Muhammad, perkataan itu tidak akan tergantikan. Dan dengan lima sholat ini
sama bagi mu dengan 50 kali sholat".(HR. Ahmad, An-Nasai dan dishahihkan
oleh At-Tirmizy) Sebagian dari mazhab Al-Hanafiyah mengatakan bahwa
shalat disyariatkan pada malam mi’raj, namun bukan 5 tahun sebelum hijrah,
melainkan pada tanggal 17 Ramadhan 1,5 tahun sebelum hijrah nabi.

(c) Hukum Orang Yang Meninggalkan Sholat

Para ulama sepakat bahwa seorang muslim yang sudah akil baligh
bila meninggalkan sholat dengan mengingkari kewajibannya adalah kafir dan
murtad (keluar) dari agama Islam, sehingga halal darahnya. Pihak pemerintah
Islam melalui mahkama syar`iyah berhak memvonis mati orang yang murtad
karena mengingkari kewajiban sholat. Namun bila seseorang tidak shalat
karena malas atau lalai, sementara dalam keyakinannya masih ada pendirian
bahwa sholat itu adalah ibadah yang wajib dilakukan, maka dia adalah fasik
dan pelaku maksiat. Demikian juga vonis kafir tidak bisa dijatuhkan kepada
orang meninggalkan sholat karena seseorang baru saja masuk Islam atau
karena tidak sampai kepada mereka dakwah Islam yang mengajarkan
kewajiban sholat. Secara duniawi, hukuman seorang muslim yang tidak mau
mengerjakan sholat menurut para ulama antara lain :

1. Al-Hanafiyah

11
Menurut kalangan Al-Hanafiyah, orang muslim yang tidak mau
mengerjakan sholat hukumannya di dunia ini adalah dipenjara atau dipukul
dengan keras hingga keluar darahnya. Hingga dia merasa kapok dan mau
mengerjakan sholat. Bila tidak mau juga, maka dibiarkan terus di dalam
penjara hingga mati. Namun dia tidak boleh dibunuh kecuali nyata-nyata
mengingkari kewajiban sholat. Seperti berkeyakinan secara sadar sepenuhnya
bahwa di dalam Islam tidak ada perintah sholat.

2. Ulama Lainnya

Sedangkan para ulama lainnya mengatakan bahwa bila ada seorang


muslim yang malas tidak mau mengerjakan shalat tanpa ‘udzur syar`i, maka
dia dituntun untuk bertobat (yustatab) dengan masa waktu tiga hari. Artinya
bila selama tiga hari itu dia tidak bertaubat dan kembali menjalankan shalat,
maka hala darahnya dan boleh dibunuh.

3. Al-Malikiyah dan Asy-Syafi`iyah

Mereka mengatakan kebolehan untuk dibunuhnya itu karena dasar


hudud (hukum dari Allah), bukan karena pelakunya kafir. Sehingga orang itu
tidak dianggap sebagai kafir yang keluar dari Islam. Kondisinya sama dengan
seorang muslim yang berzina, mencuri, membunuh dan sejenisnya. Mereka
ini wajib dihukum hudud mesk statusnya tetap muslim. Sehingga jasadnya
pun tetap harus dishalatkan dan dikuburkan di pekuburan Islam. Jumhur
ulama sepakat bahwa muslim yang tidak mengerjakan shalat bukan karena
jahd (sengaja tidak mengakui kewajiban shalat), tidak dianggap orang kafir.
Dasarnya adalah firman Allah SWT :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia


mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-

12
Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar”.(QS. An-Nisa : 48)

Sedangkan imam Ahmad mengatakan bahwa seorang muslim yang


meninggalkan sholat harus dibunuh atas dasar bahwa dirinya telah kafir.
Pendapat itu didasarkan pada firman Allah SWT :

“Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang


musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka.
Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat
dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada
mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha
Penyayang”. (QS. At-Taubah : 5)

: Juga ada dalil dari hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam


“ Batas antara seorang dengan kekafiran adalah meninggalkan sholat“
)HR.Jamaah kecuali Bukhari(
Namun pendapat yang rajih (lebih kuat) dalam masalah ini adalah
pendapat jumhur ulama yang mengatakan bahwa bila seorang tidak sholat
hanya karena alasan malas, lalai atau baru masuk Islam, maka tidak dianggap
kafir. Barulah dikatakan kafir kalau dia secara tegas menolak atau tidak
menerima adanya kewajiban sholat dalam Islam.

2. Sholat Sunnah

Sholat sunnah disebut juga sholat an-nawâfil atau at-tatawwu’. Yang


dimaksud dengan an-nawâfil ialah semua perbuatan yang tidak termasuk
dalam fardhu. Disebut an-nawâfil karena amalan-amalan tersebut menjadi
tambahan atas amalan-amalan shalat fardhu.

Sholat sunnah menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni:

13
1. Muakad, adalah sholat sunnah yang dianjurkan dengan penekanan yang
kuat (hampir mendekati wajib), seperti sholat dua hari raya, sholat witir
dan sholat thawaf.

2. Ghairu Muakad, adalah sholat sunnah yang dianjurkan tanpa penekanan


yang kuat, seperti sholat sunnah Rawatib dan sholat sunnah yang sifatnya
insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti sholat khusuf yang
hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).

(a) Pembagian Dan Tata Cara Pelaksanaannya

Sholat sunnah ada yang dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid)


diantaranya:

•Sholat Wudhu
Sholat sunnah wudhu’ atau yang disebut juga dengan shalat
syukrul wudhu adalah shalat yang dikerjakan setelah
berwudhu’.Tata cara pelaksanaannya adalah:

1) Sehabis berwudhu kita disunahkan membaca doa:


2) Selesai membaca doa tersebut,lalu melaksanakan shalat sunah
wudhu 2 rakaat.
3) Shalat ini dikerjakan 2 rakaat sebagaimana shalat yang lain dengan
ikhlas sampai salam.

•Sholat Tahiyyatul Masjid


Sholat Tahiyyatul Masjid adalah Sholat yang dilakukan
sebagai penghormatan terhadap masjid, dilakukan oleh orang yang
masuk ke dalam mesjid sebelum ia duduk.dikerjakan dua raka’at.
Cara pengerjaannya sama dengan sholat sunnah yang lainnya.

•Sholat Taubat
Sholat Taubat adalah sholat sunnah yang dilakukan seorang
muslim jika ingin bertaubat terhadap kesalahan yang pernah ia
lakukan. Sholat taubat dilaksanakan dua raka'at dengan waktu yang
bebas kecuali pada waktu yang diharamkan untuk melakukan sholat.

•Sholat Dhuha
Sholat Dhuha adalah sholat sunnah yang dilakukan seorang
muslim ketika matahari sedang naik. Kira-kira, ketika matahari
mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh

14
pagi) hingga waktu dzuhur. Jumlah raka'at sholat dhuha bisa dengan
2,4,8 atau 12 raka'at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka'at sekali
salam

•Sholat Tahajjud
Sholat Tahajud adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu
malam, dimulai selepas isya sampai menjelang subuh.

Jumlah rakaat pada sholat ini tidak terbatas, mulai dari 2 rakaat, 4, dan
seterusnya.

Pembagian Keutamaan Waktu Sholat Tahajud

1) Sepertiga malam, kira-kira mulai dari jam 19.00 samapai jam 22.00

2) Sepertiga kedua, kira-kira mulai dari jam 22.00 sampai dengan jam
01.00

3) Sepertiga ketiga, kira-kira dari jam 01.00 sampai dengan masuknya


waktu subuh

•Sholat Rawatib
Sholat Rawatib adalah sholat sunnah yang dikerjakan menyertai
sholat fardhu. Sholat sunnah ini terbagi dalam sholat mu’akkad dan
ghairu mu’akkad. Adapun yang termasuk dalam Sholat-Sholat
Sunnah Rawatib adalah sebagai berikut:
Mu’akkad
1) Dua rakaat sebelum sholat subuh
2) Dua rakaat sebelum sholat zuhur
3) Dua rakaat sesudah sholat zuhur
4) Dua rakaat sesudah sholat magrib
5) Dua rakaat sesudah sholat isya
Ghairu Mu’akkad
1) Empat rakaat sebelum dan sesudah zuhur
2) Empat rakaat sebelum sholat asar
3) Empat rakaat sebelum sholat maghrib

Masing-masing berdasarkan rincian hadist-hadist berikut:


Dari Ummu Habibah: “Nabi Muhammad SAW bersabda: Barangsiapa
mengerjakan empat rakaat sebelum Zuhur dan empat rakaat sesudahnya maka Allah

15
mengharamkan baginya dari api neraka.” (H.R. Tirmizi).

Dari Ibnu Umar, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Allah memberi
rahmat kepada orang yang mengerjakan sholat empat rakaat sebelum sholat Asar”
(H.R. Tarmizi).

Dari Abdullah bin Mughafal, Nabi Muhammad SAW bersabda: Sholatlah


kamu sebelum Maghrib, shalatlah kamu sebelum Maghrib. Kemudian Nabi
mengatakan yang ketiga kalinya bagi yang menghendakinya.”(H.R. Bukhari).

•Sholat Istikhoroh
Sholat istikhoroh adalah sholat sunnah yang dikerjakan untuk
memohon kepada Allah agar memberikan pilihan yang lebih baik dari
dua perkara (pilihan) atau lebih untuk menghapus keraguan hati dalam
memilih, agar tidak menyesal dilain hari nanti.
Waktu mengerjakannya:
Ialah setiap saat ada kepentingan asalkan tidak waktu yang
dilarang untuk mengerjakan sholat sunnah, baik siang maupun
malam hari.Namun utamanya jika dikerjakan dimalam hari
sebagaimana sholat tahajud, pada sepertiga malam yang terakhir.

•Sholat Muthlaq
Sholat Muthlak adalah sholat yang dikerjakan sewaktu-waktu,
kecuali pada yang dilarang untuk mengerjakan sholat sunnat,
misalnya sesudah sholat subuh dan sholat ashar.

Waktu-waktu yang dilarang dalam mengerjakan sholat mutlak:


1) Disaat matahari akan terbit sampai naik sepenggalah (setinggi
tombak).
2) Disaat matahari berada ditengah-tengah persis sampai
tergelincir kebarat(lingsir).
3) Disaat matahari akan terbenam sampai terbenam secara
sempurna (tiba waktu maghrib).
4) Setelah shalat ashar sampai matahari terbenam.
5) Setelah sholat subuh sampai matahari naik sepenggalah
(setinggi tombak).

•Sholat Safar
Apabila seseorang hendak berpergian, sebelum meninggalkan
rumah, ia dianjurkan mengerjakan sholat safar dua rakaat; demikian
pula sesudah tiba di rumah kembali.

16
Caranya sama dengan mengerjakan sholat subuh, hanya niatnya
berlainan, yaitu berniat sholat safar sunnah karena Allah SWT.
Selesai sholat berdoalah agar perjalanan di ridhai, dimudahkan dan
diselamatkan Allah SWT. dalam perjalanan, baik pribadi, tugas
maupun keluarga yang ditinggalkan.

Sedangkan yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain:

•Sholat Tarawih
Sholat tarawih adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada
malam bulan ramadhan.Waktu sholat tarowih ialah sesudah sholat
isya’ sampai terbit fajar (masuk waktu subuh).

•Sholat Dua Hari Raya


Sholat hari raya adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada
kedua hari raya, yaitu: hari raya Fitri (tgl. 1 Syawal) dan hari raya
Adha (kurban tgl. 10 Dzulhijah).

•Sholat Gerhana
Sholat dua gerhana adalah sholat yang dikerjakan karena ada
gerhana bulan dan matahari.

•Sholat Istisqo’
Sholat istisqo’adalah sholat sunnah yang dikerjakan, karena ada
keperluan untuk mohon hujan

•Sholat Witir
Sholat witir adalah sholat yang dikerjakan dengan bilangan ganjil.
Misalnya : satu raka’at tiga, lima dan seterusnya.
waktunya setelah sholat isya sampai terbit

fajar (tiba waktu subuh).

Rasulullah s.a.w bersabda :“Jadikanlah akhir sholatmu pada waktu


malam dengan witir.” (HR.Bukhori dan Muslim yang bersumber dari
Ibnu ‘Umar r.a.)

C. Syarat-Syarat Sholat

1. Beragama Islam
2. Sudah Baligh dan Berakal

17
3. Suci dari hadist
4. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat
5. Menutup aurat, laki-laki auratnya anatara pusar dan lutut, sedangkan
wanita seluruh anggota badannya kecuali muka dan dua buah telapak
tangan
6. Masuk waktu yang telah ditentukan untuk sholat fardhu
7. Menghadap kiblat
8. Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunah

D. Rukun Sholat

Rukun sholat adalah setiap bagian sholat yang apabila ketinggalan


salah satunya dengan sengaja atau karena lupa maka sholatnya batal (tidak
sah).

1. Berdiri bagi yang mampu, bila tidak mampu berdiri maka dengan duduk,
bila tidak mampu duduk maka dengan berbaring secara miring atau
terlentang.
2. Takbiratul Ihram
3. Membaca Al Fatihah
4. Rukuk
5. I’tidal
6. Sujud
7. Bangun dari sujud
8. Duduk diantara dua sujud
9. Tuma'ninah dalam setiap rukun
10. Tasyahud akhir
11. Duduk tasyahud akhir
12. Shalawat atas Nabi pada Tasyahud Akhir
13. Membaca salam yang pertama
14. Tertib : berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut

18
E. Yang Membatalkan Sholat

Sholat itu batal, apabila salah satu syarat rukunnya tidak dilaksanakan
atau ditinggalkan dengan sengaja. Dan sholat itu batal dengan hal-hal yang
seperti berikut :

1. Berhadast
2. Berbicara ketika sholat
3. Tertawa
4. Makan dan minum
5. Berjalan terlalu banyak tanpa ada keperluan
6. Tersingkapnya aurat
7. Memalingkan badan dari kiblat
8. Menambah rukuk, sujud, berdiri atau duduk secara sengaja
9. Mendahului imam dengan sengaja
10. Terkena najis yang tidak dimanfaatkan

F. Yang Sunnah Dalam Sholat

Hal yang sunnah dalam sholat adalah bagian sholat yang tidak
termasuk dalam rukun maupun wajib, tidak membatalkan solat baik
ditinggalkan secara sengaja maupun lupa. Mengangkat kedua tangan ketika
takbir.

1. Membaca do'a istiftah/iftitah


2. Membaca ta'awudz ketika memulai qiro'ah (bacaan)
3. Membaca surat dari Al-Qur'an setelah membaca Al-
4. Fatihah pada dua rakaat yang awal
5. Meletakkan dua tangan pada lutut selama rukuk
6. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri selama berdiri
7. Mengarahkan pandangan mata ke tempat sujud selama sholat (kecuali
waktu tasyahud- pent)

G. Makruh Sholat

19
Orang yang sedang sholat dimakruhkan :

1. Menaruh telapak tangannya didalam lengan bajunya ketika takbiratul


ihram, rukuk dan sholat.
2. Menutup mulutnya rapat-rapat
3. Terbuka kepalanya
4. Bertolak pinggang
5. Memalingkan muka ke kiri dan ke kanan
6. Memejamkan mata
7. Menengadah ke langit
8. Menahan hadast
9. Berludah
10. Mengerjakan sholat diatas kuburan
11. Melkukan hal-hal yang mengurangi kekhusukan sholat

H. Perbedaan laki-laki dan Wanita Dalam Sholat

Laki-Laki

1. Meregangkan dua siku tangannay dari kedua lambungnya waktu ruku


dan sujud
2. Waktu ruku dan sujud mengangakat perutnya dari dua pahanya
3. Menyaringkan suaranya/bacaannya ditempat keras
4. Bila memberitahu sesuatu membaca tasbih, yakni membaca
“subhanallah”
5. Auratnya dalam sholat antara pusar dan lutut

Perempuan

1. Merapatkan satu anggota kepada anggota lainnya


2. Meletakkan perutnya pada dua tangan/sikunya ketika sujud
3. Merendahkan suaranya/bacaannya dihadapan laki-laki lai, yakni yang
bukan muhrimnya

20
4. Bila membertahu sesuatu bertepuk tangan, yakni tangan yang kanan
dipukulkan pada punggung telapak tangan kiri
5. Auratnya dalam sholat seluruh tubuhnya, kecuali muka dan dua belaj
telapak tangan

I. Hal-Hal Yang Mungkin Dilupakan

Dalam melakukan sholat mungkin ada hal yang dilupakan misalnya :

1. Lupa melaksanakan yang Fardhu


Jika yang dilupakan itu Fardu, maka tidak cukup diganti hanya
dengan sujud Sahwi. Jika orang telah ingat ketika ia sedang sholat,
haruslah cepat-cepat ia melaksanakannya, atau ingat setelah
salam,sedang jarak waktunya masih sebentar, maka wajiblah ia
menunaikannya apa yang dilupakanya, lalu sujud sahwi (sujud sunah
karena lupa)
2. Lupa melaksanakan sunah ab’adh
Jika yang dilupakan itu sunah ab’adh, maka tidak perlu diulangi,
yakni kita meneruskan sholat itu hingga selesa, dan sebelum salam
kita disunahkan sujud sahwi
3. Lupa melaksanakan sunah hai’at
Jika yang dilupkan itu sunah hai’at, maka tidak perlu diulangi apa
yang dilupakan itu, dan tidak perlu sujud sahwi.
Sujud sahwi itu hukumnya sunah, dan letaknya sebelum salam, dikerjakan
dua kali sebagaimana sujud biasa.

J. Sholat Dalam Berbagai Kondisi

Shalat lima waktu adalah kewajiban / fardhu `ain bagi setiap


muslim dan muslimah. Allah telah menentukan waktu-waktunya.
Sebagaimana Allah SWT juga telah memberikan rukhsah / keringanan bagi
musafir atau orang sakit dalam pelaksanaannya. Namun rukhsah (keringanan)

21
yang Allah berikan tidak berarti boleh dikerjakan sesukanya. Tayammum
misalnya, baru boleh dikerjakan bila memang tidak didapat air setelah
berusaha mencarinya.

Namun dalam kondisi seseorang berada di tengah peradaban atau


kota, tidak bisa dikatakan bahwa dia boleh bertayammum. Bukankah di
tengah jalanan yang macet itu justru banyak penjaja minuman kemasan?
Apakah minuman kemasan bukan termasuk air? Bukankah di kanan kiri jalan
itu ada gedung yang pasti memiliki kran air? Karena itu bertayammum di
tengah kota yang berlimpah dengan air tidak dapat dibenarkan.

Begitu juga dengan menjama` shalat Maghrib dan Isya`. Waktu


Maghrib memang sangat sempit sehingga harus segera dikerjakan. Tetapi
waktu `Isya` sangat panjang hingga menjelang subuh. Karena itu tidak ada
alasan untuk menjama` shalat Isya` dengan Maghrib.

Selain itu juga harus diperhatikan syarat dibolehkannya menjama`


dua shalat yaitu bila dalam keadaan safar atau perjalanan. Sedangkan dia
masih dalam kategori bukan safar karena masih berada di dalam kota. Safar
adalah perjalanan keluar kota yang secara jarak memang ada perbedaan para
ulama dalam batas-batasnya. Namun tidak dikatakan safar bila masih dalam
kota sendiri. Ini adalah pendapat yang paling kuat.
Jadi yang harus diakukan adalah membuat perhitungan bagaimana
agar bisa shalat Maghrib tepat pada waktunya. Misalnya bila dalam
perjalanan pulang harus berganti bus, usahakan saat berganti bus itu untuk
mencari tempat shalat.
Dalam hal ini tidak harus berupa masjid atau mushalla, tetapi sebuah tempat
yang bersih di mana saja asal bisa melakukan shalat.

Bisa terminal, emper toko, halaman, trotoar dan sebagainya.


Karena kelebihan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah

22
dijadikan bumi ini sebagai masjid, dimana pun kamu harus shalat maka
shalatlah di mana pun di muka bumi.
Yang penting sudah punya wudhu. Bila tidak, bisa membawa bekal
sebuah botol kemasan yang diisi dengan air dan berwudlu` cukup dengan air
sebotol itu. Ini lebih ekonomis dari pada membeli air minum kemasan yang
dijual di jalan.

Alternatif kedua seperti yang dilakukan oleh banyak orang, kita


bisa menunda waktu pulang hingga maghrib tiba lalu tunaikan shalat maghrib
di tempat kerja. Setelah itu barulah pulang ke rumah. Konon bila pulang di
atas Mahgrib, kemacetan jalan sudah mulai berkurang. Sedangkan shalat
Isya` cukup dilakukan nanti di rumah karena waktu masih panjang.

Dalam kasus tertentu, bila memang bus itu khusus karyawan dan
bus jemputan yang mana teman-teman seperjalanannya sudah saling kenal,
maka tidak ada salahnya bila jadi pelopor dengan mengusulkan kepada
mereka agar bus itu bisa berhenti sejenak di pinggir tol agar bisa memberikan
kesempatan kepada mereka yang muslim untuk mengerjakan shalat maghrib

K. Hikmah Sholat
Sholat disyari'atkan sebagai bentuk tanda syukur kepada Allah,
untuk menghilangkan dosa-dosa, ungkapan kepatuhan dan merendahkan diri
dihadapan Allah menggunakan anggota badan untuk berbakti kepada-Nya
yang dengannya bisa seseorang terbersih dari dosanya dan tersucikan dari
kesalahan kesalahannya dan terajarkan akan ketaatan dan ketundukan. Allah
telah menentukan bahwa sholat merupakan syarat asasi dalam memperkokoh
hidayah dan ketaqwaan. Sebagaimana disebut dalam firmannya :

" Alif Laaam Miiim kitab Al-qur’an tidak ada keraguan didalamnya, menjadi
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada

23
yang ghaib, mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka." (QS. Al Baqarah : 12).

Disamping itu Allah telah mengecualikan orang-orang yang


senantiasa memelihara sholatnya dari kebiasaanmanusia pada umumnya:
berkeluh kesah dan kurang bersyukur, disebutkan dalam firmannya
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia
amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat yang mereka itu
tetap mengerjakan solat” (QS Al Ma'arij: 19-22)

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sholat merupakan rukun Islam yang kedua setelah dua kalimat


syahadat. Sholat terbagi 2 yaitu Sholat Fardhu dan Sholat Sunnad. Sholat
Fardhu hukumnya wajib dan mencegah seseorang dari perbuatan keji dan
mungkar. Sholat yang bagaimanakah yang dapat mencegah seseoarang dari
perbuatan keji dan mungkar? Yaitu sholat yang dilakukan dengan hati yang
ikhlas serta khusyu’ dalam pelaksanaannya. Dengan sholat dapat
membentuk pribadi yang mempunyai sifat tawadhu’, pandai bersyukur,
slalu tawakal, sabar, tabah dalam mengarungi kehidupan. Membina muslim
agar senantiasa hidup bersih dan suci jiwa dan raga. Sholat merupakan
sarana untuk menyampaikan pernyataan diri manusia kepada Tuhan-Nya
secara tulus ikhlas bahwa semua yang ada pada dirinya, sholat dan
ibadahnya, hidup dan matinya hanya milik Allah.

B. Saran

Demikian isi makalah yang kami buat ini semoga bermanfaat bagi
kita semua, terutama bagi kami, adapun harapan kami para kawan-kawan
dapat memberikan masukan yang bermanfaat baik berupa kritik maupun
saran, agar makalah kami selanjutnya dapat berkembang lagi, dan dapat
memberika banyak manfaat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Hasyim, Husaini. 1987. Syarah Riyadussalihin. Surabaya:


Pustaka Ilmu
Drs. Moh. Rifa’i. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang
http://islamcoccasions.com
http://www.manbaul-huda.com

26

Anda mungkin juga menyukai